liter dengan volume bahan bakar nabati 777 075 kiloliter atau sekitar Rp 1 500 - Rp 2
000 per liter. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan pengembangan nipah dari subsistem usahatani hingga subsistem industri
pengolahan layak dilakukan dilihat dari aspek pasar dan pemasaran.
6.1.1.4. Saluran Pemasaran
Pemasaran bioetanol dilakukan melalui kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Teluk Bintuni dalam hal ini Dinas Perindustrian Perdagangan
Koperasi dan Usaha Kecil Mikro Menengah sebagai fasilitator dengan Perusahaan PT. Rizki Anugerah Putera, dimana kelebihan hasil bioetanol yang diproduksi
oleh kelompok usaha diserahkan kepada pihak perusahaan secara langsung untuk diproses lebih lanjut menghasilkan bioetanol dengan kadar etanol 96 - 98 persen
dan selanjutnya pihak perusahaan yang akan menjual bioetanol tersebut dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat. Sementara hasil
bioetanol dengan kadar etanol 60 - 70 persen yang dihasilkan kelompok usaha digunakan oleh penyadap dan masyarakat lainnya untuk memenuhi kebutuhan
bahan bakarnya. Saluran pemasaran yang dapat terbentuk seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Saluran Pemasaran Bioetanol di Kabupaten Teluk Bintuni Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa terbentuk 3 tiga rencana
saluran pemasaran bioetanol. Saluran pertama menggambarkan penyadap menjual hasil sadapan nira nipah kepada kelompok usaha yang kemudian diolah
Konsumen Perusahaan
Kelompok Usaha Penyadap
menjadi bioetanol dengan kadar etanol 60 – 70 persen. Dari kelompok usaha, bioetanol diserahkan kepada pihak perusahaan yang selanjutnya akan diproses
menjadi bioetanol dengan kadar etanol 96 - 98 persen dan menjualnya kepada konsumen baik di kampung, distrik, dan kabupaten.
Saluran kedua yang terbentuk adalah penyadap menjual sadapan nira nipah kepada perusahaan untuk diolah lebih lanjut menjadi bioetanol dengan
kadar etanol 96 - 98 persen dan langsung menjual kepada konsumen. Hal ini dilakukan karena ada 2 dua pabrik bioetanol yang dibangun, yaitu pabrik yang
dikelola oleh kelompok usaha dan pabrik yang dikelola oleh perusahaan. Kedua pabrik ini memanfaatkan penyadap nipah untuk memasok bahan baku berupa nira
nipah. Saluran ketiga yang terbentuk, yaitu penyadap menjual nira nipah kepada
kelompok usaha dan selanjutnya akan diolah menjadi bioetanol dengan kadar etanol 60 - 70 persen dan menjualnya langsung kepada konsumen dengan sasaran
masyarakat sekitar kampung, selanjutnya distrik, dan kabupaten. Bagi penyadap yang tergabung dalam kelompok usaha hasil bioetanol yang diperoleh langsung
dibagikan kembali kepada mereka yang telah menyerahkan hasil sadapan nira nipah.
6.1.2. Aspek Teknis