objek-objek kedudukannya dalam masyarakat. Ia bertingkah laku dalam kedudukan tersebut dan berusaha mencari jalannya sendiri menuju sasaran
yang ia tetapkan sendiri. Bagi remaja yang telah memiliki konsep diri yang kuat, mampu
menghadapi berbagai perubahan tersebut dan bersikap positif terhadap diri lingkungannya. Berbeda dengan halnya yang tidak memiliki konsep diri,
diombang ambingkan oleh ketidakpastian, menghadapi perubahan-perubahan dalam dirinya, sehingga memiliki sikaf negatif terhadap dirinya sendiri.
2. Pembelajaran Konstruktivisme
a. Pengertian Pembelajaran Konstruktivisme
Pembelajaran Konstruktivisme merupakan salah satu teori belajar yang berhubungan dengan cara seseorang memperoleh pengetahuan, yang menekankan
pada penemuan makna meaningfulness. Perolehan pengetahuan tersebut melalui informasi dalam struktur kognitif yang telah ada hasil perolehan sebelumnya yang
tersimpan dalam memori dan siap dikonstruk untuk mendapatkan pengetahuan baru.
36
Menurut paradigma konstruktivistik, ilmu pengetahuan bersifat sementara terkait dengan perkembangan yang dimediasi baik secara social maupun cultural,
sehingga cenderung subyektif. Belajar menurut pandangan ini lebih sebagai proses regulasi diri dalam menyelesaikan konflik kognitif yang sering muncul
melalui pengalaman konkrit, wacana kolaboratif, dan interfretasi
37
. “Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak
sesuai”.
38
36
Ahmad Sofyan, Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPASains, Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007 h. 8
37
I Wayan Santyasa, Model-Model Pembelajaran Inovatif, disajikan dalam pelatihan tentang Penelitian Tindakan Kelas Guru SMP dan SMA Nusa Penida, 29 Juni s.d Juli 2007,
FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha, h. 1
38
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta, Remaja Rosda Karya, 2006 h. 13
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern. Para pendukung konstruktivis percaya bahwa anak didik akan belajar banyak tentang sains jika mereka melakukan percobaan sendiri.
39
Dasar pemikiran para konstruktivis lebih menekankan pada peran aktif peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna, serta
menekankan pada pentingnya membuat kaitan antara gagasan peserta didik dalam pengkonstruksian secara bermakna dan mengaitkan gagasan peserta didik dengan
informasi baru dikelas.
40
Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya
dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir filosofi pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong- konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah
yang siap untuk diambil dan diingat. “Manusia harus mengkontruksi pengetahuan
itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa menginterpretasi pengalaman baru dan memperoleh pengetahuan baru berdasar realitas yang telah
terbentuk di dalam pikiran siswa”.
41
Kemudian dalam kelas konstruktivis, guru memotivasi murid untuk menyampaikan pendapat mereka tentang fenomena sains. Anak didik bisa
menyanggah pendapat guru jika mereka berbeda pendapat dengan guru, karena
39
-----, Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Interaktif Pada Konsep Sistem Pernapasan Pada Manusia,
http:arymlb.multiply.comjournal ,
November 2010, h. 29
40
Wawan Setiawan, Pengembangan Mutimedia Interaktif Berbasis Pandangan Pendagogi Materi Subjek, Pendidikan Imu Komputer FPMIPA UPI
pikupi.edu , h. 4
41
Johar Maknun, Penerapan Pembelajaran Konstruktivisme untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dasar Fisika Sekolah Menengah Kejuruan SMK, Prosiding Seminar