Analisis Perilaku Konsumen Unit Usaha Perikanan

dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang terkait. Lingkungan eksternal mengungkapkan peluang dan ancaman utama yang dihadapi perusahaan sehingga perusahaan dapat memformulasi strategi untuk mengambil keuntungan dari peluang dan menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman. Tujuan utama pengamatan lingkungan eksternal adalah untuk mengembangkan daftar yang terbatas tentang peluang yang dapat memberi manfaat dan ancaman yang harus dihindari Kotler, 2008. Suatu perusahan disebut berhasil bila perusahan tersebut menyadari bahwa lingkungan pemasaran selalu menimbulkan peluang baru, ancaman baru, dan pemahaman baru tentang pentingnya memantau dan beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah. Hal ini untuk menjaga agar produk dan praktek pemasaran tetap sesuai dengan situasi terakhir dan tanggung jawab utama untuk mengidentifikasi perubahan yang signifikan yang terletak pada pemasaran perusahan. Dalam menganalisis lingkungan pemasaran ini ada dua hal penting yang perlu dilakukan, yakni : 1 Menganalisis kebutuhan dan trend dalam lingkungan baik mikro maupun makro. Keberhasilan yang dialami cenderung disebabkan adanya kesadaran dan kecepatan tanggapan terhadap kebutuhan dan trend yang tidak terpenuhi dalam lingkup baik mikro maupun makro. 2 Mengidentifikasi dan menanggapi kekuatan lingkungan baik mikro maupun makro dengan cepat. Dalam situasi yang berubah dengan cepat setiap perusahan harus memantau enam kekuatan utama, yakni lingkungan demografi, lingkungan ekonomi, lingkungan alam, lingkungan teknologi, lingkungan politik atau hukum dan lingkungan sosial budaya.

2. Analisis Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini Simamora, 2003. Lebih lanjut dikatakan bahwa perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan mengajak aktivitas individu dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mengatur barang dan jasa. Kotler dan Amstrong 2007 mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku pembelian akhir, baik individu maupun rumah tangga, yang membeli produk untuk konsumsi personal. Menurut Warren 2000 dalam menganalisis perilaku konsumen perlu diperhatikan determinasi yang menjadi perilaku konsumen itu sendiri. Determinasi ini dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : 1. Pengaruh lingkungan 2. Perbedaan dan pengaruh individu 3. Proses psikologi Menurut Simamora 2003 faktor-faktor yang turut mempengaruhi analisa perilaku konsumen sebagai berikut: 1. Psikologi motivasi, persepsi, learning, kepercayaan, sikap 2. Personal usia, tahap daur hidup, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian, konsep diri. 3. Sosial kelompok rujukan seperti teman kampus, pengajian, perkumpulan olah raga, dan lain-lain. 4. Kebudayaan kultur, sub kultur, kelas sosial.

3. Analisis Perilaku Pesaing

Suatu perusahaan disebut berhasil bila perusahaan tersebut mampu menganalisis pesaingnya sebaik mungkin seperti yang dilakukan terhadap para konsumen. Analisis dan evaluasi terhadap pesaing akan membantu dalam memutuskan di mana akan bersaing dan bagaimana menentukan posisi menghadapi persaingan pada setiap pasar sasaran. Kotler 2008 mengungkapkan, dalam menganalisa pesaing diperlukan langka-langka sebagai berikut : 1 Melihat struktur industri di mana organisasi akan bersaing dan menguraikan karakteristik industri 2 Melakukan identifikasi dan analisis terhadap kelompok suatu perusahaan terkait strategis yang bersaing dalam industri 3 Mengidentifikasi, menguraikan dan mengevaluasi pesaing-pesaing utama suatu organisasi 4 Melakukan antisipasi terhadap pesaing 5 Melakukan antisipasi terhadap pesaing-pesaing baru yang mungkin masuk. 15

2.4 Analisa Mengembangkan Strategi Pemasaran

Menurut Kotler 2008 pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana seseorang atau kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui proses penciptaan, penawaran dan pertukaran dari produk yang bernilai terhadap pihak lain. Proses pengembangan strategi pemasaran dapat juga digunakan analisis SWOT pada suatu organisasi atau perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis harus dapat menganalisis faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang kemudiaan dihadapi pada suatu organisasi atau perusahaan, hal ini kemudiaan yang disebut analisis sebagai Strength, Weakness, Opportunity, Threat Rangkuti, 2007. Menurut Kotler dan Amstrong 2007 salah satu konsep utama dalam pemasaran modern adalah bauran pemasaran. Bauran pemasaran marketing mix adalah seperangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan dan dipadukan oleh suatu perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan dalam pasar sasaran. Strategi pemasaran merupakan dua keputusan manajemen dalam dunia bisnis yang dikoordinasikan menjadi satu untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi pemasaran sebagai prinsip-prinsip dasar yang mendasari manajemen pemasaran untuk mencapai tujuan bisnis dan pemasarannya yang disebut dengan bauran pemasaran. Adapun terkait strategi pemasaran sebagai salah satunya adalah strategi bauran pemasaran yang dapat disebut sebagai berikut: Bauran Pemasaran 1. Strategi Produk product Produk merupakan himpunan kepuasan yang ditawarkan kepada konsumen melalui suatu transaksi. Produk selain bentuk fisik, juga termasuk pelayanan, dan atribut lainnya. 2. Strategi Harga price Merupakan strategi penetapan harga untuk meningkatkan volume penjualan menghadapi competitor atau pengacaukan pasar. Oleh sebab itu penetapan harga merupakan proses paling penting dalam kaitannya dengan penerimaan perusahaan. 3. Strategi Promosi Promotion Promosi merupakan suatu sarana yang dirancang sedemikian rupa dengan tujuan menyampaikan informasi kepada konsumen tentang produk baik dari segi, kegunaan, cara perolehan dan tingkat harga. 4. Strategi saluran pemasaran Distribution Penyaluran produk merupakan kegiatan pemasaran agar produk sampai ke konsumen dengan cepat terutama pada saat dibutuhkan konsumen. Saluran pemasaran ini dapat dilakukan mulai dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks dan tergantung dari karakteristik produk, kemampuan penjualan serta perilaku konsumen.

2.5 Daya Saing Strategis

Dalam melakukan kegiatan pemasaran yang bersifat strategis, maka setiap organisasi harus mempunyai suatu daya saing yang berbeda dengan para pesaingnya. Daya saing yang dimaksud adalah yakni melaksanakan langka-langka dengan pengembangan kompetensi inti. Kompetensi inti core Competence dari suatu produk dapat berupa kegiatan diversifikasi produk dan diferensiasi produk. Dari pengembangan itu maka perusahan dapat melakukan, memperbesar target pasar-pasar lama pasar yang telah ada dan memasuki pasar baru. Pengembangan kompetensi tersebut sangat berhubungan terhadap faktor lingkungan bisnis, yaitu kekuatan pembeli, kekuatan pemasok, ancaman produk substitusi, tingkat persaingan dan hambatan masuk Porter, 2000 dapat di lihat pada Gambar 2. Sumber : Porter 2000 Gambar 2. Pengembangan kompetensi inti

2.6 Konsep Manajemen

Konsep manajemen merupakan kumpulan dari dua orang atau lebih yang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Di dalam Pengembangan Kompetensi Inti Diversifikasi Produk Diferensiasi Produk Pasar Lama Produk Baru Pasar Lama Produk Lama Pasar Baru Produk Baru Pasar Baru Produk Lama manajemen terjadi proses kegiatan seperti proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Silk H.L dalam Ardiansyah 2010 konsep manajemen diartikan sebagai berikut: pengorganisasian seluruh sumberdaya melalui perencanaan, pengorganisasian, pemberian bimbingan dan pengendalian agar tercapai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan definisi tersebut diatas dapat diperoleh kesimpulan dari para ahli pakar tersebut bahwa konsep manajemen adalah suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut dapat dilaksanakan melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pemberian bimbingan. 2.7 Perkoperasian Menurut UU Perkoperasian No. 172012, Pasal 1 bahwa koperasi didefinisikan sebagai badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Selanjutnya dalam Pasal 3 berbunyi bahwa Menurut Bung Hatta, koperasi yang berazaskan pasal 33 UUD 1945 adalah merupakan satu-satunya jalan yang memberikan gambaran untuk mendekatkan jurang perbedaan antara golongan yang kaya dengan golongan yang miskin Sukamdiyo, 2008. Lebih lanjut peranan koperasi Secara makro semakin melembaga dalam perekonomian, antara lain meningkatkan manfaat koperasi bagi masyarakat dan lingkungan, pemahaman yang lebih mendalam terhadap azas sendi serta tata kerja koperasi, meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraan, meningkatkan pemerataan dan keadilan, meningkatkan kesempatan kerja Sukamdiyo, 2008. koperasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan. UU No. 17 Tahun 2012 pasal 26 berbunyi anggota koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi. Anggota koperasi dicacat dalam buku daftar anggota. Hal ini dapat dijelaskan bahwa sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi, anggota 18 berpartisipasi aktif dalam kegiatan koperasi. Sekalipun demikian sepanjang tidak merugikan kepentingannya, koperasi dapat pula memberikan pelayanan kepada yang bukan anggota sesuai dengan sifat kegiatan usahanya, dengan maksud untuk menarik yang bukan anggota menjadi anggota koperasi. Bung Hatta, mendefinisikan bahwa Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong. Dengan demikian manajemen koperasi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan melalui usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan. Untuk mencapai tujuan koperasi, perlu diperhatikan adanya sistem manajemen yang baik, agar tujuannya berhasil. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pada Kopdit Angkara memiliki anggota koperasi dan non anggota koperasi, terkait dengan kegiatan usaha penangkapan ikan maka anggota koperasi ini adalah anggota koperasi yang melakukan usaha penangkapan ikan menggunakan fasilitas alat dan armada penangkapan milik Kopdit Angkara. Kemudiaan yang non anggota koperasi yakni mereka yang melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan menggunakan fasilitas alat dan armada penangkapan milik sendiri akan tetapi melakukan pendistribusian hasil tangkapan ikan selain ke Tempat Pelelangan Ikan TPI juga melakukan pendistribusian hasil tangkapan ke Kopdit Angkara RAT Kopdit Angkara, 2011.

2.8 Kajian Penelitian Terdahulu

Zaini 2003 mengungkapkan bahwa hasil penelitian tentang analisis strategi pemasaran ikan PT. BAS, Tbk, yang beralamat di Total Building lantai 8-9, Jalan Letjen S. Parman Kav. 106A Jakarta 11440. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, dengan menggunakan analisis SWOT, IFE-EFE BCG. Hasil analisis dapat diketahui bahwa PT. BAS, mempunyai kemampuan untuk menciptakan strategi pemasaran yang tepat dalam rangka mempertahankan, memasuki serta merebut pangsa pasar yang lebih luas lagi. Syechalad dan Hardiyanto 2009 melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kota Banda Aceh, permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh yang positif pada variabel modal kerja, teknologi, jam kerja dan harga ikan terhadap pendapatan nelayan di Kota Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan analisis statistik regresi linier dan uji beda rata Uji Z. Sasmita 2006 mengungkapkan bahwa variabel modal kerja, jumlah tenaga kerja, waktu melaut dapat menerangkan variansi variabel dependent pendapatan usaha nelayan sebesar 60,7. Dari variabel independent yang diteliti modal kerja dan waktu melaut signifikan pada tingkat signifikan 5 sedangkan jumlah tenaga kerja signifikan pada tingkat signifikan 10. Harahap 2003 mengatakan variabel independen modal investasiawal, jam melaut, jumlah tanggungan, pendidikan dan biaya operasional menerangkan variansi variabel dependent pendapatan nelayan tradisional sebesar 85,6. Kemudian variabel independent yang diteliti modal investasiawal, jam melaut, biaya operasional signifikan di tingkat α = 5 sedangkan jumlah tanggungan signifikan di tingkat α = 10. Riniwati 2005 mengungkapkan bahwa semua kegiatan mulai dari pengadaan sarana produksi, pengolahan pasca panen agroindustri, pemasaran dan kelembagaan merupakan rangkaian variabel yang saling terkait satu sama lainnya. Permasalahan adalah ketika produk sudah dihasilkan apakah proses pemasaran dapat bermanfaat sesuai fungsinya. Dari kajian penelitian terdahulu tersebut di atas maka dapat terlihat kekhasan keunikan dari penelitian ini yakni dalam penelitian ini memunculkan adanya variabel terikat dependen variable yakni pada perahu tanpa mesin, kapal motor tempel, dan kapal motor. Obyek dari penelitian ini memunculkan nelayan tangkap baik sebagai anggota koperasi dan bukan anggota koperasi. Memasukkan analisis strategi pemasaran dengan bauran pemasaran, selain matriks IFE-EFE dan matriks SWOT. Rangkuman keterangan dari kajian hasil penelitian terdahulu di atas dapat disajikan pada Tabel 4. 20 Tabel 4. Kajian Penelitian Terdahulu No Peneliti dan Tahun Judul Penelitian Masalah dan Metode Penelitian Hasil Penelitian 1 Zaini 2003 Analisis Strategi Pemasaran Ikan PT. BAS, Tbk PT BAS selama ini melakukan pemasaran ikan demersal langsung ke pembeli customer tanpa diversifikasi hasil tangkapan, diperlukan suatu strategi pemasaran Metode penelitian ini adalah studi kasus. Analisis SWOT, IFE dan EFE, BCG Kemampuan PT. BAS untuk menciptakan strategi pemasaran yang tepat dalam rangka mempertahankan, memasuki serta merebut pasar yang ada. 2 Syechalad dan Hardiyanto 2009 Analisis faktor- faktor yang mempenga ruhi pendapata n nelayan di Kota banda Aceh Apakah Modal kerja, teknologi, jam kerja melaut dan harga ikan berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di Kota Banda Aceh Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik regresi linier dan uji beda rata-rata Uji Z Penelitian ini dinyatakan bahwa modal kerja, teknologi, jam kerja, dan harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan nelayan di Kota banda Aceh 3 Sasmita 2006 Analisis faktor- faktor yang mempenga ruhi pendapata n usaha nelayan di Kabupaten Asahan Apakah variabel terikat dan variabel bebas berpengaruh pada pendapatan usaha nelayan variabel modal kerja, jumlah tenaga kerja, waktu melaut dapat menerangkan variansi variabel dependent pendapatan usaha nelayan sebesar 60,7. Dari variabel independent modal kerja dan waktu melaut signifikan pada tingkat signifikan 5 21 Lanjutan Tabel 4. No Peneliti dan Tahun Judul Penelitian Masalah dan Metode Penelitian Hasil Penelitian 4 Harahap 2003 Analisis masalah kemiskina n dan tingkat pendapata n nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan Indah Kecamata n Medan Labuhan Kota Medan Apakah variabel independen modal investasiawal, jam melaut, jumlah tanggungan, pendidikan dan biaya operasional dapat menerangkan variansi variabel dependent pendapatan nelayan tradisional Hasil penelitian ini memperoleh variabel independen modal investasiawal, jam melaut, jumlah tanggungan, pendidikan dan biaya operasional dapat menerangkan variansi variabel dependent pendapatan nelayan tradisional sebesar 85,6. Kemudian variabel independent yang diteliti modal investasiawal, jam melaut, biaya operasional signifikan pada tingkat α = 5 sedangkan jumlah tanggungan signifikan pada tingkat α = 10. 5 Riniwati 2005 Strategi Pemasaran Produk Perikanan dan Kelautan Apakah pemasaran telah sesuai dengan fungsinya ketika semua produk hasil perikanan dan kelautan diperoleh Analisis yang digunakan yakni bauran pemasaran Diperoleh bahwa bauran pemasaran dapat menjawab sistem pemasaran produk perikanan dan kelautan. Namun tantangan yang dihadapi adalah pengetahuan diversifikasi olahan, produk perikanan muda rusak perlu biaya besar dan penanganan yang cepat, resesi ekonomi, perubahan perilaku konsumen. 22

3. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Peningkatan kebutuhan terhadap pasar akan produk jenis ikan terus meningkat, berupa ragam produk ikan maupun banyaknya pangsa pasar yang membutuhkan produk jenis ikan. Masalah pemasaran hasil penangkapan ikan di Kecamatan Kei Kecil terbentur jaringan pemasaran yang terbatas. Kurang berfungsinya tempat pelelangan ikan TPI secara baik, menyebabkan nelayan hanya menjual hasil tangkapannya langsung ke pedagang pengumpul unit-unit pemasaran tanpa alternatif lain, dimana konsekuensinya harga ikan ditentukan pedang pengumpul sehingga posisi tawar nelayan menjadi rendah. Selain itu, sifat dari ikan yang cepat rusak harus segera dijual sesampainya di darat, diperparah dengan keterbatasan fasilitas penyimpanan ikan dan keterbatasan es terpaksa menggunakan es balok rumah tangga menjadikan waktu trip nelayan menjadi pendek maksimal satu hari one day fishing dan sesampainya di darat harus segera dijual. Dengan demikian hasil tangkapan sedikit atau banyak tidak menunjukkan perbedaan pendapatan yang berarti bagi nelayan. Dilain pihak pendapatan unit-unit pemasaran dari tahun ke tahun terdapat peningkatan yang cukup berarti, namun kenaikan tersebut ternyata tidak dinikmati oleh nelayan. Berbagai upaya perbaikan usaha perikanan yang sudah dilakukan oleh Pemerintah, namun kenyataan kondisi ekonomi masyarakat nelayan tidak ada kemajuan apalagi nelayan tradisional. Benang merah dari permasalahan ini adalah lemahnya sistem pemasaran bagi nelayan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nelayan adalah melalui peningkatan produktivitas kinerja serta membuka akses jaringan pemasaran. Dengan terbukanya jaringan pemasaran hasil perikanan tangkap baik lokal, regional bahkan internasional akan memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan nelayan, memudahkan investasi perikanan dan membuka lapangan kerja. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis melakukan penelitian untuk mengetahui lebih jelas tentang bagaimana pendapatan perikanan tangkap dan sistem pemasaran hasil perikanan tangkap yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara, dan mencari alternatif strategi pemasaran untuk meningkatkan pendapatan hasil perikanan tangkap. Kerangka berpikir ini menggambarkan langkah yang ditempuh oleh nelayan tangkap baik sebagai anggota koperasi maupun non anggota koperasi dalam usaha mencapai peningkatan kesejahteraan nelayan. Untuk mengembangkan alternatif tujuan pemasaran digunakan analisis pada matriks SWOT yang akan menghasilkan matriks internal-eksternal yang datanya berasal dari Internal Faktor Evaluation IFE dan Matriks External Faktor Evaluation EFE. Matrik SWOT digunakan untuk menentukan pengembangan strategi pemasaran, bagaimana saran strategis pemasaran dan langka-langka prioritas kinerja ke depan. Gambar 3. Kerangka pemikiran Hipotesis Penelitian : Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dibuat hipotesis terkait faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan adalah sebagai berikut: 1 Modal kerja memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan nelayan. 2 Tenaga kerja memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan nelayan. Non anggota koperasi Anggota koperasi Perahu tanpa mesin Strategi pemasaran untuk peningkatan kesejahteraan nelayan SWOT, IFE-EFE Regresi Nelayan Tangkap Kapal motor tempel Kapal motor Pemasaran Pemasaran hasil ikan pada koperasi Pemasaran hasil ikan pada TPI 24 3 Pengelaman kerja memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan nelayan. 4 Jarak tempuh melaut mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan nelayan. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Nelayan adalah orang yang mata pencariannya menangkap ikan di laut dengan menggunakan perahu tanpa mesin, kapal motor tempel dan kapal motor. 2. Pendapatan nelayan adalah pendapatan bersih yang dibawah pulang oleh nelayan diperoleh dari hasil penjualan tangkapan setelah dikurangi modal kerja. 3. Modal kerja adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh nelayan dalam memperoleh hasilnya. Biaya-biaya tersebut terdiri dari, makan, rokok, minyak, solar, minyak bensin, upah tenaga kerja, peralatan penangkapan ikan selama satu bulan satuan Rp. 4. Tenaga kerja adalah banyaknya orang yang sudah menjalani profesi hidupnya sebagai nelayan dalam jangka waktu tertentu satuan jiwa. 5. Pengalaman adalah orang yang sudah menjalani profesi hidupnya sebagai nelayan dalam jangka waktu tertentu satuan tahun. 6. Jarak tempuh melaut adalah rata-rata jarak yang ditempuh oleh nelayan dalam menangkap ikan satuan km.

3.2 Penentuan Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian ini pada Kopdit Angkara yang terdapat di Desa Sethean Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara. Kecamatan Kei Kecil terletak pada 5°33 – 5° 53 LS dan 132°32 – 132° 47 BT. Adapun batas-batas Kecamatan Kei Kecil adalah : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Dullah Selatan dan Laut Banda 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kei Kecil Barat dan Kei Kecil Timur 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kei Kecil Timur Selat Rosenberg 4. Sebelah Barat barbatasan dengan Kecamatan Kei Kecil Barat dan Selat Tayando. Keberadaan Kopdit Angkara terdapat di Desa Sathean dapat disajikan pada Gambar 4. Sumber: Atlas Maluku 1998 Gambar 4. Peta lokasi penelitian

3.3 Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data kualitatif terkait strategi pemasaran yang berjalan di Kopdit Angkara dan data kuantitatif terkait data penjualan, jumlah dan jenis ikan yang ditangkap 3 tahun terakhir baik oleh anggota koperasi maupun non anggota koperasi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. Data yang dianalisis adalah data tentang pendapatan nelayan tangkap baik oleh anggota koperasi maupun bukan anggota koperasi. Proses untuk mendapatkan data primer ini menggunakan teknik observasi dan melalui wawancara langsung dengan pihak responden serta menggunakan angket kuesioner. Sumber data diperoleh dari Kopdit Angkara yang terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara, Kecamatan Kei Kecil berada di Desa Sathean, dengan alasan bahwa Kopdit Angkara merupakan salah satu koperasi nelayan terbesar yang berada di Kabupaten Maluku Tenggara yang telah masuk kategori 100 koperasi berskala besar Indonesia yang telah dinilai oleh Dewan Koperasi Indonesia Dekopin Pusat, sehingga saat ini menempatkan Kopdit Angkara sebagai asset yang besar bagi kemajuan pembangunan ekonomi di Kabupaten Maluku Tenggara. Pengambilan data dilakukan pada Kopdit Angkara diharapkan dapat merepresentasikan lembaga-lembaga koperasi yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara. Data Sekunder dikumpulkan dan diperoleh dari studi dokumentasi, mempelajari data–data yang berasal dari BPS, Instansi terkait, melalui website dan data sekunder juga diperoleh dari RAT Kopdit Angkara. Penelitian ini menggunakan 3 tiga jenis kuesioner yakni Pertama, persepsi kegiatan usaha dan pemasaran, tujuannya adalah untuk menentukan varibel faktor internal dan eksternal. Kuesioner ditunjukkan kepada 3 tiga responden terdiri dari Manajer Kopdit Angkara, Ka unit pemasaran Kopdit Angkara dan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara, kuesioner persepsi kegiatan usaha dan pemasaran melalui pendekatan analisis SWOT dapat disajikan pada Lampiran 3. Kedua, persepsi internal kinerja Kopdit Angkara, kuesioner yang digunakan sebanyak 2 dua responden yakni Ka Tata Usaha Kopdit Angkara dan Anggota aktif Kopdit Angkara dapat disajikan pada Lampiran 4. Ketiga, persepsi nelayan baik anggota maupun non anggota Kopdit Angkara untuk melihat variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan nelayan. kuesioner persepsi nelayan baik anggota maupun non anggota Kopdit Angkara dapat disajikan pada Lampiran 5.

3.4 Penentuan Jumlah Sampel dan Metode Penarikan Sampel.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Obyek penelitian ini adalah Kopdit Angkara yang menggunakan armada penangkapan ikan milik Kopdit Angkara anggota koperasi dan nelayan tangkap yang menggunakan armada penangkapan ikan milik sendiri non anggota koperasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian terkait pengembangan strategi pemasaran menggunakan metode pengambilan informan dengan menggunakan analisis SWOT secara non acak yang diklasifikasikan ke dalam purposive sampling yaitu pengambilan informan yang dipilih untuk mewakili seluruh informan. Informan yang dipilih pada penelitian ini adalah informan yang memiliki kapasitas pengetahuan mengenai sistem pemasaran dan mampu memberikan penilaian mengenai Kopdit Angkara. Informan yang terlibat adalah Manajer Kopdit Angkara, Ka unit pemasaran Kopdit Angkara, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara, Ka Tata Usaha Kopdit Angkara dan Anggota aktif Kopdit Angkara. Jadi informan seluruhnya sebanyak 5 responden yakni 3 responden untuk melihat persepsi kegiatan usaha dan pemasaran yang dapat dilihat pada Lampiran 3, dan ditambah 2 informan 27 dipilih untuk melihat persepsi internal kinerja Kopdit Angkara yang dapat disajikan pada Lampiran 4. Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan Nazir, 2003:21. Selanjutnya menurut Ridwan 2004:55 populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat- syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh nelayan yang menggunakan alat penangkapan ikan yang berada pada perahu tanpa mesin, kapal motor tempel dan kapal motor, milik anggota Kopdit Angkara dan non anggota Kopdit Angkara. Hal ini dapat disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Jenis armada penangkapan ikan dan alat tangkap milik anggota dan non anggota pada Kopdit Angkara 2009-2011 Sumber: RAT Kopdit Angkara 2011. Diketahui jumlah populasi N = 617 nelayan tangkap baik sebagai anggota maupun non anggota Kopdit Angkara dalam melakukan penangkapan ikan. Terkait pengambilan sampel, adapun ukuran sampel yang ditetapkan adalah sebanyak 100 orang nelayan yang dipilih secara non acak. Data kuesioner untuk pendapatan dapat dilihat pada Lampiran 5. Teknik pengambilan sampel berdasarkan metode nonprobability sampling, secara aksidental kebetulan. Alasan penggunaan teknik sampling ini adalah mengingat keberadaan nelayan yang relatif sibuk dan sulit ditemui pada hari-hari biasa. Ukuran sampel 100 orang nelayan dipilih secara kebetulan, yakni saat peneliti bertemu dengan nelayan yang menggunakan baik perahu tanpa mesin, kapal motor tempel, dan kapal motor. Alasan penggunaan nonprobability sampling dikarenakan metode probability sampling khususnya metode acak random sangat sulit dilakukan. Faktanya dikarenakan karakteristik nelayan pada umumnya selain sebagai nelayan juga memiliki No Jenis Armada Alat Tangkap Jumlah Nelayan 1 Perahu tanpa mesin Sero Pancing Handline Bubu 146 2 Kapal motor tempel Jaring angkat Fish net pukat ikan 185 3 Kapal motor Shrimp net pukat udang Fish net 286 Jumlah 617 28 profesi sampingan seperti buruh, petani, dan pedagang sehingga sampel tersebut digunakan yang tentunya disesuaikan dengan kondisi rill pada daerah penelitiaan tersebut.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh secara langsung di lapangan disebut data primer, sedangkan data yang sifatnya sudah tersaji dalam dokumen tertulis disebut data sekunder. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket dan wawancara. Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons responden sesuai dengan permintaan pengguna dengan tujuan mencari informasi lengkap mengenai suatu masalah tanpa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya, wawancara ini dapat dilakukan pada saat penyebaran angket atau di waktu khusus situasi tertentu Ridwan, 2004.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini baik untuk melihat faktor- faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan dan untuk mengetahui strategi pemasaran melalui SWOT adalah sebagai berikut:

3.6.1 Analisis fakor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan

Untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan dapat digunakan rumus dalam fungsi : INC = f MODAL, LAB, EXPE, DST Dimana : INC = Pendapatan nelayan MODAL = Modal kerja LAB = Jumlah anak buah kapal ABK EXPE = Pengalaman melaut DST = Jarak tempuh melaut ke fishing ground. Selanjutnya fungsi tersebut disusun dalam bentuk persamaan regresi bergandanya sebagai berikut. Y = α + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + ε; atau bisa juga dituliskan INC = α + b 1 MODAL + b 2 LAB + b 3 EXPE + b 4 DST + ε Dimana : Y = INC = Pendapatan nelayan perbulan X1= MODAL = Modal kerja perbulan X2= LAB = Jumlah anak buah kapal ABK X3= DST = Jarak tempuh melaut fishing ground X4= EXPE = Pengalaman melaut a = Intercept bi = Koefisien regresi I = 1,2,3 dan 4 ε = Error term kesalahan pengganggu. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yakni adalah metode kuadrat terkecil biasa yang disebut Ordinary Least Square OLS dan alat bantu Sofware IBM-SPSS versi 19.0. Pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan uji F, uji t dan uji R 2 . Uji F dilakukan untuk mengetahui signifikansi secara serentak simultan dari model yang diteliti. Uji t dilakukan untuk mengetahui signifikansi dari masing-masing variabel yang diteliti atau secara parsial sedangkan uji R 2

3.6.2 Analisis Matriks IFE- EFE

untuk mengetahui seberapa besar variansi dari variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat. 1 Analisis Matriks IFE Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif sesuai dengan identifikasi masalah. Analisis kualitatif pada matriks SWOT akan menghasilkan matriks internal-eksternal yang datanya berasal dari Internal Faktor Evaluation IFE dan Matriks External Faktor Evaluation EFE. Penggunaan matriks IFE ini didahului dengan analisis internal pada suatu organisasi atau perusahaan yakni diantaranya : 1 Sumber Daya Manusia SDM 2 Organisasi pemasaran 3 Efisiensi produksi 4 Kemampuan keuangan suatu perusahaan 5 Strategi menghadapi persaingan Matriks IFE dalam metode Paired Comparison dimana pembobotannya dapat dilakukan dengan langka-langka sebagai berikut: 30 1. Mengidentifikasi unsur-unsur faktor internal yang dimiliki suatu perusahaan atau organisasi. 2. Menyusun faktor-faktor internal dalam matrik IFE dan dilakukan penilaian dengan kriteria yakni: a. Setiap unsur diberi bobot dari 0.01 sampai dengan 1.00 selanjutnya jumlah bobot kumulatif adalah penjumlahan bobot setiap unsur, sedangkan jumlah bobot kumulatif adalah 1.00. b. Setiap unsur diberi penilaian yaitu nilai posisi terhadap kekuatan pesaingnya dengan skala interval sebagai berikut: Baik = 4 Rata-rata = 3 Dibawah rata-rata = 2 Buruk = 1 c. Bila diberi masing-masing responden didasarkan pada preferensi responden. Perbandingan ini untuk mengetahui bobot dari masing-masing sub faktor d. Memperoleh skor dari setiap sub faktor dinilai yang dengan mengalihkan bobot dengan nilai yang diberikan. e. Menjumlahkan skor berdasarkan seluruh faktor internal. Contoh penggunaan matriks Paired Comparason untuk satu responden dan penggabungan responden dapat dilihat pada Tabel 6. Contoh Tabel 6. Matriks IFE Internal Strategik Bobot Rating Nilai Bobot Keterangan Kekuatan Strengths Kelemahan Weaknesses Total 2 Matriks EFE Penggunaan matrik EFE didahului dengan analisis eksternal. Menurut Porter 1999 faktor eksternal ini dibagi menjadi dua bagian yakni: 1. Faktor lingkungan umun mencakup faktor politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi. 2. Faktor lingkungan bisnis yakni kekuatan pembeli, kekuatan pemasok, ancaman produk substitusi, derajat tingkat masuk dan hambatan masuk. Tata cata pengisian sama seperti dilakukan pada matrik IFE dapat disajikan pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Matriks EFE Eksternal Strategik Bobot Rating Nilai Bobot Keterangan Peluang Opportunities Pendidikan Pengangguran Ancaman Threats Stabilitas ekonomi Jumlah

3.6.3 Analisis Matrik SWOT

Proses pengambilan keputusan strategis dapat digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT ini digunakan karena memiliki kelebihan yakni sederhana, fleksibel, menyeluruh dan berkolaborasi. Dalam mengembangkan alternatif strategi maka Analisis matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dimiliki sehingga akan menghasilkan empat kelompok kemungkinan alternatif strategi yakni pencocokan antar kekuatan dan peluang strategi SO, kekuatan dan ancaman strategi ST, peluang dan kelemahan strategi WO, serta kelemahan dan ancaman strategi WT. Matrik SWOT dapat dilihat pada Tabel 8. Contoh Tabel 8 analisis SWOT Internal Eksternal Kekuatan Strengths Faktor-faktor kekuatan Internal Kelemahan Weakness Faktor-faktor kelemahan Internal Peluang Opportunities Faktor-faktor peluang Eksternal Strategi SO Strategi menggunakan kekuatan dengan memanfaatkan peluang Strategi WO Strategi meminimalkan kelemaha untuk memanfaatkan peluang Ancaman Threath Faktor-faktor ancaman eksterrnal Strategi ST Strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Strategi WT Strategi meminimalkan kelemaha untuk mengatasi ancaman Sumber: David 2009 Tahapan yang dilakukan dalam menggunakan matriks SWOT adalah: 1 Membuat daftar peluang eksternal 2 Membuat daftar ancaman eksternal 3 Membuat daftar kekuatan internal 4 Membuat daftar kelemahan internal 5 Mencocokkan kekuatan internal dan peluang eksternal serta melakukan pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi SO 6 Mencocokkan kelemahan internal dan peluang eksternal serta melakukan pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi WO 7 Mencocokkan kekuatan internal dan ancaman eksternal serta melakukan pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi ST 8 Mencocokkan kelemahan internal dan ancaman eksternal serta melakukan pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi WT.

3.6.4 Analisis Bauran Pemasaran 4P

Kotler 2007 mengungkapkan kajian konseptual teoritis dalam analisis pemasaran yang dapat digunakan sebagai analisis yang mendasari perencanaan strategi pemasaran secara umum dalam mencapai tujuan bisnis dan pemasaranya. Hal tersebut kemudian lebih dikenal dengan istilah bauran pemasaran Marketing mix atau disebut pula sebagai 4 P, yakni produk product, harga price, promosi promotion, distribusi pendistribution dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Strategi Produk product Produk merupakan himpunan kepuasan yang ditawarkan kepada konsumen melalui suatu transaksi. Produk selain bentuk fisik, juga termasuk pelayanan, dan atribut lainnya. 2. Strategi Harga price Merupakan strategi penetapan harga untuk meningkatkan volume penjualan menghadapi competitor. Oleh sebab itu penetapan harga merupakan proses paling penting dalam kaitannya dengan penerimaan perusahaan. Strategi harga merupakan satu-satunya komponen bauran pemasaran yang menghasilkan profit, sedangkan bauran pemasaran lainnya lebih berorientasi pada biaya. 33 3. Strategi Promosi Promotion Promosi merupakan suatu sarana yang dirancang sedemikian rupa dengan tujuan menyampaikan informasi kepada konsumen tentang produk baik dari segi, kegunaan, cara perolehan, dan tingkat harga. 4. Strategi saluran pemasaran Distribution Penyaluran produk merupakan kegiatan pemasaran agar produk sampai ke konsumen dengan cepat terutama pada saat dibutuhkan konsumen. Saluran pemasaran ini dapat dilakukan mulai dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks dan tergantung dari karakteristik produk, kemampuan penjualan serta perilaku konsumen.

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Regresi berganda terdapat beberapa permasalahan yang bisa terjadi yang secara statistik dapat mengganggu model yang ditentukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang dibentuk. Untuk itu perlu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik sebagai berikut:

3.7.1 Normalitas

Normal dan tidaknya faktor pengganggu µ i 1. Bila nilai JB hitung = χ dengan J-B test. Adapun kriteria untuk mengetahui normal atau tidaknya dari faktor pengganggu adalah sebagai berikut: 2 hitung nilai χ 2 tabel , maka hipotesis menyatakan bahwa residual μ t 2. Bila nilai JB hitung = χ adalah berdistribusi normal ditolak. 2 hitung nilai χ 2 tabel , maka hipotesis menyatakan bahwa residual μ t

3.7.2 Multikolinieritas

adalah berdistribusi normal diterima. Multikolinieritas ada karena satu atau lebih variabel bebas yang merupakan kombinasi linier yang pasti sempurna atau mendekati pasti dari variabel penjelas lainya. Jika terdapat multikolinieritas sempurna, koefisien regresi dari variabel penjelas tersebut tidak dapat ditentukan dan variansinya bernilai tak terhingga. Jika multikolinieritas kurang sempurna maka koefisien regresi dapat ditentukan, namun variansinya sangat besar, sehingga tidak dapat menaksir koefisien secara akurat. Untuk melihat ada tidaknya multikolinieritas, dilakukan dengan regresi antar variabel bebas sehingga dapat diperoleh nilai koefisien determinan R 2 , lalu dibandingkan dengan R 2 hasil regresi model, sehingga dapat diperoleh kesimpulan yakni: 1. Jika nilai R 2 hasil regresi antar variabel bebas lebih besar R 2 2. Jika nilai R model penelitian, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada multikolinieritas dalam model empiris yang digunakan ditolak tidak diterima. 2 hasil regresi antar variabel lebih kecil R 2 model penelitian, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak diterima. Sehingga dalam hal ini R 2

3.7.3 Heteroskedastisitas

memiliki fungsi yang penting, selain sebagai koefisien penentuan juga sebagai penentu kelayakan model regresi. Asumsi dari model regresi linier klasik adalah varian dari setiap µ i Error term kesalahan pengganggu untuk variabel-variabel bebas yang diketahui merupakan suatu bilangan konstan tetap dengan symbol σ 2 . Hal ini disebut dengan homoskedastisitas dengan persamaan sebagai berikut: Eμ i 2 = σ 2 dimana i = 1,2,3……n 1-3 Sedang bila varian diketahui tidak konstan tidak tetap atau berubah-berubah maka ini disebut dengan heteroskendastisitas. Untuk melihat adanya heteroskendastisitas pada model regresi, maka salah satu upayanya adalah dilakukan dengan metode Park Test Uji dari Park RE. Park menformalkan metode grafis dengan mengfungsikan σ 2 sebagai variabel X i. σ persamaannya adalah sebagaimana disajikan berikut: i 2 = σ 2 X i. β e vi 1-4 atau bila ditulis dalam bentuk logaritma natural adalah: ln σ i 2 = ln σ 2 + β ln X i + v i 1-5 H ampir pada umumnya σ i 2 tidak diketahui maka park menyarankan σ i 2 diganti dengan µ i ln μ residual, sehingga dengan demikian dapat diperoleh persamaannya adalah sebagaimana disajikan berikut: i 2 = ln μ 2 + β ln X i + v = α + β ln X i i + v i 1-6 Sebagai pedoman bahwa apabila koefisien β dari persamaan 1-6 diatas diperoleh signifikan secara statistik maka menunjukkan bahwa data model empiris yang sedang diestimasi terdapat heteroskendastisitas, sebaliknya jika koefisien parameter β dari persamaan 1-6 diperoleh tidak signifikan secara statistik maka asumsi homoskedastisitas atau tidak adanya heteroskedastisitas dalam data model empiris yang sedang diestimasi tidak dapat ditolak diterima. Dalam menerapkan Uji Park, terdapat beberapa langka sebagai berikut: 1 Melakukan regresi dengan menggunakan model yang sedang diamati, kemudian didapatkan nilai estimasi μ i 2 2 Melakukan proses regresi dengan menggunakan persamaan pada 1-6. . 36

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

Kabupaten Maluku Tenggara, menurut geografis terletak pada koordinat 131°- 133,50 Bujur Timur dan 5°-6,5° Lintang Selatan, dan menurut administrasi Kabupaten Maluku Tenggara berbatasan dengan : 1. Sebelah utara berbatasan dengan Kota Tual dan Provinsi Papua Bagian Selatan 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Arafura 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Tual, Laut Banda dan bagian Utara Kepulauan Tanimbar 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kepulauan Aru. Luas wilayah Kabupaten Maluku Tenggara kurang lebih 7.856,70 km 2 yang terdiri atas luas lautnya kurang lebih 3.180,70 km 2 dan luas daratanya 4.676,0km 2 . Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara terdiri atas 1 gugusan kepulauan yaitu gugusan kepulauan kei yang terdiri atas kepulauan kei kecil dan pulau kei besar. Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah kecamatan kei besar 1.272,05 km 2 , sedangkan kecamatan kei kecil barat yang paling kecil wilayahnya yaitu 426,70 km 2 Kecamatan . Luas Kabupaten Maluku Tenggara menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Luas Kabupaten Maluku Tenggara menurut kecamatan Luas daratan Km 2 Luas Perairan km 2 Luas Total km 2 Kei Kecil 1.167,69 492,52 1.660,21 Kei Kecil Barat 426,70 629,30 1.056,00 Kei Kecil Timur 547,04 497,35 1.044,39 Kei Besar 1.272,05 523,78 1.795,83 Kei Besar Utara Timur 721,86 328,42 1.050,28 Kei Besar Selatan 540,67 709,32 1.249,99 Jumlah 4.676,00 3.180,70 7.856,70 Sumber: BAPPEDA Kabupaten Maluku Tenggara 2010. Letak geografis Kabupaten Maluku Tenggara yang terdiri atas pulau-pulau kecil dianggap sangat strategis karena sebagai pusat penghubung antara ibukota Provinsi Maluku dengan Kabupaten Kepulauan Aru dan Maluku Tenggara Barat, serta dengan daerah luar seperti provinsi Papua, Papua Barat, NTT, dan JawaTimur serta terletak pada jalur Arafuru Rim yang menghubungkan antara wilayah negara Australia dengan negara-negara di Asia Pasifik. Secara administrasi Kabupaten Maluku Tenggara terbagi menjadi 6 kecamatan yang meliputi 1 kelurahan, 87 desa induk dan 104 anak desadusun, lebih terinci dapat disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Ibukota kecamatan, banyaknya desa induk anak desa dan kelurahan menurut kecamatan Banyaknya Kecamatan Ibu Kota Desa Induk Anak Desa Orang Kelurahan Unit Kei Kecil Langgur 21 15 1 Kei Kecil Barat Ohoira 8 2 - Kei Kecil Timur Rumat 13 16 - Kei Besar Elat 21 41 - Kei Besar Utara Holat 9 21 - Kei Besar Selatan Weduar 14 9 - Jumlah 87 104 1 Sumber: Bappeda Maluku Tenggara 2009.

4.1.1 Topografi

Kondisi topografi di Kabupaten Maluku Tenggara cukup beragam, mulai dari kondisi yang relatif datar, berbukit ataupun dataran tinggi. Secara umum kepulauan Kei Kecil relatif datar dengan kondisi berbukit hanya ditemukan dibagian utara pulau tersebut. Puncak tertinggi adalah Bukit Masbait dimana ketinggian ±115 m diatas permukaan laut di Desa Kelanit. Berbeda dengan kepulauan Kei Kecil, Pulau Kei Besar merupakan pulau yang berbukit dan bergunung yang membujur sepanjang pulau dari ujung Utara ke Selatan, ketinggian rata-rata 500 m dengan puncak tertinggi Gunung Dab, yang memiliki ketinggian 800 m dari permukaan laut. Sebaran rata-rata kedalaman perairan laut 4 mil dari garis pantai di Kei Kecil Nuhu Roe adalah ≤ 100 m atau rata-rata slop ≤ 1,5 persen yaitu di Pulau Kei Kecil Bagian Barat. Sebaran rata-rata kedalaman di Pulau Kei Besar NuhuYut, ≤ 100 m berada di bagian Barat Laut, sedangkan bagian Barat Daya dan bagian Timur kedalaman rata-rata lebih dari 300 m. Kemiringan daratan pulau Island Flat di Pulau Kei Kecil berkisar antara 0 persen - 40 persen, untuk Pulau Kei Besar kemiringan daratan pulau adalah curam 15 persen – 40persen sampai dengan sangat curam 40 persen.

4.1.2 Kondisi Musim, Curah Hujan dan Suhu

Berdasarkan data BPS Maluku Tenggara 2010 keadaan musim Timur berlangsung dari bulan April sampai dengan Oktober. Musim ini adalah musim kemarau. Musim Barat berlangsung dari bulan Oktober sampai dengan Februari.Musim hujan pada bulan Desember sampai dengan Februari. Bulan Oktober sampai dengan Maret bertiup angin Barat Laut. Musim Pancaroba berlangsung bulan Maret April dan OktoberNopember. Bulan April sampai dengan Oktober, bertiup angin Timur Tenggara, angin kencang bertiup pada bulan Januari dan Februari diikuti dengan hujan deras. Bulan April sampai dengan September bertiup angin Timur Tenggara dan Selatan. Bulan Oktober sampai dengan Maret bertiup angin Barat Laut. Curah hujan antara 2.000 - 3.000 mm per tahun terdapat di Pulau Kei Kecil, sedangkan di Pulau Kei Besar diatas 3.000 mm per tahun. Tahun 2009 curah hujan di Kabupaten Maluku Tenggara secara keseluruhan adalah 2.615 mm pertahun atau rata-rata 217,91 mm per bulan dengan jumlah hari hujan sebanyak 193 hari atau rata-rata 16,1 hari hujan per bulan. Suhu rata-rata untuk tahun 2009 sesuai data dari Stasiun Meteorologi Dumatubun Langgur adalah 27,50 ºC dengan suhu minimum 22,20 ºC dan maksimum 32,50 ºC. Kelembaban rata-rata 83,30, penyinaran matahari rata-rata 66,30 dan tekanan udara rata-rata 1.010,20 milibar. Variasi ekstrim curah hujan berhubungan dengan sistem angin musim.Musim kering Musim Timur berlangsung dari bulan Juli sampai dengan Oktober dimana angin bertiup dari Timur Tenggara ke Utara Barat Laut. Musim hujan Musim Barat berlangsung dari Desember sampai dengan Maret, di mana angin bertiup dari Utara Barat Lautke Timur Tenggara. Pola angin lokal juga berpengaruh memodifikasi pola umum tersebut. Selama periode transisi, April sampai dengan Juli dan Nopember, komponen angin tidak menentu. Gambar 5 dan Gambar 6, terlihat bahwa curah hujan tertinggi 597 mm maupun hari hujan terbanyak 24 hari terjadi pada bulan April. Suhu udara tertinggi terjadi pada bulan Nopember 290C, sedangkan Oktober merupakan bulan yang mengalami penyinaran matahari terpanjang. Sumber: BPS Maluku Tenggara 2010 Gambar 5. Diagram sebaran curah hujan di daerah penelitian Sumber: BPS Maluku Tenggara 2010 Gambar 6. Diagram Sebaran Hari Hujan di daerah Peneliti

4.1.3 Sebaran dan Kepadatan Penduduk

Penyebaran penduduk tidak merata pada setiap wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara yang berpengaruh terhadap jalannya pembangunan pada wilayah tersebut. Hal ini terjadi karena tidak memperhatikan faktor kebutuhan maka dampaknya bisa menimbulkan kesenjangan pembangunan antar wilayah di Kabupaten Maluku Tenggara dan ujung-ujungnya mengarah kepada keterisolasian. Umumnya di suatu daerah pada pusat kota, sebaran penduduk yang lebih banyak dibandingkan wilayah lain. Hal ini terjadi pula di wilayah Kei Kecil sebagai pusat kota di Kabupaten Maluku Tenggara. Sebaran dan kepadatan penduduk di Kabupaten Maluku Tenggara dapat disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk per km Kecamatan 2 Luas km² Jumlah penduduk jiwa Kepadatan Penduduk per km² Kei kecil 1.167,69 39.400 35 Kei Kecil Barat 426,70 6.280 15 Kei Kecil Timur 547,04 11.137 20 Kei Besar 1.272,05 26.896 21 Kei Besar Utara Timur 721,86 11.905 16 Kei Besar Selatan 540,67 9.463 18 Jumlah 4.676,00 105.081 21,66 Sumber: Data Bappeda, Kabupaten Maluku Tenggara 2010. Pada Tabel 11, terlihat bahwa sebaran penduduk terbesar ada di Kecamatan Kei Kecil. Tingginya sebaran penduduk di Kecamatan Kei Kecil merupakan konsekuensi dari keberadaannya sebagai pusat pemerintahan, politik, sosial budaya, pendidikan dan perekonomian, sehingga dijadikan daerah tujuan berbagai lapisan masyarakat. Sementara itu, jika jumlah penduduk dikaitkan dengan luas wilayah, maka akan terlihat kepadatan penduduk pada wilayah tersebut. Kepadatan penduduk berhubungan erat dengan daya dukung carrying capacity wilayah. Wilayah kecamatan yang kepadatan penduduknya tinggi adalah Kecamatan Kei Kecil yang mencapai 35 per km 2 yang berarti setiap 1 satu km 2 didiami sekitar 35 jiwa. Kepadatan penduduk berikutnya yaitu Kecamatan Kei Besar dengan tingkat kepadatan 21 per km 2 . Bila dilihat dari jenis kelamin, maka secara umum jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Maluku Tenggara lebih banyak daripada laki-laki dengan sex rasio sebesar 96,90 artinya diantara 100 orang perempuan terdapat 97 orang laki-laki. Jika dilihat menurut kecamatan terlihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada laki-laki, hal dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Kecamatan Jumlah Penduduk Laki-Laki Perempuan 1 2 3 Kei Kecil 49.32 50.68 Kei Kecil Barat 50.37 49.63 Kei Kecil Timur 49.42 50.58 Kei Besar 48.79 51.21 Kei Besar Utara Timur 49.40 50.60 Kei Besar Selatan 48.50 51.50 2010 49.21

50.79 2009

49.23 50.77

2008 49,22 50,78 2007

49,23 50,77

Sumber: BPS Maluku Tenggara 2010. Selanjutnya jumlah penduduk yang dikelompokkan dalam usia produktif dan tidak produktif. Mereka dikatakan produktif yaitu mereka yang usianya berkisar antara 15- 64 tahun. Kenapa demikian? Karena diasumsikan pada kelompok usia demikian, seseorang sudah ‘bisa terlibat’ dalam dunia kerjausaha. Sedangkan mereka yang berusia kurang dari 15 tahun dan lebih dari 64 tahun dianggap belumtidak produktif lagi. Ibarat sebuah rumah tangga, makin banyak anggota rumah tangga bekerja makin ringan beban yang harus dipikulnya dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Demikian pulau suatu wilayah, bila didalamnya terdapat banyak penduduk yang produktif, maka makin berkurang tanggungannya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dapat terlihat struktur umur penduduk. Struktur umur penduduk Kabupaten Maluku Tenggara tergolong muda karena proporsi penduduk berumur kurang dari 15 tahun masih cukup tinggi. Akibatnya rasio beban ketergantungan dependency ratio di Kabupaten Maluku Tenggara masih tinggi. Rasio beban ketergantungan menyiratkan bahwa nilai tambah yang diperoleh penduduk usia produktif, mau atau tidak mau terbagi dengan penduduk yang belumtidak produktif, hal ini dapat disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia Tahun Jumlah Menurut Kelompok Umur 0-14 Tahun 15-64 Tahun 65 Tahun 1 2 3 4 2007 35.84 58.71 5.46 2008 39.31 54.59 6.10 2009 39.78 53.16 7.06 2010 38.68 56.64 4.69 Sumber: BPS Maluku Tenggara 2010 Berdasarkan kelompok usia pada Tabel 13 diatas, dapat terlihat struktur umur penduduk. Dimana struktur umur penduduk Kabupaten Maluku Tenggara tergolong muda karena proporsi penduduk berumur kurang dari 15 tahun masih cukup tinggi. Oleh karena itu, pihak-pihak terkait perlu memikirkan usaha-usaha yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada penurunan angka beban ketergantungan. Dengan angka beban tanggungan sebesar 76,57 persen, berarti setiap 100 orang penduduk produktif di Kabupaten Maluku Tenggara harus menanggung sekitar 77 orang penduduk yang tidak produktif. 4.2. Gambaran umum Kopdit Angkara 4.2.1. Sejarah Berdirinya. Kopdit Angkara merupakan suatu Koperasi yang didirikan berdasarkan latar belakang dari beberapa indikator yakni: 1 Daerah perairan Kabupaten Maluku Tenggara sangat potensial sehingga menghasilkan produk Ikan yang cukup tinggi. 2 Adanya pembentukan kelompok-kelompok dalam melakukan usaha penangkapan ikan. 3 Para tengkulak yang membeli hasil-hasil ikan dengan harga yang amat murah. Dengan melihat beberapa indikator tersebut dan menyadari akan pentingnya keberadaan koperasi sebagai wadah untuk dapat menghimpun potensi ekonomi pedesaan yang selanjutnya diperuntukkan bagi peningkatan dan pengembangan kehidupan ideologi perkoperasian maka dibentuklah Kopdit Angkara Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara. Kopdit Angkara dibentuk dengan bertitik pijak dari prinsip menolong diri sendiri antara sesama anggota kelompok yang sebagian besar bergelut di bidang penangkapan ikan dengan sampingan wirausaha. Kopdit Angkara didirikan pada tanggal 10 Maret 1992 dengan Badan Hukum 17BHKDK. 10III1992 dengan jumlah anggota saat itu adalah 23 orang.

4.2.2. Struktur Organisasi Koperasi

Dalam pengintegrasian seluruh kepentingan okonomi diperlukan struktur organisasi yang jelas dan tepat. Menurut Sumarsono 2003 bahwa struktur organisasi koperasi adalah mekanisme untuk mencapai sasaran target, dimana diletakkan pembagian menurut sistem dan sub sistem yang efektif. Struktur organisasi Kopdit Angkara dapat disajikan pada Lampiran 6. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kopdit Angkara bahwa, badan pengurus yang ada pada Kopdit Angkara adalah sebagai berikut: Adapun badan pengurus yang ada pada Kopdit Angkara yakni, 1. Ketua : Aci Adu 2. Manajer : Adi Tuatubun 3. Sekretaris : Hans Takerubun 4. Bendahara : Kapitan

4.2.3. Kegiatan Usaha

Kopdit Angkara dalam melakukan kegiatan usaha terus mengalami peningkatan dan dinilai cukup baik, hal ini dapat terlihat dari penambahan anggota yang semula hanya 23 orang kemudian mengalami peningkatan menjadi 10. 126 orang, dengan tenaga tetap sebanyak 15 orang dan tenaga pengelolah yang tersebar hampir diseluruh Kecamatan pada Kabupaten Maluku Tenggara sebanyak 30 orang. Selain penambahan anggota yang terus bertambah Kopdit Angkara, berdasarkan data yang diperoleh bahwa sampai saat ini telah memiliki asset sebesar 35. 765.105. 635. Kopdit Angkara dalam melaksanakan usahanya dan pengintegrasian seluruh kepentingan ekonominya, pengurus telah mendelegasikan wewenang kepada manajer untuk mengelolah usahanya. Adapun kegiatan usaha pada Kopdit Angkara sebagai berikut :

1. Unit Usaha Perikanan

Unit usaha perikanan pada Kopdit Angkara memiliki beberapa sub unit usaha, salah satu diantaranya adalah sub unit usaha perikanan tangkap. Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa usaha penangkapan ikan pada unit usaha perikanan memiliki beberapa jenis armada dan ABK yang telah disiapkan. Dan terdapat beberapa armada yang merupakan milik nelayan sendiri. Dibawah ini terdapat beberapa armada penangkapan yang merupakan milik dari Kopdit Angkara. Hal ini dapat disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Armada penangkapan unit usaha perikanan milik Kopdit Angkara Tahun 2009-2011. No Jenis Armada MilikKopdit Angkara Unit Jumlah ABK Orang Total ABK Orang 1 Perahu Tanpa Motor 10 2 orang 20 2 Kapal Motor Tempel 6 5 orang 30 3 Kapal Motor 4 6 orang 26 Jumlah 20 13 orang 74 Sumber: RAT Kopdit Angkara 2011. Usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh Kodit Angkara dari hasil tangkapan nelayan baik yang diperoleh dari anggota dan non anggota, kemudiaan oleh Kopdit Angkara pada unit usaha perikanannya, dimana hasil tangkapan tersebut akan dipasarkan kepada konsumen secara lokal dan antar pulau serta dibeberapa negara tetangga. Produk ikan hasil tangkapan nelayan, selain dipasarkan dalam bentuk ikan mentah segar, Kopdit Angkara juga melakukan dalam dalam bentuk pengolahan ikan mentah segar menjadi ikan olahan lebih lanjut ke dalam bentuk barang setengah jadi yakni ikan asap maupun ikan pindang. Hal ini dilakukan dalam usaha meningkatkan pendapatan. Pemberian nilai tambah dari produk ikan tangkap nelayan ini akan meningkatkan nilai jual menjadi lebih tinggi dibandingkan nilai jual produk ikan mentah segar. Ikan-ikan yang diperoleh dari jenis armada baik perahu tanpa mesin, kapal motor tempel dan kapal motor dapat disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Jenis tangkapan armada, unit usaha perikanan Kopdit Angkara Tahun 2009-2011 No Jenis Armada Jenis Tangkapan 1 Perahu tanpa mesin 1. Ikan Teri Stolephorus spp 2. Udang 3. Ikan Layang Decapterus spp 2 Kapal motor tempel 1. Ikan Teri Stolephorus spp 2. Ikan Kerapu Epinephelus merra 3. Ikan Bawal Putih Pamphus argenlus 4. Ikan Bawal Hitam Formio niger 5. Ikan Layang Decapterus spp 6. Ikan cumi-cumi Loligo spp 7. Ikan tembang Sardilla Spp 3 Kapal motor 1. Ikan Layang Decapterus spp 2. Ikan Kerapu Epinephelus merra 3. Ikan Bawal Putih Pamphus argenlus 4. Ikan Bawal Hitam Formio niger 5. Ikan cumi-cumi Loligo spp 6. Ikan Tongkol Euthynnus spp 7. Ikan Kakap Latescalcarifer Sumber: RAT Kopdit Angkara 2011.

2. Unit Perkreditan