Lanjutan lampiran 5 I.
Pertanyaan untuk mendapatkan bobot faktor strategi internal
FAKTOR INTERNAL A
B C
D E
F G
H I
J Total
Bobot
A. Tenaga kerja
B. Mutu produk
C. Fasilitas Produksi dan Peralatan
D. Proses Pengolahan
E. Loyalitas karyawan
F. Ketersediaan bahan baku
G. Manajemen bersifat kekeluargaan
H. Tenaga pemasaran
I. Modal usaha
J. Promosi
TOTAL
Contoh pengisian : -
“Tenaga kerja” A pada barishorizontal lebih penting dari “Mutu produk
” B pada kolom vertikal, maka nilainya 3. -
“Tenaga kerja” A pada barishorizontal sama penting dari “Mutu
produk” B pada kolom vertikal, maka nilainya 2. -
“Tenaga kerja” A pada barishorizontal kurang penting dari “Mutu p
roduk” B pada kolom vertikal, maka nilainya 1.
II. Pertanyaan untuk mendapatkan bobot faktor strategi eksternal
FAKTOR EKSTERNAL A
B C
D E
F G
H I
J Total
Bobot
A. Kapasitas produksi
B. Pangsa pasar prospek pasar
C. Kemajuan teknologi
D. Demografi dan sosial
E. Diversifikasi produk
F. Keberadaan perusahaan sejenis
G. Daya tawar menawar
H. Perusahaan pendatang baru
I. Kondisi ekonomi dan politik
J. Kebijakan pemerintah
TOTAL
Contoh pengisian : -
“Kapasitas produksi” A pada barishorizontal lebih penting dari “Pangsa
pasar” B pada kolom vertikal, maka nilainya 3. -
“Tenaga kerja” A pada barishorizontal sama penting dari “Pangsa
pasar” B pada kolom vertikal, maka nilainya 2. -
“Tenaga kerja” A pada barishorizontal kurang penting dari “Pangsa
pasar” B pada kolom vertikal, maka nilainya 1.
Lanjutan lampiran 5 III.
Pemberian nilai peringkatrating terhadap faktor-faktor strategi internal
Petunjuk pengisian: 1. Menurut BapakIbu, apakah yang menjadi kekuatan dan kelemahan
perusahaan saat ini khususnya dalam aspek-aspek berikut ini dan berapakah nilainya. Pengisian kolom penilaian peringkatrating menggunakan tanda X
2. Pemberian nilai peringkatrating menunjukkan tingkat faktor strategi sebagai kekuatan atau kelemahan. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada
keterangan berikut :
Nilai 4, jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kekuatan utama. Nilai 3, jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kekuatan kecil.
Nilai 2, jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kelemahan kecil. Nilai 1, jika faktor strategi tersebut dinilai menjadi kelemahan utama.
Faktor Internal Kekuatan K
Kelemahan L 4
3 2
1
Tenaga kerja Mutu produk
Fasilitas penunjang Loyalitas karyawan
Ketersediaan bahan baku Manajemen bersifat kekeluargaan
Tenaga pemasaran Modal usaha
Promosi
Lanjutan lampiran 5 IV.
Pemberian nilai peringkatrating terhadap faktor-faktor strategi eksternal
A. Petunjuk Pengisian :
1. Menurut BapakIbu, apakah yang menjadi peluang dan ancaman perusahaan saat ini khususnya dalam aspek-aspek berikut ini dan
berapakah nilainya.
Pengisian kolom
penilaian peringkatrating
menggunakan tanda X 2. Pemberian nilai peringkatrating didasarkan pada kemampuan organisasi
dalam meraih peluang. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut:
Nilai 4, jika organisasi mempunyai kemampuan yang sangat baik
dalam meraih peluang tersebut
Nilai 3, jika organisasi mempunyai kemampuan yang baik dalam
meraih peluang tersebut
Nilai 2, jika faktor ancaman memberikan pengaruh biasa terhadap
organisasi
Nilai 1, jika faktor ancaman tidak memberikan pengaruh terhadap
organisasi.
Faktor Eksternal Peluang P
Ancaman A 4
3 2
1
Kapasitas produksi Pangsa pasar prospek pasar
Kemajuan teknologi Demografi dan social
Diversifikasi produk Keberadaan perusahaan sejenis
Daya tawar menawar Perusahaan pendatang baru
Kondisi ekonomi dan politik Kebijakan pemerintah
Lampiran 6. Kuesioner umum untuk Manajemen
PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA BAKSO IKAN TUNA, SURIMI DAN CAMPURAN
Studi Kasus di CV. Bening Jati Anugerah, Bogor Bagian 1. Identitas Responden
Nama : ………………………….
Jabatan : Manager Umum Owner
1. Bergerak di bidang apakah usaha yang BapakIbu pimpin ? 2. Bagaimanakah sejarah berdirinya CV. Bening Jati Anugerah dan perkembangannya
hingga saat ini ? 3. Apakah Visi dan Misi perusahaan ?
4. Sejauh apakah perusahaan pada saat ini dapat merealisasikan visi dan misi tersebut ? 5. Bagaimana penerapan proses manajemen di perusahaan, pengorganisasian,
pergerakan dan pengawasan ? 6. Bagaimana kondisi usaha persaingan produk bakso ini ? dan bagaimana posisi
perusahaan ? 7. Seperti apakah rencana pengembangan perusahaan pada masa yang akan dating ?
8. Hambatan apa sajakah yang BapakIbu temui dan menjadi kendala bagi kemajuan perusahaan ?
Manajemen dan SDM 1. Apakah perusahaan menggunakan konsep manajemen strategik ?
2. Apakah sasaran dan tujuan perusahaan telah ditentukan dan dikomunikasikan dengan baik ?
3. Apakah para manajer di pilih secara obyektif ? 4. Apakah para manajer mendelegasikan wewenang dengan baik ?
5. Apakah struktur organisasi yang ada telah sesuai dengan kebutuhan perusahaan ? 6. Apakah uraian pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan bagi para pekerja jelas ?
7. Apakah para karyawan memiliki modal yang baik untuk bekerja ? 8. Apakah pelaksanaan reward dan mekanisme pengawasannya efektif ?
Lanjutan lampiran 6.
PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA BAKSO IKAN TUNA, SURIMI DAN CAMPURAN
Studi Kasus di CV. Bening Jati Anugerah, Bogor Bagian 1. Identitas Responden
Nama : ………………………….
Jabatan : Manager Produksi 1. Apakah yang menjadi ruang lingkup tugas dan wewenang BapakIBu ?
2. Lingkungan alam apa saja yang mempengaruhi kegiatan produksi perusahaan ketersediaan bahan baku, polusi yang dihasilkan perusahaan atau factor
lainnya ? 3. Bagaimana usaha perusahaan dalam menangani limbah hasil produksi ?
4. Berapa jumlah pegawai yang di miliki bagian produksi ? dan apa saja tugasnya ?
5. Proses produksi seperti apakah yang diterapkan oleh perusahaan ? 6. Berapa jumlah produksi yang dihasilkan ?
7. Mesin-mesin apa sajakah yang digunakan ? bagaimanakah sistem pemeliharaannya ?
8. Apakah telah dilakukan inovasi produksi ? jika iya, inovasi apa sajakah yang dilakukan untuk meningkatkan mutu produk yang dihasilkan selama ini ?
9. Bagaimanakah standardisasi produk yang dilakukan ? 10. Bagaimana pengaturan kebutuhan bahan baku dan pergudangan ?
11. Hambatan apakah yang ditemui dibagian ini ?
Produksi 1. Apakah para pemasok dapat diandalkan ?
2. Apakah fasilitas, peralatan, mesin-mesin dalam kondisi baik ? 3. Apakah kebijakan pengawasan dan prosedur persediaan sudah efektif ?
4. Apakah kebijakan dan prosedur pengendalian mutunya sudah efektif ? 5. Apakah fasilitas, sumber daya dan letak pasarnya strategis ?
6. Apakah perusahaan mempunyai kemampuan dalam teknologi ?
Lampiran 7. Hasil analisis sidik ragam parameter aroma
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:skor Source
Type III Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
Model 3461.667
a
34 101.814
55.103 .000
contoh 20.867
4 5.217
2.823 .028
panelis 80.133
29 2.763
1.495 .070
Galat 214.333
116 1.848
Total 3676.000
150 a. R Squared = .942 Adjusted R Squared = .925
Skor
Duncan contoh
N Subset
1 2
303 30
4.33 203
30 4.57
503 30
4.60 403
30 4.73
103 30
5.43 Sig.
.306 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means. The error term is Mean SquareError =
1.848.
Lampiran 8. hasil analisis sidik ragam parameter rasa
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:skor Source
Type III Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Model 3588.893
a
34 105.556
59.990 .000
contoh 63.893
4 15.973
9.078 .000
panelis 78.593
29 2.710
1.540 .056
Galat 204.107
116 1.760
Total 3793.000
150 a. R Squared = .946 Adjusted R Squared = .930
skor
Duncan contoh
N Subset
1 2
403 30
4.10 203
30 4.57
303 30
4.57 503
30 4.70
103 30
6.03 Sig.
.113 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means. The error term is Mean SquareError =
1.760.
Lampiran 9. Hasil analisis sidik ragam parameter tekstur
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:skor Source
Type III Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Model 3652.027
a
34 107.413
68.849 .000
contoh 29.427
4 7.357
4.715 .001
panelis 60.193
29 2.076
1.330 .146
galat 180.973
116 1.560
Total 3833.000
150 a. R Squared = .953 Adjusted R Squared = .939
skor
Duncan contoh
N Subset
1 2
3 403
30 4.20
203 30
4.50 4.50
303 30
5.10 5.10
503 30
5.27 103
30 5.30
Sig. .354
.065 .563
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.
The error term is Mean SquareError = 1.560.
Lampiran 10. Hasil analisis sidik ragam parameter warna
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:skor Source
Type III Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Model 3734.160
a
34 109.828
97.371 .000
panelis 79.393
29 2.738
2.427 .000
contoh 13.960
4 3.490
3.094 .018
Galat 130.840
116 1.128
Total 3865.000
150 a. R Squared = .966 Adjusted R Squared = .956
skor
Duncan contoh
N Subset
1 2
403 30
4.37 503
30 4.93
4.93 203
30 4.93
4.93 303
30 5.17
103 30
5.23 Sig.
.052 .326
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means. The error term is Mean SquareError =
1.128.
Lampiran 11. Hasil analisis sidik ragam parameter overall
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:skor Source
Type III Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Model 3734.160
a
34 109.828
97.371 .000
panelis 79.393
29 2.738
2.427 .000
contoh 13.960
4 3.490
3.094 .018
Galat 130.840
116 1.128
Total 3865.000
150 a. R Squared = .966 Adjusted R Squared = .956
Skor
Duncan contoh
N Subset
1 2
403 30
4.37 503
30 4.93
4.93 203
30 4.93
4.93 303
30 5.17
103 30
5.23 Sig.
.052 .326
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means. The error term is Mean SquareError =
1.128.
Lampiran 12. Perhitungan bobot faktor internal dan eksternal a.
Perhitungan bobot faktor internal
Lanjutan lampiran 12. b.
Perhitungan bobot faktor eksternal
Lampiran 13. Perhitungan rating
Lampiran 14. Rekap bobot
Lampiran 15. Matrik QSP CV. Bening Jati Anugrah strategi 1 - 4
ABSTRACT
DIAN VERANITA. Strategy of Business Development of fishballs of Tuna, Surimi and Mixed. Case studies in CV. Bening Jati Anugerah, Bogor. Guided by
Rizal Syarief as Chairman and Komar Sumantadinata Komar as members. CV. Jati Bening Anugerah is a small and medium enterprises SME, which
produced fishballs. The company was founded in 2017 in Bogor Regency. In early 2010, the company began to face the problem of shortage of supply of red meat of
tuna as a raw material for making fishball. To anticipate the lack of raw materials, companies need to seek alternative raw materials other than red meat tuna. This
study aimed 1 find out consumers assessment of the quality of fishballs produced CV. Bening Jati Anugerah, the fishballs are made from red meat tuna,
surimi and mixture surimi mixed with mackerel, which judging from the smell, taste, color, texture and overall, 2 analyze the feasibility of fishballs with a
simple financial analysis, and 3 compilation strategy of bussiness development of fishballs in CV. Bening Jati Anugerah in order to improve marketing.
The data needed for this study originated from the primary and secondary data. The data analysis was performed through a hedonic test analysis, an analysis of
the level of interest with the companys performance, a feasibility analysis namely Strenghts, Weaknesses, Opportunities and Threats SWOT, and Quantitative
Strategic Planning Matrix QSPM. The study used the descriptive and analytical methods of the case study to find the Break Even Point BEP.
Analysis of the hedonic test through the analysis of variance ANOVA showed: aroma, flavor, texture, color and overall of the fifth of fishballs tested, ie BTX,
BTB, BSB, BCB, and BSX, at 95 confidence intervals were not significantly different. Analysis of the level of interest with the companys performance
showed, at a rate of more than 85 of consumers are satisfied with the performance of the company. The Internal Factor Evaluation IFE matrix resulted
in a score of 2,614, the External Factor Evaluation EFE matrix of 2,651, all of which are mapped to the Internal External IE matrix, in Quadrant V, namely
GrowthStabilization quadrant, which means that the company must conduct the strategies market penetration and product diversification. The recommended
strategies are improving company performance through increasing product quality and market expansion also optimalization in production TAS 5,819. The results
of eligibility criteria analysis showed the BEP 10,756 for tuna meatballs. The quality improvement can be done through improvement of management and
human resources, good manufacturing practices and also good tools and fasilities processing machine that support.
Keywords: business development strategy, fishballs, market, quality
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakso merupakan produk daging atau ikan olahan yang sangat populer dan tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Produk ini pertama kali
diperkenalkan di Indonesia oleh orang-orang Cina pada masa kerajaan Majapahit maupun Sriwijaya. Menurut sejarahnya, bakso merupakan seni
kuliner masyarakat Tionghoa Indonesia. Bakso itu sendiri berasal dari kata Bak-so dalam Bahasa Hokkien yang secara harfiah berarti daging babi giling.
Karena kebanyakan penduduk Indonesia adalah muslim, maka bakso lebih umum terbuat dari daging halal seperti daging sapi, ikan atau ayam, dan
disajikan panas-panas dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mi, bihun, taoge, tahu, terkadang telur, ditaburi bawang goreng dan seledri.
Penamaan bakso di beberapa negara di dunia berbeda-beda. Di Malaysia, Singapura, Hongkong dan Australia, bakso dikenal dengan sebutan
“meatball”, sedangkan di beberapa negara di dunia bakso memiliki sebutan khusus, seperti di Belgia disebut ballekes atau Flandersdan, di Brussels
disebut bouletten dan di Wallonia diberi sebutan boulettes atau boulets. Di Jerman, meatballs atau bakso disebut Frikadellen atau Fleischpflanzerl atau
Fleischküchle, sedang di Berlin dan berbagai bagian dari JermanTimur umumnya memakai istilah Bulette. Bakso Jerman yang paling terkenal
adalah Königsberger Klopse yang berisi anchovy atau ikan asin dan dimakan dengan saus.
Bakso sangat populer di Indonesia dan ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia mulai dari gerobak pedagang kali lima hingga restoran.
Menurut Trio Setyo Budiman, ketua umum Asosiasi Pedagang Mi dan BaksoAPMISO, jumlah kaum pedagang bakso yang termarjinalkan berjumlah
sekitar 4 juta orang dengan pendapatan Rp 1,2 triliun per hari www.indopos.co.id.
Omset pedagang mie dan bakso lokal di Indonesia mencapai triliunan
rupiah per hari. Omset tersebut dihitung dari total pedagang mie dan bakso
yang mencapai 4,5 - 5 juta pedagang. Dari jumlah itu rata-rata omset pedagang bakso mampu memutar roda ekonomi sebanyak 25 juta orang.
Dengan omset satu pedagang Rp. 200.000,- per harinya, maka omset pedagang bakso mencapai satu triliun per hari.
Bahan baku bakso bermacam-macam, Menurut Wibowo 2006,
berdasarkan jenis daging yang digunakan, maka dikenal dua jenis bakso yaitu bakso ikan dan bakso sapi. Bakso ikan adalah produk olahan hasil perikanan
dengan bahan baku ikan utuh atau lumatan daging ikan minced atau surimi, ditambah bahan pengisi berpati atau tepung tapioka dan bumbu-bumbu, yang
dibentuk bulat-bulat dan direbus dalam air panas. Biasanya dari 100 kg daging ikan lumat dapat diperoleh 120
– 140 kg bakso, rendemennya mencapai 120 – 140. Rendemen berdasarkan berat ikan sangat bervariasi tergantung jenis
ikan yang digunakan, tetapi sebagai gambaran kasar sekitar 40 – 45. Untuk
ikan cunang, rendemen mencapai 70 – 80. Rendemen itu sangat ditentukan
oleh mutu protein ikan dan jumlah es yang ditambahkan ketika pembuatan adonan.
Perkembangan usaha pengolahan bakso ikan di Indonesia cukup baik. Untuk wilayah Kabupaten Bogor pada tahun 2007 tercatat hanya ada satu unit
pengolahan bakso ikan. Pada tahun 2008 jumlahnya meningkat menjadi empat, selanjutnya pada tahun 2011 meningkat menjadi enam Dinas
Kabupaten Bogor, 2010. Berdasarkan produktivitasnya, usaha pengolahan bakso ikan di Kabupaten Bogor termasuk kategori usaha kecil menengah
UKM. Lima dari enam UKM ini baru mampu memproduksi rata-rata sebanyak 20.000 butir bakso ikan per minggu per pengolah, dan satu UKM
telah mampu memproduksi sekitar 1.000.000 butir per bulannya. UKM yang cukup berhasil dalam pengembangan usaha bakso ikan di
Kabupaten Bogor adalah CV. Bening Jati Anugerah CV. BJA. UMKM ini berlokasi di Parung Bogor dan mempunyai merk dagang
“Benning Food”. Rata-rata setiap harinya CV. BJA mensuplai sebanyak 10.000
– 20.000 butir bakso ikan setiap hari. Jumlah tersebut tergantung kepada permintaan pasar
dan ketersediaan bahan baku yang diperoleh. Wilayah pemasaran CV. BJA meliputi Jakarta dan Bogor. Selain bakso ikan, CV. BJA juga memproduksi