pertanian seperti cangkul dan alat semprot dan berusaha untuk memperbesar skala usahanya sepanjang komoditi yang ditanam masih memiliki prospek pemasaran.
Kegiatan meramu baik menangkap ikan maupun menokok sagu merupakan dua pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan.
Masalah jender tidak menjadi tolok ukur dalam pembagian kerja, kecuali untuk aktivitas berburu di hutan. Waktu untuk melakukan kegiatan juga tidak menentu
tergantung musim dan keinginan mereka. Pemanfaatan sumberdaya alam oleh masyarakat pesisir Kawasan Teluk Bintuni disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Pemanfaatan Sumberdaya Alam Oleh Masyarakat Pesisir Kawasan Teluk Bintuni
Sumberdaya Alam Bagian
Manfaat
Sagu 1.
Pati pada batang 2.
Pelepah 3.
Daun 1.
Di makanjual 2.
Dinding rumah 3.
Atap rumah Mangrove
1. Batang
2. Kulit
1. Tiang rumah, kayu
bakar 2.
Obat tradisional untuk penyakit kulit
Pohon Nipah 1.
Batang 2.
Daun 3.
NiraMayang 1.
Dinding rumah 2.
Atap Rumah 3.
Disadap untuk dibuat tuak
Ikan, Udang, Kepiting 1.
Dikonsumsi 2.
Dijual
Sumber : Universitas Negeri Papua, 2003
5.3. Kependudukan
Jumlah penduduk di Kabupaten Teluk Bintuni terus meningkat seiring dengan berubahnya status Teluk Bintuni dari distrik menjadi kabupaten. Tahun
2008 jumlah penduduk di kawasan ini mencapai 55 049 jiwa yang terdiri dari
31 281 laki-laki dan 23
768 perempuan. Jumlah ini meningkat sebesar 2.58 persen dari tahun sebelumnya 53
665 jiwa. Peningkatan penduduk ini merupakan
pertumbuhan penduduk tertinggi dibandingkan dengan kabupaten atau kota lainnya di Papua Barat.
Distrik Bintuni sebagai tempat lokasi penelitian memiliki jumlah penduduk sebesar 16
969 jiwa yang terdiri dari 9 253 laki-laki dan 7
716 perempuan. Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Teluk Bintuni terus
bertambah setiap tahunnya, tapi belum diimbangi dengan penyebaran penduduk. Sebagian besar penduduk Kabupaten Teluk Bintuni masih terpusat di Distrik
Bintuni sekitar 30.82 persen. Hal ini disebabkan Distrik Bintuni merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian di Kabupaten Teluk Bintuni.
5.4. Tinjauan Ekonomi Kabupaten Teluk Bintuni
Perekonomian Kabupaten Teluk Bintuni selama tahun 2008 menunjukkan pertumbuhan yang positif. Hal ini dapat dilihat dari beberapa sektor
yang mengalami percepatan pertumbuhan. Besaran nilai PDRB atas dasar harga berlaku untuk Tahun 2008 sebesar 863.763 milyar rupiah, mengalami peningkatan
dari tahun 2007 sebesar 719.302 milyar rupiah. Pertumbuhan ekonomi yang tercipta sebesar 12.52 persen pada akhir Tahun 2008. Pertumbuhan ini cenderung
menunjukkan perlambatan dari tahun 2007 yaitu sebesar 12.87, namun kondisi perekonomian relatif stabil dalam kurun waktu 2004 – 2008. Laju pertumbuhan
ekonomi menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat pertumbuhan sektoral tertinggi dicapai
oleh sektor pertambangan dan penggalian dan diikuti dengan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Hal ini disebabkan karena Kabupaten Teluk Bintuni
merupakan kabupaten pemekaran sehingga pembangunan di berbagai sektor terutama untuk perbaikan tata kota terus dilakukan sehingga memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan di Teluk Bintuni. Sementara sektor pertambangan diperoleh dari hasil minyak dan gas bumi yang saat ini
sedang beroperasi di Teluk Bintuni.
Tabel 8. Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Teluk Bintuni Tahun 2004-2008
Persen Lapangan Usaha
2004 2005
2006 2007
2008
Pertanian 3.90
4.01 6.71
8.17 4.96
Pertambangan dan Penggalian
-60.10 19.97
2.80 9.17
55.96 Industri
Pengolahan 6.31
7.11 8.52
9.38 10.97
Listrik, Gas, dan Air Bersih
15.33 16.18
18.68 18.85
23.53 Bangunan
17.69 18.81
21.08 23.81
28.24 Perdagangan,
Hotel dan Restoran 21.67
22.97 26.09
27.71 29.74
Pengangkutan dan Komunikasi
19.32 22.03
24.28 26.25
15.73 Keuangan,
Persewaan dan
Jasa Perusahaan 48.77
6.97 0.02
30.74 32.48
Jasa-jasa 36.85
38.68 35.07
28.46 25.23
PDRB 4.61
8.73 11.10