2. 6. Pewarnaan Histopatologi
Pada umumnya, jaringan tidak dapat menahan warna setelah diproses, sehingga penambahan warna pada jaringan melalui proses pewarnaan dapat
memudahkan dalam pengamatan komponen jaringan dengan mikroskop. Pemilihan warna yang tepat sangat membantu untuk identifikasi jaringan,
komponen-komponennya serta diagnosis kondisi patologik. Pengetahuan tentang struktur, reaksi kimia dan pereaksi harus dimiliki dan dipahami dalam pengamatan
jaringan Panigoro et al. 2007.
2. 6. 1. Pewarnaan HE hematoksilin-eosin
Pada umumnya, pewarnaan jaringan menggunakan dua macam pereaksi. Hal ini untuk memudahkan dalam memahami perubahan patologik dengan
mewarnai organel sel dan organisme secara terpisah Panigoro et al. 2007. Metode HE merupakan metode pewarnaan yang paling sederhana dan banyak
digunakan. Metode HE barangkali merupakan teknik pewarnaan dua warna yang digunakan dalam jumlah sedikit. Hal ini karena hampir semua tipe sel, komponen
alum-hematein hanya mewarnai nukelus. Prosedur pewarnaan ini telah lebih sering digunakan daripada pewarnaan yang lain dalam pembelajaran histologi dan
oleh para ahli patologi Kiernan 1990. Pada pewarnaan HE, struktur selular dan perubahan patologik dapat diamati dengan mudah. Hal ini karena sitoplasma
organel diwarnai oleh eosin menjadi merah muda. Inti sel diwarnai oleh hematoksilin menjadi ungu Panigoro et al. 2007. Perbedaan warna ini penting
dalam mempelajari anatomi dan patologi jaringan secara mikroskopis agar dapat dibedakan inti sel dengan sitoplasma dan struktur ekstraseluler Kiernan 1990.
2. 6. 2. Pewarnaan IHK imunohistokimia
Imunohistokimia merupakan salah satu metode kuantitatif untuk mendeteksi reaksi antigen-antibodi sebagai manifestasi interaksi antigen-antibodi
primer. Hal ini termasuk penggunaan antibodi berlabel fluoresen seperti imunofluoresensi, berlabel enzim seperti imunoperoksidase, berlabel penanda
elektron-dense seperti label imunoferitin, serta berlabel penanda radioaktif seperti otoradiografi Bellanti 1993.
Istilah imunohistokimia lebih disukai sebagai teknik pemeriksaan imunologis pada potongan jaringan. Imunohistokimia telah digunakan secara
luas, dalam penelitian biologi serta diagnosis histopatologi dan mikrobiologi. Imunohistokimia sangat aplikatif dengan penggunaan cahaya, fluoresen dan
mikroskop elektron. Pereaksi yang digunakan adalah antibodi poliklonal atau monoklonal. Penggunaan pereaksi antibodi dalam aplikasi imunohistokimia harus
diujikan pada potongan jaringan. Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan dalam analisis dengan metode imunohistokimia adalah spesifitas, akurasi, presisi,
sensitivitas dan efisiensi Brandtzaeg et al. 1997. Penambahan warna melalui proses pewarnaan dapat memudahkan dalam
pengamatan komponen jaringan dengan mikroskop. Pemilihan warna yang tepat sangat membantu untuk identifikasi jaringan, komponen-komponennya serta
diagnosis kondisi patologik. Pengetahuan tentang struktur, reaksi kimia dan pereaksi harus dimiliki dan dipahami dalam pengamatan jaringan
Panigoro et al. 2007. Potongan jaringan yang berparaffin tidak dapat menyerap air karena
adanya infiltrasi paraffin ke dalam jaringan. Langkah pertama dalam pewarnaan histopatologik adalah pengeluaran paraffin dari potongan jaringan
berparaffin deparaffinisasi sehingga jaringan dapat menyerap pereaksi hidrasi Panigoro et al. 2007.
Antigen unmasking merupakan salah satu teknik sebagai bagian dari metode pewarnaan IHK. Teknik ini dilakukan karena berawal dari terjadinya
penutupan antigen sebagai efek dari fiksasi kimia, pemrosesan dan interaksi media embedding. Pada mulanya, hal ini menjadi suatu masalah serius dalam metode
IHK. Selanjutnya, beberapa metode dikembangkan untuk dapat membuka unmasking atau memperoleh kembali antigen seutuhnya sebagai target dalam
metode IHK. Teknik pengembalian antigen antigen retrieval techniques atau pembukaan antigen antigen unmasking secara signifikan mampu meningkatkan
sensitivitas dalam deteksi epitop dengan metode IHK. Antigen unmasking juga bermanfaat untuk metode lain yang menggunakan sistem deteksi dengan
pelabelan histokimia, antara lain flow cyotmetry, hibridisasi in situ, uji TUNEL terminal deoxynucleotidyl transferase-mediated nick labelling serta histokimia
asam nukelat D’Amico et al. 2008.
Selanjutnya, pemahaman karakteristik warna pada pewarnaan staining histologi sangat diperlukan untuk menghasilkan spesimen histologi
yang baik. Langkah penting lain dalam metode imunohistokimia yang termasuk ke dalam bagian pewarnaan staining adalah dehidrasi, penjernihan dan
penutupan jaringan pada gelas objek mounting Panigoro et al. 2007, Cell Signaling Technology 2007. Dehidrasi merupakan proses penarikan air dari
spesimen histologik yang telah diwarnai. Pada proses dehidrasi, peran air pada jaringan digantikan oleh alkohol dengan beberapa konsentrasi yang diurutkan dari
konsentrasi rendah hingga tinggi. Dehidrasi merupakan langkah yang harus dilakukan. Proses dehidrasi dilanjutkan dengan proses penjernihan, yaitu
mencelupkan gelas objek ke dalam xylol Panigoro et al. 2007. Spesimen yang telah dijernihkan sangat mudah terdegradasi oleh oksigen dan kelembaban jika
dibiarkan terbuka dan menyulitkan dalam pengamatan mikroskop karena debu yang menempel pada spesimen. Spesimen juga dapat mengalami kerusakan yang
disebabkan oleh bakteri dan jamur. Kerusakan spesimen dapat dicegah dengan cara menyimpan spesimen secara permanen, yaitu dengan proses
penutupan jaringan pada gelas objek mounting Panigoro et al. 2007, Cell Signaling Technology 2007.
3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN