6.1.5.1. Kelembagaan Kemitraan Permodalan
Kemitraan permodalan pengembangan bioetanol di Kabupaten Teluk Bintuni adalah antara pemerintah sebagai principal dan penyadap nipah selaku
agent . Modal yang diberikan secara keseluruhan adalah hibah dari pemerintah,
yaitu berupa bangunan pabrik dan peralatan pembuatan bioetanol, peralatan dan perlengkapan penyadapan nira nipah. Hal ini dilakukan oleh pemerintah agar
merangsang penyadap agar bisa menjalankan kegiatan penyadapan dengan lebih baik.
Modal yang diberikan sepenuhnya merupakan hak dari kelompok usaha untuk mengelolanya dan kewajiban yang berkaitan dengan permodalan adalah
tanggung jawab ketua kelompok, dimana ketua harus memberikan laporan mengenai perkembangan permodalan yang diberikan. Sedangkan untuk anggota
kelompok usaha berhak menerima modal yang diberikan untuk dikelola oleh masing-masing penyadap nipah sebagai anggota kelompok, dan kewajiban
anggota adalah memberikan hasil berupa nira nipah. Perusahaan terus memberikan binaan dan bimbingan kepada penyadap dalam hal pengelolaan
bioetanol dan nipah.
6.1.5.2. Kelembagaan Kemitraan Pemasaran
Kemitraan pemasaran yang terbentuk adalah antara penyadap dan pemerintah, dan penyadap dan perusahaan. Tidak ada perjanjian tertulis yang
harus disepakati bersama antara pemerintah, perusahaan, dan penyadap. Semua keputusan memasarkan produk diatur oleh pemerintah. Perjanjian tersebut adalah
sebagai berikut : 1 nira nipah yang dihasilkan oleh anggota kelompok usaha setiap hari dikumpulkan dalam pabrik kemudian dicatat oleh ketua jumlah nira
nipah masing-masing anggota penyadap, 2 anggota kelompok harus memberikan jumlah nira sesuai dengan kapasitas perusahaan untuk menghasilkan bioetanol,
yaitu antara 4 500 – 15
000 liter per hari. Selain itu anggota juga harus menghasilkan nira nipah untuk kebutuhan bahan baku pabrik mereka, yaitu 1 300
liter per hari, 3 pemasaran nira nipah dan bioetanol tidak melibatkan pedagang perantara, tetapi semua difasilitasi oleh pemerintah. Untuk nira nipah akan dijual
kepada kelompok usaha ataupun perusahaan secara langsung dengan harga Rp 500 per liter kemudian nira tersebut akan dibawa ke perusahaan untuk diolah
menjadi bioetanol dengan kadar etanol 96 – 98 persen, 4 bioetanol kadar etanol 60 - 70 persen yang dihasilkan oleh kelompok usaha akan dikembalikan kepada
anggota kelompok yang menyerahkan nira nipah. Kelebihan bioetanol sebagian akan dijual kepada masyarakat sekitar sebagai pengganti minyak tanah, dan jika
masih ada kelebihan akan dibawa oleh perusahaan untuk di proses lebih lanjut menghasilkan bioetanol kadar etanol 96 – 98 persen, 5 ketentuan harga jual
bioetanol sepenuhnya diatur oleh pemerintah. Adanya hubungan yang baik antar ketiga pelaku dalam usaha
pengembangan nipah, maka pola kemitraan yang terbentuk menjadikan usaha tersebut layak dilakukan, meskipun belum ada perjanjian tertulis antara
pemerintah dan penyadap, dan perusahaan dengan penyadap. Sedangkan antara pemerintah dan pengusaha ada kontrak perjanjian kerjasama.
6.2. Analisis Finansial Pengembangan Nipah dari Subsistem Usahatani
hingga Subsistem Industri Pengolahan Perhitungan analisis finansial digunakan untuk menganalisis apakah
kegiatan pengembangan nipah dari subsistem usahatani hingga subsistem industri