Ciri-ciri Studi Fenomenologis Studi Fenomenologis

IPS SMP KK H 65 objektif, dan, karena alasan ini fenomenologi terletak pada rangkaian antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. 4 Pada sebagian bentuk fenomenologi, peneliti mengurung dirinya di luar dan studi tersebut dengan membahas pengalaman pribadinya dengan fenomena tersebut. Hal ini tidak sepenuhnya mengeluarkan peneliti dari studi tersebut, tetapi hal ini berfungsi untuk mengidentifikasi pengalaman pribadi dengan fenomena tersebut dan sebagian untuk menyingkirkan pengalaman itu, sehingga peneliti dapat berfokus pada pengalaman dari para partisipan. 5 Prosedur pengumpulan data yang secara khas melibatkan wawancara terhadap individu yang telah mengalami fenomena tersebut. Akan tetapi, ini bukan ciri yang universal, karena sebagian studi fenomenologis melibatkan beragam sumber data, misalnya puisi, pengamatan, dan dokumen. 6 Analisis data yang dapat mengikuti prosedur sistematis yang bergerak dari satuan analisis yang sempit misalnya, pemyataan penting menuju satuan yang lebih luas misalnya, satuan makna kemudian menuju deskripsi yang detail yang merangkum dua unsur, yaitu apa yang telah dialami oleh individu dan bagaimana mereka mengalaminya. 7 Fenomenologi diakhiri dengan bagian deskriptif yang membahas esensi dari pengalaman yang dialami individu tersebut dengan melibatkan apa yang telah mereka alami dan bagaimana mereka mengalaminya.

b. Tipe Studi Fenomenologi

Ada dua pendekatan dalam fenomenologi yang disoroti dalam pembahasan ini van Manen, 1990, Chase 2005, Riessman 2008, Denzin 2009, Creswell 2014 yaitu; fenomenologi hermeneutik dan fenomenologi empiris, transendental, atau psikologis. Meskipun para ahli tidak mendekati fenomenologi dengan serangkaian aturan atau metode, mereka membahasnya sebagai jalinan dinamis. Para peneliti pertama-tama menuju fenomena, kepedulian yang abadi yang sungguh menarik bagi mereka misalnya, membaca, berlari, berkendara, mengasuh. Dalam proses tersebut, mereka becermin pada tema-tema inti, yang menyusun watak dan pengalaman hidup. Mereka menulis deskripsi tentang fenomena tersebut, memelihara hubungan yang kuat dengan topik 66 penelitian dan menyeimbangkan bagian-bagian dan tulisan tersebut terhadap keseluruhannya. Fenomenologi bukan hanya deskripsi, tetapi juga merupakan proses penafsiran yang penelitinya membuat penafsiran yaitu, peneliti memediasi antara makna yang berbeda; tentang makna dari pengalaman- pengalaman hidup mereka. Fenomenologi transendental atau psikologis kurang berfokus pada penafsiran dari peneliti, namun lebih berfokus pada deskripsi tentang pengalaman dari para partisipan. Di samping itu, berfokus pada salah satu konsep dari Husseris, epoche atau pengurungan, yang para penelitinya menyingkirkan pengalaman mereka, sejauh mungkin, untuk memperoleh perspektif yang baru terhadap fenomena yang sedang dipelajari. Maka dari itu, transendental berarti segala sesuatunya dipahami secara baru. Fenomenologi transcendental empiris juga mengadopsi Duquesne Studies in Phenomenological Psychology. Prosedur tersebut diilustrasikan sebagai berikut; mengidentifikasi fenomena yang hendak dipelajari, mengurung pengalaman sendiri, dan mengumpulkan data dan beberapa orang yang telah mengalami fenomena tersebut Chase 2005, Riessman 2008, Denzin 2009, Creswell 2014. Peneliti kemudian menganalisis data tersebut dengan mereduksi informasi menjadi pernyataan atau kutipan penting dan memadukan pernyataan tersebut menjadi tema dengan teliti.

c. Prosedur Pelaksanaan Studi Fenomenologis

Pendekatan psikolog memiliki langkah-langkah sistematis dalam prosedur analisis datanya dan garis-garis panduan untuk menyusun deskripsi-deskripsi tekstual dan strukturalnya. Langkah-langkah prosedural yang utama dalam proses tersebut antara lain; 1 Peneliti menentukan apakah problem risetnya paling baik dipelajari dengan menggunakan pendekatan fenomenologis. 2 Tipe permasalahan yang paling cocok untuk bentuk riset ini adalah permasalahan untuk memahami pengalaman yang sama atau bersama dan beberapa individu pada fenomena.