Proses Produksi Nipah Aspek Teknis

oleh kelompok usaha dan 1 000 liter per hari yang akan dikelola oleh perusahaan. Pabrik dengan kapasitas 100 liter dibangun diatas lahan seluas 25 m 2 dengan luas bangunan 15 m 2 10 m x 5 m, sementara luas lahan yang digunakan untuk pabrik dengan kapasitas 1 000 liter adalah 55 m 2 dengan luas bangunan pabrik 40 m 2 .

6.1.2.3. Proses Produksi Nipah

Secara umum, tahapan budidaya nipah sama seperti teknik budidaya tanaman lainnya, yaitu pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, perlakuan prasadap, penyadapan pemanenan. Proses budidaya ini seperti yang ditulis dalam Ambarjaya, 2007 dan Rachman dan Sudarto, 1991. Pembukaan lahan untuk budidaya nipah disesuaikan dengan daerah yang cocok ditanami nipah, yaitu lahan berlumpur di daerah pasang surut atau di tepi muara sungai yang berair payau. Lahan-lahan bekas hutan bakau dapat pula ditanami nipah. Pembukaan lahan nipah diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan proses penyadapan dan transportasi keluar masuk hutan nipah. Pembudidayaan tanaman nipah perlu disediakan pelindung dan green belt, yaitu kawasan hijau di tepi pantai yang dapat melindungi tanaman dari hempasan ombak dan kikisan air laut. Nipah ditanam dengan cara memindahkan bibit yang telah tumbuh dan telah berumur 6 – 9 bulan dan tingginya kira-kira telah mencapai 50 cm. Pada umur tersebut, akar tanaman nipah telah kuat dan dapat melekat pada tanah sehingga kuat terhadap kikisan ombak. Bila dibudidayakan secara khusus, dapat menggunakan bibit yang disemaikan dalam polybag seperti kelapa sawit. Namun, penggunaan bibit seperti ini masih perlu penelitian lebih lanjut karena tanaman ini belum pernah dibudidayakan secara besar-besaran. Jarak tanam yang digunakan dapat bervariasi bergantung pada kesuburan tanahnya. Pada umumnya jarak tanam yang digunakan berukuran 2 x 2 m atau 2 x 2.5 m. Pengaturan jarak tanam ini akan lebih menguntungkan karena mempermudah transportasi keluar masuk area perkebunan nipah untuk melakukan penyadapan nira. Bibit yang masih baru ditanam harus diberi tiang penyangga agar tidak rebah atau hanyut oleh air. Pengembangan nipah yang direncanakan di Teluk Bintuni menggunakan jarak tanam 2 x 2 m, sehingga dalam 1 hektar ada 2 500 pohon. Perlakukan pemeliharaan nipah secara khusus belum tersedia, hanya saja untuk proses pemupukan dilakukan sama untuk tanaman pada lahan rawa lainnya, yaitu penggunaan nitrogen yang berasal dari urea, fosfor yang berasal dari TSP dan kalium yang berasal dari KCL. Urea digunakan pada saat tanaman mencapai fase vegetatif, yaitu muncul tunas atau daun muda, TSP diberikan saat tanaman berbunga diberikan dengan dosis yang cukup tinggi dan diberikan 2 bulan sebelum berbunga. KCL diberikan dengan dosis rendah satu bulan sebelum tanaman berbunga. Sementara pupuk pelengkap cair disemprotkan saat tanaman mulai berbunga dengan penyemprotan 7 – 14 hari sekali. Hal ini dilakukan agar jumlah malai yang keluar dapat meningkat. Tanaman nipah dewasa dapat mulai disadap apabila telah berbunga, yakni pada umur kurang lebih 5 tahun dan menghasilkan 3 malai setiap tahunnya. Dua per tiga dari panjang tangkai bunga sangat efektif untuk disadap niranya. Namun, agar kontinuitas produksi tetap berjalan baik, penyadapan tandan nipah harus dilakukan pada saat pembungaan yang kedua. Artinya bunga yang pertama harus dibiarkan sampai menjadi buah dan menghasilkan biji untuk perkembangbiakkannya. Bunga nipah biasanya muncul pada bulan Februari, Maret, Agustus dan September, selanjutnya setelah 4 – 5 bulan kemudian baru dapat dilakukan penyadapan. Kegiatan prasadap dilakukan sebulan sebelum diadakan penyadapan. Perlakukan prasadap ini bertujuan agar nira dapat mengalir dengan lancar keluar dari bidang sadapannya. Prinsip perlakuannya meliputi kegiatan pelenturan tangkai tandan, pemukulan tangkai tandan, dan penggoyangan tandan. Perlakuan ini harus dilakukan secara hati-hati agar tangkai bunga tidak rusak dan mengalami pembusukan sebelum waktu sadap dimulai. Kegiatan prasadap dilakukan selama 20 – 30 hari sebelum penyadapan dimulai. Secara rinci tahap perlakuan prasadap seperti ditulis dalam Ambarjaya, 2007 adalah sebagai berikut : 1. Tandan nipah untuk disadap dipilih yang memenuhi syarat, yaitu panjang bidang sadapan harus lebih dari 45 cm dan diameter tangkai tandan sekurang- kurangnya 3 cm. 2. Tandan dililit dengan tali rotan tipis hingga menutupi bagian yang besar dari tangkai yang akan disadap. 3. Pemukulan dilakukan secara perlahan-lahan sebanyak 2 kali setiap pagi, siang, dan sore. 4. Setelah dililit tali rotan kemudian digoyangkan ke atas dan ke bawah masing- masing 12 kali dengan irama yang tetap. 5. Tandan digoyangkan ke arah kiri dan kanan masing-masing sebanyak 12 kali. 6. Bersamaan dengan penggoyangan, dilakukan pemukulan tandan dengan tangan sebanyak 18 kali dimulai dari pangkal tandan hingga ke ujung tandan buah. 7. Pangkal tandan di tendang perlahan dengan telapak kaki sebanyak 4 kali, kemudian sambil ditekan dengan telapak kaki, pangkal tandan ditelungkupkan dan diikat dengan tali agar tetap melengkung. Penyadap nipah di Kabupaten Teluk Bintuni juga melakukan perlakuan prasadap sebelum dilakukan penyadapan. Hanya saja perlakuan prasadap tersebut berbeda dengan perlakuan prasadap yang dianjurkan. Secara umum perlakuan prasadap yang dilakukan oleh penyadap adalah seperti Gambar 4. Gambar 4. Perlakuan Prasadap Nira Nipah Oleh Penyadap Nipah Gambar 4 memperlihatkan bahwa perlakuan prasadap yang dilakukan oleh penyadap begitu sederhana sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penyadap. Namun, hal tersebut tidak mengurangi hasil sadapan nira yang dihasilkan. Penyadap melakukan kegiatan prasadap pada tanaman nipah yang sudah berbuah, baik buah yang masih muda hingga yang sudah tua. Penggoyangan buah setiap hari pagi dan sore selama 2 minggu Setelah 2 minggu buah yang telah digoyang dibiarkan selama 2 – 3 hari Tangkai buah yang telah biarkan bila sudah berwarna sedikit biru maka air sudah ada, kemudian buah dipotong dari batangnya dan dibiarkan selama 3 hari Setelah 3 hari tangkai siap untuk disadap Sementara tanaman yang masih berbunga hanya dibersihkan dari pelepah-pelepah yang mengganggu di sekitar tangkai bunga. Pembersihan ini pun harus dilakukan secara hati-hati agar pisau yang digunakan untuk membersihkan pelepah tidak menggores tangkai bunga karena jika tergores nira tidak akan keluar. Pembersihan ini dilakukan hingga bunga mulai membentuk buah. Penyadapan nipah harus dilakukan dengan menggunakan alat sadap yang berbentuk arit. Alat sadap harus tajam, karena alat sadap yang kurang tajam atau tumpul dapat mengakibatkan terjadinya penyumbatan pada jaringan floem yang terpotong. Selain tajam, alat sadap juga harus steril, supaya bidang sadapan tidak terinokulasi mikroba. Pembuluh floem pada tanaman nipah seperti pada tanaman monokotil lainnya, yakni terletak menyebar di antara jaringan xylem. Oleh karena itu pemotongan tangkai buah yang akan disadap harus miring agar nira dapat menetes dengan lancar. Penyadapan dilakukan pada pagi atau sore hari, karena saat ini tegangan turgor sedang naik sehingga hasilnya akan maksimal. Jika penyadapan dilakukan pagi hari maka waktu panennya sore hari, demikian sebaliknya. Banyak sedikitnya nira yang dikeluarkan dipengaruhi oleh ketebalan sayatan. Ketebalan sayatan mempengaruhi lama proses penyadapan. Proses penyadapan dapat berlangsung selama 90 hari jika tebal pengirisan rata-rata 1.5 – 2.0 mm. Hasil sadapan nira rata-rata mencapai 1 liter per hari per malai. Jika tangkai bunga besar dan sehat menghasilkan nira sebanyak 1.8 liter per hari per malai. Penyadap nipah di Kabupaten Teluk Bintuni melakukan kegiatan penyadapan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore. Penyadapan dilakukan dengan menggunakan pisau biasa, tapi ada juga yang menggunakan pisau khusus. Proses penyadapan dimulai dengan melakukan pengirisan tipis secara menyamping. Banyaknya irisan tergantung keinginan petani. Hasil irisan tersebut ditampung dalam jirigen yang diikatkan pada tangkai buah. Setelah dipanen, tangkai bunga tersebut kembali diiris hingga batas terakhir tangkai buah. Sekali sadap menghasilkan kurang lebih 1 – 2 liter nira nipah. Pohon nipah yang telah disadap akan mulai berbunga dan berbuah kembali satu tahun kemudian. 6.1.2.4. Proses Produksi Bioetanol Produk olahan yang dihasilkan dari nira nipah adalah bioetanol. Bioetanol dengan kadar etanol 60 – 70 persen dibuat oleh kelompok usaha Bintuni Barat dengan kapasitas 100 liter per hari. Proses pengolahan ditangani oleh 3 tiga orang penyadap yang sebelumnya sudah mendapat binaan dari pihak perusahaan. Sementara perusahaan selain membuat bioetanol dengan kadar etanol 96 - 98 persen secara langsung, juga mengambil kelebihan bioetanol dari kelompok usaha untuk diolah lebih lanjut menjadi bioetanol dengan kadar etanol 96 - 98 persen. Secara umum proses pembuatan bioetanol dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan proses pembuatan bioetanol dimulai dari nira nipah yang diperoleh setiap hari, yaitu 1 300 liter, 4 500 liter, dan 15 000 liter tergantung dari kebutuhan bioetanol yang dihasilkan dari hasil sadapan dimasukkan ke dalam drum atau tanki untuk difermentasi. Proses fermentasi menggunakan campuran ragi, urea, dan NPK yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah liter nira yang difermentasi. Proses ini berlangsung selama 3 hari. Setelah difermentasi siap untuk didestilasi menghasilkan bioetanol dengan kadar etanol 60 – 70 persen. Dari 1 300 liter nira akan dihasilkan bioetanol dengan kadar etanol 60 – 70 persen sebanyak 100 liter. Proses destilasi ini untuk memisahkan etanol dengan air. Titik didih etanol murni adalah 78 o C, sementara titik didih air adalah 100 o C. Gambar 5. Proses Pembuatan Bioetanol Pemanasan larutan nira yang telah mengandung etanol dengan menggunakan boiler pada suhu 78 o - 100 o C, akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap. Bioetanol kadar 60 – 70 persen yang tersisa akan dibawa ke perusahaan untuk diolah lebih lanjut, yaitu dehidrasi sehingga menjadi bioetanol dengan kadar etanol 96 – 98 persen. Dari 4 500 liter nira dan 15 000 liter nira akan dihasilkan masing-masing bioetanol dengan kadar 96 – 98 persen sebanyak 300 liter dan 1 000 liter per hari. Nira Nipah Fermentasi 3 hari Destilasi Bioetanol Kadar 60 -70 persen Dehidrasi Bioetanol Kadar 96 – 98 persen

6.1.2.5. Teknologi Produksi Nipah dan Bioetanol