130
Laporan Tahunan 2009 Annual Report
2. Risiko Operasional
Risiko Operasional adalah Risiko yang berhubungan dengan ketidakcukupan dan atau kelemahan proses
internal, kelalaian manusia, kegagalan sistem, atau adanya masalah eksternal yang mempengaruhi
operasional Bank DKI secara langsung maupun tidak langsung, yang dapat menimbulkan kerugian
inansial dan kerugian potensial. Penanganan risiko operasional dilakukan melalui proses Identiikasi
risiko yang melekat inherent risk pada operasional Bank DKI.
Tujuan pengendalian risiko operasional adalah untuk memastikan bahwa Bank DKI memiliki
kebijakan, mekanisme dan praktik yang tepat untuk menghindari atau meminimalkan kegagalan
atau kerugian serta memastikan penerapan peluang bisnis baru secara tepat di bawah kendali
manajemen risiko. Bank DKI berupaya mengurangi risiko operasional dengan mempertahankan sistem
kendali Internal yang komprehensif, termasuk menetapkan sistem dan prosedur untuk memonitor
transaksi dan seluruh kegiatan lainnya.
3. Risiko Kredit
Risiko kredit dideinisikan sebagai risiko kerugian yang mungkin terjadi akibat kegagalan pihak kedua
memenuhi kewajibannya.
Model credit scoring telah diterapkan Bank DKI. Perbaikan sistem terus dilakukan untuk
mendapatkan model yang lebih baik melalui back testing untuk menilai berbagai segmen dari
portofolio kredit sehingga pengambilan keputusan dan pemantauan risiko menjadi lebih baik.
Sejalan dengan hal tersebut, upaya intensif telah dilakukan untuk mengantisipasi peraturan baru Bank
Indonesia dalam perhitungan Rasio Kecukupan Modal dan persiapan implementasi Bassel II.
Beberapa sektor kredit yang memiliki NPL yang cukup tinggi, yaitu sektor Industri, Perdagangan,
Jasa-Jasa Dunia Usaha, dan terutama KMG Kembang. Oleh karena itu, Bank DKI akan lebih
prudent
dalam memberikan kredit pada sektor- sektor tersebut.
4. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas merupakan risiko yang antara lain disebabkan ketidakmampuan bank memenuhi
kewajiban yang telah jatuh tempo.
2. Operation Risk
Operational risk is deined as a risk related to the inadequacy andor weaknesses in the internal
processes, human error, system failure, or the existence of external problems that affects the
operations of Bank DKI, and causes inancial losses and potential losses, both directly and indirectly.
The handling of operational risk is done through the identiication process of inherent risks in the
operations of Bank DKI.
The target of controlling operational risk is to ensure that Bank DKI has the proper policies,
mechanisms and practices to avoid or minimize failures or losses, and to ensure the proper
implementation of new business opportunities under the control of risk management. Bank DKI
tries to reduce operational risk by maintaining a comprehensive internal control system, which
includes the setting of systems and procedures to monitor transactions and all other activities.
3. Credit Risk
Credit risk is deined as a risk of loss that might occur due to the failure of a second party to fulil its
obligations.
Bank DKI has been applying a credit scoring model. Improvements in the system is continuous, so a
better model can be obtained through back testing that evaluates various segments of the credit
portfolio, so decision-making and risk-monitoring are improved.
In line with this issue, intensive efforts have been executed to anticipate new regulations of Bank
Indonesia concerning the Ratio of Capital Adequacy and to prepare for the implementation of Basel II.
Some credit sectors have rather high NPL, are: the Industrial, Trade, Business Services, and especially
KMG Kembang sectors. For that reason, Bank DKI will be more prudent in granting credit to these
sectors.
4. Liquidity Risk
liquidity risk is deined as a risk caused among others by the inability of the bank to satisfy
obligations that have come due.
Laporan Tahunan 2009 Annual Report
131
Risiko likuiditas dapat dikategorikan ke dalam risiko likuiditas pasar dan risiko likuiditas pendanaan. Risiko
Likuiditas Pasar, yaitu risiko yang timbul saat bank tidak mampu melakukan offset posisi tertentu dengan harga
pasar karena kondisi likuiditas pasar yang tidak kondusif atau terjadi gangguan di pasar market disruption.
Risiko Likuiditas Pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena Bank tidak mampu mencairkan asetnya atau
memperoleh pendanaan dari sumber dana lain.
Untuk mengantisipasi timbulnya risiko ini Bank DKI melakukan perhitungan terhadap kesenjangan
mismatch antara struktur dana dan struktur pinjaman berdasarkan periode jatuh tempo. Bank
DKI melakukan penilaian terhadap stabilitas dan trend simpanan dan penarikan dana masyarakat.
Selain itu, Bank DKI juga memantau posisi likuiditas secara harian, mingguan dan bulanan serta potensi
kerugian lainnya yang disebabkan risiko likuiditas dengan cara mengelola maturitas posisi likuiditas.
5. Risiko Hukum
Risiko hukum merupakan risiko yang disebabkan oleh kelemahan sistem yuridis atau oleh adanya
gugatan hukum, ketiadaan hukum yang jelas dan mendukung atau adanya kelemahan dalam kontrak,
klaim atau agunan.
Risiko hukum dikelola untuk memastikan bahwa seluruh aktivitas dan hubungan kegiatan usaha
Bank DKI dengan semua pihak telah didasarkan pada aturan dan persyaratan yang dapat melindungi
kepentingan Bank DKI dari segi hukum.
Bank DKI terus menerus meningkatkan kompetensi karyawan dalam bidang hukum dan meningkatkan
sosialisasi nilai-nilai perusahaan sebagai upaya menurunkan risiko. Dengan upaya ini, Bank DKI
telah dapat meminimalisasi terjadinya kelemahan perjanjian dan fraud oleh karyawan yang menjadi
masalah hukum utama beberapa tahun terkhir.
6. Risiko Strategis