kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan di Teluk Bintuni. Sementara sektor pertambangan diperoleh dari hasil minyak dan gas bumi yang saat ini
sedang beroperasi di Teluk Bintuni.
Tabel 8. Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Teluk Bintuni Tahun 2004-2008
Persen Lapangan Usaha
2004 2005
2006 2007
2008
Pertanian 3.90
4.01 6.71
8.17 4.96
Pertambangan dan Penggalian
-60.10 19.97
2.80 9.17
55.96 Industri
Pengolahan 6.31
7.11 8.52
9.38 10.97
Listrik, Gas, dan Air Bersih
15.33 16.18
18.68 18.85
23.53 Bangunan
17.69 18.81
21.08 23.81
28.24 Perdagangan,
Hotel dan Restoran 21.67
22.97 26.09
27.71 29.74
Pengangkutan dan Komunikasi
19.32 22.03
24.28 26.25
15.73 Keuangan,
Persewaan dan
Jasa Perusahaan 48.77
6.97 0.02
30.74 32.48
Jasa-jasa 36.85
38.68 35.07
28.46 25.23
PDRB 4.61
8.73 11.10
12.87 12.52
Sumber : Badan Pusat Statistik Teluk Bintuni, 2008
b
5.5. Karakteristik Rumahtangga Responden Penyadap Nipah
Karakteristik rumahtangga responden penyadap nipah dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Karakteristik Rumahtangga Responden Penyadap Nipah di Kabupaten Teluk Bintuni Tahun 2010
No Karakteristik
Rata-rata
1 Umur Suami Tahun
35.70 2
Umur Isteri Tahun 32.41
3 Pendidikan Suami Tahun
9.00 4
Pendidikan Isteri Tahun 7.29
5 Jumlah Anggota Keluarga Orang
3.24
Tabel 9 menunjukkan bahwa rata-rata umur suami dan isteri adalah masih dalam kisaran umur produktif untuk bekerja. Artinya masih ada kemampuan atau
tenaga untuk bekerja lebih giat demi keluarga penyadap tersebut. Sementara rata- rata tingkat pendidikan suami adalah 9.00 tahun atau mencapai tingkat SMP
walaupun ada sebagian yang mengikuti pendidikan hingga SMU bahkan hanya lulusan SD. Demikian pula dengan isteri yang tingkat pendidikannya mencapai
SMP meskipun tidak tamat. Hal ini terjadi karena tidak adanya biaya untuk melanjutkan pendidikan, tapi dapat dilihat kesadaran mereka untuk mengikuti
pendidikan cukup tinggi. Rata-rata tanggungan keluarga hanya mencapai 3 - 4 orang untuk setiap keluarga. Hal ini karena kesadaran petani untuk tidak
memiliki anak banyak seperti orang tua mereka dahulu. Selain itu para penyadap tidak menanggung anggota keluarga lain diluar keluarga inti mereka.
5.6. Mata Pencaharian Utama Responden Penyadap Nipah
Mata pencaharian utama responden penyadap nipah dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Mata Pencaharian Utama Responden Penyadap Nipah di Kabupaten Teluk Bintuni Tahun 2010
No Mata Pencaharian Utama
Jumlah Responden Orang
Persentase
1 Penyadap Nipah
21 70.00
2 Nelayan
3 10.00
3 PNSHonorer
4 13.30
4 Kebun
2 6.70
Total 30
100.00
Tabel 10
menunjukkan bahwa
sebagian besar
responden bermatapencaharian utama sebagai penyadap nipah. Pekerjaan ini mulai ditekuni
secara serius saat industri bioetanol masuk di Teluk Bintuni. Sebelumnya
pekerjaan mereka sebagian besar adalah sebagai nelayan. Hampir seluruh waktu mereka digunakan untuk mencari ikan atau kepiting, namun frekuensi bekerja
sebagai nelayan saat ini hanya dilakukan 2 – 3 kali dalam seminggu. Sementara untuk menyadap nipah dilakukan tiap hari karena perlunya perlakukan khusus
sebelum menyadap. Pekerjaan menyadap nipah bagi sebagian responden 30 persen adalah
hanya sebagai pekerjaan sampingan. Hal ini dilakukan karena adanya program Desa Mandiri Energi, sehingga mereka bersedia menjadi penyuplai bahan baku
berupa nira nipah. Harapannya adalah bisa menambah pendapatan mereka. Walaupun menyadap nipah hanya sebagai pekerjaan sampingan, namun tidak
mempengaruhi produksi nira yang dihasilkan. Artinya para penyadap nipah mampu menghasilkan sadapan sesuai dengan kapasitas perusahaan. Saat ini, rata-
rata nira yang dihasilkan setiap penyadap adalah 30 liter per hari, tetapi penyadap mampu menghasilkan nira hingga mencapai 250 – 300 liter per hari.
5.7. Penerimaan Tunai Rumahtangga Responden Penyadap Nipah