Analisis dan Pembahasan dengan Menggunakan Balanced Scorecard 47.04 5.75 Current Ratio Hasil Keseluruhan Analisis Balanced Scorecard

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis dan Pembahasan dengan Menggunakan Balanced Scorecard

Analisis hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard dapat dideskripsikan sebagai berikut: 6.1.1 Kinerja Perspektif Keuangan 6.1.1.1 Indikator ROI Pada Tabel 81.berikut disajikan ukuran hasil dari kinerja keuangan secara menyeluruh. Tahun Ukuran 2006 2007 2008 2009 ROI 12.23 40.87

56.57 47.04

Rasio Efisiensi 5.36

8.67 5.75

13.24 Current Ratio

148.29 2.70 170.24 33.65 Profit Margin on Sales 0.09

0.25 0.28

0.37 ROE 12.23

40.87 56.57

47.04 Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel 81. di atas, dapat dilihat bahwa nilai ROI tahun 2006 adalah 12.23 yang berarti bahwa Rp.1,- total aktiva menghasilkan laba bersih sebesar Rp.0.1223. Tahun 2007 menjadi 40.87 yang berarti bahwa Rp.1,- total aktiva menghasilkan laba bersih sebesar Rp.0.4087, mengalami peningkatan sebesar 28.64 40.87 - 12.23 = 28.64. Kemudian pada tahun 2008 sebesar 56.57 yang berarti bahwa Rp.1,- total aktiva menghasilkan laba bersih sebesar Rp.0.5657, juga terjadi peningkatan 15.7 56.57 – 40.87 = 15.7. Hal ini disebabkan karena laba bersih rumah sakit meningkat. Berarti tingkat pengembalian atas investasiReturn On Investment ROI yang dilakukan mengalami peningkatan yang baik, karena berdasarkan penilaian kelayakan usaha, apabila tingkat ROI lebih dari 5 berarti telah dianggap layakbaik www.depkes.go.itkebijakanrspusksistem . Universitas Sumatera Utara Namun pada tahun 2009 menjadi 47.04 yang berarti bahwa Rp.1,- total aktiva menghasilkan laba bersih sebesar Rp.0.4704, berarti mengalami penurunan sebesar 9.53 56.57 - 47.04 = 9.53 yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah pasien sehingga mengakibatkan kurangnya jumlah tagihan pasien. Disamping itu disebabkan juga bertambahnya biaya penyusutan dan pengeluaran atau besarnya modal yang di investasikan pada tahun 2009. Hal ini juga menunjukkan pada tahun 2009 perusahaanrumah sakit tidak memiliki efektivitas pemakaian sumber daya atas aktiva yang dimiliki sehingga tingkat pengembalian investasi yang diharapkannya kurang baik dibandingkan tahun 2008. Sedangkan pada tahun 2008 juga tidak adanya pengeluaran untuk membayar pesangon karyawan. Oleh karena itu Rumah Sakit PMI harus menjaga dan memperbaiki kembali kondisi keuangannya sehingga dapat menekan pengeluaran yang tidak begitu penting pengaruhnya terhadap kegiatan rumah sakit.

6.1.1.2 Indikator Rasio Efisiensi

Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 81. di atas, dapat dilihat bahwa nilai rasio efesiensi pada tahun 2006 sampai 2009 terus meningkat kecuali tahun 2008 sedikit terjadi penurunan. Hal ini berarti bahwa rasio efesiensi Rumah Sakit mengalami peningkatan karena efisien penggunaan aktiva lancar atau dapat menurunkan biaya operasi, hanya sedikit terjadi penurunan pada tahun 2008 yang disebabkan tidak efisiennya penggunaan aktiva lancar atau lebih besarnya biaya operasi.

6.1.1.3 Indikator Current Ratio

Tahun 2006 Current Ratio menunjukkan angka 148.29 artinya ini menyatakan bahwa setiap Rp. 1 aktiva lancar mampu membayar hutang lancar sebesar Rp.1.4829. Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara Current Ratio adalah menunjukkan angka 2.70 artinya setiap Rp. 1 aktiva lancar mampu membayar hutang lancar sebesar Rp. 0.270. Selanjutnya tahun 2008 Current Ratio menunjukkan angka 170.24 artinya setiap Rp. 1 aktiva lancar mampu membayar hutang lancar sebesar Rp. 1.7024. Kemudian tahun 2009 Current Ratio menunjukkan angka 33.65 artinya setiap Rp. 1 aktiva lancar mampu membayar hutang lancar sebesar Rp. 0.3365. Dimana dari tahun 2006 ke tahun 2007 mengalami penurunan Current Ratio sebesar 145.59, dan dari tahun 2007 ke 2008 kembali mengalami peningkatan sebesar 167.54, kemudian tahun 2008 ke 2009 kembali terjadi penurunan sebesar 136.59. Untuk itu diharapkan Rumah Sakit PMI Aceh Utara dapat memperbaiki dan sekaligus dapat meningkatkan aktiva lancarnya karena bertujuan untuk menjaga keuangan rumah sakit supaya terus meningkat dan selalu berada dalam kondisi stabil. Bagi kreditur jangka pendek bertambah tinggi ratio ini berarti bertambah baik, karena jaminan terhadap piutang mereka bertambah tinggi. Bagi perusahaan bertambah tinggi hasil ratio ini berarti bertambah dikorbankan kemampulabaan modal sendiri, karena bertambah banyak dana yang tertanam pada aktiva lancar yang tidak dapat digunakan. Current Ratio 100 bagi umumnya perusahaan jasa sudah dapat dianggap baik Parentahen Purba, 2002:84.

6.1.1.4 Indikator Profit Margin on Sales

Pada tahun 2006 Profit Margin on Sales menunjukkan angka 9 artinya laba usaha yang dihasilkan adalah sebesar 9 dari total penjualan. Dilihat dari tahun 2006 sampai 2009 Profit Margin on Sales terus terjadi peningkatan. Penyebab terjadinya peningkatan keuntungan penjualan disebabkan adanya kenaikan pemasukan dari pasien rawat inap dan meningkatnya laba usaha setiap tahun. Hal ini berarti operasional Rumah Sakit PMI semakin efisien atau semakin baik. Universitas Sumatera Utara

6.1.1.5 Indikator ROE

Pada tahun 2006 sampai 2008 ROE menunjukkan terus terjadi peningkatan. Namun pada tahun 2009 ROE mengalami penurunan. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2009 menurunnya penjualanpendapatan Rumah Sakit PMI Aceh Utara yang menyebabkan turunnya rasio ROE yang dimiliki rumah sakit sehingga tingkat pengembalian investasi modal bagi pemegang saham pada tahun 2009 kurang baik dibandingkan tahun 2008. Semakin besar ROE menunjukkan bahwa rumah sakit semakin baik dalam mensejahterakan para pemegang saham yang bisa dihasilkan dari setiap lembar saham. 6.1.2 Kinerja Perspektif Pasien 6.1.2.1 Indikator Retensi Pasien Patient Retention Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 27. mengenai Retensi Pasien dapat dilihat, bahwa nilai Retensi Pasien dari tahun 2006 sampai 2008 mengalami penurunan kecuali tahun 2009 yang mengalami peningkatan. Namun demikian, secara keseluruhan bahwa kemampuan rumah sakit untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan pasien lama dapat dikategorikan sudah berhasil. Hal ini dikarenakan jumlah pasien lama yang berobat ke Rumah Sakit PMI dapat dipertahankan atau bahkan mengalami peningkatan. Akan tetapi pada tahun 2009 terjadi kenaikan retensi pasien. Ini disebabkan oleh pelayanan dan fasilitas-fasilitas rumah sakit yang kurang memuaskan pasien, dan juga ada dokter yang tidak lagi mengirimkan pasiennya ke Rumah Sakit PMI Aceh Utara serta semakin tingginya persaingan antar rumah sakit di Lhokseumawe dan sekitarnya. Universitas Sumatera Utara

6.1.2.2 Indikator Akuisisi Pasien Patient Acquisition

Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 28. mengenai Akuisisi Pasien dapat dilihat, bahwa nilai Akuisisi Pasien dari tahun 2006 sampai 2008 terjadi peningkatan kecuali tahun 2009 yang mengalami penurunan. Namun demikian, secara keseluruhan bahwa kemampuan rumah sakit untuk membuat hubungan yang baik dengan pasien baru dapat dikategorikan sudah berhasil. Hal ini dibuktikan bahwa jumlah pasien baru yang berobat ke Rumah Sakit PMI semakin meningkat. Tetapi pada tahun 2009 terjadi penurunan yang juga disebabkan oleh semakin tingginya persaingan dengan rumah sakit lain yang ada di daerah Lhokseumawe dan sekitarnya serta kebijakan-kebijakan dari Rumah Sakit PMI dan pemerintah mulai tahun 2008 sampai sekarang ini, tidak mengizinkan karyawan untuk bekerja di dua tempat atau lebih sehingga karyawan sering berganti-ganti dengan Skill yang berbeda, efeknya ada dokter maupun dokter spesialis yang tidak lagi mengirimkan pasiennya ke Rumah Sakit PMI Aceh Utara.

6.1.2.3 Indikator Rata-Rata Kepuasan Pasien Patient Satisfaction

Secara keselurahan tingkat kepuasan pasien terhadap Rumah Sakit PMI Aceh Utara dapat dilihat pada Tabel 82. dan Gambar 73. berikut ini: Tabel 82. Tingkat kepuasan pasien No. Pilihan responden keterangan jumlah rata-rata persentase rata-rata 1 A Sangat puas 12,35 12,35 2 B Puas 64,95 64,95 3 C Kurang puas 19,8 19,8 4 D Tidak puas 1,45 1,45 5 E Sangat tidak puas 6 Tidak menjawab 1,45 1,45 Jumlah 100 100 Sumber : Analisis data primer Universitas Sumatera Utara Gambar 73. Hasil Perhitungan Kepuasan Pasien KP Tabel 82. dan Gambar 73. menunjukkan bahwa pasien yang merasa puas dengan pelayanan Rumah Sakit PMI Aceh Utara baik fisik maupun non fisik dominan menyatakan puas adalah sebanyak 64,95 . Hal ini berarti Rumah sakit PMI Aceh Utara sudah mampu melayani pasien secara baik walaupun belum begitu maksimal. Oleh karena itu Rumah Sakit PMI harus dapat meningkatkan lagi pelayanannya, terutama harus selalu menjaga kebersihan bangunan, kamar dan tempat tidur, prosedur pelayanan juga jangan berbelit-belit, tetapi harus sangat mudah dimengerti, waktu layanan harus tepat, jangan sampai telah tiba saatnya dilayani tapi dokternya terlambat datang, dan keterampilan serta keahlian karyawan juga sangat menentukan kepuasan pasien, sehingga dapat memberikan kepuasan yang maksimal terhadap pasien. Karena semakin banyaknya pasien yang berobat dan memberikan kepercayaan yang lebih kepada Rumah Sakit PMI, tentu pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan dan memberikan keuntungan kepada Rumah Sakit PMI aceh Utara. Universitas Sumatera Utara 6.1.3 Kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal 6.1.3.1 Indikator Bed Turn Over BTO Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 51. di atas, tentang Bed Turn Over dapat dilihat, bahwa nilai Bed Turn Over mulai tahun 2006 sampai 2008 terjadi peningkatan kecuali pada tahun 2009 mengalami penurunan yang drastis. Secara keseluruhan mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 Bed Turn Over terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perputaran tempat tidur yang terisi terus meningkat, artinya jumlah pasien yang dapat tertangani oleh Rumah Sakit PMI Aceh Utara semakin banyak. Bahkan karena nilai BTO sudah berada diatas nilai ideal, maka Rumah Sakit PMI harus menambahkan jumlah kamar dan tempat tidurnya. Walaupun demikian, pada tahun 2009 mengalami penurunan yang sangat drastis. Penyebabnya adalah beralihnya pasien ke rumah sakit-rumah sakit lain karena persaingan, yang kondisi fisik bangunan, tempat tidur dan peralatannya lebih baru dibandingkan dengan rumah sakit PMI, tapi harganya tetap kompetitif. Selanjutnya kebijakan-kebijakan seperti yang telah penulis sebutkan diatas. Namun demikian nilai BTO masih berada dalam batas nilai ideal yaitu 40 - 50 kali. Oleh karena itu Rumah Sakit PMI harus dapat mempertahankan kondisi ini dan bahkan dapat meningkatkan lagi pemakaian BTO dengan memberikan pelayanan yang lebih menarik lagi yang dapat memberikan kepuasan kepada pasien, dengan cara mengecat untuk memperbaharui kembali bangunankamarnya, prosedur pelayanan yang mudah dan juga harga yang lebih murah, tempat tidur yang multifungsi sehingga pasien yang berobat akan semakin banyak. Universitas Sumatera Utara

6.1.3.2 Indikator Gross Death Rate GDR

Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 52. di atas, tentang Gross Death Rate dapat dilihat, bahwa nilai Gross Death Rate dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 mengalami peningkatan. Hal ini berarti bahwa kinerja yang ditunjukkan Rumah Sakit PMI Aceh Utara baik dalam hal perawatan, pencegahan, kecepatan serta keamanan terhadap pasien kurang memuaskan karena jumlah pasien yang meninggal belum dapat diminimalisir. Oleh karena itu, Rumah Sakit PMI mesti memberikan pelatihan-pelatihan yang lebih banyak lagi kepada dokter dan karyawannya dan tidak hanya sebahagian kecil saja karyawan yang mendapatkan pelatihan sebagaimana pada Tabel 21. Pada tahun 2006 jumlah karyawan yang ikut pelatihan sebanyak hanya 5 orang, tahun 2007 sebanyak 6 orang, tahun 2008 adalah 4 orang dan tahun 2009 juga hanya 5 orang. Seharusnya lebih baik semua karyawan dan dokter mendapatkan pelatihan demi untuk meningkatkan keahlian skill mereka dalam kecepatan dan ketepatan melayani, merawat dan menangani berbagai masalah yang dihadapi. Sehingga jumlah kematian pasien pun akan dapat diminimalisir. Hal ini akan mempengaruhi kepercayaan dan keyakinan pasien untuk berobat ke Rumah Sakit PMI Aceh Utara yang pada akhirnya juga akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan rumah sakit.

6.1.3.3 Indikator Net Date Rate NDR

Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 53. di atas, tentang Net Date Rate dapat dilihat, bahwa nilai Net Date Rate mulai tahun 2006 sampai 2008 terus meningkat melainkan tahun 2009 yang sedikit mengalami penurunan. Hal ini berarti bahwa kinerja yang ditunjukkan Rumah Sakit PMI Aceh Utara dalam hal perawatan intensif dan Universitas Sumatera Utara keamanan terhadap pasien masih kurang memuaskan karena jumlah pasien yang meninggal setelah dirawat di Rumah Sakit PMI Aceh Utara selama lebih dari 48 jam belum juga dapat diminimalisir. Namun pada tahun 2009 mulai ada perubahan, walaupun hanya sedikit saja yaitu 0.01. Oleh sebab itu peralatan-peralatan kesehatan yang sangat diperlukan mesti dilengkapi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia, dalam hal ini dokter dan karyawan Rumah Sakit PMI perlu ditingkatkan dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan yang lebih banyak dalam hal perawatan dan penanganan pasien yang lebih baik, sehingga kematian setelah dirawat di rumah sakit selama dua hari atau lebih dari 48 jam dapat diminimalkan. Pada akhirnya juga akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan Rumah Sakit PMI Aceh Utara.

6.1.3.4 Indikator Bed Occupancy Rate BOR

Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 54. di atas tentang Bed Occupancy Rate dapat dilihat, bahwa nilai Bed Occupancy Rate dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 terus mengalami peningkatan kecuali hanya pada tahun 2009 terjadi penurunan yang sangat drastis. Secara keseluruhan mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 Bed Occupancy Rate terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan atau pemakaian tempat tidur adalah sudah efektif sesuai dengan nilai ideal lamanya seorang pasien dirawat. Walaupun demikian, pada tahun 2009 mengalami penurunan yang sangat tajam yaitu sebesar 20.96 berada dibawah nilai ideal yaitu 60 - 85 . Hal ini disebabkan karena masa perawatan pasien yang sangat singkat dan juga berkurangnya pasien rawat inap. Oleh karena itu kebersihan dan kerapian tempat dan tempat tidur, ketepatan waktu, prosedur layanan dan lain- Universitas Sumatera Utara lain perlu ditingkatkan supaya lebih menarik minat pasien untuk terus berobat ke Rumah Sakit PMI Aceh Utara dengan penuh rasa aman, yakin dan nyaman.

6.1.3.5 Indikator Bed Occupancy Rate BOR Per Ruangan

Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 55. dan Tabel 56. di atas tentang Bed Occupancy Rate dapat dilihat, bahwa nilai Bed Occupancy Rate Ruang OKA pada tahun 2006 adalah 26.03. Pada tahun 2007 menjadi 27.94 terjadi peningkatan sebesar 1.91 27.94 - 26.03 = 1.91. Selanjutnya pada tahun 2008 meningkat lagi 89.04 mengalami peningkatan sebesar 61.1 89.04 - 27.94 = 61.1. Kemudian pada tahun 2009 turun menjadi 46.85 mengalami penurunan yang drastis yaitu 42.19 89.04 - 46.85 = 42.19. Secara umum, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan atau pemakaian tempat tidur dan lamanya perawatan seorang pasien sudah efektif, artinya pemakaian tempat tidur semakin meningkat pada tahun 2007 dan khususnya 2008. Tapi pada tahun 2009 pemakaian tempat tidur sangat berkurang atau tidak efektif karena singkatnya masa perawatan pasien dan berkurangnya pasien yang berobat karena beralih kerumah sakit lain. Selanjutnya Bed Occupancy Rate Ruang ICU pada tahun 2006 adalah 108.90. Pada tahun 2007 menjadi 134.25 terjadi peningkatan sebesar 25.35 134.25 - 108.90 = 25.35. Selanjutnya pada tahun 2008 turun menjadi 59.04 mengalami penurunan yang sangat besar yaitu 75.21 134.25 - 59.04 = 75.21. Kemudian pada tahun 2009 turun lagi sebesar 35.07 berarti mengalami penurunan lagi yaitu 23.97 59.04 - 35.07 = 23.97. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan atau pemakaian tempat tidur pada tahun 2006 dan 2007 sangat tinggi. Sedangkan pada tahun 2008 dan 2009 pemakaian tempat tidurnya sangat Universitas Sumatera Utara rendah dan tidak efektif karena singkatnya masa perawatan pasien dan berkurangnya pasien yang berobat karena beralih kerumah sakit lain. Kemudian nilai Bed Occupancy Rate Ruang Super VIP tahun 2006 adalah 78.36. Pada tahun 2007 tidak terjadi perubahan, tetap sebesar 78.36. Selanjutnya pada tahun 2008 menjadi 58.17 mengalami penurunan sebesar 20.19 78.36 - 58.17 = 20.19. Kemudian pada tahun 2009 terus terjadi penurunan menjadi 39.36 mengalami penurunan yaitu 18.81 58.17 - 39.36 = 18.81. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan atau pemakaian tempat tidur adalah tidak efektif dan semakin berkurangnya pasien yang berobat khususnya pada tahun 2008 dan 2009. Kemudian nilai Bed Occupancy Rate Ruang VIP pada tahun 2006 adalah 77.21. Pada tahun 2007 menjadi 83.53 terjadi peningkatan sebesar 6.32 83.53 - 77.21 = 6.32. Selanjutnya pada tahun 2008 turun menjadi 80.66 mengalami penurunan sebesar 2.87 83.53 - 80.66 = 2.87. Kemudian pada tahun 2009 juga turun menjadi 66.85 mengalami penurunan yaitu 13.81 80.66 - 66.85 = 13.81. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan atau pemakaian tempat tidur adalah semakin berkurang. Lebih lanjut bahwa nilai Bed Occupancy Rate Ruang Kelas I pada tahun 2006 adalah 220.14. Pada tahun 2007 menjadi 206.16 terjadi penurunan sebesar 13.98 220.14 - 206.16 = 13.98. Selanjutnya pada tahun 2008 terus turun menjadi 139.04 mengalami penurunan sebesar 67.12 206.16 - 139.04 = 67.12. Kemudian pada tahun 2009 juga turun sebesar 93.56 mengalami penurunan yaitu 45.48 139.04 - 93.56 = 45.48. Hal ini menunjukkan bahwa pada awalnya tingkat pemanfaatan atau pemakaian tempat tidur sangat tinggi, tetapi kemudian terus menurun dan semakin berkurang hingga berada dibawah nilai ideal. Universitas Sumatera Utara Setelah itu nilai Bed Occupancy Rate Ruang Kelas II pada tahun 2006 adalah 38.36. Dan pada tahun 2007 tidak mengalami perubahan, tetap sebesar 38.36. Selanjutnya pada tahun 2008 menjadi 34.95 mengalami penurunan 3.43 38.36 - 34.95 = 3.43. Kemudian pada tahun 2009 terus menurun menjadi 26.54 mengalami penurunan yaitu 8.41 34.95 - 26.54 = 8.41. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan atau pemakaian tempat tidur adalah semakin berkurang. Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 55. dan Tabel 56. di atas tentang Bed Occupancy Rate dapat dilihat, bahwa nilai Bed Occupancy Rate Ruang Kelas III pada tahun 2006 adalah 30.34. Pada tahun 2007 menjadi 25.23 terjadi penurunan sebesar 5.11 30.34 - 25.23 = 5.11. Selanjutnya pada tahun 2008 meningkat sebesar 82.74 mengalami peningkatan sebesar 57.51 82.74 - 25.23 = 57.51. Kemudian pada tahun 2009 kembali turun sebesar 43.99 mengalami penurunan 38.75 82.74 - 43.99 = 38.75. Secara umum bahawa tingkat pemanfaatan dan pemakaian tempat tidur berkurang, dan hanya pada tahun 2008 terjadi peningkatan. Kemudian nilai Bed Occupancy Rate Ruang VKKebidanan, hanya ada pada tahun 2008 yaitu sebesar 21.64. Ini disebabkan tidak adanya pasien yang masuk ke VKKebidanan pada tahun 2006, 2007 dan 2009, karena langsung berobat ke ruang OKA. Namun hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan atau pemakaian tempat tidur pada ruang VKKebidanan sangat kurang. Selanjutnya nilai Bed Occupancy Rate Ruang Anak pada tahun 2006 adalah 89.93. Pada tahun 2007 menjadi 106.23 terjadi peningkatan sebesar 16.3 106.23 - 89.93 = 16.3. Selanjutnya pada tahun 2008 turun menjadi 48.70 mengalami penurunan yang besar yaitu 57.53 106.23 - 48.70 = 57.53. Kemudian pada tahun 2009 kembali turun sebesar Universitas Sumatera Utara 21.37 mengalami penurunan 27.33 48.70 - 21.37 = 38.75. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan atau pemakaian tempat tidur pada tahun 2006 dan 2007 adalah tinggi. Sedangkan pada tahun 2008 dan 2009 pemakaian tempat tidurnya sangat rendah dan tidak efektif.

6.1.3.6 Indikator Turn Over Interval TOI

Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 57. di atas tentang Turn Over Interval dapat dilihat, bahwa nilai Turn Over Interval mulai tahun 2006 sampai tahun 2008 tetap stabil kecuali pada tahun 2009 yang mengalami peningkatan dan tidak sesuai dengan nilai idealnya yaitu 1 – 3 hari. Namun pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, pemakaian tempat tidurnya sudah efisien. Sedangkan tahun 2009 adalah disebabkan kurangnya pasien rawat inap yang berobat ke Rumah Sakit PMI, yaitu hanya berjumlah 1918 pasien. Sementara tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 berjumlah 3009, 3175 dan 2682 pasien. Penyebab semakin menurunnya pasien rawat inap adalah karena beralih ke rumah sakit lain yang disebabkan karena kebijakan-kebijakan di Rumah Sakit PMI Aceh Utara dan mutu pelayanan yang kurang maksimal. Oleh karena itu Rumah Sakit PMI perlu memperhatikan kepuasan pelanggannya secara maksimal seperti kebersihan dan kerapian tempat dan tempat tidur khususnya dan juga yang lainnya, untuk menumbuhkan kembali kepercayaan pasien supaya terus berobat di Rumah Sakit PMI. Sehingga tempat tidur akan terus terisi, tidak sampai kosong melebihi 3 hari. Universitas Sumatera Utara 6.1.4 Kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran 6.1.4.1 Indikator Retensi Karyawan Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 58. mengenai Retensi Karyawan dapat dilihat, bahwa nilai Retensi karyawan dari tahun 2006 sampai 2009 mengalami peningkatan kecuali hanya pada tahun 2007 yang terjadi sedikit penurunan. Secara keseluruhan bahwa kemampuan Rumah Sakit PMI Aceh Utara untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan karyawannya dapat dikategorikan tidak berhasil. Hal ini dikarenakan jumlah karyawan yang keluar dari Rumah Sakit PMI semakin meningkat. Namun demikian, terjadinya peningkatan jumlah karyawan yang keluar dari Rumah Sakit PMI Aceh Utara pada tahun 2008 dan tahun 2009 adalah karena adanya kebijakan dari pihak Rumah Sakit PMI dan pemerintah dan dalam rangka pengurangan jumlah karyawan, dengan memberikan kesempatan kepada karyawannya yang bekerja lebih dari satu tempat, untuk memilih tetap bekerja di Rumah Sakit PMI atau ditempat lain dengan tujuan supaya lebih efektif dan efisien serta lebih fokus dalam pengelolaan Rumah Sakit PMI Aceh Utara ke depan dengan persaingan yang semakin ketat. Bahkan Yuwono 2001 mengatakan bahwa retensi karyawan yang dihitung adalah mereka yang menduduki jabatan kunci dalam perusahaan tersebut atau dalam hal ini Rumah Sakit PMI Aceh Utara. Namun, kepuasan karyawan juga sangat perlu diperhatikan secara maksimal terutama dalam komunikasi dengan atasan masih kurang, pemberian insentif belum merata, waktu pembayaran honorarium terkadang juga kurang tepat karena tergantung kondisi keuangan rumah sakit, program pelatihan sangat kurang, serta pengembangan karyawan dan pemberian wewenang juga sangat terbatas. Padahal semua ini sangat mempengaruhi kinerja karyawan, dan Universitas Sumatera Utara pengaruhnya sangat besar terhadap ketiga perspektif lainnya yaitu, perspektif proses internal bisnis, perspektif pasien dan perspektif keuangan.

6.1.4.2 Indikator Produktivitas Karyawan

Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 59. mengenai Produktivitas Karyawan dapat dilihat, bahwa nilai Produktvitas karyawan pada tahun 2006 adalah sebesar Rp 3.224.399,42 per karyawan. Pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar Rp 5.813.808,01 per karyawan Rp 9.038.207,43 – Rp 3.224.399,42 = Rp 5.813.808,01 per karyawan. Kemudian pada tahun 2008 terus meningkat sebesar Rp 3.824.508,45 per karyawan Rp 12.862.715,88 – Rp 9.038.207,43 = Rp 3.824.508,45 per karyawan. Selanjutnya pada tahun 2009 juga mengalami peningkatan sebesar Rp 4.451.797,23 per karyawan Rp 17.314.513,11 – Rp 12.862.715,88 = Rp 4.451.797,23 per karyawan. Hal ini berarti bahwa karyawan Rumah Sakit PMI Aceh Utara memiliki semangat dan etos kerja tinggi dalam menjalankan tanggung jawab yang telah dibebankan.

6.1.4.3 Indikator Rata-Rata Kepuasan Karyawan

Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata tingkat kepuasan karyawan Rumah Sakit PMI Aceh Utara diperoleh data pada Tabel 83. sebagai berikut: Tabel 83. Tingkat kepuasan karyawan No. Pilihan Responden keterangan Jumlah rata-rata persentase rata-rata 1 A Sangat puas 27,2 60,5 2 B Puas 11,7 26,1 3 C Kurang puas 4,79 10,6 4 D Tidak puas 1,26 2,81 5 E Sangat tidak puas Jumlah 45 100 Sumber : Analisis data primer Universitas Sumatera Utara Gambar 74. Hasil Perhitungan Kepuasan Karyawan KK Tabel 83. dan Gambar 74. menunjukkan bahwa rata-rata persentase yang menunjukkan tingkat rasa sangat puas terhadap rumah sakit sebesar 60,5 yang merupakan persentase tertinggi. Karyawan merasa sangat puas dengan kebijakan manajemen yang berlaku di Rumah Sakit PMI Aceh Utara. Namun demikian, tingkat kepuasan karyawan perlu lebih ditingkatkan lagi supaya mendapatkan hasil yang maksimal. Berbagai program pendidikan atau pelatihan harus dikaitkan dengan pengembangan profesionalisme karyawan rumah sakit, misalnya dengan promosi jabatan atau promosi untuk menangani pekerjaan dengan tanggung jawab yang lebih besar, yang tentu saja akan diikuti dengan sistem kompensasi yang lebih baik. Apabila program pelatihan yang dilakukan sesuai dengan tujuan pengembangan profesionalisme karyawan untuk mewujudkan visi dan kebijakan kualitas rumah sakit, hal itu akan menciptakan iklim rumah sakit yang meransang karyawan untuk meningkatkan kompetensinya dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Manajemen rumah sakit harus menunjukkan komitmen yang kuat untuk pengembangan sumber daya manusia, apabila mereka ingin rumah sakit mampu berkompetisi dalam era persaingan global sekarang ini. Kemampuan itu dapat ditunjukkan melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan terus-menerus dengan biaya yang kompetitif Gaspersz:2006:193. Universitas Sumatera Utara

6.2. Hasil Keseluruhan Analisis Balanced Scorecard

Secara umum pada perspektif keuangan menunjukkan hasil yang sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari indikator ROI yang mengalami peningkatan. Peningkatan indikator ROI dari tahun 2006 sampai 2008 tersebut telah melebihi keukuran kelayakan usaha. Tapi dengan terjadinya penurunan pada tahun 2009 sampai mencapai 9.53, hal ini berarti bahwa kinerja keuangan pada indikator ROI Rumah Sakit PMI tahun 2009 terjadi penurunan dan kurang layak. Indikator Rasio Efisiensi juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 sebesar 5.36, tahun 2007 menjadi 8.67 mengalami peningkatan sebesar 3.31. Selanjutnya pada tahun 2008 kembali terjadi penurunan menjadi 5.75, berarti mengalami penurunan sebesar 2.92. Kemudian pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi 13.24 mengalami peningkatan sebesar 7.49. Tentunya ini sangat positif untuk perkembangan Rumah Sakit PMI kedepan, karena telah melebihi ukuran kelayakan usaha, serta harus dipertahankan dan bahkan lebih ditingkatkan lagi. Current Ratio tahun 2006 ke tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 145.59, dan dari tahun 2007 ke 2008 kembali mengalami peningkatan sebesar 167.54, kemudian tahun 2008 ke 2009 kembali terjadi penurunan menjadi 136.59. Untuk itu diharapkan Rumah Sakit PMI Aceh Utara dapat memperbaiki dan sekaligus dapat meningkatkan aktiva lancarnya karena bertujuan untuk menjaga keuangan rumah sakit supaya terus meningkat dan selalu berada dalam kondisi stabil. Dilihat dari tahun 2006 sampai 2009 Profit Margin on Sales terus terjadi peningkatan, disebabkan adanya kenaikan pemasukan dari pasien rawat inap dan meningkatnya laba usaha setiap tahun. Hal ini menunjukkan bahwa operasional Rumah Sakit PMI semakin efisien atau semakin baik. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2006 angka ROE adalah 12.23. Tahun 2007 menjadi 40.87, Kemudian pada tahun 2008 sebesar 56.57 juga terjadi peningkatan. Namun pada tahun 2009 terjadi lagi penurunan menjadi 47.04. Hal ini berarti bahwa semakin besar ROE menunjukkan bahwa rumah sakit semakin baik dalam mensejahterakan para pemegang saham yang bisa dihasilkan dari setiap lembar saham. Namun pada tahun 2009 ROE harus diperbaiki dan ditingkatkan kembali. Kinerja yang diperlihatkan pada perspektif pasien secara umum sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban atau tanggapan rata-rata pasien merasa puas adalah 64.95, ini masuk pada ketegori tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa secara umum rumah sakit PMI Aceh Utara sudah memperhatikan kepuasan pasien, walaupun belum begitu maksimal. Dalam hal Retensi pasien dari tahun 2006 sampai 2008 mengalami penurunan kecuali pada tahun 2009 terjadi peningkatan. Secara keseluruhan, kemampuan Rumah Sakit PMI Aceh Utara untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan pasien dapat dikatakan sudah berhasil. Sedangkan pada tahun 2009 Rumah Sakit PMI belum dapat mempertahankan hubungan baiknya dengan pasien. hal ini akan berdampak pada tingkat kurangnya loyalitas pasien terhadap Rumah Sakit PMI dimasa-masa yang akan datang. Akuisisi pasien pada tahun 2006 sampai 2008 terus mengalami peningkatan melainkan hanya menurun pada tahun 2009. Secara keseluruhan, kemampuan Rumah Sakit PMI Aceh Utara untuk meningkatkan atau menarik pasien baru dapat dikatakan sudah berhasil. Sedangkan pada tahun 2009 Rumah Sakit PMI belum dapat mempertahankan hubungan baiknya dalam hal menarik pasien baru. hal ini akan berdampak pada tingkat kurangnya jumlah pasien baru yang akan berobat ke Rumah Sakit PMI Aceh Utara dimasa mendatang. Universitas Sumatera Utara Hasil kinerja pada perspektif proses bisnis internal yang diukur dengan lima indikator yaitu BTO, NDR, GDR, BOR dan TOI adalah: Nilai BTO tahun 2006 sampai 2008 terus mengalami peningkatan sampai melewati nilai idealnya 40 – 50 kali yaitu 66.87 kali, 67.55 dan 70.58. Artinya tingkat perputaran tempat tidur yang terisi terus meningkat, atau jumlah pasien yang dapat tertangani oleh Rumah Sakit semakin banyak. Sedangkan pada tahun 2009 terjadi penurunan yaitu 46.78 kali, menunjukkan pasien yang berobat ke Rumah Sakit PMI Aceh Utara berkurang, sehingga perputaran tempat tidur yang terisipun menjadi berkurang. Sedangkan nilai GDR pada tahun 2006 sampai 2009 juga terjadi peningkatan yaitu 1.16, 1.38, 1.45 dan 1.46. Berarti bahwa kinerja yang ditunjukkan Rumah Sakit PMI Aceh Utara baik dalam hal perawatan, pencegahan, kecepatan serta keamanan terhadap pasien kurang memuaskan karena jumlah pasien yang meninggal belum dapat diminimalisir. Kemudian nilai NDR mulai tahun 2006 sampai 2008 terus mengalami peningkatan yaitu 0.36, 0.41, 0.48 , walaupun pada tahun 2009 terjadi penurunan yaitu 0.47. Berarti kinerja yang ditunjukkan bahwa jumlah pasien rawat inap yang telah dirawat lebih dari 48 jam kurang memuaskan, hal ini dapat dilihat karena terjadinya peningkatan NDR setiap tahun. Kematian pasien belum juga dapat diminimalisir. Selanjutnya nilai BOR pada tahun 2006 sampai 2008 terus terjadi peningkatan dan berada di dalam nilai ideal 60 – 85 yaitu 61.23, 61.81, dan 61.82. Berarti bahwa pemanfaatan tempat tidur di Rumah Sakit sudah memuaskan, melainkan pada tahun 2009 mengalami penurunan sampai mencapai 40.86 berada dibawah nilai ideal. Berarti kinerja yang ditunjukkan Rumah Sakit dalam hal pemanfaatan tempat tidur pada tahun 2009 sangat menurun dan tidak memuaskan. Atau terjadinya penurunan pasien yang berobat ke Rumah Sakit PMI Aceh Utara. Universitas Sumatera Utara Kemudian nilai BOR per ruangan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat, bahwa nilai ruang OKA terus terjadi peningkatan, tapi berada di bawah nilai ideal 60 – 85 yaitu 26.03, 27.94 dan 89.04 tapi nilai ruang OKA tahun 2008 melewati nilai ideal. Sedangkan pada tahun 2009 turun menjadi 46.85 artinya pemakaian tempat tidur berkurang atau pasien yang berobat ke Rumah Sakit PMI pada ruang OKA terjadi penurunan. Lebih lanjut nilai ruang ICU pada tahun 2006 dan 2007 dapat dilihat, bahwa nilai ruang ICU terjadi peningkatan sebesar 108.90 dan 134.25, dan berada di atas nilai ideal. Artinya pemakaian tempat tidur dan minat pasien yang berobat ke ruang ICU Rumah Sakit PMI sangat tinggi. Sedangkan pada tahun 2008 dan tahun 2009 terjadi penurunan sebesar 59.04 dan 35.07. Berarti pemakaian tempat tidur berkurang karena minat pasien yang berobat pada ruang ICU berkurang. Kemudian nilai Ruang Super VIP pada tahun 2006 dan 2007 sangat memuaskan karena berada dalam batasan nilai ideal yaitu 78.36 dan 78.36. Artinya pemanfaatan atau pemakaian tempat tempat tidur sudah baik. Sedangkan pada tahun 2008 dan tahun 2009 terjadi penurunan hingga mencapai dibawah nilai ideal yaitu 58.17 dan 39.36. Berarti pemakaian tempat tidur pada ruang ini rendah dan minat pasien berkurang. Setelah itu nilai Ruang VIP pada tahun 2006 dan 2007 terus meningkat dan sangat memuaskan karena berada dalam batasan nilai ideal yaitu 77.21 dan 83.53. Sedangkan pada tahun 2008 dan tahun 2009 terjadi penurunan menjadi 80.66 dan 66.85. Tapi masih tetap berada dalam batasan nilai ideal. Kinerja yang ditunjukkan pemanfaatan tempat tidur ruangan VIP di Rumah Sakit PMI Aceh Utara menurun. Selanjutnya nilai Ruang Kelas I pada tahun 2006 sampai tahun 2009 terus terjadi penurunan yaitu 220.14, 206.16, 139.04 dan 93.56. Tapi semuanya berada diatas nilai Universitas Sumatera Utara ideal. Berarti kinerja yang ditunjukkan pada ruangan kelas I pemanfaatan tempat tidur di Rumah Sakit PMI Aceh Utara tidak efektif atau tidak memuaskan dan minat pasien untuk berobat ke Rumah sakit PMI semakin berkurang. Seterusnya nilai Ruang Kelas II pada tahun 2006 dan 2007 tidak terjadi perubahan yaitu sebesar 38.36 dan 38.36 berada dibawah nilai ideal. Pada tahun 2008 dan 2009 terus mengalami penurunan sampai mencapai 34.95 dan 26.54 yang juga berada dibawah nilai ideal. Berarti kinerja yang ditunjukkan pada ruangan kelas II pemanfaatan tempat tidur di Rumah Sakit PMI Aceh Utara juga tidak efektif atau tidak memuaskan, minat pasien pun sangat berkurang. Kemudian nilai Ruang Kelas III pada tahun 2006 adalah 30.34 dan tahun 2007 terjadi penurunan yaitu 25.23 dan kedua-duanya berada di bawah nilai ideal. Sedangkan pada tahun 2008 mengalami peningkatan mencapai 82.74 berada dalam batasan nilai ideal. Sementara kitu pada tahun 2009 kembali terjadi penurunan sebesar 43.99 dan berada dibawah nilai ideal. Berarti bahwa kinerja yang ditunjukkan pada ruangan kelas III pemanfaatan tempat tidur di Rumah Sakit PMI Aceh Utara secara keseluruhan juga tidak efektif atau tidak memuaskan melainkan hanya pada tahun 2008 yang sangat memuaskan. Pada Ruang VKKebidanan nilai yang ada hanya pada tahun 2008 sebesar 21.64 masih dibawah nilai ideal, tentunya hal ini tidak memuaskan dan sangat rendahnya minat pasien yang berobat. Kemudian nilai pada Ruang Anak pada tahun 2006 adalah 89.93 dan tahun 2007 terjadi peningkatan yaitu 106.23 dan kedua-duanya berada di atas nilai ideal. Artinya pemanfaatan tempat tidur dan minat pasien yang berobat pada ruang ini sangat tinggi.Sedangkan pada tahun 2008 mengalami penurunan mencapai 48.70 berada di bawah nilai ideal. Sementara kitu pada tahun 2009 kembali terjadi penurunan sebesar 21.37 dan juga berada dibawah nilai Universitas Sumatera Utara ideal. Berarti bahwa kinerja yang ditunjukkan pada ruangan Anak pemanfaatan tempat tidur di Rumah Sakit PMI Aceh Utara semakin rendah. Nilai TOI mulai dari tahun 2006 sampai 2008 sudah sesuai dengan nilai idealnya yaitu 1 sampai dengan 3 hari. Berarti bahwa tempat tidur yang tidak ditempati sudah sesuai dan berada dalam nilai idealnya. Namun pada tahun 2009 terjadi peningkatan sampai mencapai 4.6 atau 5 hari. Hal ini berarti terlalu lama tempat tidur tidak ditempati, yang berarti terjadinya penurunan pasien yang berobat ke Rumah sakit PMI Aceh Utara. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yang diukur dengan menggunakan 3 indikator yaitu produktifitas karyawan, retensi karyawan dan kepuasan karyawan secara umum telah menunjukkan hasil yang baik, hal ini juga dapat berdampak pada peningkatan kualitas karyawan yang ujungnya bermuara pada kepuasan pelanggan dalam melayani pelanggan. Ini dapat dilihat dari tingkat produktifitas karyawan yang terus mengalami peningkatan. Akan tetapi dalam hal Retensi karyawan khususnya pada tahun 2008 dan 2009 mengalami peningkatan, berarti bahwa kemampuan rumah sakit untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan karyawan dapat dikatakan belum berhasil hal ini akan berdampak pada tingkat loyalitas dan tingkat produktifitas karyawan. Namun ini juga merupakan kebijakan Rumah Sakit PMI dalam hal pengurangan supaya lebih efektif dan efisien. Sedangkan hasil survei terhadap karyawan adalah 60.5 mereka merasa sangat puas terhadap kebijakan Manajemen rumah sakit PMI Aceh Utara. Selanjutnya untuk memperjelas pemahaman mengenai hasil keseluruhan analisis Balanced Scorecard dapat dilihat sebagaimana terdapat pada Tabel 84. dan juga pada Gambar 75. yaitu tabulasi perbandingan hasil perhitungan Balanced Scorecard, serta perbandingan hasil perhitungan indeks Balanced Scorecard yang terdapat pada Gambar 76. sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 84. Tabulasi Perbandingan Hasil Perhitungan Balanced Scorecard Jenis Variabel Hasil selama 2006 sampai tahun 2009 Tahun Keterangan 2006 2007 2008 2009 Perspektif Keuangan 2006, 2007, 2008 Baik. 2009 kurang baik ROI Peningkatan ROI tahun 2007 adalah 28.64,2008= 5.7, 2009 turun = 9.53 12.23 40.87 56.57 47.04 Peningkatan ROI berarti Pengembalian tingkat investasi meningkat, hal ini berarti pengelolaan keuangan atas investasi investor dapat dikategorikan baik atau efisien. Tapi tahun 2009 ROI turun, artinya pengelolaan keuangan kurang baik. Rasio Efisiensi Peningkatan RE Tahun 2007 = 3.31. Penurunan RE tahun 2008 = 2.92. Peningkatan RE tahun 2009 = 7.49 5.36 8.67 5.75 13.24 Penggunaan Aktiva lancar sudah efisien. Dan biaya operasi dapat diturunkan. Current Ratio Penurunan CR tahun 2007 = 145.29.Peningkatan CR tahun 2008 = 167.54. Penurunan CR tahun 2009 = 136.59 148.29 2.70 170.24 33.65 Tahun 2006 aktiva lancar mampu membayar Hutang lancar sebesar Rp.1.4829. tahun 2007 sebesar Rp. 0.270. Tahun 2008 sebesar Rp 1.7024. Tahun 2009 sebesar Rp. 0.3365. Profit Margin on Sales Peningkatan PMoS tahun 2007 = 16. Peningkatan tahun 2008 = 3. Peningkatan tahun 2009 = 9 9 25 28 37 Profit Margin on Sales setiap tahun terjadi peningkatan. Artinya operasional Rumah Sakit PMI semakin efisien atau semakin baik. ROE Peningkatan ROE tahun 2007 adalah 28.64,2008= 5.7, 2009 turun = 9.53 12.23 40.87

56.57 47.04

Semakin besar ROE menunjukkan bahwa rumah sakit semakin baik dalam mensejahterakan para pemegang saham yang bisa dihasilkan dari setiap lembar saham. Perspektif Pasien 2006, 2007, 2008 Baik. 2009 Kurang baik Retensi Pasien Penurunan RP tahun 2007 = 1.17. Penurunan RP tahun 50.37 49.20 40.01 41.38 Sudah mampu mempertahankan hubungan baik dengan pasien lama. Universitas Sumatera Utara 2008 = 9.19. Peningkatan RP tahun 2009 = 1.37 Namun perlu dipertahankan dan diperbaiki kembali karena terjadi lagi peningkatan RP pada tahun 2009. Akuisisi Pasien Peningkatan AP tahun 2007 = 1.18. Peningkatan AP tahun 2008 = 9.2. Penurunan AP tahun 2009 = 1.38 49.62 50.80 60 58.62 Sudah berhasil meningkatkan atau menarik pasien baru untuk berobat ke Rumah Sakit PMI. Hal ini perlu dipertahankan dan diperbaiki kembali, karena terjadi lagi penurunan AP di tahun 2009. Kepuasan Pasien Kepuasan Pasien bernilai 64.95. Puas Kepuasan pasien menunjukkan pasien merasa puas terhadap pelayanan Rumah Sakit. Hal ini berarti Rumah sakit sudah mampu melayani pelanggan secara maksimal Perspektif Proses Bisnis Internal

2006, 2007, 2008 Baik. 2009 Kurang baik. GDR, NDR 2006

sampai 2009 Kurang baik. BTO Peningkatan BTO tahun 2007 = 0.68 kali. Peningkatan BTO tahun 2008 = 3.03 kali. Penurunan BTO tahun 2009 = 23.8 kali. 66.87 kali 67.55 kali 70.58 kali 46.78 kali Peningkatan BTO ini mengakibatkan Semakin banyak Pasien berobat ke rumah sakit. Hal ini berarti tingkat keparcayaan pasien terhadap pelayanan rumah sakit meningkat. Pada tahun 2009 terjadi penurunan yang sangat drastis, Artinya minat pasien yang berobat berkurang. GDR Peningkatan GDR tahun 2007 = 0.22. Peningkatan GDR tahun 2008 = 0.07. Peningkatan GDR tahun 2009 = 0.01 1.16 1.38 1.45 1.46 Pelayanan pencegahan dan kecepatan kurang memadai. Hal ini berarti bahwa rumah sakit PMI Aceh Utara perlu meningkatkan kinerja kualitas pelayanan dalam hal penanganan dini. NDR Peningkatan NDR tahun 2007 = 0.05. Peningkatan NDR tahun 2008 = 0.07. Penurunan NDR tahun 2009 = 0.01 0.36 0.41 0.48 0.47 Perawatan intensif dan keamanan kurang memadai. Hal ini berarti kualitas perawatan intensif masih rendah, walaupun ada sedikit penurunan NDR pada tahun 2009. BOR Peningkatan BOR tahun 2007 61.23 61.81 61.82 40.86 Peningkatan BOR ini menandakan Lanjutan tabel 83 Lanjutan tabel 84. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Manajemen Melalui Pendekatan Metode Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Haji Medan

3 106 72

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (Studi Pada Rumah Sakit Elizabeth Situbondo)

1 6 2

ANALISA METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI PENGUKURAN KINERJA Analisa Metode Balanced Scorecard Sebagai Pengukuran Kinerja (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Surakarta).

0 3 18

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit dengan Pendekatan Balanced Scorecard (Studi Kasus pada RSUD Pandan Arang Boyolali).

0 2 20

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD Analisis Pengukuran Kinerja Rumah Sakit dengan Pendekatan Balanced Scorecard (Studi Kasus pada RSUD Pandan Arang Boyolali).

0 4 14

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN BALANCED SCORECARD (Studi Kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten).

0 1 7

ANALISIS KEMUNGKINAN IMPLEMENTASI BALANCED SCORECARD DALAM PENCAPAIAN KINERJA MAKSIMAL PADA RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGGI.

0 0 6

Analisis kinerja rumah sakit dengan pendekatan balanced scorecard : studi kasus di RSUD Wonosari.

2 13 157

Analisis SWOT Rumah Sakit dalam Menghadapi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional di RSUD Cut Meutia Lhokseumawe Kabupaten Aceh Utara

0 0 17

Implementasi pengukuran kinerja rumah sakit dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard : studi kasus pada Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari - USD Repository

0 1 193