harga  pupuk,  kenaikan  upah  di  subsektor  perkebunan,  depresiasi  nilai  tukar Rupiah  terhadap  US  Dollar,  penurunan  pajak  ekspor  dan  kombinasi  penurunan
tingkat suku bunga dan kenaikan harga pupuk. Evaluasi  terhadap  hasil  simulasi  dilakukan  dengan  memperhatikan
perubahan  yang  ditimbulkan  oleh  penerapan  masing-masing  skenario.  Hasil simulasi dapat berdampak positif maupun negatif atau tidak memberikan dampak
sama  sekali  pada  masing  masih  peubah  endogen.  Evaluasi  dilakukan  dengan membandingkan  nilai-nilai  prediksi  yang  diperoleh  dari  simulasi  dasar  sebelum
ada perubahan dengan nilai-nilai prediksi setelah penerapan alternatif kebijakan. Evaluasi  lebih  ditekankan  terhadap  keragaan  indutri  kelapa  sawit  dan  karet
Indonesia.  Hasil  simulasi  historis  secara  lengkap  disajikan  pada  Lampiran  6  dan dampak berbagai alternatif kebijakan terhadap keragaan industri kelapa sawit dan
karet Indonesia disajikan pada Tabel 46.
7.2.1  Kebijakan Menurunkan Suku Bunga 15 persen.
Skenario  kebijakan  menurunkan  suku  bunga  sebesar  15  persen  akan berdampak  positif  pada  luas  areal  tanaman  perkebunan  baik  untuk  komoditi
kelapa  sawit  maupun  komoditi  karet.  Dengan  penurunan  tingkat  suku  bunga diharapkan ada insentif bagi petani meningkatkan modal melalui pinjaman modal
dari bank. Begitu juga halnya dengan petani yang memiliki modal dengan adanya penurunan  suku  bunga  akan  lebih  baik  menginvestasikan  modalnya  untuk
pengembangkan usaha perkebunan kelapa sawit atau karet dari pada menabung di bank.
Penurunan  tingkat  suku  bunga  sebesar  15  persen  akan  menyebabkan peningkatan  luas  areal  tanaman  menghasilkan  kelapa  sawit  perkebunan  rakyat
sebesar  3.03  persen,  perkebunan  besar  negara  0.14  persen  dan  perkebunan  besar swasta  3.40  persen.  Perkebunan  karet  juga  mengalami  peningkatan  luas  areal
tanaman menghasilkan, perkebunan rakyat sebesar 0.30 persen, perkebunan besar swasta  sebesar  0.37  persen.  Dampak  pertambahan  luas  areal  tanaman  pada
perkebunan  karet  tidak  sebesar  pertambahan  luas  areal  perkebunan  kelapa  sawit. Peningkatan luas areal menurunkan produktivitas perkebunan untuk semua bentuk
pengusahan,  hal  ini  disebabkan  skala  usaha  perkebunan  tersebut  sudah  berada dalam kondisi perolehan yang semakin menurun decreasing return to scale.
Dengan  adanya  peningkatan  luas  areal  menghasilkan  kelapa  sawit mengakibatkan  produksi  CPO  Indonesia  akan  mengalami  kenaikan.  Adapun
peningkatan  produksi  CPO  sebesar  2.52  persen  Dengan  adanya  peningkatan produksi  CPO  peluang  untuk  meningkatkan  jumlah  ekspor  CPO  semakin  besar,
karena  alokasi  produksi  CPO  Indonesia  hanya  sebagian  kecil  saja  yang dikonsumsi  di  dalam  negeri.  Peningkatan  ekspor  CPO  Indonesia  adalah  sebesar
0.79 persen. Skenario  penurunan  tingakat  suku  bunga  memberikan  dampak  pada
pertambahan  luas  areal  menhasilkan  perkebunan  karet  pada  perkebunan  rakyat dan  perkebunan  besar  swasta  masing  masing  0.30  persen  dan  0.37  persen.
Pertambahan  luas  areal  perkebunan  karet  menyebabkan  penurunan  produktivitas karet  dan  penurunan  produktivitas  karet  lebih  besar  dibandingkan  dengan
pertambahan  luas  areal  karet  sehingga  total  produksi  karet  turun  sebesar  0.04 persen. Penurunan produktivitas karet dapat disebabkan oleh umur tanaman yang
sudah tua atau baru memasuki umur produktif. Dampak selanjutnya adalah jumlah ekspor karet Indonesia turun sebesar 0.05 persen.