Lokasi Pengembangan Perkebunan Nipah dan Pabrik Bioetanol

subsistem industri pengolahan dalam mendukung desa mandiri energi di Kabupaten Teluk Bintuni.

6.1.2.1. Lokasi Pengembangan Perkebunan Nipah dan Pabrik Bioetanol

Nipah selama ini belum banyak dibudidayakan, karena areal hutan nipah masih cukup luas dan tanaman ini dianggap sebagai tanaman liar. Namun, karena tanaman ini memiliki kandungan gula yang cukup tinggi, maka tidak mustahil apabila kelak akan dibudidayakan secara besar-besaran baik sebagai reboisasi hutan mangrove maupun sebagai tanaman industri Rachman dan Sudarto, 1991. Kabupaten Teluk Bintuni memiliki hutan nipah yang cukup luas meskipun data luasan hutan nipah belum tersedia, tetapi sebagai penyangga hutan mangrove yang terdapat di Kabupaten Teluk Bintuni, nipah banyak tersebar di daerah ini. Fungsi nipah yang akan digunakan sebagai penghasil energi menuntut perlu adanya pengelolaan pemeliharaan hutan nipah yang ada dan pengembangan nipah dengan budidaya di daerah-daerah yang cocok untuk pertumbuhan nipah sehingga produktivitas yang dihasilkan akan lebih baik. Saat ini ketersediaan bahan baku untuk kebutuhan pabrik cukup memadai dan terjamin kontinuitasnya, namun program desa mandiri energi menuntut perlu adanya pengembangan produksi nipah. Penentuan lokasi untuk perencanaan pengembangan perkebunan nipah dengan budidaya di Teluk Bintuni harus didasarkan pada kondisi agroekosistem setempat. Lokasi budidaya nipah yang diharapkan adalah yang sesuai dengan syarat tumbuh pohon nipah, yaitu di dataran rendah pantai pada ketinggian 0 – 10 m diatas permukaan laut terutama di daerah yang berawa-rawa atau di daerah yang berair payau. Batang dan akar nipah terendam di dalam tanah lumpur halus dengan derajat keasaman pH yang sesuai antara 6 – 6.5 dan kadar salinitas antara 50 – 100 mmoshcm 3 . Kadar salinitas yang tinggi akan menyebabkan tanaman kerdil serta produksi malai dan buahnya menjadi rendah. Kondisi suhu lingkungan yang cocok berkisar 20 – 35 o C. Program desa mandiri energi dengan mengembangkan nipah sebagai bahan baku bioetanol berlokasi di Distrik Bintuni. Sesuai dengan syarat tumbuh nipah dan geomorfologi Teluk Bintuni, maka daerah yang cocok untuk dikembangkan tanaman nipah adalah pada dataran alluvial yang pada umumnya dibentuk oleh kerikil, pasir, lumpur dan gambut dengan ketebalan sekitar 20 cm dan elevasi 0 – 50 dpl, memiliki derajat keasaman 5 – 10 terdapat di sepanjang tepi sungai Distik Bintuni dan Distrik Arandai Departemen Pekerjaan Umum, 2005. Pengembangan nipah dapat juga dilakukan pada lokasi hutan nipah yang sudah ada dengan melakukan penjarangan pada pohon-pohon yang sudah tua. Dalam hutan nipah masih tersedia lahan yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan nipah dan karena nipah tumbuh di lahan rawa atau gambut maka ketersediaan air menjadi tidak penting. Akses menuju lokasi hutan nipah ataupun lahan yang akan digunakan untuk pengembangan nipah merupakan jalan lumpur ketika air surut pada pagi hari. Saat air pasang mulai pukul 10.00 WIT hingga sore maka akses menuju hutan atau lahan nipah harus menggunakan sampan karena jalan telah tertutup air pasang. Penyadap pun mememerlukan persiapan yang khusus, seperti sepatu boot karena tanahnya berlumpur, helm atau topi untuk menutupi kepala dari serangan nyamuk, baju dan celana panjang atau penggunaan obat anti nyamuk. Hal ini dilakukan agar lebih berkonsentrasi melakukan kegiatan prasadap atau penyadapan. Meskipun merupakan jalan berlumpur, namun akses menuju lokasi hutan atau lahan sangat mudah dilalui dan tidak mengganggu proses penyadapan nira. Berdasarkan lokasi yang ada pengembangan nipah layak dilakukan dari segi teknis. Selain lokasi pengembangan nipah, lokasi pabrik bioetanol juga menjadi dasar keputusan layak tidaknya kegiatan industri dilakukan. Pabrik bioetanol dibangun oleh pemerintah daerah dalam hal ini adalah Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Teluk Bintuni kerjasama dengan pihak ketiga, yaitu PT. Rizki Anugerah Putera. Pabrik bioetanol yang dibangun ada 2 dua, yaitu pabrik dengan kapasitas 100 liter per hari dan pabrik dengan kapasitas 1 000 liter per hari. Tujuan dibangunnya pabrik bioetanol kapasitas 100 liter per hari bagi penyadap adalah dengan harapan dapat memberdayakan masyarakat lokal dalam kegiatan industri. Artinya ada pengetahuan yang dapat diperoleh penyadap dengan memanfaatkan teknologi yang lebih baik. Pabrik yang dibangun oleh pemerintah daerah berada di 4 lokasi, salah satunya di Kelurahan Bintuni Barat Distrik Bintuni yang menjadi lokasi penelitian. Lokasi pabrik berada di halaman rumah salah seorang penyadap yang bekerja sebagai penyadap nipah dan yang menjadi ketua kelompok usaha penyadap nipah bintuni barat, yaitu sekitar 10 m dari rumah ketua kelompok usaha. Hal ini dilakukan karena lokasi tersebut dekat dengan hutan nipah dimana para penyadap biasa menyadap. Aksesibilitas menuju pabrik bioetanol cukup baik dan memudahkan berbagai kendaraan keluar masuk lokasi pabrik, meskipun pabrik berada di lokasi yang terkena pasang surut air sungai. Jika air pasang sangat besar, pabrik bisa terendam kurang lebih 15 cm. Hal ini bisa mengganggu aktivitas pembuatan bioetanol di dalam pabrik. Namun, untuk sementara belum ada lokasi yang cocok untuk pembuatan pabrik yang letaknya dekat dengan sumber bahan baku sehingga pabrik di bangun di lokasi yang tersedia. Jalan menuju pabrik pun belum baik karena masih merupakan tanah yang becek sedikit lumpur ketika musim hujan, tapi tidak mengganggu aktivitas produksi bioetanol. Fasilitas pengangkutan yang disediakan berupa truk untuk mengangkut nira nipah dari lokasi pabrik dan sampan untuk mengangkut nira nipah dari hutan nipah. Pabrik bioetanol dengan kapasitas 1 000 liter per hari dikelola oleh PT. Rizki Anugerah Putera yang diharapkan juga dapat menampung nira nipah dari penyadap untuk diolah menjadi bioetanol dengan kadar etanol 96 – 98 persen. Selain itu diharapkan menjadi sarana untuk membuka pemasaran bioetanol di Teluk Bintuni. Pabrik ini dibangun di lahan milik pemerintah daerah dan merupakan lokasi pusat pengembangan industri di Teluk Bintuni, yaitu berada di Kampung Argosigemerai Satuan Pemukiman SP 5 Distrik Bintuni. Lokasi ini berjarak kurang lebih 13 km dari lokasi pabrik plasma. Aksesibilitas menuju lokasi pabrik ini sangat terbuka karena berada di pinggir jalan aspal dan memudahkan kendaraan keluar masuk pabrik. Berdasarkan aksesibilitas dan fasilitas pengangkutan yang terbuka, artinya tersedia dan lancar, maka pengembangan nipah layak dilakukan.

6.1.2.2. Luas Produksi Pengembangan Perkebunan Nipah dan Pabrik Bioetanol