Aspek Sosial Analisis Finansial

merupakan karyawan CV. BJA yang mengundurkan diri dan membuat usaha pengolahan bakso sendiri, disamping makin bertambahnya UKM lainnya yang skalanya lebih kecil. Untuk mengatasi munculnya pesaing ini, maka pada tahun 2011 CV. BJA mulai memperluas usahanya dengan memproduksi bakso ikan berbahan baku surimi disamping tetap mengembangkan jenis-jenis olahan ikan lainnya agar dapat meningkatkan volume penjualan, omset dan tingkatan pasar yang lebih tinggi. Di samping, dimunculkannya produk baru yaitu bakso surimi merupakan salah satu strategi CV. BJA dalam upaya mengatasi kelangkaan bahan baku daging merahtetelan ikan tuna yang semakin sulit untuk didapatkan dengan harganya yang semakin meningkat. Strategi pemasaran lainnya yang telah dilakukan CV. BJA untuk meningkatkan penjualannya adalah melalui promosi. Menurut Kotler 2000, promosi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengenalkan dan mengkomunikasikan produk yang dihasilkan kepada konsumen, membujuk dan mengingatkan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk yang dihasilkan. Strategi promosi yang dilakukan oleh antara lain dengan ikut dalam pameran-pameran yang diadakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, membuat website di Internet dan direct selling dengan membuat sistem agen dalam promosinya. Namun keikutsertaan dalam pameran masih sangat jarang dilakukan begitupun dengan promosi via website dengan alamat http:benningfood.wordpress.com . Kegiatan promosi lebih banyak diprioritaskan pada direct selling melalui agen-agen.

4.5.4 Aspek Sosial

Kegiatan usaha yang dilakukan CV. BJA selain untuk mendapatkan keuntungan yang optimal bagi perusahaan juga memberikan manfaat bagi pemberdayaan aktivitas masyarakat disekitar Parung Bogor. Dengan adanya unit pengolahan bakso ikan CV. BJA, masyarakat di sekitar unit pengolahan ikan terbantu untuk mendapatkan sumber mata pencaharian dengan menjadi karyawan perusahaan maupun sebagai tenaga pemasaran. Selain itu CV. BJA seringkali menjadi tempat magang dan penelitian bagi para pelajar dan mahasiswa dari Jakarta, Bogor, Lampung dan wilayah lainnya yang ingin menggali dan mempratekkan ilmu pengolahan hasil perikanan. Di samping CV. BJA selama ini telah menjadi empat pelatihan bagi Dinas KabupatenKota Bogor dan masyarakat dari wilayah lainnya yang ingin belajar dan terampil membuat makanan olahan dari ikan. Keberadaan CV. BJA di Parung Bogor tidak saja memberikan manfaat sosial bagi masyarakat Parung Bogor tapi juga masyarakat Indonesia pada umumnya. Untuk itu pemerintah KabupatenKota Bogor dan Kementerian Kelautan dan Perikanan memberikan penghargaan dan support kepada CV. BJA untuk terus berkembang dan berkontribusi bagi meningkatkan ekonomi masyarakat Parung Bogor pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

4.5.5 Analisis Finansial

Analisis finansial perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kelayakan usaha bakso ikan CV. BJA mampu menjalankan usahanya untuk menghasilkan keuntungan profit yang maksimal untuk perusahaan. Perhitungan kelayakan tersebut harus menggunakan asumsi agar perhitungan cashflow dapat dilakukan dengan benar. Analisis biaya yang terjadi dalam proses pembuatan bakso ikan digolongkan dalam dua kelompok, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak berubah dalam volume kegiatan dan tidak bergantung pada volume produksi. Biaya tetap pada pembuatan bakso ikan terdiri dari gaji pimpinan dan manager, gaji tenaga operasional, biaya perawatan, dan biaya administrasi. Berbeda dengan biaya tetap, biaya tidak tetap variabel mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat produksi Soeharto, 1999. Biaya tidak tetap dalam usaha ini terdiri atas biaya bahan baku, biaya bahan tambahan, biaya listrik dan bahan bakar dan biaya tenaga kerja produksi yang dibayar harian. Sedangkan investasi harta tetap berupa tanah milik sendiri, bangunan, mesin produksi, peralatan produksi, pemasangan sarana penunjang, dan kendaraan roda empat. Perkembangan investasi sejak awal berdiri ditampilkan dalam Tabel 31. Sedangkan sesuai hasil perhitungan seperti ditampilkan dalam Lampiran 16, bentuk investasi harta tetap sebesar Rp. 250.000.000,- dengan total biaya produksi sebesar Rp. 63.081.000,- sehingga total modal usaha sendiri sebesar Rp. 313.081.000,-. Penyusutan dari harta tetap, baik tanah, bangunan, mesin produksi, peralatan produksi, sarana penunjang dan kendaraan, penyusutannya mencapai Rp. 11.004.000,-bulan. Biaya produksi terdiri atas biaya pokok produksi dan biaya pokok usaha. Biaya pokok produksi meliputi biaya bahan baku, bahan tambahan, biaya kemasan, biaya tenaga kerja produksi, biaya listrik, biaya bahan bakar dan biaya transportasi. Dan biaya pokok usaha terdiri atas gaji manajemen, gaji staf operasional, biaya perawatan dan biaya administrasi. Peralatan produksi seperti pisau, talenan, nampan kecil, panci perebusan, gunting, timbangan, ember plastik, komper set, vacuum sealer, dan kipas angin digunakan untuk aktivitas produksi dan sarana pemasangan sarana penunjang seperti instalasi listrik, rak-rak penyimpanan, dan lain-lain. Proses pembuatan bakso ikan di CV. BJA umumnya dilakukan setiap hari selama 25 duapuluh lima hari kerja. Namun sejak bulan Mei – Juni 2011 mulai mengalami penurunan yang cukup drastis dikarenakan kurangnya bahan baku dan munculnya pesaing Tabel 34 sehingga proses produksi bakso ikan tuna, dilakukan setiap dua hari sekali. Rencana produksi bakso tuna adalah mengolah 2 ton daging merah ikan tuna untuk menghasilkan 5460 paket bakso ikan tuna yang dihitung berdasarkan asumsi setiap bulan karyawan bekerja selama 25 hari kerja. Setiap hari perusahaan mengolah 80 kg daging merah ikan tuna yang diolah selama 8 delapan jam kerja dengan 4 orang pekerja setiap jamnya. Total pendapatan yang dihasilkan sebesar Rp. 81.900.000,- per bulan yang diperoleh dari penjualan paket dengan harga bakso perpaket sebesar Rp. 15.000,- Analisis penentuan jumlah paket sebesar 5460 didasarkan pada analisis finansial perusahaan mengacu pada nilai rata-rata pemakaian bahan baku pada periode Juli 2009 – Juni 2011 yaitu sebesar 2, 125 ton setiap bulan atau dibulatkan menjadi 2 ton per bulan dengan asumsi setiap hari perusahaan mengolah 80 kg daging tuna dalam waktu 8 jam kerja tuna stabil di Rp. 17.000,- dan nilai faktor lainnya tetap, maka diperoleh perkiraan biaya produksi sebesar Rp. 54.281.000,- di luar biaya operasional atau biaya pokok usaha yang terdiri dari gaji manajemen 3 orang, gaji staf operasional 2 orang, biaya perawatan dan administrasi . Dari pembuatan 5460 paket bakso diperoleh total pendapatan sebesar Rp. 81.900.000,- yang dihitung dari penjualan 5460 paket bakso dikalikan dengan harga jual paket Rp. 15.000,- Lampiran 18. Lebih jelasnya perhitungan penyusutan, proyeksi arus kas, proyeksi rugilaba, proyeksi rencana modal dan analisis kinerja CV. BJA dapat dilihat dalam lampiran 16,17,18,19,20. Hasil perhitungan analisis kelayakan dengan komponen-komponen yang telah disusun, maka nilai-nilai kriteria kelayakan yang didapat oleh CV. BJA adalah sebagai berikut : a. Pay Back Period PBP PBP merupakan waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi awal. Perhitungan PBP ini dilengkapi dengan rasio keuntungan dan biaya dengan nilai sekarang. Berdasarkan hasil analisis perhitungan, PBP usaha pengolahan bakso ikan tuna CV. BJA selama 13 bulan Lampiran 21. Total investasi Rp. 312.360.000 dengan umur ekonomis 5 tahun. Hasil perhitungan tersebut berdasarkan bahwa perbandingan keuntungan dengan biaya lebih besar atau sama dengan 1, maka usaha CV. BJA layak dan dapat dijalankan karena tidak akan merugi. b. Net BC Net BC merupakan perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif. Angka ini menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Jika diperoleh nilai net BC 1, maka proyek layak dilaksanakan. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai BC Rasio sebesar 1,112 artinya bahwa perusahaan mempunyai BC lebih dari 1 Lampiran 22, angka ini menunjukkan indikasi bahwa CV. BJA dalam menjalankan usahanya menguntungkan. c. Break Even Point BEP BEP merupakan suatu gambaran kondisi penjualan produk yang harus dicapai untuk mencapai titik impas. Kegiatan usaha dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada suatu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga usaha tersebut tidak menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai BEP ada pada posisi produksi 1740 paket atau BEP unit 32. Nilai ini menunjukkan bahwa CV. BJA tidak mengalami kerugian dalam menjalankan usahanya dengan baik. d. NPV menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi, merupakan jumlah nilai penerimaan atus tunai pada waktu sekarang dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama waktu tertentu. Kriterian NPV 0, maka proyek menguntungkan dan layak dilaksanakan. NPV = 0, maka proyek tidak untung dan juga tidak rugi, dan NPV 0, maka proyek rugi dan lebih baik untuk tidak dilaksanakan. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai NPV CV. BJA dengan menggunakan DF 8 nilai NPV + sebesar RP. 279.045.848,- dan DF 25, nilai NPV - Rp. 225.393.648,-. Melihat nilai NPV positif menunjukkan bahwa usaha bakso ikan tuna CV. BJA layak dijalankan. e. Internal Rate of Return IRR IRR menunjukkan persentase keuntungan yang diperoleh atau investasi bersih dari suatu usaha, atau tingkat diskonto yang dapat membuat arus penerimaan bersih sekarang dari investasi NPV sama dengan nol. Jika nilai IRR lebih besar dari tingkat diskonto maka proyek layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan NPV I ; DF 8 dan NPV2 ; DF 25 Lampiran 22 diperoleh IRR 17. Nilai tersebut menunjukkan bahwa IRR yang diperoleh lebih besar dari suku bunga yang berlaku saat penelitian 14 dan usaha CV. BJA layak dijalankan. f. Analisis Sensitivitas Untuk mengetahui seberapa sensitive suatu keputusan terhadap perubahan faktor atau parameter yang mempengaruhinya maka setiap pengambilan keputusan seharusnya disertai dengan analisa sensitivitas. Analisa sensitivitas akan memberikan gambaran sejauh mana suatu keputusan akan konsisten meskipun terjadi perubahan faktor-faktor atau parameter- parameter yang mempengaruhinya. Hasil analisis sensitivitas akibat perubahan harga daging merah ikan tuna sebesar + Rp. 2000,- per kilogram atau sebesar + 7,59 dari harga dasar Rp. 17.000,- memberikan pengaruh pengaruh terhadap biaya variabel sebesar + 6,53 dengan asumsi pendapatan tetap dan biaya lainnya tetap, seperti ditampilkan dalam Tabel 35. Tabel 35. Analisis Sensitivitas Terhadap Perubahan Harga Bahan Baku Harga Daging Merah Ikan Tuna per kg Rp. 15.000,- Rp. 17.000,- Rp. 19.000,- Biaya Produksi bulan Rp. 58.961.000,- Rp. 63.081.000,- Rp. 67.201.000,- BEP Rp. 51.102.669,- Rp. 58.725.790,- Rp. 69.021.984,- NPV + RP. 272.187.325,- RP. 279.045.848,- RP. 285.904.370,- NPV - Rp. 219.869.552,- Rp. 225.393.648,- Rp. 230.917.744,- PBP 11,07 bulan 13,45 bulan 17,14 bulan Net BC 1,165 1,112 1,046 IRR 17 17 17 Tabel 35 menunjukkan adanya perubahan biaya produksi sebesar + 6,53 dengan asumsi pendapatan tetap dan biaya lainnya tetap, maka usaha ini masih layak untuk dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV positif dan Net BC yang lebih dari 1, juga nilai IRR yang masih diatas NPV 14.

4.6 Strategi Pengembangan Usaha CV. Bening Jati Anugerah