Validasi Model Analisis Data
Selama periode 10 tahun terakhir, seperti terlihat dalam Tabel 3, telah terjadi peningkatan luas areal kelapa sawit lebih 3 juta ha dengan laju
pertumbuhan rata-rata sebesar 6.89 persen per tahun. Pada tahun 2006 mencapai tingkat pertumbuhan luas areal yang tertinggi yaitu sebesar 20.92 persen. Dilihat
dari perkembangannya pada tahun 1999 luas areal perkebunan rakyat terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Sementara luas areal perkebunan negara
meningkat sampai tahun 2003, pada tahun 2004-2005 menurun dan kembali meningkat pada tahun 2006. Namun demikian posisi perkebunan negara sejak
tahun 1999 sampai 2008 berada pada posisi ketiga dengan luas areal 607 419 hektar 8.67 persen dan perkebunan besar swasta menempati urutan pertama
dengan luas areal 3.49 juta hektar 49.90 persen. Peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit tersebut tidak terlepas dari
beberapa kebijakan sektoral terkait untuk memacu pertumbuhan produksi dan ekspor, seperti kebijakan tingkat suku bunga, kemudahan memperoleh kredit yang
berkaitan dengan dengan iklim investasi pada perkebunan kelapa sawit. Indonesia merupakan negara dengan areal tanaman karet terluas di dunia
Pada tahun 2002, luas perkebunan karet Indonesia mencapai 3.32 juta ha, disusul Thailand, Malaysia, China, India, dan Vietnam, dengan luas perkebunan masing-
masing secara berurutan 1.96 juta ha, 1.54 juta ha, 0.61 juta ha, 0.56 juta ha, dan 0.32 juta ha Ditjenbun, 2005b.
Jumlah areal tanam masih bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani yang sesuai untuk perkebunan karet dan belum
dimanfaatkan secara intensif, untuk keperluan meningkatkan pendapatannya. Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi
karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan
langkah yang efektif untuk keperluan meningkatkan pendapatannya. Tabel 4. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Karet Indonesia Menurut Bentuk
Pengusahaannya Tahun 1999-2008
Tahun PR
PBN PBS
Total Luas
Ha Pangsa
Luas Ha
Pangsa Luas
Ha Pangsa
Luas Ptbh
1999 3 086 543 85.86 218 344
6.07 290 173 8.07 3 595 060
2000 2 882 795 85.48 212 617
6.30 277 009 8.21 3 372 421
6.19 2001 2 838 421 84.86
221 876 6.63 284 470
8.50 3 344 767 0.82
2002 2 825 476 85.15 221 228
6.67 271 655 8.19 3 318 359
0.79 2003 2 772 490 84.27
241 625 7.34 275 997
8.39 3 290 112 0.85
2004 2 747 899 84.23 239 118
7.33 275 250 8.44 3 262 267
0.85 2005 2 767 021 84.38
237 612 7.25 274 758
8.38 3 279 391 0.52
2006 2 832 982 84.66 238 003
7.11 275 442 8.23 3 346 427
2.04 2007 2 899 679 84.94
238 246 6.98 275 792
8.08 3 413 717 2.01
2008 2 910 208 84.99
238 210 6.96 275 799
8.05 3 424 217 0.30
Keterangan: PR = Perkebunan Rakyat PBN= Perkebunan Besar Negara
PBS = Perkebunan Besar Swasta Sumber: Ditjenbun, 2009
. Selama periode 10 tahun terakhir, seperti terlihat dalam Tabel 4, telah
terjadi penurunan luas areal karet lebih 125 ribu hektar dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar
– 3.27 persen per tahun. Pada tahun 2000 terjadi penurunan luas areal tertinggi sebesar 6.19 persen dan sampai tahun 2004 terus mengalami
penurunan. Hal ini mungkin disebabkan oleh perkebunan rakyat mengganti komoditi karet menjadi kelapa sawit karena harga minyak sawit CPO terus
meningkat.