Kebijakan Ekonomi pada Komoditas Kelapa Sawit

Nilai statistik t digunakan untuk menguji apakah masing-masing peubah penjelas berpengaruh nyata terhadap peubah endogennya. Hasil statistik t yang diperoleh menunjukkan bahwa ada beberapa peubah penjelas yang tidak berpengaruh nyata terhadap peubah endogennya pada taraf α = 0.01. Dalam penelitian ini taraf α yang digunakan cukup fleksibel sebagai berikut: A Berbeda nyata dengan nol pada taraf α = 0.05 B Berbeda nya ta dengan nol pada taraf α = 0.10 C Berbeda nyat a dengan nol pada taraf α = 0.15 D Berbeda nya ta dengan nol pada taraf α = 0.20 Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, dengan mempertimbangkan model cukup besar dengan periode pengamatan cukup panjang, maka hasil pendugaan model cukup representatif untuk menangkap fenomena ekonomi dari industri kelapa sawit dan karet baik di pasar domestik maupun di pasar internasional.

6.2 Keragaan Blok Indonesia

Keragaan produksi kelapa sawit dan karet Indonesia dalam model ini disajikan dalam bentuk respon areal tanaman dan produktivitas yang masing- masing terdiri atas tiga persamaan didisagregasi berdasarkan bentuk pengusahaan perkebunan yaitu: Perkebunan Rakyat PR, Perkebunan Besar Negara PBN, dan Perkebunan Besar Swasta PBS. Hasil pendugaan parameter untuk luas areal tanaman menghasilkan disajikan pada Tabel 9 dan Tabel 10.

6.2.1 Luas Areal Tanaman Menghasilkan

Luas areal tanaman menghasilkan suatu komoditi saling terkait dengan luas areal tanaman menghasilkan komoditi lainnya dengan suatu asumsi sumberdaya lahan yang tersedia terbatas. Dalam penelitian ini fokus pada keterkaitan antar komoditi kelapa sawit dan komoditi karet. Petani akan memilih komoditi untuk yang mampu memberikan keuntungan yang lebih besar. Jika komoditi kelapa sawit mampu memberikan keuntungan yang lebih besar maka petani cenderung meningkatkan luas areal tanam kelapa kelapa sawit dan sebaliknya akan mengurangi luas areal tanaman karet. Pada persamaan luas areal tanaman menghasilkan kelapa sawit tanda koefisien parameter lag 3 tahun harga domestik riil CPO adalah positif dan tanda koefisien lag 3 tahun harga domestik riil karet adalah negatif. Sedangkan pada persamaan luas areal tanaman menghasilkan karet tanda koefisien parameter lag 3 tahun harga domestik riil karet adalah positif dan tanda koefisien lag 3 tahun harga domestik riil CPO adalah negatif. Hal ini mengindikasikan adanya kompetisi penggunaan sumber daya antara kelapa sawit dan karet. Kenaikan harga domestik riil CPO atau penurunan harga domestik riil karet akan mendorong perluasan areal kelapa sawit yang tercermin dari makin bertambahnya areal tanaman menghasilkan pada 3-4 tahun kemudian. Hal ini sangat memungkinkan karena kedua komoditas tersebut memerlukan lahan dan agroekosistem yang hampir sama

6.2.1.1 Luas Areal Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit

Hasil pendugaan respon areal tanaman menghasilkan kelapa sawit cukup baik untuk setiap bentuk pengusahaan. Pada Tabel 9 luas areal tanaman menghasilkan kelapa sawit dipengaruhi oleh lag 3 tahun harga riil CPO domestik L3HCPOR, lag 3 tahun harga riil karet alam domestik L3HRETR, lag 3 tahun tingkat suku bunga riil L3INTRR, tingkat upah riil sektor perkebunan UPAHR, harga pupuk riil HPUKR, teknologi TREND, dan lag luas areal tanaman menghasilkan kelapa sawit LLATMWIT. Tabel 9. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Luas Areal Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit Indonesia LATMWIT Peubah Koefisien t Value Pr |t| E SR Perkebunan Rakyat Intersep 952.1166 3.62 0.002 Harga domestik CPO t-3 0.13226 2.6 0.0182 0.5183 Harga domestik Karet t-3 -0.04927 -1.9 0.073 -0.4209 Suku bunga riil t-3 -4.50183 -3.08 0.0065 -0.3269 Harga pupuk -0.43623 -3.85 0.0012 -0.7033 Upah t-1 -0.0027 -4.17 0.0006 -1.2286 Trend waktu 91.26334 10.17 .0001 R 2 =0.96934 F = 94.84 DW=1.6618 Perkebunan Besar Negara Intersep 278.1264 6.66 .0001 Harga domestik CPO t-3 0.006119 0.76 0.4586 0.0406 Harga domestik Karet t-3 -0.00543 -1.32 0.2025 -0.0785 Suku bunga riil t-3 -0.08262 -0.36 0.7258 -0.0101 Harga pupuk -0.01271 -0.71 0.4882 -0.0347 Upah t-1 -0.00031 -3 0.0077 -0.2386 Trend waktu 19.44779 13.67 .0001 R 2 =0.97903 F =140.07 DW=1.0041 Perkebunan Besar Swasta Intersep 1013.487 3.99 0.0009 Harga domestik CPO t-3 0.138446 2.82 0.0114 0.4245 Harga domestik Karet t-3 -0.05888 -2.36 0.0299 -0.3936 Suku bunga riil t-3 -6.29312 -4.46 0.0003 -0.3576 Harga pupuk -0.25498 -2.33 0.0314 -0.3217 Upah t-1 -0.00296 -4.75 0.0002 -1.0540 Trend waktu 101.7707 11.75 .0001 R 2 =0.97964 F =144.32 DW=1.6843 Keterangan: E SR = Elastisitas Jangka Pendek Lag 3 tahun harga domestik riil CPO berpengaruh positif sangat nyata terhadap luas areal tanaman menghasilkan kelapa sawit untuk perkebunan rakyat dan perkebunan besar swasta pada taraf α = 0.01, sedangkan untuk perkebunan besar negara berpengaruh positif tetapi tidak nyata. Hal ini diduga karena pembukaan areal perkebunan besar negara cenderung mendukung kebijakan pemerintah dimana tujuan produksinya untuk memenuhi kebutuhan domestik. Lag 3 tahun harga riil karet alam domestik berpengaruh negatif terhadap luas areal tanaman menghasilkan kelapa sawit perkebunan rakyat, perkebunan besar negara, dan perkebunan besar swasta. Ini berarti respon luas areal tanaman menghasilkan kelapa sawit memiliki hubungan yang negatif terhadap harga komoditi karet pada semua bentuk pengusahaan. Harga input produksi seperti harga pupuk riil, tingkat upah riil, dan tingkat suku bunga riil secara umum berpengaruh negatif terhadap luas areal tanaman menghasilkan kelapa sawit. Secara statistik besaran parameter dugaannya berbeda nyata dengan nol, kecuali harga pupuk riil pada perkebunan negara pengaruhnya tidak berbeda nyata dengan nol. Peubah trend waktu sebagai proksi terhadap perubahan teknologi, infrastruktur, dan manajemen berpengaruh positif sangat nyata pada semua persamaan luas areal tanaman menghasilkan kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan luas areal tanaman menghasilkan dari tahun ke tahun selama periode pengamatan. Berdasarkan perhitungan elastisitas diketahui bahwa respon luas areal tanaman menghasilkan kelapa sawit bersifat inelastis dalam jangka pendek terhadap harga domestik riil CPO, harga domestik riil karet tingkat suku bunga riil, dan harga pupuk riil. Sedangkan untuk respon luas areal tanaman menghasilkan kelapa sawit bersifat elastis terhadap perubahan tingkat upah riil dan teknologi dalam jangka pendek untuk pengusahaan perkebunan rakyat dan perkebunan besar swasta.

6.2.1.2 Luas Areal Tanaman Menghasilkan Karet

Hasil pendugaan respon areal tanaman menghasilkan karet cukup baik. Luas areal tanaman menghasilkan dipengaruhi oleh lag 4 tahun harga riil karet alam domestik L4HRETR, lag 4 tahun harga domestik riil CPO L4HCPOR, lag 4 tahun suku bunga riil L4INTRR, tingkat upah riil UPAHR, harga pupuk riil HPUKR, trend waktu TREND, dan lag luas areal tanaman menghasilkan LLATMRET. Hasil pendugaan parameter Tabel 10 menunjukkan respon areal tanaman menghasilkan pada masing-masing bentuk pengusahaan perkebunan berbeda terhadap masing masing peubah. Tanda koefisien dari masing-masing parameter sesuai dengan yang diharapkan. Lag 4 tahun harga riil karet alam domestik berpengaruh positif terhadap luas areal tanaman menghasilkan karet untuk perkebunan rakyat, perkebunan besar negara, dan perkebunan besar swasta. Secara statistik hanya untuk pengusahaan pekebunan besar swasta nyata pada taraf α = 0.10, sedangkan untuk pengusahaan lainnya pengaruhnya tidak berbeda nyata dengan nol. Lag 4 tahun harga domestik riil CPO berpengaruh negatif terhadap luas areal tanaman menghasilkan karet untuk semua bentuk pengusahaan perkebunan. Namun hanya untuk perkebunan besar negara nyata pada taraf α = 0.10. sedangkan untuk perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta berpengaruh negatif tetapi tidak berbeda nyata dengan nol. Harga input produksi seperti harga pupuk riil, upah riil dan tingkat suku bunga riil secara umum berpengaruh negatif terhadap luas areal tanaman menghasilkan karet dan secara statistik besaran parameter dugaannya berbeda nyata dengan nol, kecuali peubah tingkat upah riil untuk bentuk pengusahaan perkebunan rakyat pengaruhnya tidak berbeda nyata dengan nol. Hal ini diduga karena perkebunan rakyat cenderung menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Tabel 10. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Luas Areal Tanaman Menghasilkan Karet Indonesia LATMRET Peubah Koefisien t Value Pr |t| E SR E LR Perkebunan Rakyat Intersep 1141.354 4.53 0.0003 Rasio L4HRETCPO Harga domestik Karet t-4 14.94136 0.61 0.5487 0.0189 0.0249 Harga domestik CPO t-4 -14.94136 -0.61 -0.5487 -0.0189 -0.0249 Suku bunga t-4 -0.80807 -1.32 0.2048 -0.0214 -0.0282 Harga pupuk -0.09098 -2.08 0.0522 -0.0565 -0.0744 ∂Upah -0.00026 -0.83 0.4187 -0.0008 -0.0010 Trend waktu 33.04755 3.86 0.0011 Luas areal menghasilkan karet t-1 0.239932 1.12 0.2777 R 2 =0. 98051 F=150.92 DW=2.0490 Perkebunan Besar Negara Intersep 174.8572 18.36 .0001 Harga domestik karet t-4 0.000587 0.53 0.6023 0.0174 Harga domestik CPO t-4 -0.00408 -1.9 0.073 -0.0544 Suku bunga t-4 0.331123 5.96 .0001 0.0877 Harga pupuk -0.02833 -6.51 .0001 -0.1759 Upah t-1 -0.00003 -1.38 0.1846 -0.0526 Trend waktu 3.015313 8.58 .0001 R 2 =0.88157 F =22.33 DW= 1.89772 Perkebunan Besar Swasta Intersep 127.8814 24.2 .0001 Rasio L4HRETINTR: Harga domestik karet t-4 0.012569 1.92 0.0706 0.0169 Suku bunga t-4 -0.012569 -1.92 -0.0706 -0.0169 Harga domestik CPO t-4 -0.00147 -0.68 0.5022 -0.0264 ∂Harga pupuk -0.02329 -3.72 0.0015 -0.0006 ∂Upah -0.00008 -2.28 0.0346 -0.0028 Trend waktu 1.992202 7.55 .0001 R 2 =0.90788 F =37.45 DW= 1.3524 Keterangan: E SR = Elastisitas Jangka Pendek ; E LR = Elastisitas Jangka Panjang; ∂ = perubahan