Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

besar dari produksi tanaman perkebunan diekspor ke luar negeri. Jumlah ekspor dari tanaman perkebunan mengalami fluktuasi. Fluktuasi ekspor dari tanaman perkebunan tidak terlepas dari kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Studi perdagangan terhadap komoditi kelapa sawit dilakukan oleh Manurung 1993 meliputi pasar domestik dan pasar dunia, adapun negara tujuan ekspor Indonesia Amerika Serikat, Jepang, dan Belanda. Dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa penawaran ekspor minyak kelapa sawit ke Eropa, dan Amerika Serikat dalam jangka pendek inelastis terhadap harga ekspor minyak sawit sedangkan untuk jangka panjang bersifat elastis terhadap Amerika, dan inelastis untuk Eropa. Penelitian Suharyono 1996 juga menunjukkan hasil yang sama yaitu ekspor minyak sawit Indonesia ke pasar Masyarakat Ekonomi Eropa MEE cukup responsif terhadap perubahan permintaan, dan harga ekspor minyak sawit Indonesia. Studi tentang ekspor CPO Indonesia juga dilakukan oleh Zulkifli 2000, persamaan ekspor diformulasikan sebagai fungsi ekspor agregat. Ekspor CPO Indonesia merupakan fungsi dari lag harga ekspor CPO, jumlah produksi CPO, nilai tukar, dan lag ekspor Indonesia. Pangsa ekspor karet alam Indonesia memiliki cukup besar dari total produksi karet alam. Studi yang dilakukan oleh dilakukan oleh Limbong 1994, bertujuan untuk menganalisis fungsi ekspor dari masing masing negara produsen yang menjadi pesaing utama Indonesia. Ekspor karet alam Indonesia berpengaruh secara nyata terhadap perubahan nilai tukar, dan impor karet alam dunia. Elwamendri 2000 melakukan studi mengenai ekspor karet alam antara negara produsen utama dan Amerika Serikat menyimpulkan bahwa penawaran ekspor karet ketiga negara produsen karet ke Amerika inelastis terhadap perubahan harga ekspor karet alam dan angka elastisitas Indonesia lebih kecil dibanding kedua negara lainnya. Sedangkan studi yang dilakukan Tetty 2002 menganalisis penawaran dan permintaan karet alam Indonesia di pasar domestik dan dunia, dari model perdagangan terlihat jumlah penawaran ekspor Indonesia didisagregasi untuk setiap negara tujuan ekspor seperti Amerika Serkat, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan. Berdasarkan hasil estimasinya bahwa penawaran karet alam Indonesia ke Amerika, dan Jepang lebih responsif terhadap perubahan produksi dibanding terhadap harga ekspor karet alam, nilai tukar, dan pajak ekspor sedangkan penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Korea Selatan lebih responsif terhadap perubahan harga ekspor karet alam dalam jangka pendek maupun jangka panjang selain itu juga responsif terhadap perubahan pajak ekspor dalam jangka panjang Studi mengenai ekspor komoditi lainnya dilakukan oleh Lifianthi, 1999; Lubis 2002 untuk komoditi kopi. Sedangkan untuk komoditi kakao dilakukan oleh Soemartoto 2004; Arsyad 2004. Persamaan ekspor keempat studi terdahulu di atas merupakan persamaan ekspor agregat. Ekspor kopi sumatera selatan merupakan fungsi dari perkalian harga kopi dengan nilai tukar, produksi kopi, dummy kuota ekspor, dummy standar ekspor, pajak ekspor, dan ekspor kopi sisa dunia Lifianthi, 1999. Sedangkan Ekspor kopi Indonesia baik robusta maupun arabica merupakan harga ekspor kopi, produksi kopi Indonesia, dan lag ekspor kopi Indonesia Lubis, 2002. Ekspor kakao Indonesia merupakan fungsi dari produksi kakao Indonesia, nilai tukar, harga kakao dunia, dan lag ekspor kakao Soemartoto 2004. Sedangkan ekspor kakao Sulawesi Selatan merupakan fungsi dari harga ekspor Indonesia, produksi kakao Sulawesi Selatan, nilai tukar, dan lag ekspor Sulawesi Selatan Arsyad, 2004

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Domestik, dan Harga

Dunia Komoditi Tanaman Perkebunan Perkembangan harga domestik suatu komoditi tidak hanya ditentukan oleh jumlah permintaan, dan jumlah penawaran domestik saja tetapi juga dipengaruhi oleh harga di pasar dunia. Selain itu juga harga domestik suatu komoditi dipengaruhi oleh faktor spekulasi pasar. Studi terdahulu tentang harga domestik, dan harga dunia untuk komoditi CPO dilakukan oleh Manurung 1993; Suharyono 1996; Zulkifli 2000. Studi untuk komoditi karet dilakukan oleh Limbong 1994. Studi untuk komoditi kopi dilakukan oleh Lifianthi 1999; Lubis 2002 dan studi untuk komoditi kakao dilakukan oleh Soemartoto 2004; Arsyad 2004. Harga domestik CPO sangat responsif terhadap perubahan harga CPO di pasar dunia, dan perubahan permintaan domestik baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang Suharyono, 1996. Sama halnya dengan hasil studi yang dilakukan Zulkifli 2000 bahwa harga ekspor CPO, permintaan CPO domestik, dan harga domestik CPO bedakala berpengaruh sangat nyata terhadap harga domestik. Sedangkan harga CPO di pasar dunia dipengaruhi oleh jumlah ekspor, jumlah impor, dan lag harga dunia. Harga domestik karet alam dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap dollar US, dan harga karet alam bedakala. Sedangkan untuk harga dunia