Pertumbuhan mencit C3H 1. Berat Badan Mencit
Gambar 14 Grafik berat badan mencit setelah masa adaptasi Pada pertumbuhannya Lampiran 16, terjadi penurunan dan kenaikan
berat badan mencit C3H. Hal ini dijelaskan dengan delta sebagai selisih angka rata-rata berat badan pada tiap pengukuran dengan angka rata-rata berat badan
pada pengukuran pertama. Rata-rata berat badan mencit pada pengukuran pertama meliputi mencit kelompok A sebesar 19,70 g, B 20,10 g, C 20,72 g, D
20,70 g dan E 16,94 g. Rata-rata delta berat badan mencit dari seluruh pengukuran Lampiran 17 meliputi mencit kelompok A -0,13+1,70 g, B -
0,57+1,96 g, C 0,43+1,64 g, D 0,12+1,44 g dan E 0,29+1,01 g. Tanda negatif pada nilai rata-rata delta menunjukkan terjadinya penurunan berat badan,
sedangkan tanda positif pada nilai rata-rata delta menunjukkan terjadinya kenaikan berat badan. Analisis ragam Lampiran 18 terhadap rata-rata delta berat
badan pada tiap kelompok mencit tersebut menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata p0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pada awal perlakuan, penurunan dan
kenaikan berat badan pada pertumbuhan mencit C3H merupakan hal yang nomal. Pertumbuhan mencit yang diberi pakan dengan dosis bubuk daun cincau hijau 0
mencit kelompok A dan B, 0,88 mencit kelompok C, 1,76 mencit kelompok D serta 2,64 mencit kelompok E menunjukkan perbedaan
pertumbuhan yang tidak nyata antarkelompok mencit. Hal ini mengingat bahwa pada awal perlakuan, mencit belum ditransplantasi tumor.
0,0 5,0
10,0 15,0
20,0 25,0
1 2
3 4
5 6
7 8
9
B e
r at
b ad
an g
Pengukuran ke-
A B
C D
E mencit kontrol
negatif A mencit kontrol
positif B mencit perlakuan
dosis 0,76 C mencit perlakuan
dosis 1,88 D mencit perlakuan
dosis 2,64 E
Selanjutnya, hal ini didukung oleh hasil perhitungan jumlah konsumsi pakan. Pada masa awal perlakuan, jumlah konsumsi pakan pada mencit C, D dan
E tidak berbeda nyata p0,05 Lampiran 32. Rata-rata jumlah pakan yang dikonsumsi mencit perlakuan secara berturut-turut adalah 1,77±0,21 g, 1,80±0,31
g dan 1,83±0,13 g Lampiran 31. Dalam hal ini, jumlah konsumsi pakan tidak berbeda nyata dan dosis bubuk daun cincau hijau meningkat. Sementara itu, rata-
rata jumlah konsumsi mencit kelompok kontrol negatif A adalah 2,24±0,28 g dan kelompok kontrol positif B adalah 1,78±0,19 g.
Pada masa setelah transplantasi tumor, berat badan mencit secara umum mengalami kenaikan Lampiran 19. Hal ini karena terdapat pertumbuhan
jaringan tumor. Pada pengukuran berat badan, yang diukur adalah berat badan mencit ditambah dengan berat jaringan tumor. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Chalid 2003, yang menyatakan dapat diduga bahwa pertambahan berat badan tersebut ditunjang oleh pertumbuhan tumor yang juga membesar. Mencit
kelompok kontrol negatif A, C, dan D cenderung memiliki berat badan yang tidak berbeda nyata p0,05 Lampiran 20. Rata-rata berat badan masing-
masing kelompok ini secara berturut-turut adalah 22,70±1,40 g, 22,50±0,50 g dan 22,00±0,40 g. Hal ini diduga karena pengaruh konsumsi pakan dengan dosis
bubuk daun cincau hijau 0,88 dan 1,76 terhadap rata-rata berat badan yang tidak berbeda nyata p0,05 antara mencit perlakuan C dan D dengan kelompok
kontrol negatif A. Mencit kelompok kontrol positif B memiliki rata-rata berat
badan 21,20±0,50 g, sedangkan mencit kelompok E memiliki rata-rata berat badan sebesar 18,40±1,30 g.
Pada pertumbuhan di akhir perlakuan ini, rata-rata berat badan mencit pada pengukuran pertamanya meliputi mencit kelompok A sebesar 21,36 g,
B 20,84 g, C 22,04 g, D 22,56 g dan E 17,40 g Lampiran 21. Rata-rata delta berat badan mencit dari seluruh pengukuran Lampiran 22 meliputi mencit
kelompok A 1,37+1,36 g, B 0,38+0,54 g, C 0,47+0,54 g, D -0,52+0,40 g dan E 1,03+1,32 g. Tanda negatif pada nilai rata-rata delta menunjukkan
terjadinya penurunan berat badan, sedangkan tanda positif pada nilai rata-rata delta menunjukkan terjadinya kenaikan berat badan. Analisis ragam
Lampiran 23 terhadap rata-rata delta berat badan antara kelompok A dan E
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata p0,05, demikian halnya dengan rata-rata delta berat badan antara kelompok B dan C. Pertumbuhan mencit
kelompok A dan E nyata lebih besar p0,05 dibandingkan mencit kelompok B dan C. Mencit kelompok D memiliki rata-rata delta berat badan yang nyata lebih
kecil terhadap kontrol A dan B dan kelompok C dan D. Hal ini menunjukkan bahwa pada akhir perlakuan, penurunan dan kenaikan berat badan pada
pertumbuhan mencit C3H merupakan hal yang diduga sudah dipengaruhi oleh hasil transplantasi tumor.
Pada akhir perlakuan, jumlah konsumsi pakan pada mencit kelompok C, D dan E tidak berbeda nyata p0,05 Lampiran 34. Rata-rata jumlah pakan yang
dikonsumsi mencit kelompok C, D dan E secara berturut-turut adalah 1,91±0,05 g, 1,83±0,23 g dan 1,91±0,21 g Lampiran 33. Dalam hal ini, jumlah konsumsi
pakan tidak berbeda nyata dan dosis bubuk daun cincau hijau meningkat, sehingga mempengaruhi berat badan mencit pada kelompok E atau dosis bubuk daun
cincau hijau 2,64. Sementara itu, rata-rata jumlah konsumsi pakan mencit kelompok kontrol negatif A dan kontrol positif B berturut-turut adalah
2,45±0,58 g dan 1,66±0,25 g. Pada akhir perlakuan ini, mencit kelompok B memiliki rata-rata jumlah konsumsi pakan yang menurun dibandingkan mencit
kelompok yang lain A, C, D dan E. Rata-rata jumlah konsumsi pakan mencit kelompok A, C, D dan E mengalami kenaikan. Hal ini diduga karena pakan
dengan dosis bubuk daun cincau hijau 0 dan perlakuan transplantasi tumor menjadi faktor yang meningkatkan stres pada mencit kelompok B sehingga
mengalami penurunan rata-rata jumlah konsumsi pakan. Selanjutnya, dalam hal ini mencit kelompok E memiliki rata-rata berat
badan paling rendah. Disamping itu, rata-rata delta berat badan mencit kelompok E tidak berbeda nyata dengan mencit kelompok A. Hal ini dapat diduga bahwa
dosis 2,64 pada pakan mencit kelompok E dan transplantasi tumor menjadikan pertumbuhannya masih dapat disetarakan dengan mencit kelompok A yang
pakannya mengandung dosis 0 dan tidak ditransplantasi tumor. Rata-rata delta berat badan mencit kelompok E dan A berbeda nyata p0,05 dengan mencit
kelompok B. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata dari
transplantasi tumor terhadap jumlah konsumsi pakan dan pertumbuhan mencit. Grafik berat badan mencit setelah transplantasi tumor disajikan pada Gambar 15.
Gambar 15 Grafik berat badan mencit setelah transplantasi tumor Faktor-faktor lingkungan baik internal maupun eksternal dapat
menginduksi perubahan fisiologis atau tingkah laku dari hewan percobaan. Faktor-faktor tersebut dinamakan stressor. Berbagai macam stressor tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya kondisi stres. Stres yang dialami mencit juga dapat disebabkan oleh luka pascatransplantasi sel tumor di daerah subkutan aksila
kanan. Efek dari adanya luka yang dialami mencit adalah rasa sakit NAS 1996. Luka tersebut mengakibatkan rasa sakit sebagai efek adanya stressor
transplantasi. Efek ini diatasi dengan menggunakan etanol 70 pada bagian tubuh yang ditransplantasikan sel tumor. Hal ini sebagai tindakan pengurangan
rasa sakit yang dialami mencit, sehingga diharapkan stres yang muncul selama masa pertumbuhan tumornya dapat diringankan. Secara umum hal tersebut
terbukti dengan kondisi naiknya berat badan mencit pascatransplantasi tumor. Kenaikan berat badan, disamping ditunjang oleh pertumbuhan tumor, dalam hal
ini juga menggambarkan bahwa mencit mengkonsumsi ransum yang disediakan. Dengan demikian, berat badan mencit mengalami kenaikan, pertumbuhan tumor
dapat terjadi, dan kondisi stres dapat diringankan.
0,0 5,0
10,0 15,0
20,0 25,0
30,0
1 2
3 4
5 6
7
B e
r at
b ad
an g
Pengukuran ke-
A B
C D
E mencit kontrol
negatif A mencit kontrol
positif B mencit perlakuan
dosis 0,76 C mencit perlakuan
dosis 1,88 D mencit perlakuan
dosis 2,64 E
Jika mencit tidak bisa beradaptasi dengan stressor yang ada, maka mencit akan mengalami respon fisiologis atau tingkah laku yang abnormal atau dalam
kondisi distress. NAS 1996 menambahkan bahwa tanda-tanda secara klinis dan perubahan tingkah laku menjadi abnormal yang diakibatkan oleh adanya luka dan
distress dapat mempengaruhi konsumsi pakan dan air minum, akumulasi eksudat berwarna coklat kemerahan di sekeliling mata dan lubang hidung, hilangnya berat
badan, penurunan aktivitas, postur yang membungkuk, piloereksi, poor grooming habits, pernafasan yang sulit, vokalisasi, meningkat atau menurunnya keagresifan,
dan self-mutilation. Selanjutnya, berdasarkan Gambar 15, profil berat badan mencit kontrol
positif B dan perlakuan C, D dan E setelah transplantasi cenderung berada di bawah mencit kelompok kontrol negatif A. Hal ini membuktikan bahwa kondisi
mencit bertumor menyebabkan berat badan mencit cenderung menurun. Sindrom seperti ini sering terjadi pada penderita kanker, yang dinamakan kakeksia.
Kakeksia dicirikan dari profil berat badan yang menurun dan lebih dari 80 pasien yang menderita kanker mengalami kakeksia sebelum kematiannya.
Menurut Setiawati 2003, kakeksia pada mencit diduga akibat metabolit abnormal yang dihasilkan selama perkembangan tumor baik oleh sistem imun
maupun oleh tumor itu sendiri. Interaksi tumor dengan inangnya juga dapat mempengaruhi metabolisme di dalam tubuh. Sel-sel tumor juga membutuhkan
asupan nutrisi untuk terus bertahan hidup. Asupan nutrisi tersebut diperoleh dari inangnya. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa dalam tubuh penderita kanker terjadi
gangguan metabolisme, baik makronutrien maupun mikronutrien. Gangguan tersebut mungkin meliputi gangguan pada metabolisme karbohidrat, oksidasi
lipid, peningkatan katabolisme protein otot, atau penurunan sintesis protein otot. Dengan demikian, hal ini sesuai dengan pernyataan Setiawati 2003, bahwa
meski kecukupan gizi mencit telah terpenuhi dengan baik ternyata banyak faktor lain yang dapat menyebabkan mencit mengalami kekurangan gizi dan terjadi
kakeksia. Menurut Acharyya et al. 2005, kakeksia merupakan konsekuensi berupa kondisi tubuh yang lemah akibat kanker pada penderita dan dapat
menyebabkan kematian.
4. 4. 2. Volume Tumor
Rata-rata volume tumor secara berturut-turut dari mencit B, C, D, dan E adalah 0,55±0,69 cm
3
, 0,21±0,11 cm
3
, 0,15±0,08 cm
3
dan 0,20±0,06 cm
3
Lampiran 24. Pertumbuhan tumor secara umum cenderung naik, kecuali pada mencit kelompok E yang mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Setiawati 2003, bahwa mencit yang telah mengkonsumsi cincau tetap mengalami pertumbuhan pada tumornya. Hal ini terjadi karena interaksi
tumor di dalam tubuh sangat kompleks. Grafik ukuran volume tumor disajikan pada Gambar 16.
Gambar 16 Grafik ukuran volume tumor diukur dengan jangka sorong digital
Berdasarkan Gambar 16, terlihat bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada pertumbuhan tumor antara mencit kelompok B dan mencit
kelompok perlakuan C, D dan E. Volume tumor mencit B meningkat secara signifikan pada 11 hari setelah tranplantasi sel tumor. Hal ini didukung oleh
pernyataan Pranoto 2003, bahwa sel tumor yang ditransplantasikan dari mencit donor sudah berada dalam tahap propagasi atau mungkin metastasis. Pada tahap
tersebut sel tumor mampu tidak terlokalisasi melalui pembuluh darah sehingga sulit untuk dicegah.
Data tersebut memperlihatkan kemungkinan adanya pengaruh cincau hijau terhadap pertumbuhan tumor pada mencit secara in vivo. Analisis ragam
0,0000 0,2000
0,4000 0,6000
0,8000 1,0000
1,2000 1,4000
1,6000 1,8000
1 2
3 4
5 6
uk ur
a n
v o
lum e
t um
o r
c m
3
Pengukuran ke-
E D
C B
A mencit perlakuan
dosis 2,64 E mencit perlakuan
dosis 1,88 D mencit perlakuan
dosis 0,76 C mencit kontrol
positif B
menunjukkan bahwa pertambahan volume tumor pada mencit perlakuan C, D, dan E tidak berbeda nyata p0,05. Sementara itu, pertambahan volume tumor pada
mencit kelompok kontrol positif B menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan
pengaruh konsumsi bubuk daun cincau hijau dalam menghambat pertambahan volume tumor pada mencit perlakuan. Dengan demikian, bubuk daun cincau hijau
diduga mengandung senyawa atau komponen yang mampu mengganggu pertumbuhan tumor sehingga menghambat pertambahan volume tumor.
Komponen atau senyawa kimia seperti antioksidan, termasuk senyawa fitokimia pada tanaman, menunjukkan kemampuan selektif dalam hal membunuh
sel kanker dengan cara apoptosis sambil tetap mencegah terjadinya apoptosis pada sel normal secara in vitro dan in vivo, serta mengambat angiogenesis tumor dan
metastasis Borek 2004. Alkaloid yang terdapat pada tomat, baik hijau maupun merah, menunjukkan kemampuan untuk menghambat pertumbuhan sel tumor.
Ekstrak tomat hijau aktif melawan semua galur sel kanker dan lebih mampu menghambat sel kanker dibandingkan tomat merah. Komponen alkaloid yang
diduga bertanggung jawab dalam efek antikarsinogenik adalah glikoalkaloid, yang memiliki mekanisme antikanker berbeda dengan likopen pada tomat
Friedman et al. 2009. Reaksi biokimia kompleks juga berperan mempengaruhi metabolisme seperti enzim pencernaan, senyawa pembawa untuk absorbsi, sistem
transportasi, dan gangguan metabolisme pada penderita kanker Almatsier 2001. Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa terdapat senyawa atau komponen
yang mampu mengganggu pertumbuhan tumor sehingga menghambat pertambahan volume tumor.
4. 4. 3. Masa Laten
Masa laten waktu pertumbuhan tumor dari awal transplantasi sampai tumor dapat diraba dengan menggunakan kepekaan tangan Chalid 2003. Masa
laten bisa berbeda-beda di setiap individu. Pada penelitian ini, jumlah masa laten yang terdeteksi merupakan rata-rata dari perkiraan waktu pertama kali terasa
munculnya benjolan tumor pada mencit dalam hitungan hari. Perabaan untuk mengetahui munculnya benjolan tersebut pada minggu-minggu pertama juga
mulai dilakukan pada hari pertama pengukuran tumor tersebut, sehingga