Penerimaan Tunai Rumahtangga Responden Penyadap Nipah

pekerjaan mereka sebagian besar adalah sebagai nelayan. Hampir seluruh waktu mereka digunakan untuk mencari ikan atau kepiting, namun frekuensi bekerja sebagai nelayan saat ini hanya dilakukan 2 – 3 kali dalam seminggu. Sementara untuk menyadap nipah dilakukan tiap hari karena perlunya perlakukan khusus sebelum menyadap. Pekerjaan menyadap nipah bagi sebagian responden 30 persen adalah hanya sebagai pekerjaan sampingan. Hal ini dilakukan karena adanya program Desa Mandiri Energi, sehingga mereka bersedia menjadi penyuplai bahan baku berupa nira nipah. Harapannya adalah bisa menambah pendapatan mereka. Walaupun menyadap nipah hanya sebagai pekerjaan sampingan, namun tidak mempengaruhi produksi nira yang dihasilkan. Artinya para penyadap nipah mampu menghasilkan sadapan sesuai dengan kapasitas perusahaan. Saat ini, rata- rata nira yang dihasilkan setiap penyadap adalah 30 liter per hari, tetapi penyadap mampu menghasilkan nira hingga mencapai 250 – 300 liter per hari.

5.7. Penerimaan Tunai Rumahtangga Responden Penyadap Nipah

Rata-rata penerimaan tunai rumahtangga responden dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 menggambarkan besaran penerimaan yang diperoleh penyadap selama satu tahun dari usaha yang dilakukan, baik dari hasil sadapan nipah, nelayan, kebun, maupun sebagai pegawai atau honorer. Penetapan besaran penerimaan tunai, yaitu berdasarkan nilai standar deviasi dan rata-rata penerimaan yang diperoleh. Hal ini dilakukan agar besaran penerimaan menyebar secara merata untuk setiap responden. Hasilnya menunjukkan bahwa 46 persen rata-rata penerimaan tunai responden berada pada kisaran Rp 11 338 883 – Rp 37 206 000. Sumber penerimaan tunai keluarga petani paling besar berasal dari hasil jual ikan dan kepiting. Meskipun pekerjaan nelayan dilakukan hanya 2 – 3 kali dalam seminggu, namun hasil tangkapan yang diperoleh bisa mencapai 15 – 20 tali per ikat dengan harga per tali adalah Rp 25 000. Sementara bila musim kepiting, bisa diperoleh dalam sekali tangkap adalah kurang lebih 2 – 3 karung atau sekitar 40 ekor dalam setiap karung dengan harga Rp 25 000 per ekor. Tabel 11. Rata-rata Penerimaan Tunai Rumahtangga Responden Penyadap Nipah di Kabupaten Teluk Bintuni Tahun 2010 No Rata-rata Penerimaan Tunai Rp Jumlah Responden Orang Persentase 1 11 338 883 3 10.00 2 11 338 883 – 37 206 000 14 46.67 3 37 206 000 – 63 073 117 9 30.00 4 63 073 117 4 13.33 Total 30 100.00 Penerimaan tunai yang diperoleh dari hasil penyadapan nipah tergantung dari produksi nira yang dihasilkan. Produksi nira nipah tertinggi yang mampu dihasilkan oleh responden kurang lebih mencapai 50 liter. Namun hasil ini tidak semuanya dijual karena mereka lebih banyak mengkonsumsi minuman keras tersebut. Penjualan pun dilakukan secara tertutup, yaitu di rumah karena adanya pelarangan menjual minuman keras, meskipun larangan tersebut belum secara sah dikeluarkan melalui surat keputusan. Jadi, pembeli yang membutuhkan minuman keras bisa memesan atau membeli di rumah petani. Harga yang diberlakukan oleh petani penyadap untuk minuman keras adalah Rp 10 000 per liter. Tetapi, minuman tersebut tidak selamanya habis terjual, karena hampir semua penyadap menjual minuman di rumahnya sehingga penerimaan yang diperoleh menjadi lebih sedikit dibandingkan ikan atau kepiting yang lebih banyak di cari oleh setiap konsumen.

5.8. Karakteristik Kelompok Usaha dan Perusahaan