bensin maupun minyak tanah bagi masyarakat di Teluk Bintuni, Papua pada umumnya, dan Indonesia.
6.1.1.2. Potensi Pasar
Pengembangan bahan bakar nabati dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia di wilayah Indonesia, baik yang sudah tersedia
maupun dengan melakukan penanaman. Nipah merupakan salah satu komoditi yang dapat digunakan untuk menghasilkan bahan bakar nabati dalam bentuk
bioetanol. Di Kabupaten Teluk Bintuni, nipah memiliki potensi untuk dikembangkan karena adanya permintaan sebagai bahan baku industri pembuatan
bioetanol. Sebelum ada kegiatan industri, pemasaran nipah hanya terbatas pada penjualan atap nipah bagi sebagian penyadap dengan tujuan pasar yang tidak pasti
tidak ada pasar khusus untuk penjualan atap nipah. Adanya kegiatan industri pengolahan bioetanol dengan bahan baku nipah, berarti membuka peluang bagi
penyadap nipah untuk menjual nira nipah kepada pihak perusahaan tersedia pasar untuk penjualan nipah.
Kegiatan industri pengolahan bioetanol di Kabupaten Teluk Bintuni ditargetkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi bahan bakar minyak terutama
minyak tanah dan bensin bagi masyarakat untuk kebutuhan memasak atau sebagai bahan bakar alat transportasi. Setelah itu, target pemerintah Teluk Bintuni
selanjutnya adalah memproduksi bioetanol untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar di berbagai daerah di Indonesia pada umumnya dan Papua khususnya.
Hingga saat ini, produksi bioetanol belum dilakukan, namun perencanaan produksi telah direncanakan, yaitu 1 000 liter per hari untuk bioetanol dengan
kadar etanol 96 – 98 persen yang dikelola oleh perusahaan, dan 100 liter per hari
untuk bioetanol dengan kadar etanol 60 – 70 persen yang dikelola oleh kelompok usaha. Awalnya, perencanaan produksi bioetanol yang dihasilkan oleh
perusahaan tidak langsung mencapai 1 000 liter per hari, tetapi dicoba dengan kapasitas 300 liter per hari. Hal ini dilakukan juga untuk melihat rangsangan
konsumen terhadap penggunaan bioetanol sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak.
Secara nasional, kebutuhan bahan bakar nabati diperkirakan mencapai 18 miliar liter per tahun. Bahan bakar nabati baru dikomersialkan secara legal
sejak 20 Mei 2006. Perkembangan konsumsi bahan bakar nabati ini cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari data penjualan biosolar nama dagang untuk campuran
solar dan biodiesel dan biopremium nama dagang untuk campuran bensin dan bioetanol PT. Pertamina, dimana PT. Pertamina telah melakukan penjualan bahan
bakar nabati pada 210 SPBU di wilayah DKI Jakarta, Surabaya, dan Malang. Total konsumsi hingga Desember 2006 mencapai 184
727 989 liter untuk biosolar,
dan 1 408 000 liter untuk biopremium Tim Nasional Pengembangan BBN, 2008. Konsumsi ini diharapkan meningkat dengan target pada tahun 2015 penggunaan
bahan bakar nabati bisa dinikmati untuk seluruh sektor di Indonesia dan tahun 2025 ditargetkan penggunaan bahan bakar nabati bisa mencapai 38.2 juta Setara
Barel Minyak 1 Barel = 159 Liter. Selain di Indonesia, penggunaan bahan bakar nabati telah dilakukan oleh
beberapa negara di Dunia. Produksi bahan bakar dunia terkonsentrasi di Amerika Serikat 43 persen, Brazil 32 persen, dan Uni Eropa 15 persen. Ketiga negara
ini mengkonsumsi sendiri sebagian besar dari hasil produksi bioetanol dan biodieselnya, sehingga hanya 10 persen dari produksi dunia yang diperdagangkan
secara internasional. Pasar bahan bakar nabati dunia diperkirakan tumbuh dengan laju tak kurang dari 10 persen per tahun dalam 10 tahun ke depan. Untuk pasar
biodiesel dunia yang bervolume 8.5 juta ton pada 2007 diperkirakan meningkat menjadi 36.5 juta ton pada tahun 2020, sementara pasar bioetanol dunia, yang
bervolume 44 juta ton pada 2007, diperkirakan meningkat menjadi 151 juta ton pada 2020.
Tabel 12 memperlihatkan perkiraan produksi bioetanol untuk beberapa negara produsen di dunia. Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa produksi
bioetanol dunia diperkirakan meningkat seiring dengan kebutuhan bioetanol yang juga meningkat.
Tabel 12. Perkiraan Produksi Bioetanol Dunia di Beberapa Negara Produsen Tahun 2008 – 2012
Juta Galon NEGARA
TAHUN Laju
Pertumbuhan 2008
2009 2010
2011 2012
Brazil 4 988
5 238 5 489
5 739 5 990
2.8 U.S.
6 198 6 858
7 518 8 178
8 838 5.7
China 1 075
1 101 1 128
1 154 1 181
1.4 India
531 551
571 591
611 2.2
France 285
301 317
333 349
3.2 Spain
163 184
206 227
249 6.9
Germany 319
381 444
506 569
9.7 Canada
230 276
322 368
414 9.9
Indonesia 76
84 92
100 108
5.6 Italy
50 53
55 58
60 2.8
ROW 2 302
2 548 2 794
3 040 3 286
5.7
World 16 215
17 574 18 934 20 293
21 653 4.6
Sumber : Market Research Analyst, 2008
Saat ini, ekspor bioetanol Brazil sepanjang tahun 2009 mencapai 3 174
miliar liter, atau turun 33.5 persen dari periode yang tahun sebelumnya yang mencapai 4
776 miliar liter. Menguatnya permintaan bioetanol domestik menjadi pendorong naiknya harga bioetanol. Hal tersebut juga telah mendorong naiknya
penjualan kendaraan yang menggunakan bioetanol dan alkohol selama tahun 2009 yang mencapai 2 414 780 unit Sewoko, 2010. Sementara data perkembangan
bioetanol pada tahun 2009 di Amerika Serikat terdapat 160 perusahaan yang memproduksi bioetanol. Produsen bioetanol dengan kapasitas terbesar tetap
hanya menguasai 11 persen pangsa produksi bioetanol domestik. Secara umum produsen bioetanol di Amerika Serikat tahun 2009 melakukan perluasan kapasitas
pabriknya guna menambah kapasitas produksi bioetanol. Di India, Pemerintah Federal memutuskan membentuk komite ahli untuk merekomendasikan harga
alkohol di beberapa industri gula untuk dijual sebagai bahan bakar alkohol ke perusahaan pemasaran minyak. Kementerian Petroleum India menjamin bahwa
perusahaan minyak wajib melaksanakan pemakaian energi biofuel yang berasal dari bioetanol di seluruh negeri, yang memerlukan 680 juta liter bioetanol pada
tahun 20092010. Negara lain yang mulai memproduksi bioetanol adalah Filipina, dimana
telah dibangun pabrik bioetanol dengan kapasitas yang dihasilkan adalah 30 juta liter per tahun dengan produksi awal sekitar 27 juta liter per tahun, yang akan
menambah jumlah produksi bioetanol domestik menjadi 66 juta liter per tahun. Sementara di Thailand, Thai Roong Ruang Sugar Group yang merupakan
produsen gula terbesar kedua di Thailand merencanakan mengembangkan kapasitas produksi bioetanolnya dengan investasi THB Thai Bath 2 miliar atau
USAMPAI 60.4 juta selama 2 - 3 tahun ke depan. Pengembangan kapasitas tersebut dimaksudkan untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan bioetanol
pada saat ekonomi dunia membaik. Thailand akan membelanjakan THB 1.6 miliar untuk mendirikan 2 pabrik bioetanol dengan kapasitas 400 000 liter per
hari, dan senilai THB 400 juta untuk meningkatkan kapasitas pabrik bioetanol yang ada dari 120 000 liter per hari menjadi 240 000 liter per hari.
6.1.1.3. Harga Jual