Analisis dan Penyajian Etnografis

94 Riset etnografis, merekomendasikan tiga aspek analisis data yang dikembangkan oleh Wolcott 1994: deskripsi, analisis, dan penafsiran tentang kelompok berkebudayaan sama. Salah satu titik-tolak yang baik untuk menulis etnografi adalah dengan mendeskripsikan kelompok berkebudayaan sama tersebut dan lingkungannya. Melalui perspektif interpretatif, peneliti hanya dapat menyajikan satu rangkaian fakta; fakta lain dan penafsirannya menunggu bacaan etnografi tersebut oleh partisipan dan yang lain. Akan tetapi, deskripsi dapat dianalisis dengan menyajikan informasi dalam urutan kronologis. Peneliti membuat deskripsi dengan cara semakin memfokuskan deskripsi tersebut atau menyusun rencana cerita satu hari dalam kehidupan dan kelompok atau individu tersebut secara jujur sesuai dengan kondisi yang ada. Terakhir, teknik lain melibatkan fokus pada peristiwa kritis atau penting, mengembangkan cerita lengkap dengan alur dan karakter, menulisnya sebagai misteri, mempelajari kelompok yang sedang berinteraksi; mengikuti kerangka analisis, atau memperlihatkan beragam perspektif melalui pandangan dari partisipaninforman kunci. Analisis ini meIibatkan penyorotan bahan spesifik yang dimasukkan dalam fase deskriptif atau menampilkan temuan melaiui tabel, grafik, diagram, bagan. Peneliti juga menganalisis dengan menggunakan prosedur sistematis seperti yang dikembangkan oieh Spradley 1979, yang menyarankan pembentukan taksonomi dan pembuatan tabel. Prosedur analisis yang paling populer, yang juga disebutkan Wolcott 1994, adalah pencarian keteraturan berpola dalam bentuk analisis lain di antaranya adalah dengan membandingkan kelompok kebudayaan di suatu tempat dengan yang lain, mengevaluasi kelompok tersebut dalam sudut pandang standar, dan hubungan antara kelompok berkebudayaan sama tersebut kerangka teoretis yang lebih besar. Langkah analisis lain diantaranya adalah dengan mengkritisi proses riset dan mengusulkan perancangan kembali suatu studi tertentu. Membuat penafsiran etnografis tentang kelompok berkebudayaan sama juga merupakan rangkaian langkah transformasi data. Di sini peneliti keluar dari IPS SMP KK H 95 database dan menyelidiki apa yang dihasilkan dari database Wolcott, 1999. Peneliti membuat spekulasi penafsiran komparatif yang memunculkan keraguan atau pertanyaan dari pembaca. Peneliti menarik kesimpulan data atau beralih pada teori untuk menyediakan struktur bagi penafsirannya.

5. Analisis Studi Kasus

Analisis pada studi kasus berupa pembuatan deskripsi detail tentang kasus dan setting-nya. Lebih lanjut, masalah setting atau lingkungan sangat penting. Dalam studi kasus menganalisis informasi untuk menentukan bagaimana insiden tertentu dihubungkan dengan settingnya yakni, situasi suatu komunitas yang sedang diteliti. Di samping itu Stake 1995 Creswell 2014, Denzin 2009 mendukung empat bentuk analisis dari penafsiran data dalam riset studi kasus. Dalam pengelompokan kategorikal, peneliti mencari kumpulan contoh dan data tersebut dengan tekun, berharap bahwa makna yang relevan akan muncul. Dalam penafsiran langsung di sisi lain, peneliti studi kasus melihat satu contoh tunggal dan menarik makna darinya tanpa mencari beragam contoh. Hal ini merupakan proses memisah-misahkan data dan mengumpulkannya dalam cara-cara yang lebih bermakna. Selain itu, peneliti menetapkan pola dan berusaha menemukan korespondensi antara dua atau lebih kategori. Korespondensi ini dapat berbentuk tabel, memperlihatkan hubungan antara dua kategori. Yin 2009, Creswell 2014, Denzin 2009 mengajukan sintesis lintas-kasus sebagai salah satu teknik analisis ketika peneliti mempelajari dua atau lebih kasus. Dikemukakan bahwa tabel kata dapat dibuat untuk menampilkan data dan kasus individual menurut sebagian kerangka yang seragam. Implikasi dan hal ini adalah peneliti kemudian dapat mencari persamaan dan perbedaan di antara kasus tersebut. Terakhir, peneliti mengembangkan generalisasi naturalistik dan analisis data tersebut, generalisasi yang dipelajari oleh masyarakat dan kasus tersebut baik untuk diri mereka sendiri atau untuk diterapkan pada berbagai kasus yang lain. 96 Langkah analisis ini, akan menambahkan deskripsi tentang kasus tersebut, pandangan detail tentang aspek di seputar kasus tersebut yaitu fakta. Studi kasus mendeskripsikan peristiwa yang terjadi setelah suatu insiden terjadi, menyoroti pemain utama, tempat, dan aktivitas. Kemudian mengelompokkan data tersebut menjadi beberapa kategori agregasi kategorikal, kemudian menyederhanakan menjadi beberapa tema. Di bagian akhir dari studi tersebut, mengembangkan generalisasi tentang kasus tersebut dalam sudut pandang tema dan bagaimana mereka dibandingkan dan dikontraskan dengan literatur terkait.

D. Aktivitas Pembelajaran

Setelah mempelajari Kegiatan Pembelajaran 4, untuk memperdalam pemahaman peserta diklat maka diskusikan beberapa permasalah berikut baik secara individu atau berkelompok dengan tetap saling menghargai satu dengan lainnya. Anggota kelompok dipilih secara acak dengan jumlah maksimal 4 orang.