1. Analisis Hasil Pewarnaan HE haematoxylin-eosin
Berdasarkan data rata-rata volume tumor secara keseluruhan, maka dapat diketahui bahwa rata-rata volume tumor terkecil terdapat pada kelompok
perlakuan C dan D. Rata-rata volume tumor tersebut adalah 0,04 cm
3
C1 dan D1. Rata-rata volume tersebut ditunjang oleh rata-rata berat tumor. Dalam hal
ini, rata-rata berat tumor D1 lebih kecil dibandingkan C1. Hal ini menunjukkan bahwa dosis bubuk daun cincau hijau yang lebih tinggi pada pakan mencit
kelompok D dibandingkan kelompok C, diduga dapat mengurangi rata-rata berat tumor. Selanjutnya, rata-rata volume tumor terbesar terdapat pada kelompok B,
yaitu sebesar 1,39 cm
3
Pada masing-masing data rata-rata berat dan volume tumor, rata-rata berat dan volume tumor terkecil terdapat pada mencit dari kelompok perlakuan D.
Rata-rata berat dan volume tumor terbesar terdapat pada mencit kelompok B sebagai kontrol positif. Mencit dari kelompok kontrol positif memiliki rata-rata
berat dan volume tumor lebih besar dibandingkan rata-rata berat dan volume tumor dari mencit kelompok perlakuan. Dosis bubuk daun cincau hijau pada
pakan yang dikonsumsi oleh mencit dari kelompok perlakuan, diduga memberikan pengaruh dalam menurunkan berat dan volume tumor. Dosis yang
makin tinggi memungkinkan kandungan senyawa fitokimia yang makin tinggi. Kintzios dan Barberaki 2004 menyatakan bahwa alkaloid sebagai salah satu
senyawa fitokimia memiliki aktivitas antitumor, sehingga berpotensi menurunkan berat dan volume tumor. Hal ini menunjukkan bahwa pakan tanpa dosis bubuk
daun cincau hijau pada kelompok B, diduga dapat menyebabkan peningkatan rata- rata berat dan volume tumor mencit.
B2.
4. 4. 1. Analisis Hasil Pewarnaan HE haematoxylin-eosin
Analisis pewarnaan HE dilakukan pada mencit C3H berdasarkan ukuran tumor yang terkecil dan terbesar. Ukuran tersebut berupa berat dan volume tumor
yang terendah dan tertinggi pada masing-masing kelompok perlakuan. Penentuan derajat diferensiasi jaringan tumor hasil pewarnaan HE meliputi kepadatan sel
tumor, pleomorfisme inti sel dan tingkat mitosis sel pada jaringan tumor. Hasil pewarnaa HE disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Hasil pewarnaan HE mencit C3H
mencit jumlah
lapang pandang
pemberian skor derajat diferensiasi
jumlah rata-rata
kepadatan sel tumor
rata-rata pleomorfisme
inti sel rata-rata
tingkat mitosis sel
B 1
5 1,00+0,00
2,00+0,00 2,00+0,71
5,00+0,71 2
6 2,50+0,55
2,50+0,55 1,50+0,55
6,50+0,55 C
2 5
2,00+0,00 2,00+0,00
2,60+0,55 6,60+0,55
D 2
5 1,20+0,45
1,20+0,45 2,00+0,00
4,40+0,55 E
1 5
1,00+0,00 1,00+0,00
1,00+0,00 3,00+0,00
2 5
1,80+0,45 1,20+0,45
1,00+0,00 4,00+0,00
Berdasarkan Tabel 9, jumlah rata-rata skor HE pada kelompok B adalah 5,00+0,71 B1 dan 6,50+0,71 B2. Pada kelompok C adalah 6,60+0,55 C2,
untuk C1 belum ada preparatnya. Pada kelompok D adalah 4,40+0,55 D2, untuk D1 belum ada preparatnya. Pada kelompok E adalah 3,00+0,00 E1 dan
4,00+0,00 E2.
1 Jaringan tumor mencit kelompok B
Gambar jaringan tumor mencit B1 dan B2 disajikan pada Gambar 18. Pada Gambar 18 a, skor mencit B1 menunjukkan bahwa sel-sel pada jaringan
kurang seragam yang disertai dengan ukuran inti sel yang mulai membesar dan warna inti sel yang mulai menghitam. Pada Gambar 18 b terlihat bahwa
kepadatan sel tumor meningkat dan mulai menuju kondisi ruang antarsel yang sangat rapat skor 3. Skor mencit B1 menunjukkan bahwa sel-sel pada jaringan
kurang seragam sehingga derajat diferensiasinya lebih tinggi dibandingkan B2. Skor mencit B2 menunjukkan bahwa sel-sel pada jaringan makin seragam
sehingga derajat diferensiasinya rendah, sebagaimana pernyataan Twite 2005. Gambar 18 a, b menunjukkan bahwa inti sel pada jaringan payudara
mencit kelompok B sudah banyak mengalami perubahan dan variasi bentuk. Skor mencit B2 menunjukkan bahwa sel-sel pada jaringan tumornya memiliki tingkat
mitosis yang lebih rendah dibandingkan mencit B1. Skor mitosis tersebut ditunjang oleh skor rata-rata kepadatan sel dan pleomorfisme inti sel pada jaringan
tumor mencit B2. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat mitosis yang lebih tinggi terjadi pada sel-sel pada tumor yang ukurannya lebih kecil, sehingga
pertumbuhannya lebih cepat. Spector dan Spector 1993 menyatakan bahwa mitosis menunjukkan derajat ketidakteraturan dalam sel-sel tumor. Hal ini diduga
dipengaruhi oleh faktor pakan dengan dosis bubuk daun cincau hijau 0 pada mencit kelompok B.
a
b Gambar 18 Inti sel pada jaringan tumor mencit yang diberi pakan
mengandung bubuk daun cincau hijau 0 dengan ditransplantasi tumor a= jaringan tumor mencit B1, b=
jaringan tumor mencit B2; HE 40 kali
2 Jaringan tumor mencit kelompok C
Gambar jaringan tumor mencit C2 disajikan pada Gambar 19.
Gambar 19 Inti sel pada jaringan tumor mencit yang diberi pakan mengandung bubuk daun cincau hijau 0,88 dengan
ditransplantasi tumor HE 40 kali; tanda panah kuning menunjukkan sel darah merah
Berdasarkan skor rata-rata jumlah derajat diferensiasi sel pada jaringan tumor mencit C2, skornya adalah 6,60+0,55. Skor tersebut menunjukkan bahwa
secara umum, tumor pada mencit C2 memiliki derajat diferensiasi yang rendah dibandingkan tumor pada mencit kelompok yang lain. Hal ini sebagaimana
derajat diferensiasi tumor pada mencit kelompok B B1 dan B2. Hal ini ditunjang oleh hasil pengukuran rata-rata berat tumor dari seluruh mencit
kelompok C tidak berbeda nyata dibandingkan rata-rata berat tumor seluruh mencit kelompok B.
Berdasarkan tingkat kepadatan sel dan pleomorfisme inti sel, sel-sel pada jaringan tumor mencit C2 secara umum memiliki derajat diferensiasi yang lebih
tinggi dibandingkan B B1 dan B2. Selanjutnya, hal ini ditunjang oleh hasil pengukuran rata-rata berat dan volume tumor. Berdasarkan Gambar 16, rata-rata
berat tumor dari seluruh mencit kelompok C 1,18+0,12 g tidak berbeda nyata dibandingkan rata-rata berat tumor seluruh mencit kelompok B 0,87+0,81 g.
Rata-rata volume tumor dari seluruh mencit kelompok C 0,20+0,06 cm
3
lebih rendah dibandingkan rata-rata volume tumor seluruh mencit kelompok B
0,55+0,69 cm
3
Selanjutnya, jika dibandingkan dengan skor E1 1,00+0,00 dan E2 1,20+0,45, maka skor kelompok C2 2,00+0,00 lebih tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa sel pada jaringan tumor mencit kelompok C lebih seragam dibandingkan kelompok E, sehingga derajat diferensiasi kelompok C lebih rendah
dibandingkan E. Hal ini ditunjang oleh hasil pengukuran rata-rata berat dan volume tumor. Rata-rata berat tumor dari seluruh mencit kelompok C
1,18+0,12 g berbeda nyata dibandingkan rata-rata berat tumor seluruh mencit kelompok E 0,27+0,28 g. Rata-rata volume tumor dari seluruh mencit
kelompok C 0,20+0,06 cm .
3
lebih tinggi dibandingkan rata-rata volume tumor seluruh mencit kelompok E 0,20+0,06 cm
3
Hal ini dapat diduga bahwa faktor pakan pada mencit kelompok C yang diberi dosis bubuk gel cincau hijau 0,88 menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata dengan mencit kelompok B yang pakannya tidak diberi dosis bubuk daun cincau hijau. Selanjutnya, rata-rata berat tumor dari seluruh mencit kelompok C
berbeda nyata dibandingkan rata-rata berat tumor seluruh mencit kelompok E. Hal ini dapat diduga sebagai pengaruh dari pemberian dosis bubuk daun cincau
hijau sebanyak 0,88 pada pakan mencit kelompok C belum sebaik dosis 2,64 pada pakan mencit kelompok E dalam menjaga derajat diferensiasi sel.
.
3 Jaringan tumor mencit kelompok D
Berdasarkan skor rata-rata jumlah derajat diferensiasi sel pada jaringan tumor mencit D2 4,40+0,55, menunjukkan secara umum bahwa tumor pada
mencit D2 memiliki derajat diferensiasi yang tinggi dibandingkan tumor pada mencit kelompok yang lain. Jika dibandingkan dengan kedua skor mencit B B1
1,00+0,00 dan B2 2,50+0,55, maka skor rata-rata kepadatan sel tumor mencit D2 lebih tinggi dibandingkan B1 dan lebih rendah dibandingkan B2. Hal ini
menunjukkan bahwa sel pada jaringan tumor mencit D2 lebih padat dibandingkan B1, sehingga derajat diferensiasi D2 lebih rendah dibandingkan B1. Selanjutnya,
hal ini juga menunjukkan bahwa sel pada jaringan tumor mencit B2 lebih padat dibandingkan D2, sehingga derajat diferensiasi D2 lebih tinggi dibandingkan B2.
Gambar jaringan tumor mencit D2 disajikan pada Gambar 20.
Gambar 20 Inti sel pada jaringan tumor mencit yang diberi pakan mengandung bubuk daun cincau hijau 1,76 dengan
ditransplantasi tumor HE 40 kali; tanda panah kuning menunjukkan sel nekrotik
Skor rata-rata pleomorfisme inti sel pada jaringan tumor mencit D2 adalah 1,20+0,45. Jika dibandingkan dengan skor pleomorfisme inti sel pada jaringan
tumor mencit B2 2,50+0,55 dan B1 2,00+0,00, maka skor kelompok D lebih rendah. Skor rata-rata pleomorfisme inti sel pada jaringan tumor mencit
kelompok D tersebut sama dengan jaringan tumor mencit kelompok E pada tumor dengan ukuran terbesar 1,20+0,45. Hal ini menunjukkan bahwa sel pada
jaringan tumor mencit kelompok B lebih seragam dibandingkan kelompok D. Skor rata-rata tingkat mitosis sel pada jaringan tumor mencit D2 adalah
2,00+0,00. Jika skor D2 tersebut dibandingkan dengan skor rata-rata tingkat mitosis sel tumor mencit kelompok B B1 2,00+0,71 dan B2 1,50+0,55, maka
skor D2 sama dengan B1 dan lebih tinggi dibandingkan B2. Hal ini ditunjang oleh hasil pengukuran rata-rata berat dan volume tumor.
Berdasarkan Gambar 16, rata-rata berat tumor dari seluruh mencit kelompok D 0,15+0,09 g berbeda nyata dengan rata-rata berat tumor seluruh mencit
kelompok B 0,87+0,81 g. Rata-rata volume tumor dari seluruh mencit kelompok D 0,15+0,08 cm
3
lebih rendah dibandingkan rata-rata volume tumor seluruh mencit kelompok B 0,55+0,69 cm
3
. Rata-rata berat tumor dari seluruh mencit kelompok D 0,15+0,09 g tidak berbeda nyata dibandingkan rata-rata
berat tumor seluruh mencit kelompok E 0,27+0,28 g. Selisih rata-rata volume tumor dari seluruh mencit kelompok D 0,15+0,08 cm
3
dengan rata-rata volume tumor seluruh mencit kelompok E 0,20+0,06 cm
3
4 Jaringan tumor mencit kelompok E
hanya sedikit. Dengan demikian, dapat diduga bahwa pengaruh dari pemberian dosis bubuk daun cincau
hijau sebanyak 1,76 pada pakan mencit kelompok D yang tidak berbeda nyata dengan dosis bubuk daun cincau hijau sebanyak 2,64 pada pakan mencit
kelompok E.
Berdasarkan skor rata-rata jumlah pada derajat diferensiasi sel pada jaringan tumor mencit kelompok E, skor E1 adalah 3,00+0,00 dan E2 adalah
4,00+0,00. Kedua skor tersebut menunjukkan bahwa secara umum, tumor pada mencit kelompok E memiliki derajat diferensiasi yang paling tinggi dibandingkan
tumor pada mencit kelompok yang lain. Pada Tabel 9, skor rata-rata kepadatan sel tumor, pada mencit E1 adalah
1,00+0,00. Skor tersebut merupakan skor rata-rata kepadatan sel tumor terendah dari seluruh mencit. Rata-rata kepadatan sel tumor tertinggi terdapat pada mencit
E2, yaitu dengan skor 1,80+0,45. Skor tersebut menunjukkan bahwa mencit E2 memiliki jaringan tumor dengan sel-sel yang lebih padat dibandingkan E1. Skor
mencit E2 menunjukkan bahwa sel-sel pada jaringan mulai seragam sehingga derajat diferensiasinya rendah. Skor mencit E1 menunjukkan bahwa sel-sel pada
jaringan kurang seragam sehingga derajat diferensiasinya lebih tinggi dibandingkan E2. Jaringan tumor mencit E1 dan E2 disajikan pada Gambar 21.
a
b Gambar 21 Inti sel pada jaringan tumor mencit yang diberi pakan
mengandung bubuk daun cincau hijau 2,64 dengan ditransplantasi tumor a= jaringan tumor mencit E1, b=
jaringan tumor mencit E2; HE 40 kali; tanda panah kuning menunjukkan sel darah merah
Sebagaimana Gambar 21 a, b, hal ini menunjukkan bahwa inti sel pada jaringan payudara mencit kelompok E belum banyak mengalami perubahan dan
variasi bentuk. Pada tingkat mitosis sel, hasil pewarnaan HE jaringan tumor menunjukkan bahwa skor rata-rata tingkat mitosis sel tumor pada mencit E1 sama
dengan E2, yaitu 1,00+0,00. Skor yang sama tersebut mengasumsikan bahwa sel- sel tumor pada mencit E1 dan E2 memiliki tingkat pertumbuhan sel tumor yang
sama. Hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor pakan yang mengandung dosis bubuk daun cincau hijau 2,64 sebagai dosis tertinggi.
Makin tinggi dosis bubuk daun cincau hijau pada pakan mencit, makin tinggi kemungkinan untuk dapat menjaga jaringan pada kelompok E agar tetap
terdiferensiasi dengan baik. Hal ini dimungkinkan karena bubuk daun cincau hijau mengandung sejumlah senyawa fitokimia yang berkorelasi dengan aktivitas
antioksidan dan antikanker, sebagaimana pernyataan Moongkarndi et al. 2004 dan Meiyanto et al. 2008.
Hasil pewarnaan HE dispesifikasi lanjut dengan hasil pewarnaan IHK. Pemberian skor pada jaringan hasil pewarnaan IHK dilakukan berdasarkan
kepekatan warna substrat DAB sebagai hasil reaksi dengan enzim HRP horseradish peroxidase yang telah terlabel pada antibodi sekunder. Reaksi
antara HRP dan DAB menghasilkan warna coklat Kiernan 1990.
4. 4. 2. Hasil Pewarnaan IHK