di negara pengimpor tetap tinggi menyebabkan negara meningkatkan ekspornya Gambar 9.
SA1
DA XS1
DB SB
PB
PA1
MD
PW1 P
Q P
Q Q
P
QA1 QA2
.
QW1 QW2
. .
QB
y 2
z x
3 1
Negara A Eksportir
Negara B Importir
Pasar Dunia
SA2
PA2
XS2
.
PW2
5 4
a b
c
.
Gambar 9. Dampak Penurunan Upah Tenaga Kerja dalam Perdagangan Internasional
Keterangan: Q
A1
,Q
A2
= perubahan jumlah produksi negara A, P
A1
, P
A2
= perubahan harga negara A, P
W1
, P
W2
= perubahan harga dunia.
3.8.3 Nilai Tukar
Nilai tukar mata uang exchange rate atau kurs adalah harga satu mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar memainkan
peranan penting dalam perdagangan internasional, karena dengan nilai tukar memungkinkan kita membandingkan harga barang dan jasa yang dihasilkan oleh
suatu negara. Lebih lanjut Salvatore 1999 menjelaskan bahwa dalam melakukan transaksi perdagangan antar negara, mereka menggunakan mata uang asing bukan
mata uang negaranya.
Para ekonom membedakan nilai tukar atau kurs menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil. Nilai tukar nominal adalah harga relatif dari mata uang dua
negara sedangkan nilai tukar riil adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara Mankiw, 2003. Nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana kita bisa
memperdagangkan barang domestik dengan barang luar negeri bergantung pada harga barang dalam mata uang lokal dan tingkat kurs yang terjadi. Nilai tukar riil
adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga- harga dometik dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri. Nilai tukar riil
dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini: ………………………………………………………… 3.35
dimana: adalah nilai tukar riil, e adalah nilai tukar nominal, P adalah harga
barang domestik, dan adalah harga barang luar negeri.
Kemampuan suatu negara untuk mengontrol nilai tukar mata uang kurs menjadi indikasi kondisi perekonomian suatu negara. Jika kondisi perekonomian
suatu negara baik, dimana memiliki nilai tukar mata uang stabil akan memberikan jaminan bagi setiap warga negara dapat membeli barang yang diperlukan
kapanpun. Negara yang mempunyai nilai tukar mata uang lemah memiliki kesempatan untuk meningkatkan jumlah ekspornya karena harga barang yang
diekspor tersebut dirasakan murah oleh negara importir. Selanjutnya Kandil 2009 menjelaskan respon ekspor terhadap perubahan nilai tukar bergantung pada
elastisitas permintaan luar negeri. Jika permintaan inelastis apresiasi depresiasi mata uang dapat mengakibatkan kenaikan penurunan yang diekspor dalam nilai
dolar.