Respon Areal Tanaman KERANGKA TEORITIS

panjang terhadap harga input input itu sendiri, harga output, input lain, dan terhadap tingkat bunga. Elastisitas permintaan harga sendiri dari suatu input dapat diartikan sebagai persentase perubahan jumlah permintaan input dibagi dengan persentase peubahan harga input itu sendiri. Sesuai dengan hukum permintaan dimana kurva permintaan mempunyai slope negatif, maka elastisitas permintaan juga harus mempunyai tanda negatif. Elastisitas permintaan harga silang didefenisikan sebagai persentase perubahan jumlah yang diminta sebagai akibat perubahan satu persen harga input lainnya. Melalui koefisien dari elastisitas harga silang, dapat didefenisikan hubungan antar input. Dua input akan bersifat subsitusi, komplementer, dan independen jika koefisien elastisitas harga silang input tersebut masing-masing positif, negatif, dan nol Tomek dan Robinson, 1990 Elastisitas permintaan terhadap harga output didefenisikan sebagai persentase perubahan jumlah permintaan input sebagai akibat dari perubahan yang sangat kecil harga output. Secara teori, kenaikan harga output merangsang produsen untuk meningkatkan jumlah output, oleh karena itu permintaan terhadap input juga akan meningkat. Dengan demikian maka koefisien elastisitas akan bertanda positif. Elastisitas permintaan input terhadap tingkat bunga didefenisikan sebagai persentase perubahan jumlah permintaan input akibat perubahan tingkat bunga. Tingkat bunga mencerminkan nilai dari kapital. Tingkat bunga yang rendah dapat mendorong produsen meningkatkan kapital melalui kredit dari lembaga keuangan, sehingga ketersediaan kapital untuk pengadaan input akan semakin besar. Oleh karena itu, perubahan tingkat bunga akan berpengaruh terhadap permintaan input dan koefisien elastisitas permintaan input terhadap tingkat bunga adalah negatif. 3.7 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional terjadi karena adanya saling ketergantungan interpendence antara suatu negara dan negara lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan dalam memiliki dan mengakses faktor-faktor produksi resources yang dibutuhkan. Suatu negara mungkin memiliki sumberdaya alam yang melimpah tetapi tidak memiliki teknologi dan modal untuk memprosesnya. Sebaliknya negara lainnya miskin sumber daya alam SDA tetapi memiliki teknologi yang mampu menjadikan SDA tersebut lebih dekat pada penggunaan akhir dan memiliki nilai guna yang lebih tinggi Salvatore et al. 1990. Pada umumnya perdagangan internasional terjadi karena keinginan suatu negara untuk meningkatkan penerimaan devisa dan memperluas komoditas ekspor. Perdagangan internasional secara prinsip seharusnya mendatangkan manfaat dan keuntungan mutual gaining bagi semua pihak yang melakukan pertukaran. Prinsip ini pula yang melatarbelakangi mengapa suatu negara melakukan perdagangan dengan negara lain. Walaupun kedua belah pihak memperoleh keuntungan, tetapi yang menjadi persoalan adalah pihak yang mana yang lebih diuntungkan. Masalah ini pula yang menjadi agenda pembahasan terpenting pada organisasi perdagangan dunia WTO, yang menyangkut rasa keadilan fairness terutama antara negara-negara maju dan negara berkembang dalam kepemilikian faktor produksi.

3.7.1 Penawaran Ekspor

Suatu negara mengekspor suatu komoditi disebabkan oleh adanya perbedaan harga komoditi di pasar domestik dengan pasar dunia Kindleberger dan Lindert,1982. Jika harga domestik lebih rendah dari harga dunia akan mendorong suatu negara untuk mengekspor sebagai kelebihan kuantitas penawaran excess supply. Jumlah kuantitas yang ditawarkan pada pasar dunia adalah sebesar selisih antara jumlah yang ditawarkan oleh produsen dan jumlah yang diminta konsumen di pasar domestik. Analisis mengenai penawaran ekspor dapat dilakukan dengan cara yang sederhana dengan menggunakan konsep dasar fungsi penawaran dan permintaan domestik dengan suatu komoditas tertentu. Pada Gambar 3 menunjukkan bagaimana kurva penawaran ekspor diturunkan. Sumber : Krugman dan Obsfeld, 2003. Gambar 3. Penurunan Kurva Penawaran Ekspor Keterangan: P A = tingkat harga saat penawaran produsen sama dengan permintaan konsumen di negara domestik, Quantity Price Price Quantity P 1 PA P 2 D 2 D 1 S 1 S 2 S 1 -D 1 S 2 -D 2 XS D S 2 1 P 1 , P 2 = tingkat harga suatu komoditi negara domestik, D 1 , D 2 = jumlah permintaan konsumen negara domestik, S 1 , S 2 = jumlah penawaran produsen negara domestik. Misalkan penawaran ekspor dilakukan oleh negara domestik. Pada saat harga P 1 , penawaran produsen domestik sebesar S 1 sementara itu permintaan domestik hanya sebesar D 1 . jadi jumlah dari seluruh penawaran yang mungkin diekspor adaalah S 1 -D 1 . Pada tingkat harga P 2 terjadi peningkatan jumlah penawaran oleh perusahaan domestik menjadi S 2 dan jumlah permintaan konsumen domestik menjadi turun sebesar D 2 . Jumlah total yang mungkin diekspor adalah sebesar S 2 -D 2 . Pada saat harga P A jumlah penawaran sama dengan jumlah yang diminta artinya jumlah yang diekspor adalah nol tidak ada perdagangan. Jadi kurva penawaran ekspor dimulai pada saat tingkat harga P A .

3.7.2 Permintaan Impor

Suatu negara mengimpor suatu komoditi disebabkan oleh adanya perbedaan harga komoditi di pasar domestik dengan pasar dunia. Kindleberger dan Lindert,1982. Jika harga domestik lebih tinggi dari harga dunia akan mendorong suatu negara untuk mengimpor suatu komoditi karena kelebihan jumlah yang diminta excess demand. Jumlah kuantitas yang diminta pada pasar dunia adalah sebesar selisih antara jumlah yang diminta oleh konsumen dan jumlah yang ditawarkan oleh produsen di pasar domestik. Pada Gambar 4 menunjukkan bagaimana kurva permintaan impor diturunkan dengan menggunakan konsep dasar fungsi penawaran dan permintaan domestik dengan suatu komoditas tertentu