2.3.7. Kunci Keberhasilan dalam mengimplementasikan Balanced Scorecard
Sebagai sebuah konsep yang relatif baru, kesuksesan dan kegagalan implementasi BSC hendaknya dipandang secara positif. Hanya dengan memperhatikan dan memahami secara
cermat poin-poin utama dari konsep dan penerapan BSC, suatu kegagalan dapat diminimalisir. Untuk itu, perlu dicermati beberapa asumsi yang mendasari konsep BSC.
Yuwono 2006:125 menjelaskan Scorecard adalah suatu sarana untuk mengkomunikasikan persepsi suatu perusahaan secara sederhana dan mudah dimengerti oleh
seluruh pihak terutama orang-orang dalam organisasi yang akan mengeksekusi strategi perusahaan. Kebersamaan dan kesabaran dalam mengenali, memahami, sekaligus menerima
kultur dan mindset orang-orang dalam organisasi sangatlah penting. Hal ini dimaksudkan agar proses Scorecard tetap sejiwa dan selaras dengan napas organisasi, tanpa melupakan peran
Scorecard itu sendiri untuk menghasilkan perbaikan dan perubahan. Dengan demikian diharapkan para pegawai bisa menerima Scorecard itu sendiri untuk
menghasilkan perbaikan dan perubahan. Para pegawai bisa menerima Scorecard sebagai suatu gambaran relevan mengenai perusahaan, suatu gambaran yang juga mencakup kebutuhan dan
ambisi-ambisi jangka panjang. Selanjutnya Yuwono 2006:126 mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan kegagalan implementasi BSC pada umumnya adalah: 1.
Memandang bahwa BSC merupakan suatu pendekatan yang berdiri sendiri, yang berbeda dengan pendekatan lain. Jadi, bila sejak awal manajemen atau berbagai pihak dalam
organisasi memandang keberadaan BSC secara eksklusif maka risiko kegagalan implementasi BSC semakin tinggi.
Universitas Sumatera Utara
2. Kekeliruan dalam menentukan variabel dan tolak ukur BSC yang tidak sejalan dengan
ekspekstasi stakeholder, terutama non-owner stakeholders selain pemegang saham, seperti: karyawan, pelanggan, pemasok, masyarakat dan bahkan juga generasi mendatang.
3. Improvement goals tujuan-tujuan pengembangan manajerial dan bisnis dalam perusahaan
tidak didasarkan pada kebutuhan stakeholders. 4.
Tidak ada sistem yang dapat diandalkan yang dapat merinci sasaran-sasaran pada tingkat manajemen puncak hingga level di bawahnya secara efektif, yang pada dasarnya merupakan
alat aktualisasi strategi dan pengembangan bisnis. 5.
Karyawan employess kurang mempunyai rasa memiliki terhadap perusahaan. Ini tentunya sangat berpengaruh terhadap efektivitas BSC karena BSC sesungguhnya membutuhkan peran
serta seluruh individu dalam seluruh lini organisasi. Agar karyawan mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap perusahaan demi keberhasilan implementasi BSC, maka perusahaan
perlu menempuh langkah-langkah kongkret, misalnya dengan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk turut memiliki saham perusahaan employess stock allocation.
Tanpa dukungan yang kuat dari manajemen puncak, sangat sulit untuk melaksanakan implementasi sebuah konsep seperti BSC. Juga dibutuhkan waktu yang lama untuk membuat
keseluruhan organisasi memahami ide-ide dan pengaruh-pengaruh yang terkandung di dalam konsep tersebut dalam pekerjaan sehari-hari setiap karyawan. Manajemen puncak harus
menyediakan sumber-sumber daya, pelatihan dan waktu yang memadai agar Scorecard dapat diselenggarakan dengan baik.
Salah satu tujuan utama BSC adalah untuk menciptakan partisipasi dan komunikasi mengenai visi dan tujuan strategis suatu perusahaan. Jika konsep tersebut diterapkan tidak
sebagaimana mestinya, maka orang-orang di dalam organisasi mungkin akan memiliki persepsi
Universitas Sumatera Utara
yang salah bahwa BSC adalah pengontrol untuk diri mereka, bukan demi perusahaan yang sedang berusaha membuat kemajuan untuk mencapai sasaran-sararan yang telah ditetapkan. Oleh
karena itu, semua lini dan dan jenjang yang ada dalam perusahaan hendaknya berpartisipasi dalam proses aktual pengembangan Scorecard, yang prosesnya dapat diawali dari visi
komprehensif perusahaan. Melalui proses ini dihasilkan konsensus tentang bagaimana masing- masing orang dapat mewujudkan andilnya untuk mencapai tujuan-tujuan strategisnya.
Konsep Balanced Scorecard dapat dilaksanakan dengan baik dengan beberapa asumsi antara lain adalah:
1 Mendasarkan Scorecard pada strategi perusahaan.
Hal yang sangat penting adalah BSC harus didasarkan pada visi komprehensif dan tujuan- tujuan strategis menyeluruh dari perusahaan. Jika Scorecard tidak didasarkan pada strategi,
ada bahaya serius suboptimasi, dimana berbagai bagian dalam sebuah organisasi bekerja pada tujuan yang bersilangan. Jadi perlu diusahakan adanya keseimbangan antara partisipasi
maksimal dalam proses perumusan strategi dan fokus pada operasi. 2
Berbagai tolak ukur yang didefinisikan secara jelas dan konsisten. Ukuran-ukuran yang digunakan dalam BSC harus didefinisikan secara jelas dengan cara
yang sama disosialisasikan keseluruh lini atau bagian organisasi. 3
Keseimbangan dan hubungan sebab-akibat antar berbagai tolak ukur. Tujuan-tujuan perusahaan secara tradisional dinyatakan dalam berbagai bentuk sasaran dan
ukuran keuangan. Akibatnya, banyak sistem dikembangkan untuk memungkinkan dilakukannya monitoring terhadap ukuran-ukuran keuangan berbasis harian. Banyak
perusahaan tidak mampu memonitor ukuran-ukuran non keuangan, atau bahkan tidak terbiasa melakukannya. Sehingga ada resiko substansial bahwa ukuran-ukuran non keuangan
Universitas Sumatera Utara
akan diabaikan. BSC dimaksudkan tidak hanya untuk memperlengkap perusahaan dengan suatu pandangan yang lebih luas tentang bisnisnya, tetapi juga mengharuskannya untuk
menentukan bagaimana berbagai ukuran yang berbeda tersebut dapat saling mempengaruhi. 4
Sasaran-sasaran harus disusun pada setiap tolak ukur. BSC ditujukan untuk meningkatkan kredibilitas, maka yang harus diperhatikan adalah,
pertama, sasaran harus konsisten dengan visi komprehensif dan strategi menyeluruh. Kedua, ia harus realistis dan dapat dicapai. Ketiga, sasaran harus ambisius untuk memacu organisasi
berkembang. Esensinya, karyawan diseluruh jajaran organisasi hendaknya dapat membuktikan bahwa sasaran-sasaran tersebut pada umumnya dapat tercapai.
5 Meyakinkan kemungkinan dikerjakannya tolak ukur dan pengukuran.
Agar BSC efektif, ia harus dilengkapi secara kontinyu dengan info mutakhir dan relevan
sehingga ia menjadi bagian alami dari proses pembelajaran dan diskusi strategis perusahaan. Perusahaan selanjutnya harus mengembangkan berbagai prosedur, sistem intuitif dan
fleksibel dan biaya yang efektif untuk melakukan pengukuran, yakni suatu sistem yang memungkinkan penggunaan informasi dari berbagai database yang tersedia, baik internal
maupun eksternal, dan juga membolehkan pengukuran yang telah dilaksanakan secara manual dalam operasi-operasi normal.
6 Adanya pengembangan suatu organisasi pembelajaran.
Dalam proses BSC, strategi dirinci kedalam berbagai tolak ukur dan sasaran spesifik. Proses ini mengembangkan partisipasi, kesadaran dan desentralisasi, pembuatan keputusan, serta
tanggung jawab terhadap pencapaian sasaran yang telah dirumuskan.
Universitas Sumatera Utara
7 Menindaklanjuti konsep.
Agar tetap kompetitif, suatu perusahaan harus meninjau strateginya secara berkala dan konsisten. Kebanyakan perusahaan beroperasi dalam suatu lingkungan yang memaksa
mereka untuk menguji strateginya secara kontinu. Rantai antara tujuan-tujuan strategis perusahaan dan berbagai tolak ukur di dalam scorecardnya bisa dianggap sebagai suatu
hipotesis hubungan sebab-akibat tertentu. Apabila tolak ukur dan tujuan-tujuan strategis berubah menjadi tidak berkorelasi, maka teori-teori yang mendasari pemilihan strategi harus
dikaji ulang. Diskusi-diskusi seperti ini harus diadakan paling tidak sekali dalam setahun, bahkan mungkin triwulan atau per bulan. BSC tidak boleh dipandang sebagai produk statis
tetapi sebagai suatu model hidup dari suatu perusahaan.
2.4. Perspektif-Perspektif Dalam Balanced Scorecard