5.8. Karakteristik Kelompok Usaha dan Perusahaan
Kelompok Usaha Bintuni Barat dibentuk pada tahun 2008 sebagai kelompok yang dibuat oleh pemerintah dan koperasi wiryamuda yang
beranggotakan para penyadap nipah untuk minuman keras. Tujuan dibentuknya kelompok ini untuk menjadikan para penyadap memiliki jiwa wirausaha dengan
manajemen yang baik dan sekaligus sebagai penggerak utama untuk membuat bioetanol dari nipah. Awalnya kelompok usaha hanya beranggotakan 10 orang
termasuk ketua dan sekretaris. Namun, dengan sosialisasi yang terus dilakukan oleh pemerintah dan pihak ketiga, jumlah anggota semakin bertambah, dan saat
ini sudah mencapai 40 orang. Untuk membuka wawasan para penyadap, ketua kelompok diikutsertakan dalam lomba desa mandiri energi sebagai desa binaan
dari koperasi wiryamuda dengan harapan dapat menerapkannya untuk pembuatan bioetanol dari nipah.
PT. Rizki Anugerah Putera RAP adalah pihak ketiga yang ditunjuk oleh pemerintah untuk bekerjasama memproduksi bioetanol. Sebelumnya PT. Rizki
Anugerah Putera sudah berada di Bintuni untuk menjalankan usaha produksi minyak lawang. Ada 7 tujuh karyawan yang bekerja di perusahaan ini dengan
keahlian dibidangnya masing-masing untuk menjalankan operasional perusahaan termasuk produksi bioetanol.
5.9. Gambaran Umum Tumbuhan Nipah
Nypa fruticans
Nama ilmiah tumbuhan nipah adalah Nypa fruticans Wurmb. Di Indonesia tanaman ini disebut nipah, Filipina losa, Inggris palm, dan Malaysia
nipah. Nipah termasuk keluarga palmae, dari subfamili nipoideae. Bijinya
berkeping satu monocotyledons dan tumbuh secara berumpun di daerah air payau.
Hutan nipah merupakan kawasan subur, sehingga dapat mempertahankan ekosistem daerah disekitarnya, penyangga erosi karena pasang surut air laut atau
aliran sungai. Kawasan hutan nipah di sekitar pantai juga sangat menentukan populasi biota laut, karena sebagai titik temu antara air laut dan air tawar, di
kawasan hutan nipah sering terjadi perubahan salinitas air, kadang-kadang tawar dan kadang-kadang asin Rachman dan Sudarto, 1991. Hewan yang hidup di
kawasan ini adalah hewan-hewan tertentu yang memiliki ketahanan fisik yang khusus.
Nipah mempunyai akar serabut yang menjalar. Panjang akar dapat mencapai 13 m, karena perakaran nipah hanya terletak di dalam lumpur tanah
yang sifatnya labil, maka tidak jarang bahwa rumpun-rumpun nipah tersebut dihanyutkan oleh air sampai ke laut. Daun nipah yang sudah tua berwarna hijau,
sedangkan daum muda berwarna kuning hampir menyerupai janur kelapa. Masyarakat di sekitar kawasan hutan nipah menggunakan daun nipah sebagai
bahan untuk kerajinan anyam-anyaman, seperti tikar, bakul, atap, atau pembungkud tembakau untuk rokok. Nipah tidak mempunyai batang secara jelas
sebagaimana keluarga palma lainnya. Batangnya sangat pendek dan berupa rimpang yang terbenam di dalam tanah yang tidak keliatan. Bunga nipah terdiri
atas dua macam bunga, yaitu bunga jantan dan bunga betina. Letaknya menjadi satu pohon yang sama. Bunga jantan berwarna kuning oranye, bentuknya tegak
dan memiliki antara 2 - 3 cabang. Pada setiap cabang mempunyai 4 – 5 bulir bunga jantan. Bunga betina berbentuk bulat peluru, tumbuh bengkok dan
mengarah ke samping. Pada setiap pohon nipah dewasa dapat tumbuh 1 – 3 tandan bunga. Jika tangkai tandan bunga nipah di potong sebelum buahnya
masak, akan keluar cairan getah manis yang dikenal nira nipah. Buah nipah berbentuk langsing dengan panjang masing-masing sekitar 7.5 – 10 cm. Buahnya
dapat dimakan, berwarna cokelat dan bentuknya menyerupai pentungan seperti kepala.
Penduduk asli di Kawasan Teluk Bintuni Suku Irarutu, Kuri, Sebyar, Sumuri, dan Wamesa telah memanfaatkan nipah secara turun temurun meliputi
anak daun, tulang daun, tangkai daun pelepah, bakal tangkai daun pucuk, buah malai dan akar. Bagian nipah yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan atau
minuman adalah buah, malai dan tangkai daun. Pemanfaatan ini dilakukan dengan cara langsung dikonsumsi, ada juga yang dimanfaatkan melalui proses
pengolahan terutama dalam pemanfaatan malai sebagai minuman dengan cara disadap untuk menghasilkan nira. Pemanfaatan bagian nipah lain yang melalui
proses adalah tangkai daun sebagai substitusi garam. Tulang daun nipah dimanfaatkan sebagai perkakas dan digunakan sebagai alat untuk mengkonsumsi
papeda. Perkakas lain dibuat dengan cara dianyam dalam bentuk kerajinan tangan seperti topi dan keranjang Universitas Negeri Papua, 2003.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Analisis Aspek-aspek Non Finansial
Analisis aspek-aspek non finansial dijelaskan secara deskriptif berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lokasi penelitian, serta studi
pustaka. Aspek-aspek non finansial terdiri dari, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek sosial, ekonomi, dan aspek budaya, aspek lingkungan, dan aspek
pola kemitraan.
6.1.1. Aspek Pasar dan Pemasaran
Kelangkaan bahan bakar minyak merupakan keadaan yang hampir ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Kelangkaan tersebut karena
penggunaan bahan bakar tersebut masih ketergantungan terhadap bahan bakar minyak berbasis fosil. Untuk itu pengembangan bahan bakar nabati akan terus
dilakukan oleh pemerintah untuk menggantikan bahan bakar fosil. Hal ini sesuai dengan visi 2525 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, yaitu
pengelolaan energi dengan paradigma demand side, yaitu melakukan konservasi energi dan mengutamakan pemanfaatan energi baru hingga mencapai 25 persen
dari total bauran energi nasional pada tahun 2025 Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, 2010.
6.1.1.1. Karakteristik Produk
Produk yang dihasilkan output dari pohon nipah adalah nira, dimana nira tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku industri yang dalam hal ini
adalah bioetanol. Nira nipah merupakan cairan manis yang diperoleh dari hasil