6.1.2.5. Teknologi Produksi Nipah dan Bioetanol
Peralatan yang perlu dipersiapkan untuk pengolahan lahan dalam produksi nipah, yaitu cangkul, parang, pakuel, dan kapak. Sementara, bibit yang
digunakan adalah bibit lokal. Hal ini disebabkan karena belum ada penelitian secara khusus mengenai varietas nipah yang dapat menghasilkan nira nipah dalam
jumlah yang banyak. Untuk pemupukan, belum ada informasi yang secara ilmiah dapat mendukung penggunaan pupuk untuk tanaman nipah sehingga dosis pupuk
yang digunakan disesuaikan dengan keadaan tanah Kabupaten Teluk Bintuni, yaitu unsur nitrogen yang terkandung dalam urea sebanyak 200 kg, fosfor dari
TSP sebanyak 200 kg, dan kalium dari KCL 75 kg. Pupuk pelengkap cair diperlukan sebagai zat untuk merangsang pertumbuhan bunga saat tanaman mulai
berbunga. Pengembangan budidaya nipah sesuai dengan tujuan desa mandiri energi, yaitu memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia
yang ada di desa demi peningkatan kesejahteraan petani, khususnya penyadap nipah.
Kegiatan penyadapan nira nipah merupakan proses pemanenan nipah dilakukan oleh penyadap dengan menggunakan alat seperti parang untuk
memotong batang dan daun nipah, kapak, pisau untuk menyadap, dan jerigen untuk menampung nira nipah. Alat-alat tersebut sudah cukup digunakan untuk
menghasilkan nira nipah. Saat ini, penyadap hanya menghasilkan paling banyak 50 liter nira tergantung jumlah malai yang disadap.
Tenaga kerja yang digunakan untuk kegiatan usahatani nipah hanyalah tenaga kerja dalam keluarga, yaitu suami dan isteri. Anak-anak yang tidak
bersekolah juga biasanya ikut ke lokasi hutan nipah tetapi tidak ikut bekerja.
Tidak ada pembagian kerja secara khusus antara suami dan isteri. Perannya secara bersama membersihkan batang bunga, menggoyang buah, dan menyadap
nira di lokasi yang berbeda. Berbeda dengan teknologi produksi nipah, secara umum produksi
bioetanol mencakup tiga rangkaian proses, yaitu persiapan bahan baku, fermentasi, dan pemurnian destilasi. Untuk bahan baku nira nipah yang
dibutuhkan setiap pabrik, akan diperoleh dari penyadap nipah yang tergabung dalam kelompok usaha maupun penyadap nipah lainnya. Nira yang dikumpulkan
setiap hari akan ditampung dalam tanki penampungan untuk selanjutnya difermentasi menghasilkan alkohol. Proses selanjutnya adalah fermentasi. Proses
fermentasi dimaksudkan untuk mengubah glukosa menjadi etanol alkohol dengan menggunakan yeast ragi. Alkohol yang diperoleh dari proses ini adalah
alkohol dengan kadar 8 – 10 persen volume. Tahap terakhir adalah destilasi. Destilasi bermanfaat untuk memurnikan bioetanol menjadi berkadar lebih dari
95 persen agar dapat dipergunakan sebagai bahan bakar. Alkohol hasil fermentasi yang mempunyai kemurnian sekitar 40 persen tadi harus melewati proses destilasi
untuk memisahkan alkohol dengan air dengan memperhitungkan perbedaan titik didih kedua bahan tersebut yang kemudian diembunkan kembali. Peralatan yang
digunakan untuk produksi bioetanol adalah tanki fermentasi, drum penyimpanan, destilator alat penyulingan, boiler, kondensor, heat excanger, meteran cairan,
dan peralatan lainnya. Berdasarkan penjelasan mengenai lokasi pengembangan nipah dan pabrik bioetanol, luas produksi, proses produksi, dan penggunaan
teknologi, maka pengembangan nipah dari subsistem usahatani hingga subsistem industri pengolahan dari aspek teknis layak dilakukan.
6.1.3. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya 6.1.3.1. Aspek Sosial