Tipe Studi Fenomenologi Studi Fenomenologis

66 penelitian dan menyeimbangkan bagian-bagian dan tulisan tersebut terhadap keseluruhannya. Fenomenologi bukan hanya deskripsi, tetapi juga merupakan proses penafsiran yang penelitinya membuat penafsiran yaitu, peneliti memediasi antara makna yang berbeda; tentang makna dari pengalaman- pengalaman hidup mereka. Fenomenologi transendental atau psikologis kurang berfokus pada penafsiran dari peneliti, namun lebih berfokus pada deskripsi tentang pengalaman dari para partisipan. Di samping itu, berfokus pada salah satu konsep dari Husseris, epoche atau pengurungan, yang para penelitinya menyingkirkan pengalaman mereka, sejauh mungkin, untuk memperoleh perspektif yang baru terhadap fenomena yang sedang dipelajari. Maka dari itu, transendental berarti segala sesuatunya dipahami secara baru. Fenomenologi transcendental empiris juga mengadopsi Duquesne Studies in Phenomenological Psychology. Prosedur tersebut diilustrasikan sebagai berikut; mengidentifikasi fenomena yang hendak dipelajari, mengurung pengalaman sendiri, dan mengumpulkan data dan beberapa orang yang telah mengalami fenomena tersebut Chase 2005, Riessman 2008, Denzin 2009, Creswell 2014. Peneliti kemudian menganalisis data tersebut dengan mereduksi informasi menjadi pernyataan atau kutipan penting dan memadukan pernyataan tersebut menjadi tema dengan teliti.

c. Prosedur Pelaksanaan Studi Fenomenologis

Pendekatan psikolog memiliki langkah-langkah sistematis dalam prosedur analisis datanya dan garis-garis panduan untuk menyusun deskripsi-deskripsi tekstual dan strukturalnya. Langkah-langkah prosedural yang utama dalam proses tersebut antara lain; 1 Peneliti menentukan apakah problem risetnya paling baik dipelajari dengan menggunakan pendekatan fenomenologis. 2 Tipe permasalahan yang paling cocok untuk bentuk riset ini adalah permasalahan untuk memahami pengalaman yang sama atau bersama dan beberapa individu pada fenomena. IPS SMP KK H 67 3 Penting untuk memahami pengalaman yang sama ini dalam rangka mengembangkan praktik atau kebijakan, atau untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang ciri-ciri dan fenomena tersebut. 4 Fenomena yang menarik untuk dipelajari misalnya, kemarahan, profesionalisme, apa yang dimaksud dengan kurang berat badan underweight, fenomena seperti pengalaman dalam belajar, mengendarai sepeda, atau permulaan sebagai ayah. 5 Peneliti mengenali dan menentukan asumsi filosofis yang luas dan fenomenologi. Misalnya, seseorang dapat menulis tentang kombinasi dan realitas objektif dari pengalaman individual. Pengalaman hidup ini lebih lanjut bersifat sadar dan diarahkan pada objek. Untuk dapat mendeskripsikan secara penuh bagaimana para partisipan melihat fenomena tersebut, para peneliti harus menyingkirkan, sejauh mungkin, pengalaman mereka. 6 Data dikumpulkan dari individu yang telah mengalami fenomena tersebut. Sering kali pengumpulan data dalam studi fenomenologis dilakukan melalui wawancara yang mendalam dengan para partisipan. 7 Para partisipan diberi dua pertanyaan umum yaitu, “ Apakah yang telah Anda alami terkait dengan fenomena tersebut?”, dan “Konteks atau situasi apakah yang biasanya memengaruhi pengalaman Anda dengan fenomena tersebut?” 8 Deskripsi struktural dan tekstural tersebut, peneliti kemudian menulis dengan jujur seluruh deskripsi gabungan yang mempresentasikan esensi dan fenomena, disebut struktur invarian esensial. Terutama, bagian ini berfokus pada pengalaman yang sama dari para partisipan. Contohnya, bahwa semua pengalaman memiliki struktur dasar dukacita itu semuanya sama, baik yang dicintai itu sebuah boneka, seekor burung, atau seorang anak.