ekspor dunia di pasar dunia akan menekan harga CPO dan karet alam di pasar dunia turun masing-masing sebesar 0.67 persen dan 0.17 persen.
Dengan skenario depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar juga berdampak terhadap harga domestik. Kurangnya pasokan untuk pasar domestik
mendorong harga CPO domestik meningkat sebesar 9.88 persen dan harga karet alam meningkat sebesar 15.63 persen. Dengan adanya peningkatan harga
domestik akan menyebabkan permintaan industri domestik Indonesia untuk CPO akan turun sebesar 4.60 persen dan karet alam sebesar 0.82 persen.
7.2.5 Kebijakan Menurunkan Pajak Ekspor 40 Persen
Kebijakan penerapan pajak ekspor CPO tidak efektif untuk menstabilkan harga domestik dan menjamin pasokan bahan baku CPO untuk industri domestik.
Dengan penerapan pajak ekspor CPO pada awalnya ekspor CPO Indonesia akan berkurang dan jumlah CPOyang ditawarkan di pasar dunia berkurang, akibatnya
harga CPO di pasar dunia meningkat. Peningkatan harga dunia ini memberikan insentif bagi eksportir Indonesia untuk tetap mengekspor CPO, akibatnya pasokan
bahan baku untuk industri domestik berkurang dan adanya transmisi harga dari pasar dunia ke harga domestik CPO akhirnya harga domestik tetap naik.
Skenario kebijakan dengan menurunkan pajak ekspor sebesar 40 persen akan berdampak positif pada harga ekspor akan naik 0.68 persen dan akan
memberikan insentif untuk mengekspor CPO, yang pada akhirnya akan menyebabkan harga CPO domestik akan naik. Kenaikan harga ekspor CPO yang
akan berakibat pada kurangnya jumlah pasokan domestik. Kekurangan jumlah pasokan akan mondorong harga domestik naik sebesar 0.21 persen.
Faktor harga CPO yang meningkat akan memberikan insentif bagi petani meningkatkan produksinya yaitu dengan menambah luas areal tanaman. Dengan
pertambahan luas areal tanam dan peningkatan produktivitas dapat meningkatkan pertambahan produksi CPO. Kenaikan harga ekspor CPO akan meningkatkan
jumlah ekspor CPO Indonesia. Seiring dengan peningkatan jumlah ekspor CPO Indonesia, total ekspor CPO dunia juga mengalami peningkatan. Hal ini akan
berdampak pada penurunan harga dunia. Penurunan pajak ekspor juga mempunyai dampak redistribusi terhadap
kesejahteraan yaitu dari pemerintah dan konsumen ke produsen kelapa sawit. Kebijakan penurunan pajak ekspor akan menyebabkan surplus produsen
bertambah, surplus konsumen dan penerimaaan pemerintah dari pajak berkurang.
7.2.6 Kebijakan Menurunkan Tingkat Suku Bunga 15 persen dan Menaikkan Harga Pupuk Sebesar 20 persen
Skenario ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan beban yang
ditanggung produsen kelapa sawit dan karet akibat kenaikan harga pupuk dengan keringanan memperoleh tambahan modal melalui kredit. Penurunan produksi pada
pada Skenario tunggal kenaikan harga pupuk mencapai 10.65 persen namun dengan skenario kombinasi ini menjadi 8.27 persen. Dampak lain dari kebijakan
ini adalah terjadi kenaikan permintaan industri domestik, yaitu sebesar 1.93 persen untuk industri minyak goreng dan 0.35 persen untuk industri ban.
7.3 Analisis Perubahan Kesejahteraan Masyarakat
Perubahan kebijakan ekonomi dapat dianalisis dampaknya terhadap perubahan kesejahteraan masyarakat pada industri kelapa sawit dan karet
Indonesia. Perubahan kesejahteraan tersebut dapat didekati melalui perubahan
pada surplus produsen dan surplus konsumen. Di samping itu, juga dilihat perubahan pada total surplus dan devisa disajikan pada Tabel 47.
Dari 6 skenario kebijakan yang ada, penurunan tingkat suku sebesar 15 persen S1, kenaikan tingkat harga pupuk sebesar 20 persen S2, kenaikan
tingkat upah sebesar 20 persen S3, depresiasi nilai tukar Rupiah sebesar 40 persen S4, penurunan pajak sebesar 40 persen S5 dan kombinasi penurunan
suku bunga sebesar 15 persen dan kenaikan harga pupuk sebesar 20 persen S6, terlihat bahwa ada trade off antara kedua indikator yang dievaluasi, dimana jika
surplus produsen meningkat maka surplus konsumen akan turun. Skenario kebijakan S1, S2, S3, S4, S5 dan S6 memberikan dampak
terhadap peningkatan surplus produsen kelapa sawit dan pengurangan surplus konsumen industri minyak goreng domestik. Sedangkan untuk komoditi karet
hanya kebijakan S1, S2, S3, S4 dan S6 yang memberikan surplus kepada produsen karet. Besarnya perubahan surplus pada produsen kelapa sawit jauh
lebih besar dibanding dengan surplus produsen karet disebabkan karena petani atau pengusaha perkebunan cenderung memilih komoditi kelapa sawit untuk
dikembangkan. Skenario kebijakan penurunan pajak ekspor sebesar 40 persen S5, memberikan dampak pada perubahan surplus produsen dan surplus
konsumen untuk komoditi CPO namun tidak memberikan perubahan surplus yang diterima oleh produsen dan konsumen karet.
Dilihat dari perubahan penerimaan devisa, skenario depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar sebesar 40 persen S4 memberikan peningkatan
devisa yang paling besar. Skenario S4 ini memberikan perubahan devisa sebesar 107.05 ribu US Dollar untuk komoditi CPO dan sebesar 60 ribu US Dollar untuk
komoditi karet. Sedangkan skenario harga pupuk sebesar 20 persen S2 memberikan penurunan penerimaan devisa paling besar, yaitu untuk komoditi
CPO sebesar 183.25 ribu US Dollar dan untuk komoditi karet alam sebesar 82.77 ribu US Dollar.
Tabel 47. Dampak Berbagai Alternatif Kebijakan terhadap Perubahan Surplus Produsen dan Surplus Konsumen Industri Kelapa Sawit dan Karet
Indonesia
Perubahan Kesejahteraan
Satuan S 1
S 2 S 3
S 4 S 5
S 6 Komoditi Minyak Sawit
Kasar CPO
Surplus Produsen
Perkebunan Rakyat Miliar Rp.
53.66 34.32
19.44 1,401.26
30.48 69.74
Perkebunan Besar Negara Miliar Rp.
29.07 20.04
11.20 763.99
16.65 39.83
Perkebunan Besar Swasta Miliar Rp.
80.26 49.10
29.07 2,075.70
45.15 105.20
Surplus Konsumen
Indutri MG
Miliar Rp.
51.09 35.77
19.81 1,296.35 28.97
71.08
Surplus Total
Miliar Rp.
111.90 67.70
39.90 2,944.60
122.75 143.69
Penerimaan Devisa
Ribu USD
18.42 183.25 106.77
107.05 19.94
89.69 Komoditi Karet Alam
Surplus Produsen
Perkebunan Rakyat Miliar Rp.
0.15 14.78
26.98 2,063.98
27.14 Perkebunan Besar Negara
Miliar Rp. 0.02
2.10 3.87
294.54 3.87
Perkebunan Besar Swasta Miliar Rp.
0.02 2.20
4.09 313.90
4.10
Surplus Konsumen
Indutri Ban Miliar Rp.
0.01 1.17
2.19 159.75
- 2.20
Surplus Total
Miliar Rp. 0.18
17.91 32.74
2,512.68 -
32.90 Penerimaan Devisa
Ribu USD 0.93
82.77 149.48
60.44 -
150.95
Keterangan: S1 = Skenario penurunkan tingkat suku bunga sebesar 15 persen
S2 = Skenario kenaikan harga pupuk sebesar 20 persen S3 = Skenario kenaikan tingkat upah subektor perkebunan sebesar 20 persen
S4 = Skenario depresiasi Rupiah sebesar 40 persen S5 = Skenario penurunan pajak ekspor CPO sebesar 40 persen
S6 = Skenario kombinasi penurunan tingkat suku bunga 15 persen dan kenaikan harga pupuk sebesar 20 persen