Adapun rumus korelasi Product Moment adalah sebagai berikut :
2 2
2 2
Y Y
N X
X N
Y X
XY N
r
xy
Keterangan : r
= korelasi skor item dengan skor total X
= skor item Y
= skor total N
= jumlah subyek Kriteria pengambilan keputusan yaitu apabila koefisien korelasi
hitungan r lebih besar dari koefisien korelasi dalam tabel dan taraf signifikansi 5, maka berarti antara variabel yang diuji terdapat
hubungan yang positif dan signifikan. Sedangkan jika didapatkan koefisien korelasi hitungan r lebih kecil dari koefisien korelasi dalam
tabel, berarti antara variabel terdapat hubungan yang negatif dan tidak signifikan.
Untuk mengetahui signifikan tidaknya suatu hasil korelasi akan diuji dengan menggunakan uji t Sudjana, 1996:380 dengan rumus :
2
1 2
r n
r t
Keterangan : t
= harga tes yang dicari r
= koefisien korelasi n
= jumlah sampel
Kriteria untuk menerima atau menolak hipotesis yaitu bila t
hitung
lebih besar dari t
tabel
maka hipotesis diterima dan t
hitung
lebih kecil dari t
tabel
maka hipotesis ditolak. 2. Hipotesis V
Untuk menguji hipotesis kelima yaitu terdapat hubungan positif dan signifikan antara persepsi mahasiswa tentang metode
mengajar dosen X
1
, intensitas belajar X
2
, sarana belajar X
3
, dan lingkungan belajar X
4
dengan prestasi belajar mahasiswa Y, penulis
menggunakan teknik
analisis regresi
ganda Sudjana
1989:383, bila untuk data yang berdistribusi tidak normal penulis menggunakan analisis Chi Kuadrat Sugiyono, 2004:104 untuk
menguji hipotesis kelima. Rumus analisis regresi ganda Sudjana 1989:383 adalah sebagai berikut :
k X
a X
a X
a X
a Y
4 4
3 3
2 2
1 1
Keterangan : k
= konstan Y
= variabel teikat
1
X = variabel bebas 1
1
a = koefisien
1
X
2
X = variabel bebas 2
2
a = koefisien
2
X
3
X = variabel bebas 3
3
a = koefisien
3
X
4
X = variabel bebas 4
4
a = koefisien
4
X Mencari koefisien korelasi antara kriterium Y dengan prediktor X
1
, X
2
, X
3
, dan X
4
, dengan rumus :
2 4
4 3
3 2
2 1
1 4
, 3
, 2
, 1
Y Y
X a
Y X
a Y
X a
Y X
a R
y
Keterangan :
1
a = Koefisien X
1
2
a = Koefisien X
2
3
a = Koefisien X
3
4
a = Koefisien X
4
Y X
1
= jumlah produk antara X
1
dan Y Y
X
2
= jumlah produk antara X
2
dan Y
Y X
3
= jumlah produk antara X
3
dan Y Y
X
4
= jumlah produk antara X
4
dan Y
4 ,
3 ,
2 ,
1 y
R = koefisien korelasi antara Y dengan X
1
, X
2
, X
3
, dan X
4
Selanjutnya untuk menguji apakah koefisien korelasi tersebut signifikan atau tidak maka digunakan uji F dengan rumus sebagai
berikut Sutrisno Hadi, 1987:26 :
2 2
reg
1 1
R F
R m
m N
Keterangan : F
reg
= harga F garis regresi
N =
cacah kasus M
= cacah variabel bebas
R =
koefisien korelasi antara variabel terikat dengan variabel bebas
Nilai F
hitung
tersebut selanjutnya dibandingkan dengan nilai F
tabel
pada tingkat signifikan alpha 5. Jika nilai F
hitung
lebih besar dari nilai F
tabel
berarti hipotesis alternatif diterima atau hipotesis nol ditolak
dan sebaliknya jika nilai F
hitung
lebih kecil dari nilai F
tabel
berarti hipotesis alternatif ditolak atau hipotesis nol diterima.
3. Sumbangan Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat
a. Sumbangan Relatif SR Sumbangan relatif digunakan untuk mengetahui seberapa besar
sumbangan masing-masing variabel bebas dalam perbandingan terhadap nilai variabel terikat. Besarnya sumbangan relatif masing-masing variabel
diwujudkan dalam bentuk persentase dengan rumus sebagai berikut Sutrisno Hadi, 1987:42 :
reg
JK XY
a SR
x 100
Keterangan : SR
= Sumbangan relatif dari suatu variabel bebas
a =
Koefisien variabel bebas
XY =
Jumlah produk antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y
reg
JK =
Jumlah kuadrat regresi b. Sumbangan Efektif SE
Sumbangan efektif ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan masing-masing variabel bebas atau prediktor dalam
menunjang efektivitas garis regresi untuk keperluan pengadaan prediksi. Besarnya sumbangan efektif masing-masing variabel diwujudkan dalam
bentuk persentase dengan rumus sebagai berikut :
2
xR SR
SE
Keterangan : SE
= Sumbangan efektif suatu variabel bebas
SR =
Sumbangan relatif dari suatu variabel bebas
2
R =
Koefisien determinasi
BAB 1V GAMBARAN UMUM UNIVERSITAS
A. Sejarah Perkembagan Universitas Sanata Dharma 1. Latar Belakang
Rencana mendirikan suatu Perguruan Tinggi Keguruan lahir ketika Prof. Moh. Yamin, S.H. menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Sampai waktu itu, pendidikan khusus guru- guru SMTPSMU dilaksanakan oleh kursus BIBII yang didirikan di berbagai
kota di Indonesia. Tetapi sewajarnyalah pendidikan yang amat penting itu diangkat ke taraf keguruan universitas dengan mempertahankan arah dan
tujuannya sendiri, yaitu keguruan di sekolah menengah. Inisiatif ini menarik bagi gereja, terutama di Jawa Tengah yang waktu
itu, Ordo Societas Jesu Serikat Yesus, sering disingkat SJ telah membuka kursus-kursus di BI diantaranya BI Mendidik Yayasan De Britto di
Yogyakarta yang dikelola oleh Pater H. Loeff, S.J. BI Sejarah di Semarang dikelola oleh Pater W.J. Van Der Meulen, S.J. dan BI Bahasa Inggris
Yayasan Loyola di Semarang dikelola oleh Pater H. Bastiaanse, S.J. Selanjutnya kursus-kursus BI tersebut dianggap Crash Program
sehingga Soperior Misionaris Societas Jesus, yaitu Pater Kester berusaha mendirikan suatu perguruan tinggi. Kebetulan pada tahun 1954-1955, Prof.
De Quelje, pejabat Kementrian PP dan K, berkunjung ke Yogyakarta.
Kesempatan ini kemudian dimanfaatkan oleh Pater Kester, Pater Ruding dan Pater H. Loeff untuk menggali informasi tentang gagasan Prof. Moh. Yamin,
S.H. untuk mendirikan PTPG. Pater Kester berpendapat bahwa gagasan inilah yang selaras dengan karya-karya para Pater Jesuit dan tidak melampaui batas-
batas kemampuan Ordo. Setelah didapatkan persetujuan Bapak Menteri, berlangsunglah pembukuan resmi PTPG di Pendopo Seminari Tinggi, Jalan
Code, tanggal 17 Desember, ketika itu kementerian PP dan K diwakili oleh Prof. Makagiansar, Wakil Kepala Bagian Perguruan Tinggi. Dekan Pertama
yaitu Prof. Dr. N. Driyarkara. Tiga kursus BI milik Jesuit yang sudah ada digabungkan menjadi satu.
Gabungan itu diperkuat dengan “bumbu” US 150.000, hadiah dari Conggregatio de Propaganda Fide. Dengan demikian lahirlah PTPG Sanata
Dharma yang dimulai pada tanggal 20 Oktober 1955 dan diresmikan oleh Pemerintah pada tanggal 17 Desember 1955.
Pada awalnya PTPG Sanata Dharma mempunyai 4 jurusan, yaitu 1 Bahasa Inggris, 2 Sejarah, 3 IPA, dan 4 Ilmu Mendidik. Sedangkan nama
Sanata Dharma sendiri diciptakan oleh Pater K. Looymans, S.J., pejabat Departemen PP dan K di Kawali Kantor Waligereja Indonesia. Aslinya,
Sanata Dharma dibaca Sanyata Dharma artinya “kebaktian yang sebenarnya” atau “pelayanan yang nyata”. Kebaktian itu ditujukan kepada tanah air,
bangsa dan Gereja Pro Patria et Eclessia.
Selanjutnya, pembesar misi Societas Jesus menunjuk Pater Prof. Dr. Nicolaus Driyarkara, S.J. menjadi Dekan PTPG Sanata Dharma sedangkan
Wakil Dekan dipercayakan kepada Pater H.Loeff, S.J.
2. Perkembangan Selanjutnya
Untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan Pemerintah, Kementrian P dan K tentang perubahan PTPG menjadi FKIP Sanata Dharma dan merupakan
bagian dari Universitas Katolik Indonesia cabang Yogyakarta. Pada masa FKIP ini, Sanata Dharma berhasil memperoleh status DISAMAKAN dengan
negeri berdasarkan SK Menteri PTIP No.I1961, pada tanggal 6 Mei 1961 dan No.771962 tanggal 11 Juli 1962. Tetapi secara de facto FKIP-FKIP yang
dibentuk dari PTPG tetap berdiri sendiri dan FKIP Sanata Dharma di Universitas Katolik Indonesia cabang Yogyakarta
hanyalah nama di atas kertas saja. Mulai 15 Juili 1961 Seminari tinggi Yogyakarta menggabungkan
diri dengan FKIP Sanata Dharma dan mempunyai jurusan baru, bernama Jurusan Filsafat Teologi.
Untuk mengatasi kerancuan ini akhirnya pemerintah kembali menetapkan agar FKIP terdiri sendiri menjadi IKIP. Karena itu FKIP Sanata
Dharma juga berubah menjadi IKIP Sanata Dharma berdasarkan SK Menteri PTIP No.237B-SwtU1965. Surat keputusan ini berlaku mulai tanggal 1
September 1965. Dalam masa IKIP tersebut, banyak hal berkembang di Sanata Dharma.
Perkembangannya meliputi
berbagai aspek,
baik yang
menyangkut