Penerapan Filsafat dalam Mengkaji Pendidikan Jasmani dan Olahraga

PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar 26 kemampuan berfilsafat yang tinggi akan menghargai kebenaran berpikir yang diyakini oleh orang lain seperti juga ia menghargai kebenaran berpikir yang diyakini oleh dirinya. Dalam hal ini perbedaan pendapat dan perbedaan pemikiran dianggap sebagai suatu eksistensi wacana berpikir yang bersifat dialektika sebagai upaya manusia sebagai makhluk berpikir untuk mencari kebenaran. Memang bukan berapa banyak tokoh beserta pemikiran yang telah kita kuasai, melainkan bagaimana pemikiran para tokoh tersebut mampu mewarnai dalam mendukung kinerja sebagai seorang guru sekaligus pelatih olahraga pada level ekstrakurikuler di sekolah dasar. Sederhananya, ketika kita berada pada sebuah jamuan pesta makan, janganlah berbicara mengenai tatacara makan kepada semua orang, melainkan perlihatkanlah bahwa cara anda makan sesuai tatanan dan elegan.

b. Penerapan Filsafat dalam Mengkaji Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Dua tema besar dalam relevansinya dengan kajian filsafat Pendidikan Jasmani dan olahraga mengarah pada konsep pendidikan dan Pendidikan Jasmani. Konsep ini menginspirasi aplikasi kata pendidikan dengan Pendidikan Jasmani secara silih berganti. Kemudian, kajian ini diteruskan oleh tema besar yang kedua yakni perkembangan orientasi nilai Pendidikan Jasmani dan olahraga. Pendidikan Jasmani merupakan terjemahan dari physical education. Penafsiran dan implementasi Pendidikan Jasmani di sekolah seringkali terjadi perbedaan. Tafsiran pertama, sering disebut sebagai pandangan tradisional, menganggap bahwa Pendidikan Jasmani hanya semata-mata mendidik jasmani atau sebagai pelengkap, penyeimbang, atau penyelaras pendidikan rohani manusia. Menurut pandangan ini, pelaksanaan Pendidikan Jasmani cenderung mengarah kepada upaya memperkuat badan; memperhebat keterampilan fisik, atau kemampuan jasmaniahnya saja. Bahkan lebih dari itu, pelaksanaan Pendidikan Jasmani ini justru sering kali mengabaikan kepentingan jasmani itu sendiri, seperti penggunaan obat-obat terlarang untuk meraih performa yang lebih baik. Namun, berdasarkan sudut pandang pendidikan, pandangan ini tidak mendapat pengakuan. Analisis kritis dan pertimbangan logis ternyata kurang mendukung terhadap pandangan PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar 27 dikhotomi tersebut. Fakta dan temuan lapangan cenderung memperkuat pandangan yang bersifat holistik. Pendidikan Jasmani adalah pendidikan melalui dan tentang aktivitas fisik atau dalam bahasa aslinya adalah Physical education is education of and through movement. Terdapat tiga kata kunci dalam definisi tersebut, yaitu 1 pendidikan education, yang direfleksikan dengan kompetensi yang ingin diraih siswa 2 melalui dan tentang through and of, sebagai kata sambung yang menggambarkan keeratan hubungan yang dinyatakan dengan berhubungan langsung dan tidak langsung dan 3 gerak movement, merupakan bahan kajian aktivitas permainan, aquatik, rithmik, uji diri, dsb sebagaimana tertera dalam kurikulum Pendidikan Jasmani. Konsep konkret Pendidikan Jasmani yang melingkupi program dan proses belajar mengajar tertuang pada ilustrasi di bawah ini. Ilustrasi Keterkaitan Konsep, Program, dan PBM Penjas Berdasarkan definisi tersebut cukup jelas bahwa posisi movement atau dalam kurikulum disebut bahan kajian yang terdiri dari tujuh bahan kajian aktivitas permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas uji dirisenam, aktivitas ritmik, aktivitas airaquatik, aktivitas luar kelas, dan kesehatan, dapat ditempatkan sebagai alat atau tujuan. Bahan kajian ditempatkan sebagai alat manakala tujuan yang ingin diraih berupa kompetensi personal dan sosial, sedangkan bahan kajian sebagai tujuan manakala tujuan yang ingin diraih berupa kompetensi akademis dan vokasional. Physical Education is Education through and of Movement akt perm dan OR akt pengembangan, akt uji diri, akt ritmik, akt air, akt luar sekalam bebas pend kesehatan Tujuan Pendidikan Nasional life skills GBPP SILABUSRPP KOMPETENSI Personal Social Akademis Vocational Through and of TEACHING LEARNING PROCESS PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar 28 Pendidikan Jasmani dan olahraga memiliki dua keuntungan utama yaitu keuntungan fisik dan edukasi Bailey, 2009. Keuntungan fisik meliputi: kebugaran, keterampilan gerak, dan kebiasaan melakukan aktivitas fisik gaya hidup aktif. Sedangkan keuntungan edukasi meliputi: sosial, afektif, dan kognitif. Pengalaman belajar Pendidikan Jasmani yang diperoleh siswa di sekolah pada dasarnya merupakan proses penanaman nilai-nilai edukasi melalui aktivitas fisik dan olahraga yang disediakan oleh gurunya, yang pada gilirannya kebiasaan baik tersebut dapat dipraktekkan oleh siswa pada kehidupan sehari-hari siswa di masyarakat sepanjang hidupnya. Sebaliknya praktek salah yang terjadi pada aktivitas fisik dan olahraga di masyarakat hendaknya merupakan feedback bagi pengembangan pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah. Dengan demikian Pendidikan Jasmani selalu berinteraksi secara positif, reflektif, dan berkelanjutan mendidik satu generasi ke generasi berikutnya menuju kehidupan yang lebih baik. Aktivitas fisik dalam Pendidikan Jasmani berfungsi sebagai media pendidikan yang memberikan beragam manfaat diantaranya. 1 Orientasi nilai fisikal dalam Pendidikan Jasmani 2 Orientasi nilai sosial dari Pendidikan Jasmani 3 Orientasi afektif dari Pendidikan Jasmani 4 Orientasi nilai kognitif dari Pendidikan Jasmani Utilitas Pendidikan Jasmani berdampak luas pada semua ranah yang ingin dituju. Orientasi fisikal, sosial, afektif dan kognitif adalah kerangka komprehensif menuju optimumnya daya-daya terbaik yang ada pada peserta didik dan guru berkewajiban untuk mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi. Mencermati isu-isu kekinian yang berkembang dalam Pendidikan Jasmani dan olahraga telah mengarah pada hampir semua aspek kajian Pendidikan Jasmani dan olahraga. Pertanyaan mendasar yang kemudian muncul adalah mampukah kita membayangkan dimasa mendatang Pendidikan Jasmani tidak lagi mewujud?. Beragam spekulasi tentang eksistensi Pendidikan Jasmani tengah berkembang. Pendidikan Jasmani telah bergerak menuju dekontektualisasi dan dekonstruksi materi beserta aplikasinya. Sementara itu guru Pendidikan Jasmani kurang dipersiapkan secara akademis sehingga di lingkup sekolah, Pendidikan PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar 29 Jasmani berada pada posisi yang mengkhawatirkan dan bergerak pada kepunahan. Paulo Freire, seorang ahli critical pedagogy dalam bukunya Pedagogy of Hope mengkritisi kondisi pendidikan seperti ini sebagai penjajahan dan penindasan yang harus dirubah menjadi pemberdayaan dan pembebasan. Freire mengungkapkan bahwa proses pembelajaran nampak seperti sebuah kegiatan menabung, peserta didik sebagai ”celengan” dan guru sebagai ”penabung”. Kontras dengan hal di atas, konstruksi sosial yang ada di masyarakat sangat beragam dan imbasnya mengarah kepada budaya belajar dan gerak. Budaya belajar dan gerak tengah mengalami krisis yang tentu tidak bisa dipulihkan dalam waktu singkat. Dibutuhkan kerja keras dan usaha dari keluarga, masyarakat dan sekolah dalam proses habituasinya. Sembiosa antar ketiganya akan mampu menumbuhkembangkan kembali budaya gerak yang telah mulai terkikis. Ada beberapa isu faktual diantaranya: 1 policy, power and politics in PE; 2 physical activity, physical fitness health young people; 3 teacher, teaching and pedagogy in PE; 4 gender and PE; 5 social class, young people, sport PE; 6 inclusion, special education needs, disability PE. Revitalisasi dan bahkan revolusi Pendidikan Jasmani harus dimulai dalam tatanan terkecil masyarakat yang bermanifestasi dalam sebuah kelas yang meliputi lingkup pembelajaran intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Pendidikan Jasmani yang diajarkan di sekolah sudah saatnya kembali kepada bentuk dasar dari tujuan anak mengikutinya yakni bergerak. Untuk mencapainya diperlukan pemikiran yang tajam dan kritis. Guru sebagai pelatih menggunakan beragam pendekatan yang memungkinkan semua ranah berkembang sebagaimana mestinya.

3. Penutup