Simulasi Kebijakan Ekonomi Analisis Data
karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan
langkah yang efektif untuk keperluan meningkatkan pendapatannya. Tabel 4. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Karet Indonesia Menurut Bentuk
Pengusahaannya Tahun 1999-2008
Tahun PR
PBN PBS
Total Luas
Ha Pangsa
Luas Ha
Pangsa Luas
Ha Pangsa
Luas Ptbh
1999 3 086 543 85.86 218 344
6.07 290 173 8.07 3 595 060
2000 2 882 795 85.48 212 617
6.30 277 009 8.21 3 372 421
6.19 2001 2 838 421 84.86
221 876 6.63 284 470
8.50 3 344 767 0.82
2002 2 825 476 85.15 221 228
6.67 271 655 8.19 3 318 359
0.79 2003 2 772 490 84.27
241 625 7.34 275 997
8.39 3 290 112 0.85
2004 2 747 899 84.23 239 118
7.33 275 250 8.44 3 262 267
0.85 2005 2 767 021 84.38
237 612 7.25 274 758
8.38 3 279 391 0.52
2006 2 832 982 84.66 238 003
7.11 275 442 8.23 3 346 427
2.04 2007 2 899 679 84.94
238 246 6.98 275 792
8.08 3 413 717 2.01
2008 2 910 208 84.99
238 210 6.96 275 799
8.05 3 424 217 0.30
Keterangan: PR = Perkebunan Rakyat PBN= Perkebunan Besar Negara
PBS = Perkebunan Besar Swasta Sumber: Ditjenbun, 2009
. Selama periode 10 tahun terakhir, seperti terlihat dalam Tabel 4, telah
terjadi penurunan luas areal karet lebih 125 ribu hektar dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar
– 3.27 persen per tahun. Pada tahun 2000 terjadi penurunan luas areal tertinggi sebesar 6.19 persen dan sampai tahun 2004 terus mengalami
penurunan. Hal ini mungkin disebabkan oleh perkebunan rakyat mengganti komoditi karet menjadi kelapa sawit karena harga minyak sawit CPO terus
meningkat.
5.2.
Perkembangan Produksi dan Produktivitas
Peningkatan produksi kelapa sawit, karet terjadi karena pengembangan tanaman melalui pola PIR, UPP berbantuan, dan swadaya masyarakat yang sudah
memasuki usia menghasilkan. Dari segi produksi kelapa sawit Indonesia pada tahun 2008 menempati posisi pertama menggeser posisi Malaysia dan produksi
karet Indonesia menempati posisi kedua setelah Thailand. Tabel 5. Perkembangan Produksi Crude Palm Oil Indonesia Menurut Bentuk
Pengusahaannya Tahun 1999-2008
Tahun PR
PBN PBS
Produksi Total Produksi
ton Pangsa
Produksi ton
Pangsa Produksi
ton Pangsa
1999 1 547 811
23.98 1 468 949
22.75 3 438 830
53.27 6 455 590
2000 1 905 653
27.22 1 460 954
20.87 3 633 901
51.91 7 000 508
2001 2 798 032
33.32 1 519 289
18.09 4 079 151
48.58 8 396 472
2002 3 426 740
35.61 1 607 734
16.71 4 587 871
47.68 9 622 345
2003 3 517 324
33.69 1 750 651
16.77 5 172 859
49.54 10 440 834
2004 3 847 157
35.52 1 617 706
14.94 5 365 526
49.54 10 830 389
2005 4 500 769
37.94 1 449 254
12.22 5 911 592
49.84 11 861 615
2006 5 783 088
33.33 2 313 729
13.33 9 254 031
53.33 17 350 848
2007 6 358 389
35.99 2 117 035
11.98 9 189 301
52.02 17 664 725
2008 6 923 042
39.47 1 938 134
11.04 8 678 612
49.47 17 539 788
Keterangan: PR = Perkebunan Rakyat PBN= Perkebunan Besar Negara
PBS = Perkebunan Besar Swasta Sumber: Ditjenbun, 2009
.
Sejalan dengan perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit pada
periode 1999-2008, diikuti oleh produksi Crude Palm Oil CPO dan Palm Kernel Oil
PKO cenderung semakin meningkat. Produksi di tahun 1999 hanya 6.45 juta ton CPO menjadi 17.54 juta ton pada tahun 2008. Dengan komposisi perkebunan
rakyat 6.92 juta ton, perkebunan besar negara 1.94 juta ton dan perkebunan besar swasta 8.68 juta ton. Dari Tabel 5 terlihat terjadinya kecenderungan peningkatan
pangsa produksi perkebunan rakyat dari 23.98 persen pada tahun 1999 menjadi 39.47 persen pada tahun 2008. Hal ini karena perkembangan luas areal
perkebunan rakyat. Sedangkan pangsa produksi perkebunan besar negara memperlihatkan kecenderungan yang semakin menurun dari 22.75 persen pada
tahun 1999 menjadi 11.04 persen pada tahun 2008 dan pangsa produksi pada perkebunan besar swasta memperlihatkan kecenderungan yang menurun dari
53.27 persen pada tahun 1999 menjadi 49.47 persen pada tahun 2008. Kondisi di atas menunjukkan bahwa terjadi perbedaan produktivitas
kelapa sawit antar bentuk pengusahaan perkebunan. Pada tahun 1999, produktivitas tertinggi dihasilkan oleh perkebunan negara, yaitu 2.55 tonha,
kemudian diikuti oleh perkebunan besar swasta yaitu 1.55 tonha dan perkebunan rakyat sebesar 1.48 tonha.
Tabel 6. Perkembangan Produksi Karet Alam Indonesia Menurut Bentuk Pengusahaannya Tahun 1999-2008
Tahun PR
PBN PBS
Produksi Total
Produksi ton
Pangsa Produksi
ton Pangsa
Produksi ton
Pangsa 1999 1 206 410
75.20 181 522
11.31 216 427
13.49 1 604 359 2000 1 125 161
74.94 169 866 11.31 206 401
13.75 1 501 428 2001 1 209 284
75.23 182 578 11.36 215 599
13.41 1 607 461 2002 1 226 647
75.24 186 535 11.44 217 177
13.32 1 630 359 2003 1 396 244
77.90 191 699 10.70 204 405
11.40 1 792 348 2004 1 662 016
80.45 196 088 9.49 207 713
10.05 2 065 817 2005 1 838 670
80.97 209 837 9.24 222 384
9.79 2 270 891 2006 2 082 597
78.97 265 813 10.08 288 821
10.95 2 637 231 2007 2 176 686
79.00 277 200 10.06 301 286
10.94 2 755 172 2008 2 173 616
79.00 276 809 10.06 300 861
10.94 2 751 286
Keterangan: PR = Perkebunan Rakyat PBN= Perkebunan Besar Negara
PBS = Perkebunan Besar Swasta Sumber: Ditjenbun, 2009
.