membran. Sel yang mengalami apoptosis akan menciut dan akan membentuk badan apoptosis. Sel yang mengalami nekrosis akan terlihat bengkak dan
kemudian mengalami lisis. Sel yang mengalami apoptosis lisosomnya utuh, sedangkan sel yang mengalami nekrosis terjadi kebocoran lisosom. Pengamatan
dengan mikroskop akan memperlihatkan bahwa kromatin sel yang mengalami apoptosis bertambah kompak dan membentuk massa padat yang seragam. Sel
yang mengalami nekrosis, kromatinnya bergerombol dan terjadi agregasi. Pada pemeriksaan histologis, tidak terlihat adanya sel-sel radang di sekitar sel yang
mengalami apoptosis. Pada nekrosis, terlihat respon peradangan yang nyata di sekitar sel-sel yang tersebut. Sel yang mengalami apoptosis biasanya akan
dimakan oleh sel yang berdekatan atau berbatasan langsung dengannya dan beberapa makrofag. Sel yang mengalami nekrosis akan dimakan oleh makrofag.
Apoptosis terjadi secara biokimia sebagai respon dari dalam sel, yang mungkin merupakan proses yang fisiologis. Nekrosis terjadi karena trauma nonfisiologis
Twite 2005. Perbedaan apoptosis dan nekrosis disajikan pada Gambar 8 Gewies 2003.
Gambar 8 Perbedaan proses apoptosis dan nekrosis pada sel Gewies 2003
2. 5. Protein Penanda Vaskularisasi CD31
Sel-sel dasar pada sistem imun meliputi limfosit, APC antigen-presenting cells dan sel efektor. Limfosit terdiri atas dua kelas, yaitu sel T dan sel B. Sel T
Sel hidup
Apoptosis sel menyusut, kromatin memekat
Sel menguncup Sel yang
mengalami apoptosis
terfagositosis, tanpa inflamasi
Nekrosis sel membengkak
Sel menjadi bocor Sel dan inti sel
mengalami lisis, menyebabkan
inflamasi
dan B ini memperlihatkan adanya molekul pada membran yang disebut molekul CD cluster of differentiation. Molekul CD berperan untuk membantu fungsi sel
imun. Molekul ini berperan dalam menyajikan penegasan fungsi dari bagian suatu sel limfosit karena adanya proses yang normal ataupun abnormal
Sommer 2005. CD cluster of differentiation merupakan molekul permukaan sel yang
diekspresikan pada berbagai jenis sel sistem imun yang ditunjukkan dengan penomoran CD Baratawidjaja 2006. CD merupakan molekul tambahan pada
membran. Molekul tersebut dihasilkan oleh sel T dan B. Molekul ini membantu fungsi sel imun. Molekul ini berperan dalam menyajikan penegasan secara
fungsional dari bagian suatu sel limfosit karena adanya proses yang normal ataupun abnormal Sommer 2005.
CD31 merupakan salah satu jenis CD, yang berperan sebagai molekul adhesi sel serta mediator interaksi, baik antara leukosit dan endotelial maupun
endotelial dan endotelial Baratawidjaja 2006. CD31 merupakan molekul adhesi sel yang diekspresikan pada trombosit platelet dan pertemuan antarsel endotelial
Biorbyt 2010. CD31 disebut juga PECAM-1 platelet-endothelial cell adhesion molecule 1. CD31 diekspresikan secara luas pada sel endotelial dan sel
hematopoietik Pascual et al. 2001. CD31 terwarnai pada sel endotelial pada pembuluh darah dalam dan tepi kulit, pembuluh limfatik serta semua luka atau
tumor yang terkait dengan darah dan pembuluh darah Reis et al. 2005. Gambar CD31 pada limfosit disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9 CD31 pada limfosit Cruse dan Lewis 2004
2. 6. Pewarnaan Histopatologi
Pada umumnya, jaringan tidak dapat menahan warna setelah diproses, sehingga penambahan warna pada jaringan melalui proses pewarnaan dapat
memudahkan dalam pengamatan komponen jaringan dengan mikroskop. Pemilihan warna yang tepat sangat membantu untuk identifikasi jaringan,
komponen-komponennya serta diagnosis kondisi patologik. Pengetahuan tentang struktur, reaksi kimia dan pereaksi harus dimiliki dan dipahami dalam pengamatan
jaringan Panigoro et al. 2007.
2. 6. 1. Pewarnaan HE hematoksilin-eosin