Keterangan: S1 = Skenario penurunan tingkat suku bunga sebesar 15 persen
S2 = Skenario kenaikan harga pupuk sebesar 20 persen S3 = Skenario kenaikan tingkat upah subektor perkebunan sebesar 20 persen
S4 = Skenario depresiasi Rupiah terhadap US Dollar sebesar 40 persen S5 = Skenario penurunan pajak ekspor CPO sebesar 40 persen
S6 =Skenario kombinasi penurunan tingkat suku bunga 15 persen dan kenaikanharga pupuk sebesar 20 persen
7.2.2 Kebijakan Menaikkan Harga Pupuk 20 persen
Skenario menaikkan harga pupuk sebesar 20 persen akan menyebabkan luas areal tanaman menghasilkan kelapa sawit dan karet menurun. Kenaikan harga
input merupakan disinsentif bagi petani untuk menambah luas areal tanaman, karena pupuk merupakan salah satu input yang sangat mempengaruhi produksi
yang akan dihasilkan. Kenaikan harga pupuk dapat menyebabkan jumlah pupuk yang digunakan
oleh petani untuk perkebunan berkurang sehingga berdampak pada produktivitas perkebunan baik perkebunan kelapa sawit maupun karet. Pada perkebunan kelapa
sawit penurunan produktivitas terbesar pada perkebunan besar swasta sebesar 7.31 persen kemudian perkebunan rakyat 4.82 persen perkebunan besar negara 2.49
persen. Sedangkan untuk perkebunan karet penurunan produktivitas terbesar terjadi pada perkebunan besar swasta 8.24 persen, perkebunan rakyat 6.81 persen,
dan perkebunan besar negara 3.31 persen. Penurunan produktivitas secara total menyebabkan produksi dan ekspor
CPO dan karet alam mengalami penurunan. Produksi CPO turun sebesar 10.65 persen dan produksi karet alam mengalami penurunan sebesar 7.63 persen. ekspor
CPO turun sebesar 4.36 persen dan karet alam turun 7.60 persen. Produksi yang semakin menurun akan berdampak pada pasar domestik dan dunia karena
Indonesia merupakan negara eksportir utama untuk kelapa sawit dan karet alam. Penurunan ekspor CPO dan karet alam Indonesia di pasar dunia menyebabkan
penawaran CPO dan karet alam di pasar dunia berkurang sehingga mendorong harga CPO naik sebesar 0.64 persen dan karet alam dunia naik sebesar 0.44
persen. Selanjutnya melalui trasmisi harga di pasar dunia menyebabkan harga ekspor dan harga domestik juga naik. Kenaikan harga ini mengakibatkan
permintaan CPO dan karet alam oleh industri minyak goreng turun sebesar 0.08 persen.
7.2.3 Kebijakan Menaikkan Upah Sektor Perkebunan 20 Persen
Skenario kebijakan peningkatan upah sektor perkebunan sebesar 20 persen akan menyebabkan luas areal tanaman menghasilkan kelapa sawit dan karet turun.
Faktor upah sangat penting dalam perkebunan karena berkaitan berkaitan dengan penggunaan jumlah tenaga kerja. Peningkatan upah tenaga kerja merupakan
disinsentif bagi petani karena dengan peningkatan upah akan menambah biaya yang akan dikeluarkan oleh petanipekebun.
Dengan skenario peningkatan upah subsektor perkebunan memberikan dampak terhadap penurunan luas areal tanaman menghasikan perkebunan kelapa
sawit dan karet menurun. Pada perkebunan kelapa sawit penurunan luas areal yang terbesar terjadi pada perkebunan rakyat sebesar 17.64 persen, kemudian
perkebunan besar swasta sebesar 15.74 persen dan perkebunan besar negara sebesar 4.53 persen. Sedangkan pada perkebunan karet penurunan luas areal