Pengukuran Shadow Price Kelayakan Finansial dan Ekonomi

Analisis ekonomi penting terutama untuk proyek-proyek yang berskala besar, yang sering kali menimbulkan perubahan dalam penambahan penawaran dan permintaan akan produk tertentu. Jadi, analisis ekonomi dilakukan dengan alasan adanya ketidaksempurnaan pasar, adanya pajak dan subsidi, dan berlakunya konsep surplus konsumen dan surplus produsen Husnan dan Suwarsono, 1994.

3.3.1. Pengukuran Shadow Price

Shadow price dari suatu produk atau faktor produksi merupakan social opportunity cost , yaitu nilai tertinggi suatu produk atau faktor produksi dalam penggunaan alternatif yang terbaik. Dalam analisis proyek terdapat arus manfaat dan biaya yang akan dihitung shadow pricenya. Shadow price dari manfaat output yang dihasilkan dari adanya proyek adalah menggunakan kombinasi input tradeable maupun nontradeable. Tradeable output dinilai berdasarkan harga paritas border price, yaitu harga Cost Insurance Freight CIF untuk produk yang menjadi sasaran impor andaikata tidak dihambat oleh kebijaksanaan resmi, dan harga Free on Board FOB untuk produk yang dapat diekspor. Shadow price yang digunakan adalah border price itu, sedangkan terhadap barang non tradeable, shadow pricenya adalah harga yang ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran di pasar, dikurangi pajak tidak langsung dan ditambah subsidi Gray et al., 2007. Shadow price sarana produksi juga ditentukan berdasarkan jenis barang tersebut, apakah tradeable atau non tradeable, sementara faktor produksi ditentukan berdasarkan tenaga kerja dan modal. Balas jasa bagi tenaga kerja adalah upah, gaji, dan tunjangan, sedangkan balas jasa bagi modal terdiri dari bunga dan keuntungan. Jadi, shadow price dari tenaga kerja adalah upah, dan modal adalah social opprtunity cost modal yang dipergunakan untuk mendiskonto arus manfaat dan biaya suatu proyek. Beberapa pendekatan teori yang dapat digunakan sebagai dasar penggunaan shadow price seperti dibawah ini : 1. Shadow Wage Harga Bayangan Tenaga Kerja Awalnya, gagasan shadow wage khusus di negara berkembang terpusat pada masalah pengangguran, baik pengangguran terbuka maupun pengangguran terselubung orang yang aktif mencari penghasilan tetapi produktivitasnya rendah. Artinya karena penganggur tidak berproduksi, maka shadow wage sebenarnya adalah nol. Dengan kata lain, mempekerjakan seorang penganggur tidak mengorbankan produksi apa pun di tempat lain. Namun, timbul pemikiran bahwa walaupun sekelompok penganggur dalam suatu kegiatan tertentu mungkin tidak mempengaruhi tingkat produksi dalam jangka pendek, tetapi untuk program pembangunan secara keseluruhan yang tersebar selama beberapa tahun, adalah kurang wajar bila diasumsikan bahwa penggunaan faktor produksi yang begitu penting seperti tenaga kerja tak terdidik tidak mempunyai opportunity cost apa pun. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa munculnya pengangguran di sekitar perekonomian modern berhubungan erat dengan penciptaan kesempatan kerja melalui kegiatan itu. Artinya, yang menarik tenaga kerja untuk datang dari daerah pedesaan dan menetap di kota lain atau daerah pembangunan lainnya bukan karena tawaran tempat kerja yang baik, melainkan kemungkinan mendapat pekerjaan yang memberikan tingkat pendapatan riil diatas tingkat penghasilan di pedesaan. Jadi, dengan menciptakan kesempatan kerja melalui proyek pembangunan, kita meningkatkan probabilitas mendapat pekerjaan bagi tenaga kerja yang menunggu, sehingga akan terjadi migrasi dari pedesaan. Jadi, tenaga penganggur secara tidak langsung mempengaruhi tingkat produksi di pedesaan. Pengorbanan produksi tersebut diambil sebagai social opportunity cost faktor produksi tenaga kerja tak terdidik Gray et al., 2007. Harga tenaga kerja dalam pasar persaingan sempurna akan ditentukan oleh nilai produk marjinal tenaga kerja, yaitu upah akan sama dengan jumlah produk yang dapat dihasilkan oleh seorang tenaga kerja tambahan. Ini karena apa yang akan dibayarkan petani untuk menyewa tambahan buruh untuk panen misalnya selama pekerja tambahan itu menaikkan jumlah output dengan suatu nilai yang lebih daripada nilai upah yang harus dibayarkan oleh petani kepadanya Gittinger, 1986. 2. Shadow Price Lahan Harga Bayangan Lahan Lahan merupakan faktor produksi atau aset tak bergerak dalam proses produksi pertanian. Berbeda dengan tenaga kerja dan modal yang bersifat bergerak dan bisa berpindah kepada aktivitas lainnya, lahan bersifat tetap atau tak bergerak. Kecuali lahan tersebut di dekat pusat kota, menjadi pusat perumahan atau perindustrian, opportunity cost dari lahan yang ditanami satu komoditas adalah pendapatan yang diperoleh dari komoditas terbaiknya Pearson et al., 2005. Petani akan menggunakan lahannya untuk suatu komoditas sesuai dengan keuntungan yang akan diperoleh dari berbagai komoditas. Nilai lahan di pasar lahan tergantung kepada tingkat produktivitas lahan tersebut, dan dengan sendirinya juga tingkat keuntungan yang akan diperoleh petani pembeli atau penyewa lahan tersebut. Bila cara ini tidak praktis karena rumit dan juga mahalnya menganalisis komoditas alternatif terbaik, maka dapat digunakan pendekatan nilai sewa lahan. Gittinger 1986, juga menuliskan biaya opportunitas lahan adalah nilai bersih dari produksi yang hilang bila penggunaan tanah diubah dari penggunaan tanpa proyek menjadi penggunaan dengan proyek. Hal yang termudah untuk menilai biaya itu adalah jika tanah berubah penggunaannya tetapi bukan berubah kontrol manajemennya, baik karena pemilik mengolah tanahnya sendiri atau penyewa meneruskan pengolahan tanah tersebut. 3. Shadow Price Input Harga Bayangan Faktor Produksi Harga bayangan input atau faktor produksi bisa diartikan sebagai biaya yang diperhitungkan atau bisa juga sebagai opportunity cost. Pada pasar tidak sempurna, harga input atau harga output yang dihadapi rumahtangga tidak lagi mengacu kepada harga pasar, tetapi ditentukan secara internal oleh rumahtangga sebagai harga bayangan Sadoulet and de Janvry, 1995 dalam Kusnadi, 2005. Pada persoalan optimasi terkendala, harga bayangan input mempunyai arti berapa nilai tambahan fungsi tujuan setiap tambahan satu satuan input. Jadi, dalam hal ini besaran pengganda lagrange juga diartikan sebagai harga bayangan. Berarti harga bayangan diartikan sebagai nilai satu unit sumberdaya diukur dengan kontribusinya terhadap tambahan nilai fungsi tujuan. Semakin langka ketersediaan sumberdaya relatif terhadap jumlah yang dibutuhkan, harga bayangan sumberdaya tersebut makin tinggi. Dalam teori ekonomi produksi, tambahan nilai output yang disebabkan oleh tambahan satu satuan sumberdaya disebut nilai produktivitas marjinal, yaitu PFi, dimana p adalah harga produk dan Fi adalah produktivitas marjinal input ke-i. Jadi, nilai produktivitas marjinal ini juga dapat diartikan sebagai harga bayangan faktor produksi. Oleh karena itu, pendugaan terhadap harga bayangan faktor produksi, termasuk tenaga kerja bisa dilakukan dengan menduga nilai produktivitas marjinal. Berdasarkan pendugaan ini, besarnya harga bayangan ditentukan oleh penggunaan input, produk, dan harga produk.

3.3.2. Kriteria Kelayakan Investasi