Luas Produksi Pengembangan Perkebunan Nipah dan Pabrik Bioetanol

terendam kurang lebih 15 cm. Hal ini bisa mengganggu aktivitas pembuatan bioetanol di dalam pabrik. Namun, untuk sementara belum ada lokasi yang cocok untuk pembuatan pabrik yang letaknya dekat dengan sumber bahan baku sehingga pabrik di bangun di lokasi yang tersedia. Jalan menuju pabrik pun belum baik karena masih merupakan tanah yang becek sedikit lumpur ketika musim hujan, tapi tidak mengganggu aktivitas produksi bioetanol. Fasilitas pengangkutan yang disediakan berupa truk untuk mengangkut nira nipah dari lokasi pabrik dan sampan untuk mengangkut nira nipah dari hutan nipah. Pabrik bioetanol dengan kapasitas 1 000 liter per hari dikelola oleh PT. Rizki Anugerah Putera yang diharapkan juga dapat menampung nira nipah dari penyadap untuk diolah menjadi bioetanol dengan kadar etanol 96 – 98 persen. Selain itu diharapkan menjadi sarana untuk membuka pemasaran bioetanol di Teluk Bintuni. Pabrik ini dibangun di lahan milik pemerintah daerah dan merupakan lokasi pusat pengembangan industri di Teluk Bintuni, yaitu berada di Kampung Argosigemerai Satuan Pemukiman SP 5 Distrik Bintuni. Lokasi ini berjarak kurang lebih 13 km dari lokasi pabrik plasma. Aksesibilitas menuju lokasi pabrik ini sangat terbuka karena berada di pinggir jalan aspal dan memudahkan kendaraan keluar masuk pabrik. Berdasarkan aksesibilitas dan fasilitas pengangkutan yang terbuka, artinya tersedia dan lancar, maka pengembangan nipah layak dilakukan.

6.1.2.2. Luas Produksi Pengembangan Perkebunan Nipah dan Pabrik Bioetanol

Penyadap nipah selama ini tidak pernah melakukan budidaya secara khusus, sehingga tidak memiliki luasan lahan nipah yang pasti untuk setiap kepala keluarga yang biasa menyadap nipah. Namun, para penyadap memberikan batas pengambilan nira berdasarkan marga. Sebelum ada pabrik, hutan nipah dibiarkan begitu saja oleh penyadap tanpa ada pemeliharaan. Ketika pabrik masuk, hutan nipah dibagi oleh penyadap sendiri untuk masing-masing keluarga. Jadi, masing- masing keluarga dibagi satu kapling dengan luasan yang beragam antara 1 – 20 hektar tergantung dari lamanya mengusahakan nipah. Berdasarkan luasan tersebut penyadap menghasilkan nira 20 – 50 liter per hari. Namun, kapasitas produksi yang mampu dihasilkan oleh penyadap kurang lebih 200 - 300 liter. Kapasitas tersebut yang diharapkan mampu diberikan oleh penyadap kepada pihak perusahaan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku bioetanol. Rencana pengembangan perkebunan nipah dengan budidaya dibuat dalam bentuk skenario pengembangan. Dari hasil perhitungan, pengembangan budidaya nipah membutuhkan luasan lahan sebesar 23 hektar sesuai dengan kapasitas produksi pabrik bioetanol kapasitas 1 000 liter per hari. Pengembangan ini akan dilakukan selama 4 tahun menggunakan blok-blok yang dibagi setiap tahunnya, yaitu pada tahun pertama direncanakan dilakukan seluas 8 hektar, dan tahun kedua hingga keempat masing-masing seluas 5 hektar. Pekerjaan ini diharapkan dapat melibatkan penyadap nipah atau masyarakat yang belum memiliki pekerjaan dengan harapan bisa menambah informasi atau pengetahuan mereka mengenai teknik budidaya nipah yang baik. Setiap penyadap akan memperoleh lahan 1 hektar untuk dikelola bersama keluarganya. Pengelolaan nipah lahan 1 hektar mampu ditangani oleh 1 kepala keluarga. Selain luas lokasi pengembangan perkebunan nipah, di Teluk Bintuni telah dibangun pabrik bioetanol dengan kapasitas 100 liter per hari yang dikelola oleh kelompok usaha dan 1 000 liter per hari yang akan dikelola oleh perusahaan. Pabrik dengan kapasitas 100 liter dibangun diatas lahan seluas 25 m 2 dengan luas bangunan 15 m 2 10 m x 5 m, sementara luas lahan yang digunakan untuk pabrik dengan kapasitas 1 000 liter adalah 55 m 2 dengan luas bangunan pabrik 40 m 2 .

6.1.2.3. Proses Produksi Nipah