dan apakah kontribusinya cukup besar dalam menentukan penggunaan sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan. Sudut pandang yang diambil dalam
analisa ekonomi adalah masyarakat secara keseluruhan Gittinger, 1986. Aspek ekonomi suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan
masyarakat, Pendapatan Asli Daerah PAD, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah akitvitas ekonomi Nurmalina et al., 2009
a
. Aspek budaya mengkaji tentang dampak keberadaan peroyek terhadap
kehidupan masyarakat setempat, kebiasaan adat setempat apakah dapat mengubah budaya masyarakat setempat atau budaya masyarakat yang mempengaruhi
pembangunan proyek Wikipedia, 2009. Perubahan dalam teknologi atau peralatan mekanis dalam bisnis dapat secara budaya mengubah jenis pekerjaan
yang dilakukan oleh masyarakat. Aspek budaya dalam penelitian ini diuraikan secara deskriptif dengan melihat dari sisi kebiasaan produksi nipah dan hak
ulayat.
3.2.4. Aspek Lingkungan
Aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik
atau semakin rusak. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu
sendiri, sebab tidak ada bisnis yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan Hufschmidt et al., 1987 dalam Nurmalina et al., 2009
a
. Penelitian ini menilai aspek lingkungan berdasarkan dampak yang
timbulkan dari produksi nipah maupun bioetanol terhadap lingkungan sekitar baik kehidupan masyarakat, biota laut, dan dampak lainnya.
3.2.5. Aspek Pola Kemitraan
Kemitraan pada dasarnya mengacu pada hubungan kerjasama antar pengusaha yang terbentuk antara Usaha Kecil Menengah UKM dengan usaha
besar. Kemitraan yang baik dilaksanakan dengan pembinaan dan pengembangan dalam salah satu atau lebih bidang produksi dan pengolahan, pemasaran,
permodalan, sumberdaya manusia, dan teknologi. Menurut Hafsah 1999, kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua belah pihak
atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Pengertian kemitraan
berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997, yaitu kerjasama usaha antar usaha kecil atau usaha
menengah dengan usaha besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, memperkuat, dan saling menguntungkan. Tujuan dibentuknya
kemitraan berdasarkan aspek ekonomi, yaitu kemitraan dapat meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, meningkatkan perolehan nilai tambah
bagi pelaku kemitraan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional, dan memperluas kesempatan kerja.
Salah satu pola kemitraan yang digunakan dalam kegiatan usaha kecil menengah adalah pola inti – plasma. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995
dalam pasal 27 tentang usaha kecil menjelaskan bahwa pola inti – plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar
sebagai inti yang membina dan mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasmanya melalui penyediaan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian
bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi, perolehan penguasaan dan
peningkatan teknologi yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha.
3.3. Kelayakan Finansial dan Ekonomi