Tabel 7 Hasil uji aktivitas antioksidan cincau hijau P. oblongifolia Merr.
Larutan Konsentrasi
µgml Absorbansi
Daya hambat
Persamaan logaritmik aktivitas antioksidan
IC
50
µgml Ekstrak
metanol sampel
daun segar
100 0,181
14,22 y = 3,57lnx – 2,55
R
2
2,48x10 = 0,61; r = 0,78
6
150 0,181
14,22 200
0,176 16,59
250 0,171
18,96 300
0,176 16,59
Ekstrak metanol
bubuk daun
100 0,059
72,04 y = 15,05lnx + 7,45
R
2
16,90 = 0,68; r = 0,82
150 0,024
88,63 200
0,02 90,52
250 0,021
90,05 300
0,022 89,57
Nilai IC
50
ekstrak metanol sampel daun segar adalah 2,4771x10
6
µgml. Nilai IC
50
tersebut sangat tinggi. Nilai IC
50
ekstrak metanol bubuk daun adalah 16,90 µgml. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Moongkarndi et al. 2004
yang menunjukkan bahwa semakin rendah IC
50
Aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh daun segar dan bubuk daun cincau hijau ini ditunjang oleh hasil uji fitokimia. Senyawa-senyawa fitokimia
seperti alkaloid, saponin, fenol hidrokuinon serta tanin tergolong senyawa antioksidan Kintzios dan Barberaki 2004. Dengan demikian, senyawa-senyawa
tersebut mampu menangkap radikal bebas DPPH. Selanjutnya, hal ini dapat mendukung pernyataan Moongkarndi et al. 2004 dan Meiyanto et al. 2008
bahwa pencegahan kanker berkorelasi positif dengan aktivitas antioksidan. suatu sampel maka aktivitas
antioksidannya makin tinggi. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak metanol bubuk daun cincau hijau lebih efektif dalam
menangkap radikal bebas DPPH dibandingkan ekstrak metanol daun segarnya.
4. 3. Pakan Mencit C3H
Pada penelitian ini, modifikasi komposisi pakan standar dan pakan uji mencit C3H dari AIN 1976 dilakukan pada persentase komposisi pakan.
Chalid 2003 menggunakan dua jenis perlakuan pakan uji, yaitu perlakuan seduh dan bubuk gel dari kedua jenis cincau hijau, C. barbata L. Miers dan
P. oblongifolia Merr.. Penelitian ini menggunakan bubuk daun cincau hijau P. oblongifolia Merr.. Pada dosis, Chalid 2003 menggunakan satu dosis pada
pakan uji, yaitu 0,88. Penelitian ini menggunakan tiga dosis bubuk daun cincau hijau P. oblongifolia Merr. pada pakan uji, yaitu 0,88, 1,76 dan 2,64.
Bentuk bubuk daun dipilih karena lebih mudah disimpan.
4. 4. Pertumbuhan mencit C3H 4. 4. 1. Berat Badan Mencit
Masa adaptasi diberlakukan selama satu minggu untuk membiasakan mencit terhadap lingkungan dan pakan yang baru. Masa adaptasi juga ditujukan
untuk melihat kondisi kesehatan mencit yang akan mendapat perlakuan. Pergantian pakan dilakukan setiap hari agar mencit selalu mendapat makanan
yang segar serta untuk mengetahui jumlah konsumsi pakan mencit setiap harinya. Mencit diukur berat badannya setiap dua kali dalam satu minggu. Setiap
kelompok mencit mengalami kenaikan berat badan selama perlakuan sebelum transplantasi tumor. Penurunan berat badan di beberapa titik pada masa ini lebih
disebabkan oleh pengaruh adaptasi mencit terhadap lingkungan, stres akibat pemberian pakan, penimbangan berat badan, atau penggantian air minum.
Kondisi stres akan mempengaruhi selera makan mencit yang kemudian berefek terhadap berat badan yang turun.
Pada masa adaptasi, mencit kelompok perlakuan memiliki berat badan yang bervariasi terhadap kontrol Lampiran 14. Berat badan mencit kelompok C
21,10±1,60 g dan D 20,80±1,40 g menunjukkan korelasi yang tidak berbeda nyata p0,05 Lampiran 15. Berat badan mencit kelompok C dan D nyata lebih
besar terhadap mencit kelompok kontrol A 19,60±1,70 g dan B 19,50±2,00 g. Mencit kelompok E memiliki rata-rata berat badan sebesar 17,20±1,00 g yang
nyata lebih kecil terhadap kontrol dan kelompok C dan D. Mencit yang mengkonsumsi pakan mengandung bubuk daun cincau hijau dosis 0,88 C dan
1,76 D memiliki berat badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mencit kontrol A dan B pakan mengandung bubuk daun cincau hijau dosis 0. Mencit
dengan dosis bubuk daun cincau hijau 2,64 E memiliki berat badan yang lebih rendah dari mencit kontrol. Grafik berat badan mencit pada awal perlakuan
disajikan pada Gambar 14.
Gambar 14 Grafik berat badan mencit setelah masa adaptasi Pada pertumbuhannya Lampiran 16, terjadi penurunan dan kenaikan
berat badan mencit C3H. Hal ini dijelaskan dengan delta sebagai selisih angka rata-rata berat badan pada tiap pengukuran dengan angka rata-rata berat badan
pada pengukuran pertama. Rata-rata berat badan mencit pada pengukuran pertama meliputi mencit kelompok A sebesar 19,70 g, B 20,10 g, C 20,72 g, D
20,70 g dan E 16,94 g. Rata-rata delta berat badan mencit dari seluruh pengukuran Lampiran 17 meliputi mencit kelompok A -0,13+1,70 g, B -
0,57+1,96 g, C 0,43+1,64 g, D 0,12+1,44 g dan E 0,29+1,01 g. Tanda negatif pada nilai rata-rata delta menunjukkan terjadinya penurunan berat badan,
sedangkan tanda positif pada nilai rata-rata delta menunjukkan terjadinya kenaikan berat badan. Analisis ragam Lampiran 18 terhadap rata-rata delta berat
badan pada tiap kelompok mencit tersebut menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata p0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pada awal perlakuan, penurunan dan
kenaikan berat badan pada pertumbuhan mencit C3H merupakan hal yang nomal. Pertumbuhan mencit yang diberi pakan dengan dosis bubuk daun cincau hijau 0
mencit kelompok A dan B, 0,88 mencit kelompok C, 1,76 mencit kelompok D serta 2,64 mencit kelompok E menunjukkan perbedaan
pertumbuhan yang tidak nyata antarkelompok mencit. Hal ini mengingat bahwa pada awal perlakuan, mencit belum ditransplantasi tumor.
0,0 5,0
10,0 15,0
20,0 25,0
1 2
3 4
5 6
7 8
9
B e
r at
b ad
an g
Pengukuran ke-
A B
C D
E mencit kontrol
negatif A mencit kontrol
positif B mencit perlakuan
dosis 0,76 C mencit perlakuan
dosis 1,88 D mencit perlakuan
dosis 2,64 E
Selanjutnya, hal ini didukung oleh hasil perhitungan jumlah konsumsi pakan. Pada masa awal perlakuan, jumlah konsumsi pakan pada mencit C, D dan
E tidak berbeda nyata p0,05 Lampiran 32. Rata-rata jumlah pakan yang dikonsumsi mencit perlakuan secara berturut-turut adalah 1,77±0,21 g, 1,80±0,31
g dan 1,83±0,13 g Lampiran 31. Dalam hal ini, jumlah konsumsi pakan tidak berbeda nyata dan dosis bubuk daun cincau hijau meningkat. Sementara itu, rata-
rata jumlah konsumsi mencit kelompok kontrol negatif A adalah 2,24±0,28 g dan kelompok kontrol positif B adalah 1,78±0,19 g.
Pada masa setelah transplantasi tumor, berat badan mencit secara umum mengalami kenaikan Lampiran 19. Hal ini karena terdapat pertumbuhan
jaringan tumor. Pada pengukuran berat badan, yang diukur adalah berat badan mencit ditambah dengan berat jaringan tumor. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Chalid 2003, yang menyatakan dapat diduga bahwa pertambahan berat badan tersebut ditunjang oleh pertumbuhan tumor yang juga membesar. Mencit
kelompok kontrol negatif A, C, dan D cenderung memiliki berat badan yang tidak berbeda nyata p0,05 Lampiran 20. Rata-rata berat badan masing-
masing kelompok ini secara berturut-turut adalah 22,70±1,40 g, 22,50±0,50 g dan 22,00±0,40 g. Hal ini diduga karena pengaruh konsumsi pakan dengan dosis
bubuk daun cincau hijau 0,88 dan 1,76 terhadap rata-rata berat badan yang tidak berbeda nyata p0,05 antara mencit perlakuan C dan D dengan kelompok
kontrol negatif A. Mencit kelompok kontrol positif B memiliki rata-rata berat
badan 21,20±0,50 g, sedangkan mencit kelompok E memiliki rata-rata berat badan sebesar 18,40±1,30 g.
Pada pertumbuhan di akhir perlakuan ini, rata-rata berat badan mencit pada pengukuran pertamanya meliputi mencit kelompok A sebesar 21,36 g,
B 20,84 g, C 22,04 g, D 22,56 g dan E 17,40 g Lampiran 21. Rata-rata delta berat badan mencit dari seluruh pengukuran Lampiran 22 meliputi mencit
kelompok A 1,37+1,36 g, B 0,38+0,54 g, C 0,47+0,54 g, D -0,52+0,40 g dan E 1,03+1,32 g. Tanda negatif pada nilai rata-rata delta menunjukkan
terjadinya penurunan berat badan, sedangkan tanda positif pada nilai rata-rata delta menunjukkan terjadinya kenaikan berat badan. Analisis ragam
Lampiran 23 terhadap rata-rata delta berat badan antara kelompok A dan E
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata p0,05, demikian halnya dengan rata-rata delta berat badan antara kelompok B dan C. Pertumbuhan mencit
kelompok A dan E nyata lebih besar p0,05 dibandingkan mencit kelompok B dan C. Mencit kelompok D memiliki rata-rata delta berat badan yang nyata lebih
kecil terhadap kontrol A dan B dan kelompok C dan D. Hal ini menunjukkan bahwa pada akhir perlakuan, penurunan dan kenaikan berat badan pada
pertumbuhan mencit C3H merupakan hal yang diduga sudah dipengaruhi oleh hasil transplantasi tumor.
Pada akhir perlakuan, jumlah konsumsi pakan pada mencit kelompok C, D dan E tidak berbeda nyata p0,05 Lampiran 34. Rata-rata jumlah pakan yang
dikonsumsi mencit kelompok C, D dan E secara berturut-turut adalah 1,91±0,05 g, 1,83±0,23 g dan 1,91±0,21 g Lampiran 33. Dalam hal ini, jumlah konsumsi
pakan tidak berbeda nyata dan dosis bubuk daun cincau hijau meningkat, sehingga mempengaruhi berat badan mencit pada kelompok E atau dosis bubuk daun
cincau hijau 2,64. Sementara itu, rata-rata jumlah konsumsi pakan mencit kelompok kontrol negatif A dan kontrol positif B berturut-turut adalah
2,45±0,58 g dan 1,66±0,25 g. Pada akhir perlakuan ini, mencit kelompok B memiliki rata-rata jumlah konsumsi pakan yang menurun dibandingkan mencit
kelompok yang lain A, C, D dan E. Rata-rata jumlah konsumsi pakan mencit kelompok A, C, D dan E mengalami kenaikan. Hal ini diduga karena pakan
dengan dosis bubuk daun cincau hijau 0 dan perlakuan transplantasi tumor menjadi faktor yang meningkatkan stres pada mencit kelompok B sehingga
mengalami penurunan rata-rata jumlah konsumsi pakan. Selanjutnya, dalam hal ini mencit kelompok E memiliki rata-rata berat
badan paling rendah. Disamping itu, rata-rata delta berat badan mencit kelompok E tidak berbeda nyata dengan mencit kelompok A. Hal ini dapat diduga bahwa
dosis 2,64 pada pakan mencit kelompok E dan transplantasi tumor menjadikan pertumbuhannya masih dapat disetarakan dengan mencit kelompok A yang
pakannya mengandung dosis 0 dan tidak ditransplantasi tumor. Rata-rata delta berat badan mencit kelompok E dan A berbeda nyata p0,05 dengan mencit
kelompok B. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata dari
transplantasi tumor terhadap jumlah konsumsi pakan dan pertumbuhan mencit. Grafik berat badan mencit setelah transplantasi tumor disajikan pada Gambar 15.
Gambar 15 Grafik berat badan mencit setelah transplantasi tumor Faktor-faktor lingkungan baik internal maupun eksternal dapat
menginduksi perubahan fisiologis atau tingkah laku dari hewan percobaan. Faktor-faktor tersebut dinamakan stressor. Berbagai macam stressor tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya kondisi stres. Stres yang dialami mencit juga dapat disebabkan oleh luka pascatransplantasi sel tumor di daerah subkutan aksila
kanan. Efek dari adanya luka yang dialami mencit adalah rasa sakit NAS 1996. Luka tersebut mengakibatkan rasa sakit sebagai efek adanya stressor
transplantasi. Efek ini diatasi dengan menggunakan etanol 70 pada bagian tubuh yang ditransplantasikan sel tumor. Hal ini sebagai tindakan pengurangan
rasa sakit yang dialami mencit, sehingga diharapkan stres yang muncul selama masa pertumbuhan tumornya dapat diringankan. Secara umum hal tersebut
terbukti dengan kondisi naiknya berat badan mencit pascatransplantasi tumor. Kenaikan berat badan, disamping ditunjang oleh pertumbuhan tumor, dalam hal
ini juga menggambarkan bahwa mencit mengkonsumsi ransum yang disediakan. Dengan demikian, berat badan mencit mengalami kenaikan, pertumbuhan tumor
dapat terjadi, dan kondisi stres dapat diringankan.
0,0 5,0
10,0 15,0
20,0 25,0
30,0
1 2
3 4
5 6
7
B e
r at
b ad
an g
Pengukuran ke-
A B
C D
E mencit kontrol
negatif A mencit kontrol
positif B mencit perlakuan
dosis 0,76 C mencit perlakuan
dosis 1,88 D mencit perlakuan
dosis 2,64 E
Jika mencit tidak bisa beradaptasi dengan stressor yang ada, maka mencit akan mengalami respon fisiologis atau tingkah laku yang abnormal atau dalam
kondisi distress. NAS 1996 menambahkan bahwa tanda-tanda secara klinis dan perubahan tingkah laku menjadi abnormal yang diakibatkan oleh adanya luka dan
distress dapat mempengaruhi konsumsi pakan dan air minum, akumulasi eksudat berwarna coklat kemerahan di sekeliling mata dan lubang hidung, hilangnya berat
badan, penurunan aktivitas, postur yang membungkuk, piloereksi, poor grooming habits, pernafasan yang sulit, vokalisasi, meningkat atau menurunnya keagresifan,
dan self-mutilation. Selanjutnya, berdasarkan Gambar 15, profil berat badan mencit kontrol
positif B dan perlakuan C, D dan E setelah transplantasi cenderung berada di bawah mencit kelompok kontrol negatif A. Hal ini membuktikan bahwa kondisi
mencit bertumor menyebabkan berat badan mencit cenderung menurun. Sindrom seperti ini sering terjadi pada penderita kanker, yang dinamakan kakeksia.
Kakeksia dicirikan dari profil berat badan yang menurun dan lebih dari 80 pasien yang menderita kanker mengalami kakeksia sebelum kematiannya.
Menurut Setiawati 2003, kakeksia pada mencit diduga akibat metabolit abnormal yang dihasilkan selama perkembangan tumor baik oleh sistem imun
maupun oleh tumor itu sendiri. Interaksi tumor dengan inangnya juga dapat mempengaruhi metabolisme di dalam tubuh. Sel-sel tumor juga membutuhkan
asupan nutrisi untuk terus bertahan hidup. Asupan nutrisi tersebut diperoleh dari inangnya. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa dalam tubuh penderita kanker terjadi
gangguan metabolisme, baik makronutrien maupun mikronutrien. Gangguan tersebut mungkin meliputi gangguan pada metabolisme karbohidrat, oksidasi
lipid, peningkatan katabolisme protein otot, atau penurunan sintesis protein otot. Dengan demikian, hal ini sesuai dengan pernyataan Setiawati 2003, bahwa
meski kecukupan gizi mencit telah terpenuhi dengan baik ternyata banyak faktor lain yang dapat menyebabkan mencit mengalami kekurangan gizi dan terjadi
kakeksia. Menurut Acharyya et al. 2005, kakeksia merupakan konsekuensi berupa kondisi tubuh yang lemah akibat kanker pada penderita dan dapat
menyebabkan kematian.
4. 4. 2. Volume Tumor