Klimatologi, Geologi, dan Topografi

perkotaan Bintuni. Semua kantor pemerintahan berada di kota ini Dinas Pertanian dan Perkebunan Teluk Bintuni, 2009. Distrik Bintuni yang merupakan bagian dari Teluk Bintuni terdiri dari 2 kelurahan dan 18 kampung yang berada di pesisir distrik dan pedalamanpegunungan. Secara geografis, Distrik Bintuni terletak pada koordinat 133 o 31.315’ Bujur Timur dan 02 o 306.328’ Lintang Selatan dengan luas wilayah 7 926 km 2 .

5.1.2. Klimatologi, Geologi, dan Topografi

Iklim dalam wilayah Teluk Bintuni termasuk dalam iklim tropis monsoon yang dicirikan oleh kondisi suhu dan kelembaban udara yang tinggi sepanjang tahun atau tropik basah dan memiliki suhu udara berkisar dari 20 o – 38 o C dengan kelembaban udara rata-rata 84.7 persen dan intensitas penyinaran matahari 54.3 persen. Salah satu aspek geologi lingkungan yang cukup penting dalam menunjang perencanaan, pengembangan kota adalah sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah penutupnya. Sifat fisik dan keteknikan batuan atau tanah di daerah pemetaan dapat dikemukakan sebagai berikut : 1 satuan vulkanik, terdiri dari sedimen klastik, 2 satuan batu gamping, terdiri dari koloni terumbu koral dan pecahan cangkang kerang, dan 3 satuan aluvium, terdiri dari endapan sungai, endapan limpas banjir, endapan rawa pantai dan endapan rawa danau. Kabupaten Teluk Bintuni terletak antara 0 – 2 000 m diatas permukaan laut dengan topografi adalah 40 persen bergelombang hingga pegunungan dan 60 persen dataran rendah. Secara umum wilayah Teluk Bintuni merupakan rawa- rawa yang ditumbuhi oleh hutan mangrove dan pohon-pohon sagu, selanjutnya ke arah daratan merupakan bagian yang landai dan ditumbuhi oleh pepohonan yang lebat. Selain itu di kawasan ini banyak mengalir sungai-sungai besar utama dan anak-anak sungainya seperti Sungai Muturi, Sungai Sebyar, dan Sungai Tembuni. Umumnya sungai-sungai tersebut dapat dilalui angkutan air yang jaraknya berbeda dan tergantung pada ketinggian pasang serta kepadatan tumbuhan riparian dan nipah. Sungai sangat penting dalam pengelolaan wilayah pesisir, karena fungsi-fungsinya untuk transportasi, sumber air bagi masyarakat, perikanan, pemeliharaan hidrologi, rawa dan lahan basah. Beberapa kampung dan pusat distrik yang terletak di tepian sungai dapat dijangkau oleh kapal-kapal kecil dan perahu-perahu besar dengan bantuan air pasang yang cukup untuk melewati beting-beting pasir di sepanjang aliran sungai.

5.1.3. Penggunaan Lahan dan Tanah