1. Uji Fitokimia berdasarkan metode Harborne 1984

Keberadaan senyawa alkaloid pada daun cincau hijau segar menunjukkan bahwa daun cincau hijau memiliki potensi sebagai bahan antikanker. Hal sesuai dengan pernyataan Kintzios dan Barberaki 2004 serta Meiyanto et al. 2008 bahwa alkaloid merupakan senyawa yang dapat berperan sebagai antikanker. b Uji steroid Uji steroid pada daun cincau hijau segar menunjukkan hasil yang negatif. Hal ini diindikasikan oleh adanya pembentukan warna hijau muda transparan pada larutan uji. Hasil uji steroid yang positif diindikasikan oleh adanya pembentukan warna hijau-biru Harborne 1984 pada larutan uji. c Uji saponin Uji saponin pada daun cincau hijau segar menunjukkan hasil yang positif. Hasil uji saponin menunjukkan adanya pembentukan busa yang stabil selama 30 menit pada permukaan larutan uji, dan jika ditambahkan satu tetes HCl 2 N busa tidak hilang Harborne 1984. d Uji fenol hidrokuinon Uji fenol hidrokuinon pada daun cincau hijau segar menunjukkan hasil yang positif. Hal ini karena uji fenol hidrokuinon menunjukkan adanya pembentukan warna hijau muda setelah ditambahkan FeCl 3 pada larutan uji. Indikasi positif pada hasil uji fenol hidrokuinon ditunjukkan oleh adanya pembentukan warna hijau atau hijau biru setelah ditambahkan FeCl 3 e Uji Molisch pada larutan uji Harborne 1984. Intensitas warna hasil uji fenol hidrokuinon yang rendah dapat disebabkan oleh sampel yang berupa daun segar. Hal ini karena sampel tersebut hanya dihaluskan dengan mortar dan tidak diberi perlakuan tertentu sebelum diuji, sehingga senyawa fenol hidrokuinon belum terekstrak dengan baik. Uji Molisch pada daun cincau hijau segar menunjukkan hasil yang positif. Hasil uji Molisch menunjukkan adanya pembentukan warna ungu di antara dua lapisan cairan pada larutan uji. Warna ungu tersebut terbentuk di antara lapisan berwarna merah bata pada bagian atas dan lapisan transparan di bagian bawah larutan uji Harborne 1984. Hasil uji Molisch berperan untuk mengidentifikasi keberadaan karbohidrat pada bahan yang diuji Harborne 1984. Hasil uji Molisch pada daun cincau hijau segar ini sesuai dengan hasil analisis proksimat karbohidrat by difference dan hasil analisis serat sebagaimana penelitian Chalid 2003 dan Jacobus 2003. Serat merupakan salah satu jenis karbohidrat. f Uji benedict Uji benedict berperan untuk mengidentifikasi keberadaan gula pereduksi Harborne 1984. Uji benedict pada daun cincau hijau segar menunjukkan hasil yang positif. Hal ini ditunjukkan oleh adanya pembentukan warna hijau. Harborne 1984 menyatakan bahwa indikasi positif pada hasil uji benedict ditunjukkan oleh adanya pembentukan warna hijau, kuning atau endapan merah bata pada larutan uji. g Uji biuret Uji biuret berperan untuk mengidentifikasi keberadaan senyawa peptida Harborne 1984. Uji biuret pada daun cincau hijau segar menunjukkan hasil yang positif. Hal ini ditunjukkan oleh adanya pembentukan warna ungu Harborne 1984 pada larutan uji. Warna ungu terbentuk di bagian tengah larutan yang didominasi warna hijau tosca. Warna ungu tersebut terbentuk setelah larutan uji dibiarkan selama beberapa saat. Hal ini memungkinkan terjadinya reaksi kimia, yaitu bereaksinya pereaksi biuret dengan senyawa peptida, sehingga dapat terbentuk warna ungu pada larutan uji. h Uji ninhidrin Uji ninhidrin berperan untuk mengidentifikasi keberadaan asam amino Harborne 1984. Uji ninhidrin pada daun cincau hijau segar menunjukkan hasil yang positif. Hal ini ditunjukkan oleh adanya pembentukan warna ungu Harborne 1984 pada larutan uji. Warna ungu tersebut terbentuk setelah larutan uji dibiarkan selama beberapa saat, yaitu setelah pemanasan. Hal ini memungkinkan terjadinya reaksi kimia, yaitu bereaksinya asam amino dengan suhu pemanasan dan pereaksi ninhidrin, sehingga dapat terbentuk warna ungu pada larutan uji. Proses pemanasan tersebut merupakan tahapan penting. Hal ini karena proses pemanasan dapat membantu terjadinya denaturasi protein Lehninger 1982, sehingga protein pada daun cincau hijau segar dapat terurai dan susunan asam aminonya menjadi lebih mudah terdeteksi. i Uji flavonoid Uji flavonoid pada daun cincau hijau P. oblongifolia Merr. segar menunjukkan hasil yang positif. Hal ini ditunjukkan oleh adanya pembentukan warna kuning pada lapisan amil alkohol Harborne 1984 pada larutan uji. Intensitas warna kuning tersebut rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh sampel yang berupa daun segar. Sampel tersebut hanya dihaluskan dengan mortar dan tidak diberi perlakuan tertentu sebelum diuji, sehingga senyawa flavonoid belum terekstrak dengan baik. j Uji tanin Uji tanin pada daun cincau hijau segar menunjukkan hasil yang positif. Hal ini ditunjukkan oleh adanya pembentukan warna coklat kehijauan pada larutan uji. Harborne 1984 menyebutkan bahwa hasil uji tanin adalah adanya pembentukan warna hijau kehitaman pada larutan uji. Warna coklat kehijauan pada larutan hasil uji dapat dikatakan memiliki intensitas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil uji tanin dalam Harborne 1984. Hal ini dapat disebabkan oleh sampel yang berupa daun segar. Sampel tersebut hanya dihaluskan dengan mortar dan tidak diberi perlakuan tertentu sebelum diuji, sehingga senyawa tanin belum terekstrak dengan baik. Bubuk Daun Cincau Hijau P. oblongifolia Merr. a Uji alkaloid Uji alkaloid pada bubuk daun cincau hijau P. oblongifolia Merr. menunjukkan hasil yang positif. Hasil tersebut diindikasikan oleh adanya endapan pada ketiga larutan uji dengan masing-masing jenis pereaksi yang berbeda. Pada larutan uji dengan pereaksi Wagner dihasilkan endapan berwarna coklat. Pada larutan uji dengan pereaksi Mayer dihasilkan endapan berwarna putih. Pada larutan uji dengan pereaksi Dragendorff dihasilkan endapan merah jingga. Ketiga hasil uji alkaloid tersebut sesuai dengan Harborne 1984. Warna coklat dan jumlah endapan pada masing-masing pereaksi dengan sampel bubuk daun ini lebih pekat dibandingkan pada sampel daun segar. Hal ini karena sampel bubuk daun tersebut sudah mengalami perlakuan pendahuluan. Perlakuan tersebut meliputi penghancuran daun segar dalam media air dengan bantuan blender, kemudian dibiarkan semalam sehingga sebagian menjadi gel, dikeringkan dengan drum dryer dan dihancurkan kembali dengan blender, sehingga diperoleh bubuk daun cincau hijau dengan ukuran partikel yang lebih kecil. Keberadaan senyawa alkaloid pada daun cincau hijau P. oblongifolia Merr. segar menunjukkan bahwa daun cincau hijau memiliki potensi sebagai bahan antikanker. Hal sesuai dengan pernyataan Kintzios dan Barberaki 2004 serta Meiyanto et al. 2008 bahwa alkaloid merupakan senyawa yang dapat berperan sebagai antikanker. Perlakuan tersebut memungkinkan senyawa alkaloid dapat terekstrak dengan baik, sehingga pada uji alkaloid dapat terdeteksi dengan baik. b Uji steroid Uji steroid pada bubuk daun cincau hijau menunjukkan hasil yang negatif. Hal ini diindikasikan oleh adanya pembentukan warna hijau kecoklatan pada larutan uji. Hasil uji steroid yang positif, yaitu diindikasikan oleh adanya pembentukan warna hijau-biru Harborne 1984 pada larutan uji. c Uji saponin Uji saponin pada bubuk daun cincau hijau menunjukkan hasil yang positif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harborne 1984. Hal ini karena uji saponin menunjukkan adanya pembentukan busa yang stabil selama 30 menit pada permukaan larutan uji, dan jika ditambahkan satu tetes HCl 2 N busa tidak hilang. Warna coklat busa pada larutan uji dengan sampel bubuk daun ini lebih rendah dibandingkan pada sampel daun segar. Hal ini karena sampel bubuk daun tersebut sudah mengalami perlakuan pendahuluan yang memungkinkan kerusakan saponin. Wiesman dan Chapagain 2002 menyatakan bahwa saponin adalah metabolit sekunder tanaman yang berupa molekul glikosilat dengan bobot molekul besar, terdiri atas gula yang berikatan dengan triterpen atau aglikon steroid. d Uji fenol hidrokuinon Uji fenol hidrokuinon pada bubuk daun cincau hijau menunjukkan hasil yang positif. Hal ini karena uji fenol hidrokuinon menunjukkan adanya pembentukan warna hijau gelap setelah ditambahkan FeCl 3 pada larutan uji. Harborne 1984 menyatakan bahwa indikasi positif pada hasil uji fenol hidrokuinon ditunjukkan oleh adanya pembentukan warna hijau atau hijau biru setelah ditambahkan FeCl 3 e Uji Molisch pada larutan uji. Warna coklat warna hasil uji fenol hidrokuinon yang pekat dapat disebabkan oleh sampel yang berupa bubuk daun. Kondisi sampel yang telah diberi perlakuan pendahuluan. Perlakuan tersebut memungkinkan senyawa fenol hidrokuinon dapat terekstrak dengan baik, sehingga pada uji fenol hidrokuinon dapat terdeteksi dengan baik. Uji Molisch pada bubuk daun cincau hijau menunjukkan hasil yang positif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harborne 1984. Hal ini karena uji Molisch menunjukkan adanya pembentukan warna ungu di antara dua lapisan cairan pada larutan uji. Warna ungu tersebut terbentuk di antara lapisan berwarna merah bata pada bagian atas dan lapisan transparan di bagian bawah larutan uji. f Uji benedict Uji benedict berperan untuk mengidentifikasi keberadaan gula pereduksi Harborne 1984. Uji benedict pada bubuk daun cincau hijau menunjukkan hasil yang positif. Hal ini ditunjukkan oleh adanya pembentukan warna hijau. Harborne 1984 menyatakan bahwa indikasi positif pada hasil uji benedict ditunjukkan oleh adanya pembentukan warna hijau, kuning atau endapan merah bata pada larutan uji. g Uji biuret Uji biuret berperan untuk mengidentifikasi keberadaan senyawa peptida Harborne 1984. Uji biuret pada bubuk daun cincau hijau menunjukkan hasil yang negatif. Hal ini ditunjukkan oleh adanya pembentukan warna hijau muda pada larutan uji. Harborne 1984 menyatakan bahwa hasil uji biuret yang positif diindikasikan oleh pembentukan warna ungu. Hasil seperti ini dapat terjadi karena proses pengeringan panas dengan drum dryer sebagai perlakuan pendahuluan. Proses tersebut menyebabkan denaturasi protein, yaitu pada ikatan peptida yang mengikat antar asam amino, sehingga tidak terdeteksi pada uji biuret Lehninger 1982. h Uji ninhidrin Uji ninhidrin pada bubuk daun cincau hijau menunjukkan hasil yang negatif. Hal ini ditunjukkan oleh adanya pembentukan warna kuning pada larutan uji. Harborne 1984 menyatakan bahwa hasil uji ninhidrin yang positif diindikasikan oleh pembentukan warna ungu. Hasil uji ninhidrin sesuai dengan hasil uji biuret. Hasil seperti ini dapat terjadi karena proses pengeringan panas dengan drum dryer sebagai perlakuan pendahuluan. Disamping itu, metode uji ninhidrin menggunakan suhu tinggi. Kedua proses panas tersebut menyebabkan denaturasi protein yang berlebih pada struktur asam amino Lehninger 1982, sehingga tidak terdeteksi pada uji ninhidrin. i Uji flavonoid Uji flavonoid pada bubuk daun cincau hijau menunjukkan hasil yang negatif. Hal ini ditunjukkan oleh adanya pembentukan warna hijau muda pada larutan uji. Harborne 1984 menyatakan bahwa hasil uji flavonoid yang positif diindikasikan oleh pembentukan warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol. Hal ini dapat terjadi karena proses pengeringan panas dengan drum dryer sebagai perlakuan pendahuluan. Proses tersebut menyebabkan kerusakan senyawa flavonoid, sehingga tidak terdeteksi pada uji flavonoid. Penelitian Raharjo 2004 pada cincau hijau Cylea barbata L.Miers menyatakan bahwa kandungan flavonoid pada bubuk daun cincau hijau yang relatif rendah disebabkan oleh kerusakan senyawa flavonoid pada saat pembuatan bubuk gel cincau hijau yang menggunakan drum dryer pada suhu 100°C. j Uji tanin Uji tanin pada bubuk daun cincau hijau menunjukkan hasil yang positif. Hal ini ditunjukkan oleh adanya pembentukan warna coklat kehijauan pada larutan uji. Harborne 1984 menyebutkan bahwa hasil uji tanin adalah adanya pembentukan warna hijau kehitaman pada larutan uji. Warna coklat kehijauan pada larutan hasil uji dapat dikatakan memiliki warna coklat yang lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil uji tanin dalam Harborne 1984. Hal ini dapat disebabkan oleh sampel yang berupa bubuk daun. Sampel tersebut telah diberi perlakuan pendahuluan berupa proses pengeringan panas dengan drum dryer. Proses tersebut dapat menyebabkan kerusakan senyawa tanin, sehingga menunjukkan efektivitas deteksi yang rendah pada hasil uji tanin.

4. 2. Uji Aktivitas Antioksidan Berdasarkan Penangkapan Radikal Bebas DPPH

Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH yang digunakan pada penelitian ini dimodifikasi dari penelitian Aryudhani 2007. Modifikasi dilakukan pada jumlah pelarut dan jenis pelarut. Pada penelitian ini, pelarut yang digunakan hanya satu jenis, yaitu metanol pro analysis. Marxen et al. 2007 menyatakan bahwa DPPH merupakan radikal bebas yang stabil dalam larutan metanol. Parameter untuk menginterpretasikan hasil pengujian dengan metode DPPH adalah efficient concentration EC 50 , yang disebut juga inhibition concentration IC 50 Molyneux 2004. IC 50 merupakan konsentrasi larutan substrat atau sampel yang akan menyebabkan reduksi terhadap aktivitas DPPH sebesar 50. Semakin rendah nilai IC 50 Pada 4,96 g sampel daun segar yang diekstrak, rendemen dari ekstrak metanol yang dihasilkan adalah 61,48. Pada 2,05 g sampel bubuk daun yang diekstrak, rendemen dari ekstrak metanol yang dihasilkan adalah 97,44. Proses pengolahan sebagai perlakuan awal pada penyiapan sampel kering diduga juga berperan mempengaruhi hasil pengeluaran senyawa yang diinginkan dari bubuk daun cincau hijau, sehingga bubuk daun sebagai sampel kering memiliki jumlah rendemen ekstrak yang lebih banyak dibandingkan daun segar. Data uji aktivitas antioksidan berdasarkan penangkapan radikal bebas DPPH disajikan pada Tabel 7. maka aktivitas antioksidan semakin besar Molyneux 2004, Moongkarndi et al. 2004. Sampel yang digunakan untuk uji aktivitas antioksidan dengan penangkapan radikal bebas DPPH adalah ekstrak metanol daun segar dan bubuk daun. Tabel 7 Hasil uji aktivitas antioksidan cincau hijau P. oblongifolia Merr. Larutan Konsentrasi µgml Absorbansi Daya hambat Persamaan logaritmik aktivitas antioksidan IC 50 µgml Ekstrak metanol sampel daun segar 100 0,181 14,22 y = 3,57lnx – 2,55 R 2 2,48x10 = 0,61; r = 0,78 6 150 0,181 14,22 200 0,176 16,59 250 0,171 18,96 300 0,176 16,59 Ekstrak metanol bubuk daun 100 0,059 72,04 y = 15,05lnx + 7,45 R 2 16,90 = 0,68; r = 0,82 150 0,024 88,63 200 0,02 90,52 250 0,021 90,05 300 0,022 89,57 Nilai IC 50 ekstrak metanol sampel daun segar adalah 2,4771x10 6 µgml. Nilai IC 50 tersebut sangat tinggi. Nilai IC 50 ekstrak metanol bubuk daun adalah 16,90 µgml. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Moongkarndi et al. 2004 yang menunjukkan bahwa semakin rendah IC 50 Aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh daun segar dan bubuk daun cincau hijau ini ditunjang oleh hasil uji fitokimia. Senyawa-senyawa fitokimia seperti alkaloid, saponin, fenol hidrokuinon serta tanin tergolong senyawa antioksidan Kintzios dan Barberaki 2004. Dengan demikian, senyawa-senyawa tersebut mampu menangkap radikal bebas DPPH. Selanjutnya, hal ini dapat mendukung pernyataan Moongkarndi et al. 2004 dan Meiyanto et al. 2008 bahwa pencegahan kanker berkorelasi positif dengan aktivitas antioksidan. suatu sampel maka aktivitas antioksidannya makin tinggi. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak metanol bubuk daun cincau hijau lebih efektif dalam menangkap radikal bebas DPPH dibandingkan ekstrak metanol daun segarnya.

4. 3. Pakan Mencit C3H

Pada penelitian ini, modifikasi komposisi pakan standar dan pakan uji mencit C3H dari AIN 1976 dilakukan pada persentase komposisi pakan. Chalid 2003 menggunakan dua jenis perlakuan pakan uji, yaitu perlakuan seduh dan bubuk gel dari kedua jenis cincau hijau, C. barbata L. Miers dan P. oblongifolia Merr.. Penelitian ini menggunakan bubuk daun cincau hijau P. oblongifolia Merr.. Pada dosis, Chalid 2003 menggunakan satu dosis pada

Dokumen yang terkait

Aktivitas anti tumor ekstrak etanol selaginella pada sel tumor kelenjar mamari mencit (Mus musculus) C3H

0 7 53

Pengaruh Produk Daun Cincau Hijau Cyclea Barbata L. Miers Dan Premna Oblongifolio Merr Terhadap Kapasitas Antioksidan Sel Limfosit Mencit C3H Bertumor Kelenjar Susu

0 22 117

Pengaruh Ekstrak Daun Cineau Hijau Cyclea barbatar L. Miers dan Premna oblongifolia Merr Terhadap Aktivitas Enzim Antioksidan dan Pertumbuhan Tumor Kelenjar Susu Meneit C3H

0 8 140

Aktivitas antitumor dan immunomodulator dari produk cincau hijau Cyclea barbata L.Miers dan Premna oblongifolia Merr. terhadap pertumbuhan tumor Kelenjar Susu Mencit C3h

0 20 100

Mechanism of antitumor activity of green gel leaf (premna oblongifolia merr.) Powder on breast tumor cells transplanted c3h mice

0 14 196

Aktivitas antikanker bubuk gel daun cincau hijau melalui jalur apoptosis dan antiproliferasi pada mencit C3H yang ditransplantasi sel kanker payudara

7 37 243

Pengaruh Pemberian Bubuk Daun Cincau Hijau (Premna oblongifolia Merr) Terhadap Gambaran Histopatologis Jaringan Hati Mencit C3H yang Ditransplantasi Sel Tumor Kelenjar Susu

1 17 81

Pengaruh ekstrak cincau hijau cyclea barbata l. miers terhadap aktivitas enzim superoksida dismutase dan katalase pada mencit c3h bertumor kelenjar susu

0 3 5

Aktivitas antitumor dan immunomodulator dari produk cincau hijau Cyclea barbata L.Miers dan Premna oblongifolia Merr. terhadap pertumbuhan tumor Kelenjar Susu Mencit C3h

0 5 90

Pengaruh Ekstrak Daun Cineau Hijau Cyclea barbatar L. Miers dan Premna oblongifolia Merr Terhadap Aktivitas Enzim Antioksidan dan Pertumbuhan Tumor Kelenjar Susu Meneit C3H

0 3 130