Tabel 15. Jenis tangkapan armada, unit usaha perikanan Kopdit Angkara Tahun 2009-2011
No Jenis Armada
Jenis Tangkapan 1
Perahu tanpa mesin 1. Ikan Teri Stolephorus spp
2. Udang 3. Ikan Layang Decapterus spp
2 Kapal motor tempel
1. Ikan Teri Stolephorus spp 2. Ikan Kerapu Epinephelus merra
3. Ikan Bawal Putih Pamphus argenlus 4. Ikan Bawal Hitam Formio niger
5. Ikan Layang Decapterus spp 6. Ikan cumi-cumi Loligo spp
7. Ikan tembang Sardilla Spp 3
Kapal motor 1. Ikan Layang Decapterus spp
2. Ikan Kerapu Epinephelus merra 3. Ikan Bawal Putih Pamphus argenlus
4. Ikan Bawal Hitam Formio niger 5. Ikan cumi-cumi Loligo spp
6. Ikan Tongkol Euthynnus spp 7. Ikan Kakap Latescalcarifer
Sumber: RAT Kopdit Angkara 2011.
2. Unit Perkreditan
Dalam rangka penambahan bunga modal. Kopdit Angkara memberikan pinjaman kepada anggotanya dengan sistem kredit, dimana modal yang dipinjamkan kepada anggota
akan dicicil 10 bulan dengan prosentase 1,3 .
3. Unit Pertokoan
Kopdit Angkara hingga tahun 2011 mempunyai sub unit BBM dan Waserda. Sub unit BBM merupakan sub unit yang manfaatnya sangat besar bagi para anggota, karena
anggota Kopdit Angkara adalah dominan para nelayan yang setiap saat membutuhkan bahan bakar seperti bensin, solar, pelumas yang digunakan oleh mesin dalam usaha operasi
penangkapan ikan. Sedangkan sub unit Waserda disamping menyediakan sarana penunjang
operasional nelayan juga menyediakan 9 Bahan pokok kepada anggota dan masyarakat sekitarnya.
4.3. Karakteristik Nelayan pada Obyek Penelitian 4.3.1. Usia Nelayan
Usia nelayan berkisar pada umur usia yang memusat pada usia 40 tahun. Hal ini sebagaimana didapatkan dari nilai mean, median, dan modus, yang menunjukkan hasil yang
relatif sama. Dengan perolehan nilai deviasi standar sebesar 9,803 maka dapat dijelaskan bahwa terdapat keragaman usia yang cukup beragam dari nelayan, yakni sebagaimana
dijelaskan oleh nilai kuartil 1 34 tahun dan kuartil 3 46,75 tahun, dan terkonsentrasi pada rentang usia 31 – 40 tahun sebagaimana dapat disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Usia nelayan
No Rentang Usia
Frekuensi Orang 1
20 - 30 Tahun 21
2 31 - 40 Tahun
35 3
41 - 50 Tahun 27
4 50 Tahun
17 Jumlah
100
4.3.2 . Pendidikan
Berdasarkan data terkait tingkat pendidikan nelayan diperoleh bahwa mayoritas nelayan memiliki latar belakang pendidikan formal pada tingkat pendidikan SD dan tidak
tamat SD. Hal ini mencerminkan bahwa mayoritas nelayan kurang memiliki latar belakang pendidikan formal yang memadai. Frekuensi data responden nelayan berdasarkan tingkat
pendidikan formal dapat disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Tingkat pendidikan nelayan
Pendidikan Nelayan Frekuensi
Orang Persen
Tidak Pernah Sekolah 1
1.0 Tidak Tamat SD
17 17.0
SD 66
66.0 SMP
12 12.0
SMU 4
4.0 47
4.3.3. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga nelayan berdasarkan data yang diperoleh diketahui ukuran nilai pusat anggota keluarga di dominasi antara 8-11 orang. Hal ini dapat disajikan
pada Tabel 18.
Tabel 18. Jumlah anggota keluarga
No Jumlah Anggota
Keluarga Orang Frekuensi
Orang 1
1 – 4 74
2 5 – 8
23 3
8 – 11 3
Jumlah 100
Berdasarkan jumlah anggota keluarga nelayan tersebut diatas dapat diperjelas dengan melihat pada distribusi frekuensi jumlah anggota keluarga. Data terkait distribusi
frekuensi jumlah anggota keluarga dapat disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19. Distribusi frekuensi jumlah anggota keluarga
Jumlah Anggota Keluarga
Frekuensi Persen
1 11
11.0 2
20 20.0
3 24
24.0 4
19 19.0
5 7
7.0 6
4 4.0
7 6
6.0 8
6 6.0
9 1
1.0 10
1 1.0
11 1
1.0 Jumlah
100 100.0
Berdasarkan data pada Tabel 19 tersebut di atas dapat diketahui frekuensi terbanyak adalah nelayan dengan anggota keluarga berjumlah 3 orang. Hanya terdapat sedikit
responden memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari 5 orang.
4.3.4 Pendapatan per Bulan
Pendapatan per bulan dari responden nelayan dapat dapat diketahui bahwa ukuran nilai pusat pendapatan per bulan nelayan dapat diwakili oleh nilai modus dan median, yakni
berkisar antara Rp. 3.000.000 sampai dengan Rp. 4.380.000, sebagaimana dapat disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20. Pendapatan nelayan per Bulan
No Rentang Pendapatan Per Bulan
Frekuensi Orang 1
1 - 3 juta 24
2 3 - 5 juta
31 3
5 - 10 juta 22
4 10 juta
23 Jumlah
100
4.3.5. Pekerjaan Sampingan Nelayan
Berdasarkan data terkait pekerjaan sampingan nelayan dapat diketahui bahwa 67 nelayan memiliki pekerjaan sampingan selain sebagai nelayan, dan pekerjaan sampingan
tersebut terdiri dari pekerjaan sebagai buruh, pedagang, dan petani. Sedangkan terdapat 33 yang melakukan aktivitas rutin sebagai nelayan tetap tanpa pekerjaan sampingan.
Sebagaimana dapat disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21. Pekerjaan sampingan nelayan
Pekerjaan Sampingan
Frekuensi Orang
Persentase Pedagang
16 16.0
Buruh 40
40.0 Petani
11 11.0
Jumlah 67
67.0
4.3.6 Jenis Armada yang digunakan Nelayan dan Status Kepemilikan Kapal
Jenis armada yang digunakan nelayan baik anggota maupun non anggota Kopdit Angkara, dapat diketahui bahwa mayoritas nelayan menggunakan jenis armada perahu
tanpa mesin, sebagaimana disajikan pada Tabel 22.
Tabel 22. Jenis armada yang digunakan nelayan
Berdasarkan data pada Tabel 22, tersebut diketahui bahwa mayoritas nelayan menggunakan jenis armada perahu tanpa mesin. Sedangkan apabila dilihat lebih detail
berdasarkan nelayan yang berstatus sebagai anggota maupun non anggota Kopdit Angkara, maka jenis armada yang digunakan adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23. Jenis armada yang digunakan nelayan berdasarkan status keanggotaan Kopdit Angkara
No. Jenis Armada yang
Digunakan Jumlah Menurut
Keanggotaan Orang Total
Non Anggota Anggota
1 Perahu Tanpa Mesin 21
40 61
2 Kapal Motor Tempel 7
19 26
3 Kapal Motor 5
8 13
Jumlah 33
67 100
Data pada Tabel 23 memberikan informasi yang lebih detail dibandingkan data pada Tabel 22, di mana hasilnya turut mengkonfirmasikan bahwa baik nelayan berstatus
anggota maupun non anggota, pada umumnya menggunakan jenis armada perahu tanpa mesin. Selanjutnya terdapat penyebaran nelayan berdasarkan status keanggotaan koperasi
dan armada penangkapan, dapat disajikan pada Tabel 24. No. Jenis Armada yang
Digunakan Jumlah
Unit Persentase
1 Perahu Tanpa Mesin
61 61.0
2 Kapal Motor Tempel 26
26.0 3 Kapal Motor
13 13.0
Jumlah 100
100.0
Tabel 24. Penyebaran nelayan berdasarkan status keanggotaan koperasi dan armada penangkapan
No Status KeanggotaanArmada
Penangkapan Jumlah Orang
Persentase A
Anggota Koperasi 1
Perahu Tanpa Mesin 40
59,7 2
Kapal Motor Tempel 19
28,4 3
Kapal Motor 8
11,9 Jumlah
67 100
B Non Anggota Koperasi
1 Perahu Tanpa Mesin
21 63,6
2 Kapal Motor Tempel
7 21,2
3 Kapal Motor
5 15,2
Jumlah 33
100,0 Berdasarkan data pada Tabel 24 diketahui nelayan yang berstatus sebagai anggota
koperasi, didominasi dengan nelayan yang memiliki perahu tanpa mesin 59,7, dibandingkan dengan kapal motor tempel dan kapal motor. Hal ini mencerminkan kondisi
atau keberadaan nelayan anggota koperasi dengan jenis armada penangkapan belum optimal dalam memperoleh hasil tangkapan ikan. Demikian pula pada nelayan bukan
anggota koperasi, didominasi pula oleh nelayan dengan jenis armada perahu tanpa mesin 63,6 dibandingkan jenis armada penangkapan lain yang lebih memadai. Kemampuan
dan kapasitas perahu tanpa mesin yang tidak sebanding dengan jenis armada kapal motor tempel dan kapal motor, tentu saja berdampak pada hasil tangkapan nelayan. Kondisi ini
memiliki keterkaitan dengan ketersediaan modal yang dimiliki nelayan, dikarenakan operasional dan biaya kepemilikan kapal motor tempel maupun kapal motor relatif jauh
lebih besar dibandingkan jenis perahu tanpa mesin. Berdasarkan data penyebaran nelayan terkait status keanggotaan koperasi dan
armada penangkapan, maka dapat ditelaah lebih lanjut mengenai perbandingan pendapatan, modal kerja, jumlah ABK pengelaman, dan jarak tempuh berdasarkan status keanggotaan
dan armada penangkapan. Hasilnya dapat disajikan pada pada Tabel 25.
Tabel 25. Perbandingan pendapatan, modal kerja, jumlah ABK, pengalaman, dan jarak tempuh berdasarkan status keanggotaan dan armada penangkapan
No Status
Keanggotaan Armada
Penangkapan n
Rata-rata Pendapatan
unit kapal Rp Modal Kerja
bulan Rp Jumlah ABK
Orang Pengalaman
Tahun Jarak
Tempuh Km
A Anggota Koperasi
1 Perahu Tanpa
Mesin 40
3.298.013 777.200
2 19.33
3.96 2
Kapal Motor Tempel
19 9.821.658
4.738.974 4
25.84 9.53
3 Kapal Motor
8 17.978.750
12.642.500 7
30.63 15.63
B Non Anggota
Koperasi 1
Perahu Tanpa Mesin
21 5.152.752
787.914 1
20.52 5.02
2 Kapal Motor
Tempel 7
6.898.429 1.672.571
4 23.14
6.57 3
Kapal Motor 5
22.394.000 18.842.000
8 32.80
13.80
Berdasarkan data pada Tabel 25 dapat diketahui nelayan yang memiliki jenis armada penangkapan perahu tanpa mesin, memiliki rata-rata pendapatan per bulan lebih
besar pada nelayan non anggota koperasi dibandingkan nelayan anggota koperasi. Selisih rata-rata pendapatan per bulan di antara keduanya adalah sebesar Rp.1.854.739. Dalam hal
modal kerja dan pengalaman kerja, jarak tempuh melaut, memiliki perbedaan yang tidak jauh berbeda di antara keduanya. Namun demikian dapat diketahui bahwa nelayan non
anggota koperasi relatif lebih memiliki pengalaman dan jarak tempuh yang lebih jauh dalam melaut. Hal ini lah kiranya yang menjadikan rata-rata pendapatan nelayan non
anggota koperasi sedikit lebih unggul dibandingkan nelayan anggota koperasi dalam jenis armada perahu tanpa mesin.
Nelayan dengan jenis armada kapal motor tempel, rata-rata pendapatan nelayan anggota koperasi lebih besar dibandingkan nelayan non anggota. Selisih pendapatan di
antara keduanya adalah sebesar Rp.2.923.229. Hal ini disebabkan nelayan anggota koperasi memiliki modal kerja dan jarak tempuh melaut yang lebih besar dibandingkan
nelayan non anggota koperasi, dalam jenis armada penangkapan kapal motor tempel. Sedangkan pada nelayan dengan jenis armada kapal motor, rata-rata pendapatan nelayan
non anggota koperasi lebih besar dibandingkan nelayan anggota koperasi. Selisih rata-rata pendapatan per bulan di antara keduanya adalah sebesar Rp.4.415.250. Hal ini disebabkan
perbedaaan modal kerja yang cukup besar di antara nelayan anggota koperasi dengan nelayan non anggota koperasi dalam hal jenis armada penangkapan kapal motor.
4.3.7. Persepsi Nelayan terhadap pilihan tempat penjualan ikan
paling menguntungkan
Persepsi nelayan terhadap pilihan tempat penjualan ikan yang paling menguntungkan apakah lebih menguntungkan menjual ikan di TPI ataukah lebih
menguntungkan menjualnya ikan di Kopdit Angkara, berdasarkan data yang dihasilkan dapat diketahui bahwa nelayan secara dominan 81 memiliki persepsi bahwa menjual
ikan di Kopdit Angkara lebih menguntungkan dibandingkan menjual ikan di tempat pelelangan ikan TPI, hal ini dikarenakan bahwa Kopdit Angkara ketika membeli ikan dari
hasil tangkapan nelayan dimana harganya disesuaikan dengan harga pasar. Untuk lebih jelas terkait persepsi nelayan terhadap tempat penjualan ikan yang lebih menguntungkan
dapat disajikan pada Tabel 26.
Tabel 26. Persepsi nelayan terhadap pilihan tempat penjualan ikan paling menguntungkan
Lebih Untung Jual di Kopdit atau TPI?
Total Kopdit
TPI Apakah Untung Jual Ikan
Kopdit? Tidak
19 19
Ya 81
81 Jumlah
81 19
100
4.3.8 Deskripsi Pendapatan, Modal, Jumlah ABK, Pengalaman, dan jarak Tempuh pada Nelayan status Armada Kapal Motor
Deskripsi pendapatan, modal kerja, jumlah anak buah kapal, pengalaman melaut, dan jarak tempuh melaut pada nelayan status armada kapal motor, dimana nelayan dengan
status armada kapal motor dapat diketahui memiliki pendapatan per bulan berkisar dari Rp.4.080.000 sampai dengan Rp.35.240.000 atau rata-rata sekitar Rp. 19.676.900. Modal
kerja yang dikeluarkan per bulan berkisar antara Rp.2.028.000 sampai dengan Rp.24.000.000 atau rata-rata sekitar Rp.15.026.900. Nelayan dengan armada kapal motor
memiliki ABK antara 6 sampai dengan 11 orang, memiliki pengalaman melaut berkisar
Koefisien
a,b
Model Koefisien Tidak Dibakukan
Koefisien Dibakukan
t Sig.
Statistika Kolinieritas B
Galat Baku Beta
Toleransi VIF
1 Constant
-856095.258 908551.465
-.942 .350
Modal Kerja 2.240
.801 .311
2.794 .007
.650 1.539
Jumlah ABK dalam 1 Kapal 228780.558
435028.835 .052
-.526 .601
.827 1.209
Pengalaman 83675.546
61745.450 .184
1.355 .181
.438 2.281
Jarak Tempuh 395724.669
104063.334 .438
3.803 .000
.605 1.652
a. Variabel Terikat: Pendapatan per Bulan b. Kasus pada Jenis Armada yang Digunakan = Perahu Tanpa Mesin
antara 22 sampai dengan 45 tahun. Dikarenakan kemampuan armada kapal motor yang lebih handal, maka nelayan mampu mencapai jarak tempuh melaut dari 5 sampai dengan 30
kilo meter untuk setiap melaut. Hal ini dapat disajikan Pada Tabel 27.
Tabel 27. Deskripsi nelayan status armada kapal motor
Keterangan n
Minimum Maksimum
Rerata Simp. Baku
Pendapatan per Bulan 13
4080000 35240000
19676923.08 8310128.303 Modal Kerja
13 2028000
24000000 15026923.08 7090440.307
Jumlah ABK 13
6 11
7.46 1.391
Pengalaman melaut 13
22.00 45.00
31.4615 5.51687
Jarak tempuh melaut 13
5.00 30.00
14.9231 7.38762
4.4. Analisis Model Regresi Berganda Pendapatan Nelayan 4.4.1 Hasil estimasi dengan menggunakan metode regresi linier berganda pada
nelayan perahu tanpa mesin
Untuk melihat pengaruh bebas yaitu modal kerja, jumlah anak buah kapal, pengalaman melaut, dan jarak tempuh melaut terhadap variabel terikat yakni pendapatan
per bulan pada nelayan jenis armada perahu tanpa mesin, maka digunakan metode analisis regresi linier berganda dengan bantuan software IBM-SPSS 19.0. Hasilnya adalah
sebagaimana disajikan pada Tabel 28.
Tabel 28. Hasil uji koefisien Regresi Linier
Persamaan regresi linier berganda yang terbentuk tersebut di atas dapat dituliskan sebagai berikut :
Y = -856095,258 + 2,240 X1 + 228780,558 X2 + 83675,546 X3 + 395724,669 X4
Berdasarkan hasil uji t-statistik parsial pada variabel modal kerja X1, diketahui nilai koefisien regresi linier pada variabel X1 menunjukkan angka yang positif sebesar
2,240, dimana variabel X1memiliki nilai t hitung sebesar 2,794 lebih besar dari nilai t-tabel uji 2 arah yakni 1,96 dan nilai Sig 0,007 lebih kecil dibandingkan nilai peluang yang
ditetapkan p-value yakni sebesar 0,05. Dengan demikian keputusannya adalah menerima hipotesis alternatif Ha yang diajukan, yakni modal kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan per bulan. Penambahan modal kerja akan berbanding lurus terhadap peningkatan pendapatan per bulan nelayan. Setiap penambahan modal kerja
sebesar Rp.1.000.000,- maka akan meningkatkan pendapatan nelayan sebesar Rp.2.240.000,-
Berdasarkan hasil uji t-statistik parsial pada variabel jumlah anak buah kapal X2 diketahui nilai koefisien regresi linier pada variabel X2 menunjukkan angka yang
positif sebesar 228780,558. Variabel X2 memiliki nilai t hitung sebesar 0,526 lebih kecil dari nilai t-tabel uji 2 arah yakni 1,96 dan nilai Sig 0,601 lebih besar dibandingkan nilai
peluang yang ditetapkan p-value yakni sebesar 0,05. Dengan demikian keputusannya adalah menolak hipotesis alternatif Ha yang diajukan, yakni jumlah anak buah kapal tidak
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan per bulan nelayan, penambahan jumlah anak buah kapal X2 tidak memberikan peningkatkan pendapatan nelayan pada jenis armada
perahu tanpa mesin. Berdasarkan hasil uji t-statistik parsial pada variabel pengalaman melaut X3,
diketahui nilai koefisien regresi linier pada variabel X3 menunjukkan angka yang positif sebesar 83675,546. Variabel X3 memiliki nilai t hitung sebesar 1,355 lebih kecil dari nilai
t-tabel uji 2 arah yakni 1,96 dan nilai Sig 0,181 lebih besar dibandingkan nilai peluang yang ditetapkan p-value yakni sebesar 0,05. Dengan demikian keputusannya adalah menolak
hipotesis alternatif Ha yang diajukan, yakni pengalaman melaut nelayan tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan, semakin bertambah pengalaman
melaut, ternyata tidak mampu meningkatkan pendapatan nelayan pada jenis armada perahu tanpa mesin. Pengalaman yang semakin bertambah akan menyebabkan nelayan menjadi
semakin terampil dan mampu memahami kondisi laut, sehingga dengan pengalaman yang semakin baik akan memberikan kemampuan bagi nelayan dalam melaut juga semakin
membaik. Berdasarkan hasil uji t-statistik parsial pada variabel jarak tempuh melaut X4
diketahui nilai koefisien regresi liniernya menunjukkan angka yang positif sebesar 395724,669, dimana variabel X4 memiliki nilai t hitung sebesar 3,803 lebih besar dari nilai
t-tabel uji 2 arah yakni 1,96 dan nilai Sig 0,000 lebih kecil dari nilai peluang yang ditetapkan p-value yakni sebesar 0,05, dengan demikian keputusannya adalah menerima
hipotesis alternatif Ha yang diajukan, yakni variabel X4 berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan, artinya semakin jauh tarak tempuh melaut X4
pada jenis armada perahu tanpa mesin akan meningkatkan pendapatan nelayan, dikarenakan potensi peluang perolehan hasil tangkap ikan yang semakin besar. Setiap
penambahan 1 kilo meter dari variabel X4 maka akan meningkatkan pendapatan nelayan sebesar Rp.395.724. Uji simultan atau bersama-sama dari seluruh variabel bebas terhadap
variabel terikat, dilakukan dengan uji ANOVA atau analysis of variance analisis ragam. Hasilnya adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 29.
Tabel 29. Hasil Uji Anova pada Regresi Linier
Berdasarkan hasil uji Anova pada regresi linier tersebut diketahui nilai jumlah kuadrat regresi sebesar 1,628E14, derajat bebas 4, kuadrat rataan regresi 4,071E13, F
hitung 17,059 memiliki nilai Sig 0,000 lebih kecil dari nilai peluang yang ditetapkan p-
ANOVA
b,c
Model Jumlah Kuadrat
db Rataan Kuadrat
F Sig.
1 Regresi
1.628E14 4
4.071E13 17.059
.000
a
Residual 1.336E14
56 2.386E12
Total 2.965E14
60 a. Prediktor: Konstan, Jarak Tempuh, Jumlah ABK dalam 1 Kapal, Modal Kerja, Pengalaman
b. Variabel Terikat: Pendapatan per Bulan c. Kasus pada Jenis Armada yang Digunakan = Perahu Tanpa Mesin
value yakni sebesar 0,05. Dengan demikian keputusannya adalah menerima hipotesis alternatif Ha yang diajukan, yakni nelayan dengan jenis armada perahu tanpa mesin,
dimana modal kerja X1, jumlah anak buah kapal X2, pengalaman melaut X3, dan jarak tempuh melaut X4, secara bersama-sama atau simultan memiliki pengaruh yang
positif terhadap pendapatan nelayan. Untuk mengetahui seberapa besar variabel terikat, yakni pendapatan per bulan
nelayan mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya yakni modal kerja X1, anak buah kapal X2, pengelaman melaut X3 dan jarak tempuh melaut X4, maka dilakukan
analisis korelasi berganda untuk mengetahui nilai koefisien determinansi melalui uji Model Summary. Hasilnya adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 30.
Tabel 30. Model Summary pada Regresi Linier
Berdasarkan hasil analisis koefisien determinansi melalui model summary dari IBM-SPSS 19.0, dapat diketahui bahwa nilai korelasi berganda 0,741 dan nilai koefisien
determinansi sebesar 0,549 sehingga dapat diketahui bahwa sebesar 54,9 keragaman nilai dari pendapatan per bulan nelayan pada jenis armada perahu tanpa mesin mampu dijelaskan
oleh variabel modal kerja X1, anak buah kapal X2, pengelaman melaut X3, dan jarak tempuh melaut X4, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa model regresi linear berganda
yang dibentuk, telah memiliki model yang baik dalam menjelaskan pendapatan nelayan pada jenis armada perahu tanpa mesin.
4.4.2 Hasil Estimasi dengan menggunakan Metode Regresi Linier Berganda pada Nelayan Kapal Motor Tempel
Untuk melihat pengaruh dari variabel bebas yakni modal kerja, jumlah anak buah kapal, pengalaman melaut, dan jarak tempuh melaut terhadap variabel terikat yakni
Ringkasan Model
b,c
Model R
R Kuadrat R Kuadrat
yang Disesuaikan
Galat Baku Estimasi
Statistika Durbin-Watson Jenis Armada
yang Digunakan = Perahu Tanpa
Mesin Selected Jenis Armada yang
Digunakan ~= Perahu Tanpa
Mesin Unselected Jenis Armada yang
Digunakan = Perahu Tanpa
Mesin Selected Jenis Armada yang
Digunakan ~= Perahu Tanpa
Mesin Unselected 1
.741
a
.647 .549
.517 1544755.372
1.177 1.587
a. Prediktor: Konstan, Jarak Tempuh, Jumlah ABK dalam 1 Kapal, Modal Kerja, Pengalaman b. Kasus pada Jenis Armada yang Digunakan = Perahu Tanpa Mesin.
c. Variabel Terikat: Pendapatan per Bulan
pendapatan per bulan nelayan pada jenis armada kapal motor tempel, maka digunakan metode analisis regresi linier berganda dengan bantuan software IBM-SPSS 19.0.
Hasilnya adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 31.
Tabel 31. Hasil Uji Koefisien Regresi Linier
Persamaan regresi linier berganda yang terbentuk dapat dituliskan sebagai berikut :
Y = -3851384,695 + 0,140 X1 + 830624,673 X2 + 168155,034 X3 + 509516,857 X4
Berdasarkan hasil uji t-statistik parsial pada variabel modal kerja X1, diketahui nilai koefisien regresi linier pada variabel X1 menunjukkan angka yang positif sebesar
0,140, dimana variabel X1 memiliki nilai t hitung sebesar 1,288 lebih kecil dari nilai t-tabel uji 2 arah yakni 1,96 dan nilai Sig 0,212 lebih besar dibandingkan nilai peluang yang
ditetapkan p-value yakni sebesar 0,05. Dengan demikian keputusannya adalah menolak hipotesis alternatif Ha yang diajukan, yakni modal kerja X1 tidak signifikan terhadap
pendapatan nelayan artinya penambahan modal kerja tidak mampu memberikan peningkatan pendapatan nelayan pada jenis armada kapal motor tempel.
Berdasarkan hasil uji t-statistik parsial pada variabel anak buah kapal X2, diketahui nilai koefisien regresi linier menunjukkan angka yang positif sebesar 830624,673,
dimana variabel X2 memiliki nilai t hitung sebesar 2,364 lebih besar dari nilai t-tabel uji 2 arah yakni 1,96 dan nilai Sig 0,028 lebih kecil dibandingkan nilai peluang yang ditetapkan
p-value yakni sebesar 0,05. Dengan demikian keputusannya adalah menerima hipotesis alternatif Ha yang diajukan, yakni variabel X2 mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan nelayan artinya ketika terjadi penambahan jumlah X2
Koefisien
a,b
Model Koefisien Tidak Dibakukan
Koefisien Dibakukan
t Sig.
Statistika Kolinieritas B
Galat Baku Beta
B Galat Baku
1 Konstan
-3851384.695 2689425.267
-1.432 .167 Modal Kerja
.140 .108
.143 1.288 .212
.631 1.586
Jumlah ABK dalam 1 Kapal 830624.673
351298.462 .271
2.364 .028 .589
1.698 Pengalaman
168155.034 120574.620
.152 1.395 .178
.649 1.541
Jarak Tempuh 509516.857
83611.707 .608
6.094 .000 .779
1.284 a. Variabel Terikat: Pendapatan per Bulan
b. Kasus pada Jenis Armada yang Digunakan = Kapal Motor Tempel
maka akan meningkatkan pendapatan nelayan pada jenis armada kapal motor tempel. Setiap penambahan anak buah kapal X2 sebanyak satu orang maka akan meningkatkan
pendapatan nelayan sebesar Rp.830.624. Berdasarkan hasil uji t-statistik parsial pada variabel pengalaman melaut X3,
diketahui nilai koefisien regresi linier pada variabel X3 menunjukkan angka yang positif sebesar 168155,034. Variabel X3 memiliki nilai t hitung sebesar 1,395 lebih kecil dari
nilai t-tabel uji 2 arah yakni 1,96 dan nilai Sig 0,178 lebih besar dibandingkan nilai peluang yang ditetapkan p-value yakni sebesar 0,05. Dengan demikian keputusannya adalah
menolak hipotesis alternatif Ha yang diajukan, yakni X3 tidak signifikan terhadap pendapatan nelayan artinya semakin bertambah X3 tidak memberikan peningkatkan
pendapatan nelayan pada jenis armada kapal motor tempel akan tetapi dengan pengalaman melaut X3 yang semakin bertambah akan menyebabkan nelayan menjadi semakin
terampil dan mampu memahami kondisi laut, sehingga dengan pengalaman yang semakin baik akan menjadikan kemampuan nelayan dalam melaut juga akan semakin baik.
Berdasarkan hasil uji t-statistik parsial pada variabel jarak tempuh melaut X4 diketahui nilai koefisien regresi liniernya menunjukkan angka yang positif sebesar
509516,857. Variabel X4 memiliki nilai t hitung sebesar 6,094 lebih besar dari nilai t-tabel uji 2 arah yakni 1,96 dan nilai Sig 0,000 lebih kecil dibandingkan nilai peluang yang
ditetapkan p-value yakni sebesar 0,05, dengan demikian keputusannya adalah menerima hipotesis alternatif Ha yang diajukan, yakni semakin jauh jarak tempuh melaut X4
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan artinya ketika semakin jauh X4 digunakan pada jenis armada kapal motor tempel, maka akan meningkatan
pendapatan nelayan, dikarenakan potensi peluang perolehan hasil tangkap ikan yang semakin besar. Setiap penambahan 1 kilo meter jarak tempuh melaut X4, maka akan
meningkatkan pendapatan nelayan sebesar Rp. 509.516. Uji simultan atau bersama-sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat, dilakukan dengan uji ANOVA atau
analysis of variance analisis ragam. Hasil uji Anova berikut diketahui nilai jumlah kuadrat regresi sebesar 4,287E14, derajat bebas 4, kuadrat rataan regresi 1,072E14, F
hitung 26,997 memiliki nilai Sig 0,000 lebih kecil dibandingkan nilai peluang yang
ANOVA
b,c
Model Jumlah Kuadrat
db Rataan Kuadrat
F Sig.
1 Regresi
4.287E14 4
1.072E14 26.997
.000
a
Residual 8.336E13
21 3.970E12
Total 5.121E14
25 a. Prediktor: Konstan, Jarak Tempuh, Modal Kerja, Pengalaman, Jumlah ABK dalam 1 Kapal
b. Variabel Terikat: Pendapatan per Bulan c. Kasus pada Jenis Armada yang Digunakan = Kapal Motor Tempel
ditetapkan p-value yakni sebesar 0,05. Untuk lebih jelas, hasilnya adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 32.
Tabel 32. Hasil Uji Anova pada Regresi Linier
Dari tabel di atas dapat dilihat penerimaan hipotesis alternatif Ha yang diajukan, yakni pada variabel modal kerja X1, anak buah kapal X2, pengelaman melaut X3,
dan jarak tempuh melaut X4, secara bersama-sama atau simultan mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan nelayan dari jenis armada kapal motor tempel. Untuk
mengetahui seberapa besar variabel terikat, yakni pendapatan per bulan nelayan jenis armada kapal motor tempel mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya yakni pada
modal kerja X1, anak buah kapal X2, pengelaman melaut X3, dan jarak tempuh melaut X4, maka dilakukan analisis korelasi berganda untuk mengetahui nilai koefisien
determinansi melalui uji Model Summary. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33. Model Summary pada Regresi Linier
Ringkasan Model
b,c
Model R
R Kuadrat R Kuadrat yang
Disesuaikan Galat Baku
Estimasi Statistika Durbin-Watson
Jenis Armada yang Digunakan
= Kapal Motor Tempel
Selected Jenis Armada
yang Digunakan ~= Kapal Motor
Tempel Unselected
Jenis Armada yang Digunakan
= Kapal Motor Tempel
Selected Jenis Armada
yang Digunakan ~= Kapal Motor
Tempel Unselected
1 .915
a
.689 .837
.806 1992421.705
1.224 .670
a. Prediktor: Konstan, Jarak Tempuh, Modal Kerja, Pengalaman, Jumlah ABK dalam 1 Kapal b. Kasus pada Jenis Armada yang Digunakan = Kapal Motor Tempel.
c. Variabel Terikat: Pendapatan per Bulan
Berdasarkan hasil analisis koefisien determinansi melalui model summary dari IBM-SPSS 19.0, dapat diketahui nilai korelasi berganda 0,915 dan nilai koefisien
determinansi sebesar 0,837. Keragaman nilai pendapatan perbulan nelayan pada jenis armada kapal motor tempel sebesar 83, 7 tersebut mampu dijelaskan oleh variabel modal
kerja X1, anak buah kapal X2, pengalaman melaut X3, dan jarak tempuh melaut X4. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa model regresi linear berganda yang
dibentuk, memiliki model yang baik dalam menjelaskan pendapatan per bulan nelayan pada jenis armada kapal motor tempel.
4.5. Interpretasi pengaruh modal, jumlah anak buah kapal, pengalaman dan jarak
tempuh melaut terhadap pendapatan nelayan jenis armada perahu tanpa mesin dan kapal motor tempel
Hasil uji regresi berganda dengan menggunakan IBM-SPSS memberikan informasi perbandingan koefisien determinasi terkait pengaruh modal kerja X1, jumlah
anak buah kapal X2, pengalaman melaut X3, dan jarak tempuh melaut X4, terhadap pendapatan nelayan dengan jenis armada perahu tanpa mesin dan nelayan jenis armada
kapal motor tempel. Perbandingan nilai koefisien determinasi tersebut dapat disajikan pada Tabel 34.
Tabel 34. Perbandingan nilai koefisien determinasi antara nelayan armada perahu tanpa mesin dengan nelayan armada kapal motor tempel
Jenis Armada Nelayan Nilai Koefisien Determinasi
Perahu tanpa mesin 0,549
Kapal motor tempel 0,837
Berdasarkan Tabel 34 tersebut dapat dijelaskan bahwa pada variabel modal kerja X1, anak buah kapal X2, pengelaman melaut X3, dan jarak tempuh melaut X4 lebih
mampu menjelaskan pendapatan per bulan nelayan dengan jenis armada kapal motor tempel, dibandingkan nelayan dengan jenis armada perahu tanpa mesin. Jumlah variabel
X2 dan variabel X3 tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan nelayan pada jenis armada perahu tanpa mesin. Sedangkan pada nelayan dengan jenis armada kapal
motor tempel, dimana variabel X1 dan variabel X3 ternyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan nelayan dengan jenis armada kapal motor tempel.
Variabel modal kerja X1, anak buah kapal X2, pengalaman melaut X3, dan Jarak tempu melaut X4 secara simultan lebih mampu memberikan dampak bagi
pendapatan nelayan dengan jenis armada kapal motor tempel. Pada nelayan dengan jenis armada kapal motor tempel, memungkinkan untuk memiliki jumlah anak buah kapal X2
yang lebih banyak dibandingkan perahu tanpa mesin. Selain itu, pada jenis armada kapal motor tempel juga memiliki kemampuan untuk memiliki jarak tempuh melaut X4 yang
lebih luas dibandingkan pada jenis armada perahu tanpa mesin. Dengan demikian secara keseluruhan mampu secara signifikan meningkatkan pendapatan nelayan.
4.6. Strategi Pengembangan Pemasaran
Untuk memperoleh strategi pengembangan pemasaran yang baik, maka perlu dilakukan analisis SWOT dan penentukan bobot, untuk jelasnya dapat disajikan pada
Lampiran 7. Analisis SWOT merupakan suatu alternatif dari pendekatan faktor internal meliputi kekuatan strength dan kelemahan weaknesses serta faktor eksternal yang
meliputi peluang opportunities dan ancaman threats.
4.6.1. Internal
A. Kekuatan
1. Peran SDM Pemasaran yang Baik Kopdit Angkara memiliki SDM yang mampu melakukan proses pemasaran.
Mereka merupakan SDM yang memiliki pengetahuan tentang produk, harga sistem pengemasan dan hal-hal lainnya terkait program pemasaran produk.
2. Sistem pemasaran yang baik SDM yang berkemampuan untuk memasarkan produk serta melakukan
operasional pengelolaan bisnis membuat Kopdit Angkara mampu mewujudkan system pemasaran yang baik dan memuaskan konsumen dalam meningkatkan
penghasilan Kopdit Angkara. 3. Image Masyarakat Tidak Jelek
Dengan kualitas produk dan manajemen pemasaran produk yang baik, memunculkan image masyarakat yang baik terhadap Kopdit Angkara dan
produk yang dipasarkannya. Sehingga masyarakat tetap berminat mengkonsmsi produk yang dipasarkan oleh Kopdit Angkara.
4. Kualitas Produk Kopdit Angkara melakukan pengawasan secara ketat agar produk ikan yang
dipasarkan terjaga dengan baik sampai diterima di tangan konsumen. Kopdit Angkara berkeyakinan bahwa dengan menghadirkan produk yang berkualitas
akan membuat konsumen tertarik untuk terus mengkonsumsi produknya 5. Sistem Manajemen Koperasi
Kopdit Angkara telah mampu dinobatkan sebagai koperasi terbaik di asia. Hal ini dicapai tentunya karena Kopdit Angkara telah memiliki sistem manajemen
koperasi yang baik dan tertata rapi. Di saat koperasi sejenis belum memiliki kantor permanen dan mayoritas berkantor di rumah pengurusnya, Kopdit
Angkara telah mampu memiliki kantor sendiri dengan cukup mewah. Saat itu para pengurus berkeyakinan bahwa dengan 200 orang anggota yang bergotong
royong bersama membangun kantor dapat mewujudkan keinginan untuk memiliki kantor secara permanen melalui mekanisme pinjaman sebesar Rp
7.500.000,- yang sebelumnya disetujui oleh seluruh anggota dan pengurus. Tata kelola yang baik ini pun nampak pada proses operasionalisasi produksi dan
pemasaran produknya. Majalah peluang pun telah menobatkan Kopdit Angkara sebagai salah satu dari 100 koperasi besar di Indonesia.
6. Sistem Manajemen Keuangan yang baik Pencatatan dan pengelolaan keuangan yang baik telah diterapkan oleh Kopdit
Angkara dengan pengawasan yang cukup ketat. Dengan tata kelola yang baik itu memunculkan sistem manajemen keuangan yang baik, dan mampu menjaga
posisi keuangan dalam kondisi yang baik tanpa terjadi alokasi pendanaan yang tidak bermanfaat atau tidak pada peruntukkannya. Sebagai contoh, dalam tempo
empat bulan di tahun 2009, manajemen menaikkan aset koperasi ini senilai Rp 10 miliar dari total aset pada akhir tahun buku 2008 sebesar Rp 29 miliar.
Kesehatan manejemen Kopdit Angkara juga telah diaudit akuntan independen Budiman, dan rekan Jakarta dan Induk Koperasi Kredit Inkopdit. Hasilnya
menyimpulkan laporan keuangan Kopdit Angkara tahun 2008 disajikan secara wajar dalam semua hal material.
7. Kesediaan Tenaga Kerja Banyaknya anggota, membuat Kopdit Angkara memiliki kesediaan tenaga kerja
yang mencukupi dan siap bekerja untuk mengembangkan usaha. 8. Kecanggihan Sarana Teknologi
Beberapa perlengkapan yang digunakan para nelayan anggota Kopdit Angkara merupakan perlengkapan yang cukup memadai dan berteknologi cukup canggih,
terutama pada kapal-kapal yang besar, kapal telah dilengkapi dengan ruang pembeku, ruang pendingin dan sistem navigasi serta komunikasi yang memadai.
9. Peran Kantor sebagai tempat pemasaran dan tujuan pasar Kopdit Angkara memiliki kantor yang dapat berfungsi sebagai tempat
pemasaran sehingga mampu menjangkau pasar tujuan dengan baik, dan yang terpenting adalah kantor tersebut mampu berfungsi sebagai sarana untuk
menampung data dan informasi terkait dengan keinginan, selera dan kecenderungan konsumen akan produk. Sehingga Kopdit Angkara dapat
menyesuaikan produknya dengan keinginan konsumen dimaksud. 10. Keahlian pegawai menghadapi persaingan
Pegawai atau SDM yang terlibat dalam operasional Kopdit Angkara merupakan SDM yang ahli dalam proses produksi dan proses pemasaran produk yang
sesuai dengan keinginan dan selera konsumen. Keahlian ini tentu menjadi keunggulan bersaing yang dapat dipergunakan oleh Kopdit Angkara dalam
menghadapi persaingan dengan perusahaan sejenis yang selevel maupun yang lebih besar.
11. Sumber Keuangan Kuat Kopdit Angkara dengan jumlah anggota saat ini mampu menjadi Koperasi yang
memiliki keuangan yang relatif cukup kuat. Kopdit Angkara menerapkan sistem pengendalian keuangan yang ketat guna menjaga keseimbangan keuangan
perusahaan dengan biaya operasional yang dibutuhkan. Kecenderungan yang harus diperhatikan Kopdit Angkara adalah senantiasa terjadinya kenaikan biaya
operasional di tahun tahun mendatang. Kuatnya keuangan kopdit Angkara disupport pula dengan adanya bantuan dari pemerintah pada tahun 2010 sebesar
Rp 2 miliar.
12. Kemampuan pegawai menghadapi persaingan Kenaikkan aset Rp 10 miliar selama empat bulan itu menciptakan
optimisme manajemen meraih target omset Rp 54 miliar di akhir 2009. Sampai awal Mei 2009 ini, total aset Kopdit Angkara telah mencapai Rp 40 miliar.
Perhitungan aset meliputi aktiva lancar, pinjaman yang diberikan, harta tetap dan harta bergerak.
Dengan keahlian yang dimiliki SDM Kopdit Angkara dalam operasional produksi dan pemasaran produknya semakin membuat Kopdit Angkara
berkemampuan untuk bersaing dengan perusahaan lain. Kemampuan tersebut meliputi tersedianya keuangan yang dapat dipergunakan untuk operasional
usaha, termasuk kemampuan menghadirkan produk yang unggul untuk konsumen. Kemampuan ini didukung pula oleh proses seleksi penerimaan
anggota baru yang menekankan pendidikan sebagai salah satu persyaratan dan pertimbangan diterima atau tidaknya calon anggota. Setelah menjadi anggota
pun, mereka akan diberikan pendidikan lanjutan sehingga memiliki kemampuan standar yang dapat dipergunakan dalam operasional usaha Kopdit Angkara.
13. Produk diminati konsumen Produk alami yang dipasarkan Kopdit Angkara sangat diminati konsumen.
Kualitas produk senantiasa dijaga sebaik mungkin sampai ke tangan konsumen. Di samping itu, harga produk yang ditawarkan pun relatif bersaing. Jenis
produk yang banyak diminati antara lain jenis Ikan Kerapu Epinephelus merra dan Ikan Bawal Hitam Formio niger maupun Ikan Bawal Putih Pamphus
argenlus, serta Ikan Tongkol Euthynnus spp ketiga jenis ikan inilah yang memberikan peningkatan pendapatan yang signifikan.
B. Kelemahan 1. Stabilitas Volume Produksi
Adanya perubahan iklim yang tidak menentu, aturan pemerintah yang tidak berpihak serta keterbatasan SDM sering memunculkan ketidakstabilan dalam
volume produksi. 2. Biaya Operasi yang Besar
Keterbatasan aset menyebabkan usaha dijalankan dengan memunculkan biaya operasi yang besar. Tentu hal ini tidak akan terjadi, jika usaha dapat dijalankan
dengan menggunakan aset milik sendiri. 3. Posisi Persaingan Tidak Sehat
Posisi bisnis yang tidak menjadi pemimpin pasar sering memaksa usaha berada pada posisi yang dirugikan akibat adanya persaingan yang tidak sehat. Hal ini
jika dibiarkan akan memperlemah usaha dan bahkan dalam jangka panjang akan menghancurkannya.
4. Sistem promosi belum berkelanjutan Promosi merupakan strategi yang sangat penting untuk membuat produk dapat
dipasarkan dengan baik dan optimal. Promosi yang telah dilakukan koperasi dirasa belum optimal, mengingat promosi tersebut sifatnya tidak berkelanjutan.
Tentu, jika menginginkan bisnis dapat berjalan dalam jangka waktu yang lama dan berkelanjutan dibutuhkan program dan strategi promosi yang berkelanjutan.
5. Sistem pengemasan belum baik Sistem pengemasan sangat menentukan terjaganya kualitas produk. Pengemasan
akan sangat disesuaikan dengan permintaan dan keinginan pemesan produk. Beberapa konsumen baik individu, perusahaan maupun negara sering
menetapkan standar pengemasan tertentu. Hal ini bukan perkara mudah bagi perusahan untuk mengimplementasikannya.
6. Struktur organisasi belum sesuai dengan kebutuhan koperasi. Banyak dan ragamnya tugas koperasi membuat koperasi membutuhkan banyak
SDM dan bagian yang dapat menangani tugas dan fungsi tersebut. Saat ini koperasi belum mampu mengcover tugas dan fungsi tersebut secara optimal,
7. Bentuk insentif yang diberikan kepada karyawan Bentuk insentif bagi para karyawan masih relatif terbatas. Tentu jika ingin usaha
dapat dilakukan dengan optimal, dimana semua karyawan berkontribusi dengan baik dan memiliki kinerja yang tinggi, maka insentif bagi para karyawan harus
mendapat porsi perhatian yang maksimal.
4.6.2. Eksternal
A. Peluang
1. Peran Pemerintah dalam pengamanan lsset di laut. Sebagai negara perairan dimana lautnya begitu luas, Indonesia telah memiliki
seperangkat aturan terkait dengan pengamanan aset di laut. 2. Tanggungjawab sosial koperasi terhadap karyawan dan masyarakat.
Program tanggungjawab sosial koperasi terhadap masyarakat yang selama ini dilakukan telah membuat koperasi semakin dekat dan menjadi bagian tidak
terpisahkan dengan masyarakat. 3. Koperasi dapat melakukan diversifikasi produk.
Diversifikasi produk sebagai bagian dari strategi pemasaran telah mampu dilakukan koperasi dengan memanfaatkan SDM dan sumber daya lainnya.
4. Standar konsumen pasar sesuai kemampuan perusahaan Perusahaan selama ini telah mampu menyediakan produk yang standarnya
sesuai dengan keinginan dan selera konsumen. Para nelayan telah berhasil menyediakan hasil tangkapan laut yang memiliki kualitas terbaik dibandingkan
dengan produk luar negeri. 5. Laju pertumbuhan penduduk tempat tujuan pasar.
Penduduk di pasar sasaran tumbuh dengan laju yang cepat. Hal ini menjadi peluang bagi usaha untuk bisa menggarapnya lebih maksimal.
6. Kemudahan dalam memasarkan komoditi laut Karena produk yang dipasarkan merupakan produk yang sangat dibutuhkan,
maka peraturan yang berlaku untuk proses pemasaran dan pengembangannya relatif lebih mudah.
7. Laju pertumbuhan masyarakat sekitar. Di samping cepatnya laju pertumbuhan penduduka di pasar sasaran, laju
pertumbuhan masyarakat di sekitar pasar sasaran pun terjadi dengan cepat. Hal ini semakin memperbesar peluang yang ada yang bisa digarap koperasi.
8. Kekuatan tawar menawar pemasok Dengan kualitas produk yang baik dan tingkat kebutuhan pasar terhadap produk,
membuat koperasi memiliki posisi tawar yang kuat. Hal ini tentu dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan program pemasaran dan memenangkan
persaingan. 9. Tersedianya teknologi dan informasi bagi koperasi
Teknologi dan informasi yang dapat digunakan koperasi terus berkembang dan tersedia dengan baik, sehingga koperasi dapat menggunakannya untuk
mengembangkan program produksi dan pemasaran produknya. B.
Ancaman 1. Turunnya harga akibat persaingan tidak sehat
Persaingan tidak sehat dapat menyebabkan terjadinya penurunan harga. Hal ini bisa terjadi dengan adanya kongkalingkong dengan pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab, menurunkan kualitas produk bahkan saling menjegal program pemasaran.
2. Adanya isu komoditi hasil laut dipasarkan di luar negeri. Isu negatif terkait suatu produk yang dihasilkan suatu perusahaan atau negara
akan menyebabkan munculnya keraguan dari para konsumen yang pada akhirnya akan menyebabkan turunnya permintaan terhadap suatu produk.
3. Pengaruh iklim dan cuaca Iklim dan cuaca yang tidak menentu pun dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi proses produksi dan pemasaran suatu produk bahkan dapat memunculkan kerugian yang tidak terduga.
4. Lemahnya loyalitas konsumen. Loyalitas konsumen merupakan domain yang dikuasai oleh konsumen sendiri.
Perusahaan tidak dapat mendominasinya selain melakukan program pemasaran
dan pelayanan yang membuat konsumen tetap tertarik dan senang terhadap produk yang dipasarkan. Loyalitas konsumen mudah berubah.
5. Meningkatnya biaya transportasi antar negara. Tarif transportasi yang mudah berubah dan adanya perbedaan di setiap negara
dapat membuat suatu usaha mengalami kerugian jika tidak diantisipasi sejak dini secara seksama.
6. Sulitnya mencari alternatif pasar. Perluasan pasar menjadi keniscayaan bagi suatu usaha agar mampu bertahan dan
terus berkembang. Namun mencari alternatif pasar bukanlah perkara yang mudah, dikarenakan butuh dana yang besar dan SDM yang handal untuk
menemukan dan menetapkannya. 7. Penerapan retribusi tangkapan yang tinggi.
Industri perikanan dengan cara menangkap ikan di laut yang semakin berkembang dimanfaatkan oleh pemerintah untuk meningkatkan devisa negara.
Retribusi tersebut akan menjadi hal wajar, jika ditetapkan dan diterapkan secara formal dan standar oleh pemerintah, namun kenyataan di lapangan, pungutan
retribusi tersebut seringkali melampaui tarif yang terlah ditentukan. 8. Berkurangnya daya lingkungan terhadap pasokan bahan baku.
Semakin banyakya lingkungan yang rusak yang juga disebabkan karena banyaknya kapal-kapal penangkap ikan illegal atau tidak resmi semakin
membuat pasokan bahan baku di laut berkurang. Pada kondisi-kondisi tertentu, perusahaan seringkali tidak memperoleh hasil tangkapan yang
optimal. Sehingga dengan demikian perlunya langkah-langkah antisipatif yang efektif dan efisien, bagi optimalisasi pencapaian tujuan usaha.
9. Kebijakan stabilitas politik dan keamanan di Indonesia tidak menentu. Sebagai negara berkembang, Indonesia seringkali mengalami perubahan peraturan dan
stabilitas politik. Hal ini sangat berpengaruh terhadap operasional usaha nelayan. Karena perubahan-perubahan yang terjadi seringkali mampu membuat
gerak operasional perusahaan terbatas.
10. Isu pemasaran target internasional Isu-isu pemasaran di pasar internasional sering muncul dan bernuansakan
negatif. Hal ini sering mengancam keberlangsungan usaha yang dijalankan. Isu-isu tersebut, dapat terkait dengan kualitas produk, proses produksi, proses
pengolahan limbah dan sebagainya. Isu-isu negatif harus diantisipasi sedini mungkin oleh Kopdit Angkara agar kegiatan usaha dapat berjalan sebagaimana
mestinya.
4.6.3. Penggunaan Faktor Krisis Internal dan Eksternal
Proses dari berbagai strategi pengembangan kita dapat menentukan prioritas strategi. Untuk menetapkannya perlu dibuat penggunaan faktor krisis internal dan juga
penggunaan faktor krisis eksternal Kopdit Angkara, kemudiaan dari penggunaan faktor krisis internal dan eksternal tersebut dapat dibuat matrik internal untuk menentukan posisi
suatu perusahaan jika posisi suatu perusahaan telah diketahui maka penyusunan formulasi strategi pada perusahaan dapat pula ditentukan. Untuk lebih jelasnya penggunaan faktor
krisis internal dan eksternal pada Kopdit Angkara, sebagaimana dapat disajikan pada Tabel 35 dan Tabel 36.
Tabel 35. Penggunaan faktor kritis internal Kopdit Angkara
Faktor Kritis Bobot
Peringkat Skor
Faktor Internal
1. Peran SDM Pemasaran yang Baik Kekuatan :
2. Sistem pemasaran yang baik 3. Image Masyarakat Tidak Jelek
4. Kualitas Produk 5. Sistem Manajemen Koperasi
6. Sistem Manajemen Keuangan yang baik 7. Kesediaan Tenaga Kerja
8. Kecanggihan Sarana Teknologi 9. Peran Kantor sbg tempat pemasaran
10. Keahlian pegawai menghadapi persaingan 11. Sumber keuangan kuat
12. Kemampuan pegawai menghadapi
persaingan 13. Produk diminati konsumen
1. Stabilitas Volume Produksi Kelemahan :
2. Biaya Operasi yang Besar 3. Posisi Persaingan Tidak Sehat
4. Sistem promosi belum berkelanjutan 5. Sistem pengemasan belum baik
6. Struktur organisasi belum sesuai dengan
kebutuhan koperasi 7. Bentuk insentif yang diberikan kepada
karyawan 0,066
0,060 0,049
0,049 0,055
0,060 0,049
0,049 0,049
0.049 0,044
0,044 0,044
0,060 0,055
0,060 0,038
0,038 0,044
0,038 4
4 3
4 3
4 3
3 3
3 3
3 4
2 2
1 2
1 1
2 0,264
0,240 0,147
0,196 0,165
0,240 0,147
0,147 0,147
0,147 0,132
0,132 0,176
0,120 0.110
0,060 0,076
0,038 0,044
0,076
Total Skor 1,00
2,804 Sumber: data diolah dengan mengacu pada David 2009
Tabel 36. Penggunaan faktor kritis eksternal Kopdit Angkara
Faktor Kritis Bobot
Peringkat Skor
Faktor Eksternal
1. Permintaan Komoditi Hasil Laut di Pasar Peluang :
2. Peran Pemerintah dalam Pengamanan Asset di Laut
3. Tanggungjawab sosial koperasi terhadap karyawan dan masyarakat
4. Koperasi dapat melakukan diversifikasi produk
5. Standar konsumen pasar sesuai kemampuan perusahaan
6. Laju pertumbuhan penduduk tempat tujuan pasar
7. Kemudahan dalam memasarkan
komoditi laut 8. Laju pertumbuhan masyarakat sekitar
9. Kekuatan tawar menawar pemasok 10. Tersedianya teknologi dan informasi
bagi koperasi
1. Turunnya harga akibat persaingan tidak sehat
Ancaman :
2. Adanya isu komoditi hasil laut dipasarkan di luar negeri
3. Pengaruh iklim dan cuaca 4. Lemahnya loyalitas konsumen
5. Meningkatnya biaya transportasi antar
negara 6. Sulitnya mencari alternatif pasar
7. Penerapan retribusi tangkapan yang tinggi
8. Berkurangnya daya lingkungan terhadap pasokan bahan baku
9. Kebijakan stabilitas politik dan keamanan di Indonesia tidak menentu
10. Isu pemasaran target internasional 0,077
0,071
0,071 0,052
0,071 0.052
0.038 0,045
0,052 0,039
0,065 0,052
0,045 0,045
0,039
0,039 0,039
0,032 0,032
0,032 4
4
3 4
4 3
3 3
3 4
2 1
2 2
1
1 1
2 2
1 0,308
0,284
0,213 0,208
0,284 0,156
0,114 0,135
0,156 0,156
0,130 0,052
0,090 0,090
0,039
0,039 0,039
0,064 0,064
0,032 Total Skor
1,00 2,653
Sumber: data diolah dengan mengacu pada David 2009
Setelah skor akhir diperoleh, langkah selanjutnya adalah memasukkan angka tersebut ke dalam Matrik Internal Eksternal untuk menentukan posisi perusahaan. Apabila
posisi sudah diketahui, maka penyusunan formulasi strategi dapat segera dilakukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Matrik Internal Eksternal Berdasarkan hasil analisis internal diperoleh skor tertimbang 2,804 sedangkan dari
hasil analisis eksternal diperoleh skor tertimbang 2,653. Maka gabungan dari faktor internal dan faktor eksternal Tabel IFAS dan EFAS tersebut memperlihatkan posisi
obyek yang sedang diteliti yaitu Kopdit Angkara berada pada ruang V yaitu Stabilitas Menjaga dan Mempertahankan. Strategi yang layak ditawarkan untuk posisi stabil
tersebut yaitu para Nelayan dan Kopdit Angkara dapat melakukan kegiatan penetrasi pasar dan langkah penyempurnaan strategi pengembangan produknya untuk mempertahankan
dan memelihara kinerja yang sudah dicapai.
4.6.4. Formulasi Strategi
Dalam merumuskan dan menetapkan alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh Kopdit Angkara, maka terlebih dahulu dibuat matriks SWOT sebagaimana terlihat pada
Tabel 37.
SKOR TERTIMBANG
FAKTOR EKSTERNAL
SKOR TERTIMBANG FAKTOR INTERNAL
3,0 sd 4,0 2,0 sd ,99
1,0 sd 1,99
3,0 sd 4,0 2,0 sd 2,99
1,0 sd 1,99 3,0
2,0 1,0
4,0 3,0
2,0 1,0
Tabel 37. Matriks SWOT
IFAS
EFAS KEKUATAN
Strengths
1. Peran SDM Pemasaran yang Baik
2. Sistem pemasaran yang baik
3. Image Masyarakat Tidak Jelek
4. Kualitas Produk
5. Sistem Manajemen Koperasi
6. Sistem Manajemen Keuangan yang baik
7. Kesediaan Tenaga Kerja
8. Kecanggihan Sarana Teknologi
9. Peran Kantor sebagai tempat pemasaran dan
tujuan pasar 10. Keahlian pegawai menghadapi persaingan
11. Sumber keuangan kuat 12. Kemampuan pegawai menghadapi
persaingan 13. Produk diminati konsumen
KELEMAHAN Weakness
1. Stabilitas Volume Produksi tidak bersifat konstan atau penuh dinamika tidak dapat
diprediksi 2. Biaya Operasi yang Besar
3. SDM produksi yang belum mampu memenuhi standar kinerja
4. Posisi Persaingan Tidak Sehat 5. Sistem promosi belum berkelanjutan
6. Sistem pengemasan belum baik 7. Struktur organisasi belum sesuai dengan
kebutuhan koperasi 8. Manajemen organisasi belum profesional
9. Bentuk insentif yang diberikan kepada karyawan belum sesuai standar insentif
pada umumnya
PELUANG Opportunities
1. Permintaan Komoditi Hasil Laut di Pasar
2. Peran Pemerintah dalam Pengamanan Asset di Laut
3. Tanggungjawab sosial koperasi terhadap karyawan dan masyarakat
4. Koperasi dapat melakukan diversifikasi produk
5. Standar konsumen pasar sesuai kemampuan perusahaan
6. Laju pertumbuhan penduduk tempat tujuan pasar
7. Kemudahan dalam memasarkan komoditi laut
8. Laju pertumbuhan masyarakat sekitar
9. Kekuatan tawar menawar pemasok 10. Tersedianya teknologi dan
informasi bagi koperasi Strategi SO
a. Optimalkan peran SDM untuk meningkatkan pemasaran produk di pasar sasaran. S1-O1
b. Tingkatkan kontinuitas dan kelancaran distribusi S2-O2
c. Pertahankan image atau citra positif yang telah dan melekat erat di benak konsumen S3-O3
d. Perluas pangsa pasar dengan sistem distribusi yang handal dan optimalisasi citra S4-O4
e. Jalin manajemen rantai pasokan secara terpadu, agar terjalin tercipta kerjasama jangka panjang
menguntungkan S1-O9 f. Tingkatkan image produk di tengah
masyarakat, agar konsumen mempercayai eksistensi dari koperasi S3-O10
g. Berdayakan SDM dalam memanfaatkan kemudahan pemasaran komoditas laut S7-07
h. Optimalkan keberadaan kantor mengantisipasi tren permintaan produk sebagai konsekueensi
laju pertumbuhan penduduk S9-08 i. Tingkatkan kompetensi SDM dalam
menghadapi tren permintaan komoditas hasil laut S12-O1
Strategi WO a. Gunakan promosi word of mouth atau
promosi melalui referensi dalam menginformasikan keunggulan produk
W1-O6 b. Gunakan SDM lokal, selain untuk
mengurangi biaya operasi juga untuk mengantisipasi kesenjangan atau gap di
bidang kesejahteraan ekonomi W2-O1 c. Tingkatkan nilai tambah produk
product value added agar dapat bertahan dalam kondisi persaingan yang
tidak sehat W4-O7 d. Tingkatkan intensitas promosi secara
berkesinambungan sehingga mampu menopang penjualan produk W5-O1
e. Kualitas produk harus senantiasa didukung dengan pengemasan produk
yang baik W6-O10 f. Ciptakan kualitas pelayanan yang prima
bagi terciptanya kepuasan dan loyalitas konsumen W8-O5
ANCAMAN Threath
1. Turunnya harga akibat persaingan tidak sehat
2. Adanya isu komoditi hasil laut dipasarkan di luar negeri
3. Pengaruh iklim dan cuaca 4. Lemahnya loyalitas konsumen
5. Meningkatnya biaya transportasi antar negara
6. Sulitnya mencari alternatif pasar 7. Penerapan retribusi tangkapan yang
tinggi 8. Berkurangnya daya lingkungan
terhadap pasokan bahan baku 9. Kebijakan stabilitas politik dan
keamanan di Indonesia tidak menentu
10. Isu pemasaran target internasional Strategi ST
a. Bangun kerjasama dengan perusahaan lain dalam hal memperluas pasar, transportasi,
menghadapi persaingan S5-T2 b. Ciptakan persaingan harga secara sehat
berdasar harga pasar S6-T1 c. Adaptasi teknologi sebagai antisipasi iklim dan
cuaca S8-T3 d. Bangun bisnis intelijen handal terkait dengan
lingkungan pemasaran, iklim dan kebijakan pemerintah. S10-T6
e. Tingkatkan kualitas produk mengacu pada standar mutu internasional S10-T10
f. Memperhatikan seksama perkembangan dinamika politik yang terjadi di Indonesia,
khususnya di Maluku Tenggara S10-T9 g. Alokasikan dana taktis untuk menghadapi
fluktuasi biaya transportasi S11-T5 h. Tingkatkan efisiensi produksi agar produk
yang diminati memiliki harga jual sesuai harga pasar meski tarif retribusi tinggi S13-T7
Strategi WT a. Perkuat pemasaran di pasar lokal dengan
penetrasi pasar secara intensif, sebagai langkah antisipasipreventif hilangnya
keunggulan bersaing W3-T1 b. Berikan insentif yang memadai secara
relatif, agar SDM mampu mengembangkan pemasaran dan mencari
alternatif produk unggulan komoditi hasil laut lainnya W9-T4
c. Lakukan efisiensi dengan mengoptimalkan kapasitas produksi yang
tersedia dan dapat digunakan W2-T1 d. Lakukan restrukturisasi organisasi yang
lebih mampu mengoptimalkan pencapaian tujuan organisasi.W8-T1
e. Transparansi mekanisme kompensasiinsentif bagi anggota, untuk
meminimalisir potensi konflik W8-T4
Berdasarkan matriks SWOT Kopdit Angkara di atas maka dapat diambil 4 empat set kemungkinan alternatif strategi. Hal ini sebagaimana sebagai dapat diuraikan sebagai
berikut: 1. Alternatif Strategi Pertama – Strategi SO
Strategi ini merupakan kombinasi antara menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang yang dimiliki oleh Kopdit Angkara, yaitu terdiri dari:
a. Optimalisasi peran SDM untuk meningkatkan pemasaran produk di pasar sasaran. Strategi ini merupakan upaya mengoptimalkan SDM yang berkeahlian dan
berkemampuan dalam memasarkan produk sehingga pangsa pasar yang masih terbuka luas dapat digarap seoptimal mungkin. Peran SDM tersebut akan optimal dengan
menempatkannya pada posisinya masing-masing sesuai dengan keahlian dan kemampuannya.
b. Perluasan pangsa pasar dengan sistem distribusi yang handal. Keahlian dan kemampuan SDM dalam memasarkan produk hendaknya dapat diarahkan untuk
memperkuat saluran distribusi dan sistemnya. Suatu produk dengan kualitas yang bagus jika tidak mudah ditemukan oleh konsumen saat hendak mengkonsumsi tidak
akan memberikan implikasi optimal terhadap omset penjualan suatu produk. Untuk memaksimalkannya, dibutuhkan saluran distibusi optimal, sehingga produk senantiasa
tersedia saat konsumen membutuhkannya. Karena itu, hendaknya Kopdit Angkara mampu menciptakan sistem distribusi yang handal agar perluasan pangsa pasar dapat
terwujud, mengingat potensi pasar yang begitu besar. c. Tingkatkan image produk di tengah masyarakat. Adanya kondisi yang menggambarkan
image yang tidak jelek di tengah masyarakat menunjukkan bahwa produk yang dipasarkan sudah diterima secara baik oleh masyarakat sebagai konsumen. Hal ini
tidak bisa dibiarkan pada kondisi seadanya seperti yang terbangun sebelumnya. Image produk perlu di-maintenance agar terus berkembang dan kuat di benak konsumen.
Strategi ini perlu dilakukan, mengingat masyarakat yang menjadi konsumen atas produk dimaksud terus berkembang dan bertambah, bahkan bisa jadi berganti.
2. Alternatif Strategi Kedua – Strategi WO Strategi Kedua dibentuk dengan mengkombinasikan antara menyadari dan
menutup kelemahan serta memanfaatkan peluang yang bisa diakses oleh Kopdit Angkara, yaitu antara lain:
a. Gunakan SDM lokal untuk mengurangi biaya operasi. Tingginya biaya operasi di tengah persaingan yang terkadang tidak sehat menuntut operasional bisnis dapat
dilaksanakan dengan melakukan penghematan pada beberapa hal. Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah menggunakan SDM lokal yang mampu menghemat biaya
operasi SDM, ini tentu akan berpengaruh terhadap biaya operasi dan stabilitas produksi. Bahan baku impor akan relatif sulit diperoleh bahkan bisa terancam tidak
memperoleh pasokan mengingat jalur yang dipergunakan begitu panjang. Demikian pula dengan SDM Impor akan memerlukan persyaratan dan birokrasi yang rumit dan
panjang. b. Tingkatkan intensitas promosi sehingga mampu menopang penjualan produk. Produk
dengan kualitas yang baik dan bagus akan dikonsumsi oleh banyak konsumen jika konsumen telah mengenal dan mengetahui sebelumnya. Untuk dapat menciptakan
kondisi seperti dan terwujudnya permintaan akan produk dari para konsumen maka perlu dilakukan strategi promosi untuk mengenalkan dan memasarkan produk yang
dihasilkan. Hal ini menjadi mutlak dilakukan mengingat pangsa pasar yang begitu besar dan terus berkembang.
c. Kualitas produk harus didukung dengan pengemasan produk yang baik. Nelayan yang tergabung dalam Kopdit Angkara mampu menghasilkan produk-produk yang
berkualitas baik. Produk berkualitas tersebut membuat konsumen tertarik untuk mengkonsumsi dan melakukan proses pembelian. Perusahaan harus menyadari bahwa
kualitas produk tersebut harus didukung oleh pengemasan yang dapat mempertahankan produk tetap berkualitas dalam jangka waktu yang lebih panjang di samping
terciptanya kemudahan dalam pengiriman dan penyimpanan sampai produk ke tangan konsumen untuk dikonsumsi. Proses pengemasan ini tentu dapat dilakukan para
nelayan mengingat kemampuan dan keahlian mereka yang cukup baik.
3. Alternatif Strategi Ketiga – Strategi ST Strategi Ketiga dirumuskan dengan melakukan antara menggunakan kekuatan dan
menghadapi ancaman atau tantangan dari pihak eksternal, yaitu antara lain : a. Membangun kerjasama dengan perusahaan lain untuk memperluas pasar, transportasi,
dan menghadapi persaingan. Ancaman eksternal yang muncul dan senantiasa merongrong bisnis akan mudah teratasi jika dilakukan penggabungan kekuatan dari
pelaku bisnis sejenis. Penggabungan kekuatan melalui kerjasama antara koperasi atau pelaku bisnis sejenis sehingga persaingan dapat teratasi, perluasan pasar dapat
diwujudkan, biaya transportasi dapat direduksi dan kondisi lainnya yang tidak menciptakan kondisi bisnis yang lebih sulit dibandingkan sebelumnya.
b. Membangun bisnis intelijen handal terkait dengan lingkungan pemasaran, iklim dan kebijakan pemerintah. Bisnis dapat berjalan dan meraih sukses jika disertai dengan
informasi yang memadai. Informasi mengenai kondisi pasar dan pemasaran akan diperoleh jika bisnis memiliki mekanisme intelijen bisnis yang baik. Antisipasi atas
resiko bisnis dapat dilakukan jika para nelayan dan koperasi memiliki banyak informasi tentang pangsa pasar, selera konsumen, kondisi iklim atau cuaca, kebijakan
pemerintah dan perundangannya, tingkat persaingan dan sebagainya. 4. Alternatif Strategi Keempat – Strategi WT
Strategi Keempat dihasillkan dengan merumuskan kelemahan yang ada dan memperhatikan ancaman yang muncul dari pihak eksternal, yakni sebagai berikut:
a. Memperkuat pemasaran di pasar lokal sebagai antisipasi hilangnya keunggulan bersaing, akibat munculnya ancaman dari eksternal atau semakin melemahnya kondisi
internal perusahaan. Salah satu ancaman yang cukup berat adalah adanya persaingan yang tidak sehat. Untuk mengantisipasinya, bisnis dapat melakukan proses pemasaran
di pasar lokal. Hal ini dilakukan agar bisnis tidak hanya mengandalkan pasar ekspor sebagai satu-satunya tujuan pemasaran produk. Pasar ekspor relatif mudah berubah
dan mengancam keberlangsungan usaha. Berbeda dengan pasar lokal, Kopdit Angkara relatif akan memiliki akses dan kemudahan untuk mengelola dan menggarapnya
sebagai pasar tujuan. Alasan ini pun diperkuat dengan adanya kondisi pasar lokal yang relatif cukup besar dan belum optimal tergarap.
b. Berikan insentif yang memadai agar SDM mampu melakukan pengembangan pemasaran dan mencari alternatif produk. Rendahnya insentif yang diterima karyawan
bisa saja menyebabkan rendahnya kinerja mereka dalam melakukan proses produksi, proses pemasaran dan pencarian alternatif produk. Hal ini akan memperburuk bisnis
jika semakin banyak kelemahan yang dimiliki. Agar para karyawan dapat bekerja secara optimal dan bersedia mencurahkan segala kemampuannya, hendaknya Kopdit
Angkara mampu memberikan dan meningkatkan insentif bagi para karyawan. Pemberian insentif yang memadai ini bisa menjadi investasi bagi usaha yang
dijalankan dan implikasi yang diperolehnya adalah berupa kinerja para karyawan yang optimal dan pada akhirnya usaha dapat dijalankan dengan baik dan menghasilkan laba
yang maksimal pula. Alternatif strategi pemasaran terbaik yang dapat dipilih oleh Kopdit Angkara
adalah dengan mengkombinasikan kelemahan dan peluang yang ada. Strateginya adalah dengan menggunakan sumber daya manusia SDM lokal dalam operasional koperasi, agar
dapat mengurangi atau meminimalisir biaya operasional. Selain itu, penggunaan SDM lokal juga akan dapat mengantisipasi kesenjangan dan kecemburuan sosial, antara penduduk
pribumi dengan pendatang. Apabila SDM lokal masih belum memenuhi kompetensi standar yang dibutuhkan oleh Kopdit Angkara, maka diperlukan adanya partisipasi dari
stakeholder agar dapat dilakukan pendidikan dan pelatihan. Selain itu Kopdit Angkara juga perlu meningkatkan intensitas promosinya
sehingga mampu menopang penjualan produk. Salah satu caranya adalah dengan berfokus pada bauran promosi word of mouth dalam menginformasikan keunggulan
produk. Diharapkan dengan implementasi strategi ini, maka nelayan anggota koperasi akan mempromosikan keunggulan koperasi dan produknya kepada pihak lain tanpa diminta.
Promosi yang baik perlu didukung pula dengan menciptakan kualitas pelayanan yang prima bagi konsumen, diharapkan berdampak pada kepuasan dan loyalitas pelanggan. Terkait
dengan implementasi tersebut, kualitas produk juga harus senantiasa terjaga dan didukung dengan pengemasan produk yang baik.
4.6.5. Implikasi Manajerial
Berdasarkan identifikasi internal dan eksternal sebagaimana telah dianalisis melalui metode matriks SWOT, maka selanjutnya dapat dianalisis dalam perspektif
implikasi manajerial, yakni 4P Product, Price, Place, dan Promotion. Hasilnya sebagaimana dijelaskan berikut ini.
1. Strategi Produk Product Produk ikan hasil tangkapan nelayan perlu diberi nilai tambah, yakni dipasarkan tidak
hanya dalam bentuk ikan mentah segar. Kopdit Angkara dapat meningkatkan kegiatan usahanya dalam bentuk produksi pengolahan ikan mentah segar menjadi ikan olahan
lebih lanjut, dalam bentuk barang setengah jadi yakni ikan asap maupun ikan pindang. Pemberian nilai tambah dari produk ikan tangkap nelayan ini akan meningkatkan nilai
jual menjadi lebih tinggi dibandingkan nilai jual produk ikan mentah segar. 2. Strategi Harga Price
Untuk produk ikan mentah segar, penetapan harga jual sangat terkait erat dengan harga pasar yang berlaku. Sehingga dalam hal ini Kopdit Angkara menetapkan strategi harga
berdasarkan dinamika tren harga pasar yang berlaku. Namun dalam hal produk ikan olahan seperti ikan asap maupun ikan pindang, Kopdit Angkara dapat menetapkan harga
dengan metode standard markup pricing, yakni dengan menambahkan persentase margin keuntungan yang diinginkan. Kisaran markup dari harga pokok penjualan
ditetapkan berdasarkan seberapa besar nilai tambah pada produk ikan olahan, gambaran harga pasar, dan segmen konsumen yang menjadi target pemasaran produk.
3. Strategi Saluran Distribusi Place Untuk dapat memasarkan produk ikan olahan sebagai produk nilai tambah dari Kopdit
Angkara, maka diperlukan jalinan kerjasama dengan berbagai pihak terkait agar produk ikan olahan tersebut memiliki hasil penjualan yang optimal. Kopdit Angkara perlu
melibatkan pedagang pengecer yang memasarkan produk secara langsung pada konsumen. Diperlukan pula jalinan kerjasama dengan pengelola rumah makan yang ada
di sekitar Kopdit Angkara, agar produk ikan olahan yang masih bersifat setengah jadi dapat diolah lebih lanjut sebagai produk jadi untuk langsung dikonsumsi.
4. Strategi Promosi Promotion Kopdit Angkara dapat melakukan promosi dengan promosi penjualan, periklanan,
pemasaran langsung, maupun hubungan masyarakat. Promosi penjualan dilakukan dengan cara memberikan harga khusus bagi pkonsumen yang membeli produk ikan
olahan dalam jumlah tertentu sesuai ketetapan koperasi. Periklanan dapat dilakukan dengan memasang leaflet, banner, maupun spanduk yang menginformasikan produk
ikan olahan Kopdit Angkara kepada masyarakat baik di sekitar lokasi maupun di kawasan yang berdekatan. Hubungan masyarakat dilakukan dengan cara sosialisasi
kepada masyarakat tentang keberadaan Kopdit Angkara dan produk-produk ikan olahan yang dihasilkan, dalam berbagai kesempatan tatap muka.
5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada Kopdit Angkara maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Strategi yang dilakukan oleh Kopdit Angkara dalam rangka mempertahankan kinerja
yang telah tercapai adalah baik nelayan dan kopdit Angkara terus melakukan kegiatan penetrasi pasar agar tercapainya penyempurnaan strategi pengembangan produknya
dengan cara mengoptimalkan peran SDM untuk meningkatkan pemasaran produk di pasar sasaran, mempertahankan image atau citra positif yang telah dan melekat erat
dibenak konsumen, memperluas pangsa pasar dengan sistem distribusi yang handal, dan meningkatkan image produk di tengan masyarakat
2. Faktor modal kerja, jumlah anak buah kapal, pengalaman kerja, dan jarak tempuh
melaut melalui hasil uji statistika baik pada uji t, uji F, dan uji R
2
3. Strategi bauran pemasaran melalui implikasi manajerial dari Kopdit Angkara adalah
dengan menjadikan produk ikan segar ke dalam bentuk produk ikan olahan yang memiliki nilai tambah. Harga ditetapkan berdasarkan standard markup princing,
saluran distribusi pemasaran melibatkan para pengecer atau retailer. Promosi dilakukan melalui promosi penjualan, periklanan, pemasaran langsung, dan hubungan
masyarakat. , adalah jenis
armada kapal motor tempel lebih mampu menjelaskan pendapatan perbulan nelayan.
5.2. Saran
Adapun saran yang perlu dikemukakan adalah sebagai berikut: 1.
Peningkatan pendapatan nelayan sangat ditentukan baik oleh nelayan itu sendiri, Kopdit Angkara dan Pemerintah terutama Dinas Perikanan untuk selalu mendorong
peningkatan kemampuan dengan memberi pembinaan dan pengembangan sarana teknologi yang tepat bagi para nelayan dalam melakukan penangkapan ikan sehingga
memperoleh hasil tangkapan ikan yang banyak. Kopdit Angkara perlu memperkuat
pemasaran di pasar lokal sebagai langka antisipasi hilangnya keunggulan bersaing, perlu memberikan intensif yang memandai secara relative agar SDM mampu
mengembangkan pemasarannya. 2.
Perlu dilakukan pembinaan secara intensif baik oleh Kopdit Angkara maupun Pemerintah terutama Dinas perikanan terhadap para nelayan secara keseluruhan baik
pembinaan sumber daya manusia maupun pembinaan bagi pengembangan usaha, karena memberi pinjaman modal tidak akan berarti banyak jika tidak diikuti
pembinaan yang efektif bagi peningkatan pendapatan nelayan. 3.
Pemerintah diharapkan tetap mampu menjaga stabilitas keamanan di Kabupaten Maluku Tenggara termasuk para pelaku-pelaku pasar maupun pesaing pasar yang
tidak sehat. Selanjutnya nelayan dapat melakukan operasi penangkapan ikan dan
menjual hasil tangkapan ikannya secara wajar yang memberi peningkatan
pendapatannya. Kopdit Angkara juga perlu menggunakan SDM lokal untuk
mengurangi biaya operasi, perlu meningkatkan intensitas promosi sehingga mampu menopang penjualan produk dan kualitas produk haruslah didukung dengan
pengemasan produk yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, K, 2000. Dasar-Dasar Manajemen Modal Kerja. Jakarta : Rineka Cipta. Ardiansyah F, 2010. Sistem Manajemen.http:
www.konsep-manajemen.com pengertian
_definisi_manajemen_para_ahli_info404.html [diakses tanggal 28 Januari 2012]. Agusyana, Yun, Islandscript 2010. Olah Data-Data Skripsi Dan Penelitian. SPSS 19.0 :
Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Aswad H, 2005. Strategi Perbaikan Ekonomi Masyarakat Nelayan di Kecamatan. Lakudo,
Kabupaten Buton. Laporan Penelitian, Fak. Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Unidayan Bau-Bau : Badan Penerbit Makassar.
Badaruddin, Nasution A, 2005. Modal Sosial dan Pemberdayaan Komunitas Nelayan Isu- isu Kelautan dan Kemiskinan Hingga Bajal Laut. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
[BPS] Badan Pusat Statistik, 2008. Jakarta : Produk Domestik Bruto PDB Indonesia. BPS Badan Pusat Statistik, 2011: PDRB Maluku Tenggara Dalam Angka.
http:maluku.bps.go.id . [diakses tanggal 10 Maret 2012]
David, F, R, 1999. Strategy Management, Concept and Cases, 7th Edition. New Jersey : Prentice Hall.
David, F, 2009. Manajemen Strategi. Konsep-Konsep, edisi kesembilan. Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia.
Dinas Perikanan, 2010. Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Tahun 2010- 2011: Maluku Tenggara Dalam Angka.httppk2pm.wordpress.com.[diakses tanggal
10 Maret 2010] Dirjen Kebudayaan Depdikbud, 1997. Budaya Kerja Nelayan Indonesia di Jawa Timur.
Jakarta : CV Bupara Nugraha Ghozali F, 2005. Analisis Data Statistik. Yogyakarta : Rineka Cipta
Harapan M, 2003. Analisis Masalah Kemiskinan dan Tingkat Pendapatan Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuan Medan : Tesis S2 PPS USU.http:D:O-M-A-T.htm
[diakses tanggal 7 Agustus 2012]
Joesidawati Ika M, Purwanto, Asriyanto, 2005. The Alternative Management for The Bali Strait sardine Lemuru Fishery. Disertasi. Program Pascasarjana, IPB, Bogor.
http: www.pdffactory.com
. [diakses tanggal 18 Desember 2012] Kementrian Koperasi, 2012, http:www.hukumonline.com UU_NO_17_2012.pdf
Kompas.com.2011. [diakses
tanggal 24 Maret 2013] http:regional.kompas.comread2011120416303499nelayan.
terpaksa.buang.ikan.tangkapnya.html [diakses tanggal 10 Desember 2012]
Kotler P, 2008. Manajemen Pemasaran . Edisi 12, Jilid 1. Jakarta : PT Indeks Gramedia. Kotler, Philip, G. Amstrong, 2007. Dasar-Dasar Pemasaran. Jilid I. Terjemahan.
Yogyakarta : Penerbit Prehalindo. Kusnadi, Sumarjono, Sulistiowati, yunita, Subchan, Puji, 2003. Nelayan. Strategi Adaptasi
dan Jaringan Sosial. Bandung : Humaniora Utama Press. Laode R, 2011. Kopdit Angkara : Pertanggung jawaban RAT 2009-2011.
Lazuardi, 2004. Analisis Strategi Bauran Pemasaran Susu Pasteurisasi, studi kasus di PT Mamalia Diary Farm. Skripsi. Bogor : Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Masyhuri M, 1999. Usaha Penangkapan Ikan di Jawa dan Madura: Produktivitas dan
Pendapatan Buruh Nelayan, Masyarakat Indonesia, XXIV, No. 1. McArdle, J, 1989. Community development tools Of trade; Community Quar-terly Journal
16: 47-54p. Nazir, M, 2003. Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia.
Noor, 2005. Dasar-dasar Pengambilan Sampel, Jakarta : Penerbit bharata Omat, 2008. Implikasi Keberadaan PPI Terhadap Pertumbuhan Kawasan Ekonomi
Perikanan. Tesis Semarang : Badan Penerbit Diponegoro. Porter, Michael E, 2000. Strategi Berbisnis. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Priyatno D, 2008. Mandiri Belajar Sofware Untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Yogyakarta : Penerbit MediaKom.
Rahardja M, 2004. Teori Ekonomi Mikro, Edisi Ketiga, Jakarta : LP Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Rangkuti F, 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan Kelima Belas. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
--------------- 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis; Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis. Jakarta : Gramedia. Pustaka Utama.
Riniwati H, 2005. Strategi Pemasaran Produk Perikanan dan Kelautan. Malang : Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya.
Sasmita, R, 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Nelayan di Kabupaten Asahan, Medan : Tesis S2. PPS USU.
http:www1.search- results.comweb
. [diakses tanggal 12 September 2012] Sastrawidjaya, Hartono, Mursidin, Priyatno, 2002. Nelayan Nusantara. Jakarta : Pusat
Riset Pengolahan Produk Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Simamora, B, 2003. Panduan Riset perilaku Konsumen. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Sobri, E, 1999. Ekonomi Makro. Yogyakarta : BPFE-UGM.
Sofyan, S, dan Sugiono, 2003. Metode Riset Penelitian Kuantitatif, kualitatif. Jakarta : Penerbit Gramedia
Soekartawi, 2000. Pemanfaatan Pendapatan; Analisis Ekonomi. Penerbit Universitas Indonesia UI-Press.
Soepanto S, Karyo, 2001. Model Ekonometrika Perikanan Indonesia. Jakarta : Penerbit Grasmedia.
Soertiono, 2007. Cakrawala Koperasi Indonesia Hari ini dan Hari Esok. Jakarta : Inkoveri Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung : 306 hlm.
Sukamdiyo, D, 2008. Manajemen Koperasi Semarang : Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Sukirno S, 2006. Makro Ekonomi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sundjaja, Edi, 2003. Manajemen Modal Kerja. Jakarta : Erlangga.
Swasta B, Irawan, 1990. Manajemen Pemasaran Modern, Yogyakarta : Liberty. Syechalad M. Nur, Hardiyanto R, 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Nelayan di Kota Banda Aceh. Jurnal. Ekonomi dan Bisnis, Vol 8, No 2, Agustus 2009; 106-120.
http:www1.search-results.comweb .[diakses tanggal 6
Agustus 2012] Tarigan, E, S.K, 2000. Budaya Nelayan, Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta :
Direktorat Jenderal Perikanan.
Warren, K, J, 2000. Global Marketing Management; Prentice Hall. Widayati T, 2008. Analisis Efisiensi Teknik Tempat Pelelangan Ikan Dan Tingkap
Keberdayaan Pengelolah Tempat Pelelangan Ikan Serta Strategi Pemberdayaannya Di Wilayah Pantai Utara Jawa Tengah. Tesis. Semarang : Universitas Diponegoro.
Zaini M, 2003. Analisis Strategi Pemasaran PT. BAS, Tbk. Tesis MB-IPB.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar kondisi hasil tangkap nelayan yang dibuang akibat tidak dapat dipasarkan
Sumber: http:regional.kompas.comread2011120416303499nelayan.terpaksa.buang.ikan.tangkapnya.html.[diakses
tanggal 10 Desember 2012]
88
Lampiran 2. Jenis ikan dominan tertangkap dengan alat tangkap Pukat Ikan
Fish Net dan Pukat Udang Shrimp Net Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2009-2011
No Jenis Ikan
Alat Tangkap 1
Ikan Kakap Lates sp Pukan Ikan
2 Ikan Layang Decapterus sp
Pukat Ikan 3
Ikan Kerapu Epinephelus merra Pukat Ikan
4 Ikan Selar Selaroroides
Pukat Ikan 5
Ikan Kembung Rastrelliger sp Pukat Ikan
6 Ikan Bawal Putih Pamphus argenlus
Pukat Ikan 7
Ikan Bawal Hitam Formio niger Pukat Ikan
8 Ikan Tenggiri Seomberomacus sp
Pukat Ikan 9
Ikan Hiu Carcharias sp Pukat Ikan
10 Ikan Lidah Cynoglossus sp Pukat Ikan
11 Ikan Alu-Alu Sphyranca genie Pukat Ikan
12 Ikan Tongkol Euthynnus sp Pukai Ikan
12 Ikan Gulama Pseudociena amoyensis Pukat Ikan
13 Ikan Swangi Priacantsus sp Pukat ikan
14 Ikan Tetungkek megalaspis sp Pukat Ikan
15 Ikan Sembilan Plotosus sp Pukat Ikan
16 Ikan Sikuda Letrinus sp Pukat Ikan
17 Ikan Layur Trichiurus sp Pukat Ikan
18 Ikan Bobara carangoides sp Pukat Ikan
19 Ikan Tigawaja Johnius dussumieri Pukat Ikan
20 Cumi-cumi Loligo sp Pukat Udang
21 Udang Shrimp Pukat Udang
Sumber: Laporan Tahunan DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2011 88
Lampiran 3. Persepsi kegiatan usaha dan pemasaran
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN IKAN KOPDIT ANGKARA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA
Tujuan : Menentukan variabel faktor internal
dan eksternal terkait strategi pemasaran Kopdit Angkara
Pendekatan : Analisis matriks IFE-EFE dan Analisis SWOT
Nama Responden :
Jabatan :
Petunjuk Pengisian :
1. Berikan Tanda √ pada kolom Ya atau Tidak
2. Apabila mengisi Ya atau Tidak mohon diberi angka bobot pada skala 1 sampai 4,
a. Angka 1 = buruk b. Angka 2 = di bawah rata-rata
c. Angka 3 = rata-rata d. Angka 4 = Baik
No Keterangan
Pendapat responden pada
Kopdit Angkara Bobot
Ya Tidak
A Faktor Internal
Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan Kdan kelemahan L dalam
usaha pemasaran Kopdit Angkara
1 Apakah peran SDM pemasaran baik?
2 Bagimana tingkat kecanggihan sarana
teknologi 3
Sumber keuangan kuat? 4
Peran kantor sebagai tempat pemasaran dan tujuan pasar baik?
5 Keahlian pegawai dalam menghadapi
pesaing baik? 6
Kemampuan pegawai menghadapi besaing baik?
7 Strategi pemasaran baik?
8 System promosi berkelanjutan?
Lanjutan Lampiran 3 .
No Keterangan
Pendapaat responden pada
Kopdit Angkara Bobot
Ya Tidak
9 Produk sangat diminati konsumen?
10 Bagaimana system pengemasan baik? 11 Image masyarakat jelek?
12 Stabilitas volume produksi? 13 Biaya operasi besar?
14 Kualitas produk? 15 Bagaimana sistem Manajemen
koperasi? 16 Bagaimana posisi persaingan sehat?
17 Bagaimana system manajemen keuangan? baik?
18 Apakah struktur organisasi sesuai dengan kebutuhan koperasi?
19 Kesedian tenaga kerja untuk kegiatan produksi baik?
20 Bentuk insentif apa yang diberikan karyawan?
Saran rekomendasi?
B Faktor Eksternal
1 Faktor-faktor yang menjadi peluang
P dan Ancaman A dalam menentukan strategi pemasaran
Kopdit Angkara
2 Bagaimana permintaan komoditi hasil
laut di pasar?
3 Peran pemerintah dalam pengamanan
asset di laut? 4
Bagaimana birokrasi dalam 5
Pengaruh iklim dan cuaca? 6
Turunnya harga akibat persaingan tidak sehat?
7 Lemahnya loyalitas konsumen?
8 Meningkatnya biaya transportasi antar
Negara? 9
Perusahan tidak mencari alternative pasar?
10 Penerapan retribusi tangkapan yang tinggi?
Lanjutan Lampiran 3.
No Keterangan
Pendapaat responden pada
Kopdit Angkara Bobot
Ya Tidak
11 Berkurangnya daya lingkungan
terhadap pasokan bahan baku? 12
Bentuk tanggungjawab sosial koperasi terhadap karyawan maupun
masyarakat sekitar baik?
13 Kebijakan stabilitas politik dan
keamanan di Indonesia tidak menentu? 14
Apakah koperasi dapat melakukan diversifikasi produk?
15 Standar konsumen pasar sesuai dengan
kemampuan perusahaan? 16
Bagaimana laju pertumbuhan penduduk masyarakat sekitar?
17 Bagaimana laju pertumbuhan
penduduk tempat tujuan pasar? 18
Bagaimana kekuatan tawar-menawar pemasok?
19 Isu pemasaran target internasional
20 Penerapan teknologi dan informasi di
koperasi Saran rekomendasi
6
Lanjutan Lampiran 3.
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN IKAN KOPDIT ANGKARA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA
1 Tentukan nilai peringkat rating terhadap kekuatan usaha Kopdit Angkara dengan pesaing usaha sejenis dengan cara memberi tanda
√ pada kolom yang tersedih sebagai berikut:
Petunjuk Pengisian :
a. Angka 1 = buruk b. Angka 2 = dibawah rata-rata
c. Angka 3 = rata-rata d. Angka 4 = baik
Contoh Kuesioner untuk Nilai Peringkat Rating terhadap Kekuatan dan Kelemahan
No Faktor-faktor Kunci Kekuatan
1 2 3 4
1 Peran SDM pemasaran baik
2 Kualitas produk baik
3 Adanya loyalitas konsumen
4 Struktur Kopdit Angkara sesuai dengan kebutuhan
pembagian tugas job description 5
Budaya organisasi dalam memahami misi dan visi 6
Lokasi perusahaan strategis
No Faktor-faktor Kunci Kelemahan
1 2 3 4
1 Kualitas SDM masih rendah
2 Sumber keuangan kuat
3 Teknologi masih sederhana
4 Kurang sistem promosi
5 Kapasitas produk belum optimal
6 Distribusi produk
Lanjutan Lampiran 3.
Tentukan nilai peringkat rating didasarkan pada kemampuan Kopdit Angkara dalam meraih peluang yang ada dengan cara memberi tanda
√ pada kolom yang tersedih sebagai berikut:
Petunjuk Pengisian :
a. Angka 4 = baik b. Angka 3 = rata-rata
c. Angka 2 = dibawah rata-rata d. Angka 1 = buruk
Contoh Kuesioner untuk Nilai Peringkat Rating terhadap Peluang dan Ancaman No
Faktor-faktor Kunci Peluang 4
3 2
1 1
Peran pemerintah dalam pengamanan asst dilaut 2
Peran perintah dalam pengembangan Kopdit Angkara 3
Penerapan teknologi dan informasi baik 4
Adanya peluang diversifikasi produk ikan 5
Permintaan produk ikan di pasar baik 6
Isu produk ikan dipasarkan ke luar negeri
No Faktor-faktor Kunci Ancaman
4 3
2 1
1 Tingkat persaingan tinggi
2 Daya beli pelanggan menurun
3 Stabilitas keamanan tidak menentu
4 Pengaruh iklim dan cuaca
5 Meningkatnya biaya transportasi
6 Distribusi produk
Atas perhatian dan partisipasi Bapak IbuSaudarai, diucapkan terima kasih.
Salam hormat
Ali Mansyur 93
Lampiran 4. Persepsi kinerja internal dan eksternal Kopdit Angkara.
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN IKAN KOPDIT ANGKARA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA
Petunjuk Pengisian: Anda diminta untuk mengisi menjawab pertanyaan yang telah tersedia sesuai
kondisi yang dialami selama ini sebagai berikut:
A. Organisasi Gambaran umum Kopdit Angkara
1. Visi, Misi dan tujuan dari Kopdit Angkara dalam melakukan
strategi pemasaran adalah: a. Visi……………………………………………………………..
b. Misi…………………………………………………………….. c. Tujuan…………………………………………………………..
2. Sejarah berdirinya Kopdit Angkara………………………………..
3. Struktur organisasi Kopdit Angkara…………………………..…..
4. Jumlah anggota aktif pada Kopdit Angkara…………………Orang
5. Jumlah anggota pasif pada kopdit Angkara…………………Orang
6. Jumlah Karyawan……………………………………………..........
7. Susunan Direksi pada Kopdit Anggara…………………………….
a……………………………. b…………………………….
c……………………………. 8.
Badan Hukum Kopdit Angkara………………………………….… 9.
Perkembangan usaha saat ini………………………………………. 10. Investasi awal modal sendiri……………………………………...
11. Modal luar saat ini…………………………………………………. 12. Asset………………………………………………………………..
13. SHU saat ini………………………………………………………... 14. Berapa jenis armada perahu kapal motor milik Kopdit Angkara
saat ini……………………………………………………………… 15. Berapa jumlah ABK yang ada pada armada penangkapan ikan milik
Kopdit Angkara saat ini……………………………………………. 94
Lanjutan Lampiran 4.
B. Internal Kopdit Angkara 1.
Bagaimana pembinaan dan rekrutmen SDM di Kopdit Angkara a. Baik
b. Rata-rata c. Terselenggara di bawah rata-rata
d. Buruk tidak ada
2. Apakah perahukapal motor milik Kopdit Angkara dilengkapi dengan
peralatan modern a. Nafigasi dan komunikasi
b. Ruang pendingin c. Tidak ada
d. b,a
3. Berapa besar volume penjualan dari tahun 2009-2011
a. 5 b. Negatif
c. 10 d. Di atas 10
4. Sumber keuangan diperoleh dari
a. Masyarakat b. Perorangan
c. Kopdit angkara d. Masyarakat, perorangan, Kopdit Angkara
5. Kemampuan Kopdit Angkara dalam bersaing dengan koperasi lain atau
perusahan lokal a. Buruk
b. Di bawah rata-rata c. Baik
6. Bagaimana hubungan Kopdit Angkara dengan perusahan lokal dalam
kegiatan pemasaran a. Baik
b. Buruk c. Di bawah rata-rata
7. Promosi dilakukan secara terus dan berkelanjutan
a. Diingat b. Dilupakan
c. Diminati d. a, c
8. Apakah hasil tangkap ikan demersal di kemas dengan baik
a. Perlu sekali b. Tidak perlu
c. Kurang perlu d. Perlu
Lanjutan Lampiran 4. 9.
Apakah ikan pelagis dan demersal hasil tangkapan armada Kopdit Angkara sangat diminati
a. Kurang diminati b. Diminati
c. Tidak diminati d. Sangat diminati
10. Apakah armada tangkapan milik Kopdit Angkara cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri
a. Tidak cukup b. Kurang cukup
c. Rata-rata d. Baik
11. Apakah armada tangkapan milik Kopdit Angkara dapat dipasarkan ke luar negeri
a. Bisa b. Tidak bisa
c. Sangat bisa
12. Pengendalian mutu produk apakah sudah dijalankan sesuai prosedur a. Rata-rata
b. Baik c. Tidak
d. Kurang sesuai prosdur
13. Jumlah armada milik Kopdit Angkara dibeli membutuhkan biaya besar a. Sangat besar
b. Tidak c. Rata-rata
d. Dibawah rata-rata
14. Apakah ada perusahan lokal yang bekerja sama dengan Kopdit Angkara dalam melakukan pemasaran hasil tangkapan
a. Tidak ada b. Ada
c. Kurang
15. Apakah ada perusahan asing sebagai perwakilan yang membantu sebagai a. Perwakilan pemasaran
b. Ujung tombak pemasaran c. Tidak ada
d. a,b
Berapa jumlah armada penangkapan millik Kopdit Angkara No
Jenis Armada Armada milik
Kopdit Angkara Unit
Jumlah ABK Orang
Total ABK
Orang
1 Perahu tanpa mesin
2 Kapal motor tempel
3 Kapal motor
Jumlah 96
Lanjutan Lampiran 4. C.
Eksternal Kopdit Angkara
1. Bagaimana system retribusi yang diterapkan Pemerintah
a. Baik c. Dibawah rata-rata
b. Buruk d. Di atas rata-rata
2. Bagaimana tingkat loyalitas konsumen a. Tinggi
c. Sedang b. Rendah
d. Kurang 3. Bagaimana peran pemerintah dalam mengamankan asset Negara
a. Baik c. Sedang
b. Kurang d. Buruk
4. Apakah penerapan kemudahan birokrasi ekspor telah dilakukan oleh Pemerintah dengan baik
a. Tidak c. Kurang baik
b. Sedang d. Buruk
5. Pengaruh iklim dan cuaca untuk melaut sangat perlu karena mempengaruhi a. Hasil tangkap berkurang
c. Hasil tangkap baik b. Hasil tangkap sangat berkurang
d. Hasil tangkap tidak baik 6. Bagaimana penanganan terhadap dukungan lingkungan bagi perahu kapal
motor illegal a. Baik
c. Buruk b. Rata-rata
d. Di bawah rata-rata 7. Bagaimana kondisi politik dalam negeri
a. Baik c. Kurang baik
b. Tidak Baik d. Buruk
8. Apabila pasar yang dimasuki sempit bagaimana peluangnya a. Tidak ada peluang
c. Peluang kecil b. Kurang ada peluan
d. Peluang besar 9. Apakah ada rencana Kopdit Angkara untuk melakukan diversifikasi produk
merupakan peluang dan membutuhkan biaya besar a. Sangat membutuhkan biaya besar c. Tidak membutuhkan biaya besar
b. Tidak membutuhkan biaya besar d. Kurang membutuhkan biaya besar
10. Apabila terjadi penurunan harga dipasaran apakah Kopdit Angkara akan melakukan penurunana biaya operasi
a. Tidak b. Menurunkan dengan mengistirahatkan sebagian armada penangkapan
c. Menurunkan biaya operasi dan sebagian armada penangkapan ikan d. Semua armada penangkapan diistirahatkan
Atas perhatian dan partisipasi Bapak IbuSaudarai, diucapkan terima kasih.
Salam hormat
Ali Mansyur 97
Lampiran 5. Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN IKAN KOPDIT ANGKARA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA
Persepsi nelayan anggota dan non anggota Kopdit Angkara
1. Karakteristik responden
Anda diminta untuk mengisi menjawab pertanyaan yang telah tersedia sesuai kondisi yang dialami sebagai berikut :
Petunjuk Pengisian:
No Karakteristik Responden
1 Jenis Kelamin
Pria Wanita
2 Usia
3 Pendidikan:
- Tidak pernah sekolah - Tidak tamat sekolah
- SD - SMP
- SMU - D1-D3-S1
4 Jumlah anggota keluarga
5 Lama pengelaman bekerja sebagai
nelayan 6
Apa ada profesi samping selain sebagai nelayan
7 Usaha sampingan apa yang saudara
lakukan - Pedagang
- Buruh - Bertani
8 Apakah saudara anggota Kopdit
Angkara 9
Jenis armada apa yang saudara gunakan dalam melakukan
penangkapan apakah:
- Perahu tanpa mesin - Kapal motor tempel
- Kapal kotor 98
II. Persepsi nelayan dan keadaan sosial nelayan
Petunjuk Pengisian: Bubuhkan tanda silang X pada salah satu pilihan a, b, c, atau d yang telah
tersedia sesuai pertanyaan sebagai berikut:
1. Lantai rumah a. Tanah
c. Semen b. Papan
d. Keramik 2. Dinding rumah
a. Papan c. Permanen
b. ½ permanen d. Tepas
3. Atap rumah a. Atap rumbia
b. Seng 4. Alat penerangan
a. Petromak b. Teplok
c. Listrik
Lanjutan Lampiran 5 10
- Milik Kopdit Angkara - Non milik Kopdit Angkara
- Kredit 11
Kalau milik Kopdit Angkara apakah saudara mendapat gaji
perbulan
12 Kalau bukan milik Kopdit Angkara
bagaimana sistem pembagian upah yang saudara peroleh perbulan
13 Kalau milik kredit, berapa angsuran
perbulan 14
Apakah saudara merasa diuntungkan kalau menjual ikan di
Kopdit Angkara
15 Bagaimana perasaan saudara
menjadi anggota Kopdit Angkara 16
Menjual ikan di Kopdit Angkara atau di TPI yang saudara merasa
diuntungkan
17 Berapa jumlah ABK di perahu
kapal motor yang saudara gunakan 99
Lanjutan Lampiran 5.
5. Sumber air minum a. Air sungai
b. Air sumur c. Air ledeng PAM
6. Tempat pembungan kotoran tinja a. Sungai
b. Tempat toilet umum c. WC milik sendiri
7. Status milik rumah: a. Sewa
b. Numpang keluarga c. Milik Sendiri
Atas perhatian dan prtisipasi Bapak IbuSaudarai, diucapkan terima kasih.
Salam hormat
Ali Mansyur 100
Lanjutan Lampiran 5. III
Persepsi nelayan dalam kegiatan usaha dan pemasaran
Petunjuk Pengisian:
Anda diminta untuk mengisi menjawab pertanyaan yang tersedia sesuai kondisi yang dialami selama ini, sebagai berikut:
1. Berapa banyak jumlah armada penangkapan milik koperasi……………….. 2. Berapa banyak jumlah armada penangkapan bukan milik koperasi…………
3. Jenis perahu kapal motor yang di gunakan sudah berteknologi tinggi
seperti ada pendingin, navigas, komunikasi,……… 4. Berapa jumlah ABK dalam satu perahu kapal motor saat melakukan
penangkapan ikan……….. 5. Berapa biaya modal kerja yang diperlukan dalam melakukan satu kali
operasi penangkapan ikan per trip…………. Biaya modal Kerja :
a. Makanan dan lauk pauk Rp………………
b. Makanan ringan Rp……………...
c. Rokok Rp……………....
d. Minyak bensin liter Rp……………....
e. Minyak solar Liter Rp………………
f. Minyak oli Rp………………
g. Umpan Rp………………
h. Dan lain-lain Rp………………
Jumlah untuk satu kali per trip Rp………………
Jumlah untuk satu bulan per trip Rp………………
Jumlah untuk satu tahun per trip Rp………………
Penerimaan usaha penangkapan ikan milik Kopdit Angkara dalam satu kali melaut
No Bulan Jenis tangkapan
Jumlah tangkapan Kg
Penerimaan Rp
1 …………… Ikan pelagis
…………….. 2
…………… Ikan demersal ……………..
3 4
Jumlah rata-rata 101
Lanjutan lampiran 5.
Penerimaan usaha penangkapan ikan milik non anggota koperasi dalam satu kali melaut
6. Dari hasil penjualan tersebut, berapa peroleh terima perbulan Rp…
7. Ketika pergi ke laut kira-kira berapa jauh jarak yang di tempuh ke
daerah fishing ground………………km 8.
Berapa melakukan penangkapan ikan dalam satu kali trip……jam sd jam……………………
No Bulan Jenis tangkapan
Jumlah tangkapan Kg
Penerimaan Rp
1 …………… Ikan pelagis
…………….. 2
…………… Ikan demersal ……………..
3 4
Jumlah rata-rata 102
Lampiran 6. Struktur organisasi Kopdit Angkara
KETERANGAN : : Garis komando
: Garis konsultatif Rapat Anggota Tahunan
RAT
Badan Pengurus Badan Pengawas
Manager
Kabag Pembukuan Kasir
Unit Usaha Pemasaran
Unit Perikanan Unit Pertokoan
Unit Perkeditan
Anggota 104
Lampiran 7. Rekapitulasi hasil kuesioner SWOT dan penentuan bobot
No Pertanyaan
Jawaban Responden Rata-
rata Bobot
Resp. 1 Resp. 2
Resp. 3
A FAKTOR INTERNAL
1 Apakah Peran SDM Pemasaran Baik?
4 4
4 4.00
0.066 2
Bagaimana Tingkat Kecanggihan Sarana Teknologi?
2 3
4 3.00
0.049 3
Sumber Keuangan Kuat? 2
3 3
2.67 0.044
4 Peran Kantor sebagai tempat pemasaran dan
tujuan pasar baik? 4
2 3
3.00 0.049
5 Keahlian Pegawai dalam Menghadapi
Pesaing Baik? 3
3 3
3.00 0.049
6 Kemampuan Pegawai dalam Menghadapi
Pesaing Baik? 3
2 3
2.67 0.044
7 Strategi Pemasaran Baik?
4 3
4 3.67
0.060 8
Sistem Promosi Berkelanjutan? 3
1 3
2.33 0.038
9 Produk sangat diminati Konsumen?
3 2
3 2.67
0.044 10
Bagaimana Sistem Pengemasan baik? 3
1 3
2.33 0.038
11 Image Masyarakat Tidak Jelek?
1 4
4 3.00
0.049 12
Stabilitas Volume Produksi 3
4 4
3.67 0.060
13 Biaya Operasi Besar?
3 4
3 3.33
0.055 14
Kualitas Produk? 1
4 4
3.00 0.049
15 Bagaimana Sistem Manajemen Koperasi?
3 3
4 3.33
0.055 16
Bagaiman Posisi Persaingan Sehat? 4
4 3
3.67 0.060
17 Bagaimana Sistem Manajemen Keuangan
Baik? 4
3 4
3.67 0.060
18 Apakah Struktur Organisasi Sesuai dengan
Kebutuhan Koperasi? 3
2 3
2.67 0.044
19 Kesediaan Tenaga Kerja untuk Kegiatan
Produksi Baik? 3
3 3
3.00 0.049
20 Bentuk Insentif yang diberikan Karyawan?
1 3
3 2.33
0.038
0.06
61.00 1.00
Lanjutan Lampiran 7
No Pertanyaan Jawaban Responden
Rata- rata
Bobot Resp. 1
Resp.2 Resp.3
B FAKTOR EKSTERNAL
1 Apakah ada isu komoditi hasil laut
dipasarkan di luar negeri? 2
4 2
2.67 0.052
2 Bagaimana permintaan komoditi hasil
laut di pasar? 4
4 4
4.00 0.077
3 Peran Pemerintah dalam pengamanan
asset di laut? 4
4 3
3.67 0.071
4 Bagaimana birokrasi dalam memasarkan
komoditi laut? 2
3 3
2.67 0.052
5 Pengaruh Iklim dan Cuaca?
2 3
2 2.33
0.045 6
Turunnya harga akibat persaingan tidak sehat?
3 3
4 3.33
0.065 7
Lemahnya loyalitas konsumen? 2
2 3
2.33 0.045
8 Meningkatnya Biaya Transportasi antar
Negara? 2
2 2
2.00 0.039
9 Perusahaan tidak mencari alternatif
Pasar? 1
3 2
2.00 0.039
10 Penerapan Retribusi Tangkapan yang
tinggi? 2
1 3
2.00 0.039
11 Berkurangnya daya lingkungan terhadap
pasokan bahan baku? 2
1 2
1.67 0.032
12 Bentuk tanggungjawab sosial koperasi
terhadap karyawan maupun masyarakat sekitar baik?
4 3
4 3.67
0.071
13 Kebijakan stabilitas politik dan
keamanan di Indonesia tidak menentu? 1
1 3
1.67 0.032
14 Apakah koperasi dapat melakukan
diversifikasi produk? 3
3 2
2.67 0.052
15 Standar konsumen pasar sesuai dengan
kemampuan perusahaan? 3
4 4
3.67 0.071
16 Bagaimana laju pertumbuhan penduduk
masyarakat sekitar? 3
2 2
2.33 0.045
17 Bagaimana laju pertumbuhan penduduk
tempat tujuan pasar? 3
2 3
2.67 0.052
18 Bagaimana kekuatan tawar-menawar
pemasok? 2
4 2
2.67 0.052
19 Isu pemasaran target internasional
2 1
2 1.67
0.032 20
Penerapan Teknologi dan informasi di Koperasi
2 2
2 2.00
0.039
51.67 1.00
ABSTRACT
ALI MANSYUR, Analysis of Fish Marketing Strategy of Kopdit Angkara at Southeast Maluku regency. Under supervision of MA’MUN SARMA and WILSON H.
LIMBONG
Capture fisheries production capability of high yield should be supported by a
proper marketing strategy and the involvement of cooperative. This study aimed to: 1. Identify marketing strategies to market
catch fish ; 2. Analyze the factors that
influence the income of fishermen; and 3. Formulate alternative marketing strategies in the business development process in order to play more important role in the future in
Southeast Maluku regency. This study use a sample size of 100 fishermen, selected by nonprobability sampling the members and nonmembers of the Kopdit Angkara.
Capital, number of crew, fishing experience, and mileage in the sail, better able to explain the monthly income of the fishermen with outboard motor fleet types,
compared to a fleet of fishing boats without engine types. Number of crew in one ship and fishing experience has no significant effect on the income of fishermen fleet type
boats without engines. While the fishermen with outboard motor fleet types, working capital and experience fisherman did not have a significant effect on the income of
fishermen with outboard motor fleet types.
SWOT analysis of Kopdit Angkara formulate a marketing strategy for optimizing the welfare of fishermen. Strategy undertaken by Kopdit Angkara in order
to maintain the performance is to achieve market penetration of its product development strategy refinement. By way of optimizing human resource role to improve the
marketing of products in the target markets, expand market share with a reliable distribution system and improve the product image in the community.
Keywords: Cooperative, Fish Marketing Strategy, Marketing mix, SWOT Analysis
RINGKASAN
ALI MANSYUR. Analisis Strategi Pemasaran Ikan Kopdit Angkara di Kabupaten Maluku Tenggara. Di bawah bimbingan MA’MUN SARMA dan WILSON. H.
LIMBONG
Kemampuan produksi hasil perikanan tangkap yang tinggi, tidak akan berarti apabila tidak didukung oleh sistem pemasaran yang tepat. Strategi pemasaran yang
tepat akan membuat usaha perikanan tangkap berkembang dan menguntungkan. Hasil tangkapan ikan belum mampu secara optimal meningkatkan kesejahteraan nelayan.
Kondisi ini disebabkan harga ikan lebih banyak ditentukan sepihak oleh unit-unit pemasaran pengumpul. Selain itu, sifat dari ikan yang cepat rusak harus segera dijual
sesampainya di darat, diperparah fasilitas penyimpanan ikan dan keterbatasan es. Kondisi ini dialami oleh masyarakat nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara dan
berdampak pada rendahnya kesejahteraan nelayan.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi strategi pemasaran yang dilakukan nelayan untuk memasarkan produk ikan tangkap; 2. Menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan; dan 3. Merumuskan alternatif strategi pemasaran dalam proses pengembangan usaha produk ikan tangkap agar berperan lebih
besar di masa depan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara. Metode studi kasus digunakan pada penelitian ini dengan sampel ditetapkan berukuran 100 orang nelayan,
dipilih secara nonprobability sampling dengan teknik aksidental dari nelayan berstatus anggota maupun non anggota pada Kopdit Angkara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan yang menggunakan jenis armada baik pada perahu tanpa mesin dan kapal motor tempel ketika diuji secara bersama-sama
atau simultan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan. Keragaman nilai dari pendapatan nelayan pada perahu tanpa mesin memiliki
R
2
sebesar 54,9 sedangkan pada kapal motor tempel memiliki R
2
sebesar 83,7 dimana keragaman nilai dari pendapatan per bulan nelayan yang diperoleh baik pada
perahu tanpa mesin dan kapal motor tempel mampu dijelaskan oleh variabel modal kerja X1, jumlah anak buah kapal X2, pengalaman melaut X3, dan jarak tempuh
melaut X4 sehingga dapat diinterpretasikan bahwa model regresi linear berganda yang dibentuk pada variabel X1, X2, X3, dan X4 mampu menjelaskan pendapatan per bulan
nelayan
Hasil analisis SWOT dari Kopdit Angkara merumuskan strategi pemasaran bagi optimalisasi peningkatan kesejahteraan nelayan yakni Kopdit Angkara terus
melakukan kegiatan penetrasi pasar agar tercapainya penyempurnaan strategi pengembangan produknya, dengan cara mengoptimalkan peran SDM untuk
meningkatkan pemasaran produk di pasar sasaran, memperluas pangsa pasar dengan sistem distribusi yang handal dan meningkatkan image produk di tengah masyarakat.
Strategi bauran pemasaran dari Kopdit Angkara adalah dengan menjadikan produk ikan mentah segar ke dalam bentuk produk ikan olahan yang memiliki nilai tambah. Harga
ditetapkan berdasarkan standard markup pricing, saluran distribusi pemasaran melibatkan para pengecer. Promosi dilakukan melalui promosi penjualan, periklanan,
pemasaran langsung dan hubungan masyarakat.
Kata kunci: Analisis SWOT, Bauran Pemasaran, Koperasi, Strategi Pemasaran Ikan.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hasrat tercapainya masyarakat sejahtera dalam arti sebenarnya adalah tujuan mulia hendak dicapai bangsa Indonesia termasuk Kabupaten Maluku Tenggara
sebagai sub sistem di dalam sistem Pemerintah Republik Indonesia Maluku Tenggara Dalam Angka, 2007. Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 sebagai pedoman
dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kabupaten Maluku Tenggara tahun 2005-2009 telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dimungkinkan apabila pendapatan masyarakat mengalami kenaikan yang cukup
hingga mampu memenuhi kebutuhan dasar untuk kehidupannya. Hal ini dapat diartikan bahwa kebutuhan-kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan,
kesehatan, keamanan dan sebagainya tersedia dan muda dijangkau setiap masyarakat sehingga pada gilirannya masyarakat dapat mencapai kesejahteraannya Dinas
Perikanan, 2010. Potensi sumber daya alam pada sektor kelautan dan perikanan merupakan salah
satu potensi yang diandalkan dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan di Kabupaten Maluku Tenggara.
Besarnya potensi sumber daya perikanan yang dimiliki oleh Kabupaten Maluku Tenggara ini dapat dimaklumi, karena letak geografis cukup strategis. Disamping itu
perairan laut Kabupaten Maluku Tenggara dipengaruhi langsung oleh laut Banda dan laut Arafura yang terkenal sangat kaya dengan potensi sumber daya lautnya. Untuk itu
sangat diupayakan sektor kelautan dan perikanan ini mampu menjadi sentra ekonomi yang tangguh dan strategis karena dapat memicu terjadi pertumbuhan perekonomian di
Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara DKP Kabupaten Maluku Tenggara, 2011. Kontribusi sub sektor perikanan terhadap PDRB di Wilayah Kabupaten Maluku
Tenggara, tahun 2009 sebesar Rp.368.249.880, sedangkan tahun 2010 naik Rp.417.291.910, kemudian di tahun 2011 mengalami penurunan menjadi
Rp.412.196.490. Namun dengan memperhatikan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara menunjukkan bahwa jumlah produksi
perikanan laut yang terus mengalami peningkatan yakni, pada tahun 2009 produksi perikanan tangkap sebesar 37.380 ton, kemudian pada tuhun 2010 produksi perikanan
tangkap sebesar 38.350 ton mengalami peningkatan sebesar 2,57 persen dan pada tahun 2011 diperoleh produksi perikanan tangkap sebesar 40.750 ton. Kemudian untuk
produksi perikanan budidaya khususnya produksi rumput laut meningkat sebesar 1.585,6 ton atau 48,26 persen yaitu dari 3.285 ton pada tahun 2009 menjadi 4.870,6
ton di tahun 2010 dan ini diharapkan terus meningkat. Secara total produksi perikanan tangkap di Kabupaten Maluku Tenggara masih dominan dibandingkan dengan
produksi perikanan budidaya hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan tingkat produksi perikanan dan kelautan Kabupaten Maluku Tenggara
Sumber: DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2011
Peningkatan hasil produksi perikanan tersebut, sangat ditentukan oleh berbagai unsur seperti nelayan, armada dan alat penangkapan, sumberdaya ikan, sumberdaya
manusia, modal, mutu produk, penentuan harga, unit-unit pemasaran, akses pemasaran dan sistem pemasaran, teknologi, instansi dan lembaga-lembaga lainnya Sofyan, 2003.
Perkembangan produksi perikanan dan kelautan menjadi lebih baik dan terus meningkat ataupun sebaliknya sangat tergantung pada masyarakat nelayan itu sendiri. Masyarakat
nelayan adalah masyarakat yang mempunyai mata pencarian dan berpenghasilan sebagai nelayan yang melakukan aktivitas usaha dengan mendapatkan penghasilan
bersumber dari kegiatan nelayan itu sendiri. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan. Banyaknya tangkapan tercermin
pula pada besarnya pendapatan yang diterima dan selanjutnya pendapatan itu sebagian besar untuk keperluan konsumsi keluarga. Dengan demikian tingkat pemenuhan
kebutuhan konsumsi keluarga sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterimanya. Para nelayan dalam melakukan pekerjaannya dengan tujuan untuk memperolah
pendapatan demi kebutuhan hidupnya. Untuk melaksanakannya diperlukan beberapa perlengkapan dan dipengaruhi pula oleh banyak faktor guna mendukung kegiatan
Produksi TonTahun No
Sumber Pendapatan 2009
2010 2011
1 Perikanan Tangkap
37.380 38.350
40.750 2
Perikanan budidaya 3.285
4.870,6 7.155,7
Jumlah 40.665
43.22,6 47.905,7
usahanya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan tersebut meliputi faktor sosial dan ekonomi yang terdiri dari besarnya modal kerja, jumlah
perahu, jumlah tenaga kerja, pengelaman dan jarak tempuh dalam melakukan penangkapan ikan serta yang terpenting adalah bagaimana mempersiapkan sistem
pendistribusian dari hasil-hasil tangkapan tersebut Kusnadi, 2003. Dunia usaha dewasa ini ditandai dengan makin maraknya persaingan, oleh
karena itu peranan pemasaran semakin penting dan merupakan ujung tombak setiap perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh keberhasilan pemasarannya
artinya, setiap perusahaan sebelum melakukan kegiatan usahanya harus terlebih dahulu memikirkan tentang akses pemasaran, karena kalau tidak demikian maka tentu akan
mendapat kesulitan ketika hasil tangkapan mau dijual atau dipasarkan Sofyan, 2003. Pasar yang sederhana dengan melakukan sistem pendistribusian hasil
tangkapan ikan dengan hanya mengandalkan ikan segar tanpa pengolahan memberikan dampak di mana perolehan hasil perikanan sangat tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Ikan hasil tangkapan nelayan di sejumlah desa di Kabupaten Maluku Tenggara, kerapkali terpaksa dibuang akibat terbatasnya pembeli. Kalaupun ikan bisa
dijual, harganya sangat murah. Kondisi ini sering dialami nelayan saat musim panen ikan. Seringnya ikan dibuang akibat terbatasnya pembeli ini dikeluhkan nelayan Desa
Sathean dan Dusun Selayar, Desa Namar, keduanya di Kecamatan Kei Kecil, Maluku Tenggara, terkait ikan dibuang ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Untuk itu penelitian
ini diharapkan mampu mengkaji lebih jauh tentang pendapatan nelayan dan bagaimana menentukan sistem pemasaran hasil perikanan tangkap yang berdampak pada
peningkatan kesejahteraan nelayan BPS Maluku Tenggara, 2011.
1.2. Rumusan Masalah
Kemampuan produksi hasil perikanan tangkap yang tinggi, tidak akan berarti apabila tidak didukung oleh sistem pemasaran yang tepat. Strategi pemasaran yang
tepat akan membuat usaha perikanan tangkap berkembang dan menguntungkan Sukirno, 2006.
Realitas yang terjadi, peningkatan hasil tangkapan ikan tidak secara signifikan meningkatkan pendapatan nelayan. Dalam hal ini posisi tawar nelayan sangat lemah
karena tidak ada alternatif lain selain menjual hasil tangkapan kepada pedagang 3
pengumpul unit-unit pemasaran yang di sebabkan kurang berfungsinya tempat pelelangan ikan TPI, sehingga harga ikan ditentukan sepihak oleh unit-unit pemasaran.
Selain itu, sifat dari ikan yang cepat rusak harus segera dijual sesampainya di darat, diperparah fasilitas penyimpanan ikan dan keterbatasan es. Kondisi ini dialami oleh
masyarakat nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara dan berdampak pada rendahnya kesejahteraan nelayan. Terkait Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: 1. Strategi pemasaran yang dilakukan Kopdit Angkara untuk memasarkan produk
ikan tangkap? 2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi hasil penangkapan ikan dalam
meningkatkan pendapatan nelayan? 3. Strategi dan upaya apakah yang perlu dilakukan dalam proses pengembangan
usaha produk ikan tangkap dengan melihat kompetisi dan peluang pasar di masa depan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi strategi pemasaran yang dilakukan nelayan untuk memasarkan produk ikan tangkap.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan. 3. Merumuskan alternatif strategi pemasaran dalam proses pengembangan
usaha produk ikan tangkap agar berperan lebih besar di masa depan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi yang bermanfaat bagi perusahaan dan Pemerintah Daerah. Selain itu, penelitian ini dapat memberi gambaran
srategi pemasaran dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1.
Nelayan
Strategi pemasaran untuk meningkatkan pendapatan nelayan harus dimulai dengan mengenali setiap pengertian, teori dan informasi tentang hal tersebut. Nelayan
adalah orang yang hidup dari mata pencarian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan
adalah kelompok orang yang bermata pencarian laut dan tinggal di desa-desa pantai atau pesisir Sastrawijaya dkk, 2002. Di sisi lain menurut Sukirno 2006 pendapatan
adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerja selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan. Dalam pemasaran,
Kotler dan Amstrong 2007 mendefinisikan pemasaran sebagai suatu rangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang menjadi arah kepada usaha-usaha pemasaran
perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan pesaing yang selalu berbeda. Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencarian hasil laut. Di Indonesia
para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencarian laut dan tinggal didesa-desa
pantai atau pesisir Sastrawijaya dkk, 2002. Ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut :
1.
Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang sengaja aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir, atau mereka yang menjadikan
perikanan sebagai mata pencaharian mereka.
2.
Dari segi cara hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong dan saling tolong menolong terasa penting pada saat mengatasi keadaan yang
membutuhkan pengeluaran biaya besar dan pengerahan tenaga yang banyak, seperti saat berlayar, membangun rumah dan lain-lain.
3.
Dari segi ketrampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada umumnya mereka hanya memiliki ketrampilan sederhana. Kebanyakan
mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yuang turun temurun oleh orang tua bukan dipelajari secara profesional.
Komunitas nelayan terdiri atas komunitas yang heterogen dan homogen. Masyarakat yang heterogen adalah mereka yang bermukin di desa-desa yang mudah
dijangkau secara transportasi darat, sedangkan komunitas yang homogen terdapat di desa-desa nelayan terpencil yang biasanya menggunakan alat-alat tangkap ikan yang
sederhana, sehingga pendapatan kecil. Sementara itu kesulitan transportasi angkutan hasil ke pasar juga akan menjadi penyebab rendahnya harga hasil laut di daerah mereka
Sastrawidjaya dkk, 2002.
2.1.2 Alat Penangkapan Ikan
Menurut Sastrawidjaya dkk 2002 komunitas nelayan ini terbagi menjadi 2 yakni nelayan tangkap dan nelayan budidaya. Nelayan tangkap adalah sekelompok
orang melakukan operasi penangkapan di daerah fishing ground menggunakan armada penangkapan seperti perahu tanpa motor, kapal motor tempel, dan kapal motor, dan
nelayan budidaya adalah orang yang melakukan usaha hasil perikanan di area laut yang ditentukan dan dengan batas waktu yang ditentukan, seperti budidaya rumput laut,
kerang mutiara dan lain-lain. Beragam alat penangkapan ikan yang digunakan oleh para nelayan di
Kabupaten Maluku Tenggara ini sangat berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan, selain itu penggunaan alat penangkapan tersebut senantiasa memperhatikan kondisi
lingkungan laut saat menggunakan alat penangkapan ikan, seperti memperhatikan lingkungan dari pencemaran, rusaknya terumbu karang dan habitat ikan dan lain-lain
Sukirno, 2006. Dikabupaten Maluku Tenggara, juga terdapat beragam alat tangkap ikan yang digunakan oleh para nelayan dalam melakukan usaha penangkapan ikan,
beragam alat penangkapan yang digunakan oleh para nelayan tersebut, berdasarkan data yang diperoleh bahwa jenis-jenis alat tangkap yang digunakan untuk melakukan
penangkapan ikan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara cukup beragam, yang terdiri dari Sero, bagan Jaring Angkat, pancing handline, fish Net, Shrimp Net, alat
pengumpul kerang, bubu, alat pengumpul rumput laut dan lain-lain. Berdasarkan data yang terlihat bahwa terjadi peningkatan berturut-turut dari sarana penangkapan ikan dari
tahun ke tahun pada sarana alat penangkapan ikan yakni pada sero, fish net dan shrimp net. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
6
Tabel 2. Jumlah alat penangkapan ikan menurut jenisnya di Kabupaten Maluku Tenggara pada Tahun 2009-2011
Sumber: Laporan tahunan DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2011.
Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa pada tahun 2009-2011 terjadi peningkatan berturut-turut pada sarana alat penangkapan ikan yakni pada sero, fish net dan shrimp net,
sedangkan pada alat penangkapan yang lainya mengalami naik turun secara stabil yakni pada bagan, pancing handline, bubu, alat pengumpul kerang dan pada alat pengumpul
rumput laut. Di area wilayah Kabupaten Maluku Tenggara terdapat Jenis Ikan yang dominan tertangkap dengan Alat Tangkap Pukat Ikan Fish Net dan Pukat Udang
Shrimp Net dapat dilihat pada Lampiran 2.
2.1.3 Rumah Tangga Perikanan, Kelompok Nelayan dan Nelayan
Perkembangan sektor perikanan berdampak pada terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat, yang berimbas pada peningkatan jumlah tenaga kerja yang berkerja pada
sektor tersebut. Derdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa jumlah Rumah Tangga Perikanan, Kelompok Nelayan dan Nelayan di wilayah Kabupaten Maluku
Tenggara terus mengalami perkembangan sampai tahun 2011. dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perkembangan rumah tangga perikanan, kelompok nelayan dan jumlah nelayan Tahun 2009-2011, Kabupaten Maluku Tenggara
Tahun Rumah Tangga Perikanan
KK Kelompok Nelayan
Kelompok Nelayan
Orang 2009
6.327 866
19.023 2010
6.310 870
19.234 2011
6.461 910
20.113
Sumber: Laporan tahunan DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2011
No Jenis Alat Tangkap
Jumlah Alat Tangkap Unit
2009 2010
2011
1 Sero
60 62
72 2
Bagan Jaring Angkat 265
263 264
3 Pancing Handline
2.115 2.126
2.015 4
Fish Net Pukat Ikan 57
66 156
5 Shrimp Net Pukat Udang
305 316
326 6
Bubu 836
832 817
7 Alat Pengumpul Kerang
276 282
297 8
Alat Pengumpul Rumput Laut
756 752
750 Jumlah
4.670 4.699
4.762 7
Perkembangan rumah tangga perikanan, kelompok nelayan dan nelayan, seperti pada Tabel 3 tersebut di atas mengalami peningkatan secara berturut-turut mulai
dari tahun 2009-2011. Berdasarkan data diperoleh baik perkembangan rumah tangga, kelompok nelayan dan nelayan mengalami penurunan hanya terjadi di antara tahun
2008-2009 dimana pada tahun 2009 terjadi penurunan hal tersebut di sebabkan pada saat itu adanya kondisi alam yakni ombak dan angin cukup kencang sampai menelan
korban. Peningkatan perkembangan rumah tangga tersebut menunjukkan bahwa sektor perikanan masih terus memberi peluang untuk menyerap tenaga kerja, dan berpeluang
juga untuk masyarakat semakin tertarik pada sektor tersebut, dan terus berupaya untuk
meningkatkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 2.2
Pendapatan 2.2.1
Pengertian pendapatan
Rahardja dan Manurung 2004 mengemukakan, pendapatan merupakan total penerimaan uang dan bukan uang seseorang atau suatu rumah tangga selama periode
tertentu. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran yang diterima dari suatu kegiatan usaha, sehingga formulasinya dapat di sebut
I =TR - TC, selisih antara total penerimaan dan total pengeluaran. Biaya nelayan
diklasifikasi menjadi dua, yakni biaya tetap fixed cost dan biaya tidak tetap variable
cost. Sehingga diperoleh TC = FC + VC.
Menurut Sukirno 2006 pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerja selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan,
bulanan, maupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain: 1. Pendapatan pribadi, yakni jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu
kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara. 2. Pendapatan disposable, yakni pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus
dibayar oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan. 3. Pendapatan nasional, yakni nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang
diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun. Menurut Sobri 1999 pendapatan disposible adalah suatu jenis penghasilan
yang diperoleh seseorang yang siap untuk dibelanjakan atau dikonsumsikan. Besarnya pendapatan diposible yakni pendapatan yang diterima dikurangi dengan pajak langsung
pajak perseorangan seperti pajak penghasilan. Menurut Soekartawi 2000 bahwa pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua, yakni pendapatan sementara
transitory income dan pendapatan permanen permanent income. pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya berapa besar
yang akan diterima sebulan, kemudiaan Pendapatan permanen dapat diartikan: 1.
Pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, sebagai contoh adalah pendapatan dari upah gaji.
2. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan
seseorang.
2.2.2 Nelayan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Masyarakat nelayan sampai saat ini masih merupakan tema yang sangat menarik untuk didiskusikan. Membicarakan nelayan hampir pasti isu yang muncul
adalah masyarakat nelayan identik dengan miskin, marjinal dan menjadi sasaran eksploitasi penguasa baik secara ekonomi maupun politik Sukirno, 2006.
Menurut Tarigan 2000 bahwa nelayan adalah orang yang melakukan penangkapan yang masih dipengaruhi oleh pasang naik-surut. Jadi bila ada yang
melakukan penangkapan ikan di tempat budidaya ikan seperti tambak, kolam ikan, danau, sungai dan lain-lain, itu tidak termasuk nelayan. Selanjutnya menurut Tarigan
2000, berdasarkan pendapatannya nelayan dapat dibagi menjadi empat kelompok: 1. Nelayan tetap atau nelayan penuh, yakni nelayan yang pendapatan seluruhnya
berasal dari perikanan. 2. Nelayan sambil utama, yakni nelayan yang sebagian besar pendapatannya berasal
dari perikanan. 3. Nelayan sambilan tambahan, yakni nelayan yang sebagian kecil pendapatannya
berasal dari perikanan. 4. Nelayan musiman, yakni orang yang dalam musim-musim tertentu saja aktif
sebagai nelayan. Rendahnya kualitas sumber daya manusia masyarakat nelayan terefleksi dalam
bentuk kemiskinan sangat erat kaitannya dengan faktor internal dan eksternal masyarakat. Faktor internal misalnya pertumbuhan penduduk yang cepat, kurang berani
mengambil resiko, cepat puas dan kebiasaan lain yang kurang modernisasi. Selain itu kelemahan modal usaha dari nelayan merupakan faktor yang sangat dipengaruhi oleh
pola pikir nelayan itu sendiri. Faktor eksternal yang mengakibatkan kemiskinan rumah tangga nelayan lapisan bawah antara lain pendapatan mereka didomonasi oleh pemilik
perahu, pemilik modal dan sifat pemasaran hanya dikuasai oleh kelompok orang. Selain itu terdapat 4 empat faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan nelayan
Kusnadi, 2003 antara lain:
1. Faktor Modal kerja.
Modal dapat dibagi menjadi dua bagian yakni modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah biaya melalui deprecition cost dan bunga modal. Modal bergerak
langsung menjadi biaya dengan besarnya biaya itu sama dengan nilai modal yang bergerak. Setiap usaha penangkapan dipengaruhi modal kerja, makin tinggi modal kerja
perunit usaha yang digunakan diharapkan makin baik perolehannya. Modal kerja terkadang nelayan peroleh dari toke pemilik modal sistem pengembalian melalui
perolehan ikan hasil tangkapan nelayan sehingga tingkat harga ikan biasanya ditentukan oleh pemilik modal.
2. Faktor Tenaga Kerja.
Setiap usaha kegiatan penangkapan ikan pasti memerlukan tenaga kerja profesional yang diharapkan pendapatan lebih meningkat, banyaknya tenaga kerja
disesuaikan dengan kapasitas kapal, selain menjaga kesetabilan kapal juga mengurangi biaya melaut Masyhuri, 1999.
3. Faktor Pengalaman Melaut.
Faktor pengalaman melaut, secara teoritis tidak terbahas dalam buku, bahwa pengalaman merupakan fungsi dari pendapatan atau keuntungan namun dalam aktivitas
nelayan sehari-hari dalam penangkapan ikan faktor pengelaman turut menentukan, sebab semakin berpengalaman perolehan hasil tangkapan ikan semakin banyak.
4. Fakor Jarak Tempuh Melaut
Fakor jarak tempu melaut terbagi dalam tiga pola penangkapan ikan. Pertama, yakni pola penangkapan lebih dari satu hari, penangkapan seperti ini merupakan
penangkapan ikan lepas pantai. Jauh dekatnya daerah penangkapan dan besar kecilnya kapal yang digunakan sangat menentukan lamanya melaut.
Kedua, pola penangkapan ikan satu hari, biasanya nelayan ini berangkatnya kurang lebih sekitar jam 14.00 dan kembali ke fishing base 09.00 hari berikutnya,
penangkapan ikan seperti ini juga disebut penangkapan ikan lepas pantai. Ketiga, pola 10
penangkapan ikan tengah hari, penangkapan ikan seperti ini adalah penangkapan ikan dekat pantai, umumnya nelayan ini berangkat sekitar jam 03.00 sore hari dan kembali
sekitar jam 09.00 pagi hari. Penangkapan ikan lepas pantai biasanya memperoleh hasil tangkapan lebih banyak dibandingkan dengan dekat pantai Masyhuri, 1999.
Untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan dapat digunakan rumus dalam fungsi;
INC = f MODAL, LAB, EXPE, DST
Dimana : INC
= Pendapatan Nelayan MODAL
= Modal Kerja LAB
= Jumlah anak buah kapal ABK EXPE
= Pengalaman melaut DST
= Jarak tempuh melaut ke fishing ground. Selanjutnya fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan
regresi berganda sebagai berikut :
Y = α + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + ε; atau bisa juga dituliskan INC =
α + b
1
MODAL + b
2
LAB + b
3
EXPE + b
4
Dimana : INC
= Pendapatan nelayan perbulan
DST + ε
MODAL = Modal kerja perbulan LAB
= Jumlah anak buah kapal ABK EXPE
= Pengalaman melaut DST
= Jarak tempuh melaut ke fishing ground α
= Intercept bi
= Koefisien regresi I = 1,2,3 dan 4
ε
= Error term kesalahan pengganggu.
2.3 Pemasaran
2.3.1 Konsep Pemasaran
Kotler dan Amstrong 2007 mendefinisikan pemasaran sebagai suatu rangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang menjadi arah kepada usaha-
usaha pemasaran perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan pesaing yang selalu berbeda. Pemasaran merupakan suatu proses sosial manajerial yang di dalamnya
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan 11
menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Konsep ini yang mendasari definisi pemasaran diantaranya: kebutuhan needs,
keinginan want dan permintaan demands Pemasaran adalah proses sosial di mana individu atau kelompok mendapatkan
apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan, menyalurkan dan dengan bebas mempertukarkan nilai produk dan jasa dengan pihak lain Kotler, 2008.
Tujuan pemasaran adalah bagaimana mengetahui dan memahami pengguna dengan sebaik-baiknya, agar produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan
kebutuhannya. Konsep pemasaran mempunyai perspektif dari luar ke dalam, yang artinya konsep ini dimulai dari pasar yang didefinisikan dengan baik, berfokus pada
kebutuhan pelanggan, dan menghasilkan laba dengan memuaskan pelanggan Kotler dan Amstrong, 2007. Konsep pemasaran dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut.
Sumber: Kotler 2008 Gambar 1. Konsep pemasaran
Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi
kelangsungan hidup suatu produk baik jasa maupun barang Swastha dkk, 1990. Dalam filsafah bisnis, konsep pemasaran disusun dengan memasukkan elemen-elemen
sebagai berikut: 1. Orintasi konsumen pasar pembeli.
2. Volume penjualan yang menguntungkan 3. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran.
2.3.2 Konsep Lembaga dan Saluran Pemasaran
Walters yang dikutip oleh Swastha dan Irawan 1990 mendefinisikan saluran pemasaran sebagai sekelompok perusahan dan agen produsen yang mengkombinasikan
antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan dari pasar tertentu. Dari definisi tersebut di atas dapat diketahui unsur-unsur penting dalam
saluran pemasaran sebagai berikut : Pasar Kebutuhan Pemasaran Laba melalui
Sasaran Pelanggan Terintegrasi Kepuasan Pelanggan 12
1. Saluran pemasaran merupakan sekelompok lembaga yang ada, mengadakan kerja
sama untuk mencapai tujuan 2.
Anggota kelompok terdiri dari beberapa pedagang dan agen, dimana tidak seluruhnya menggunakan nama dari suatu produsen tertentu. Dan pada dasarnya
adalah untuk memindahkan atau distribusi secara fisik suatu barang. 3.
Tujuan dari saluran pemasaran adalah untuk mencapai pasar-pasar tertentu 4.
Saluran melaksanakan dua kegiatan penting untuk mencapai tujuan yakni mengadakan penggolongan produk dan mendistribusikanya, sehingga dapat
memberikan kepuasan pada pasar.
2.3.3 Konsep Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen efektif dari peluang dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan
kelemahan perusahaan David, 2009. Tujuan Strategi adalah untuk terus-menerus mempertajam bisnis dan produk suatu organisasi sehingga mencapai laba dan
pertumbuhan yang memuaskan. Pemasaran terdiri dari prinsip-prinsip dasar yang mendasari manajemen pemasaran untuk mencapai tujuan bisnis dan pemasarannya
dalam sebuah pasar sasaran Kotler dan Amstrong, 2007. Menurut Kotler 2008 strategi pemasaran adalah suatu formula untuk
melakukan terobosan pada pasar, baik pasar yang telah ada maupun pasar baru yang akan dituju. Cara untuk meningkatkan strategi pemasaran secara optimal adalah dengan
analisis situasi pemasaran yang terdiri dari 3 tiga hal pokok yakni:
1. Analisis Lingkungan
Lingkungan internal adalah lingkungan organisasi yang berada dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi yang langsung dan khusus
pada perusahaan. Faktor internal perusahaan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi arah dan kinerja perusahaan dalam pencapaian tujuan yang berasal dari
pihak-pihak di dalam perusahaan itu sendiri. Analisis lingkungan internal dimaksudkan untuk mengembangkan daftar kekuatan yang dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan
perusahaan Kotler, 2008. Lingkungan eksternal merupakan kondisi di luar perusahaan yang bersifat
dinamis dan tidak dapat dikendalikan. Suatu perusahaan harus memiliki sistem intelijen pemasaran untuk mengikuti kecenderungan dan perkembangan penting yang terjadi