[SD 1] Panduan Pelaksanaan Ekstrakurikuler Olahraga di SD.
P
P
A
A
N
N
D
D
U
U
A
A
N
N
P
P
E
E
L
L
A
A
K
K
S
S
A
A
N
N
A
A
A
A
N
N
P
P
E
E
M
M
B
B
E
E
L
L
A
A
J
J
A
A
R
R
A
A
N
N
E
E
K
K
S
S
T
T
R
R
A
A
K
K
U
U
R
R
I
I
K
K
U
U
L
L
E
E
R
R
O
O
L
L
A
A
H
H
R
R
A
A
G
G
A
A
(
(M
Me
el
la
al
lu
u
i
i
K
Kl
lu
ub
b
O
Ol
la
ah
hr
ra
ag
ga
a
d
di
i
S
Se
ek
ko
o
la
l
ah
h
D
D
as
a
sa
ar
r)
)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH DASAR
JAKARTA, 2014
(2)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar
)
i
KATA PENGANTAR
Pembentukan Klub Olahraga di Sekolah Dasar merupkan upaya penyediaan wahana bagi tumbuh dan berkembangnya siswa sekolah dasar yang memiliki minat, bakat dan kemampuan dalam bidang olahraga. Klub Olahraga Sekolah Dasar dikembangkan untuk mewadahi pembinaan olahraga bagi siswa sekolah dasar dalam lingkup gugus sekolah. Oleh karena itu pembentukan Klub Olahraga Sekolah Dasar merupakan salah satu upaya pembinaan dan pengembangan olahraga di sekolah dasar khususnya membina dan mengembangkan potensi siswa yang berbakat dalam bidang olahraga.
Keberadaan Klub Olahraga di Sekolah Dasar telah dirintis sejak tahun 1997 meliputi 9 klub pada 9 provinsi. Hingga akhir tahun 2012 klub olahraga di sekolah dasar secara kuantitatif berkembang pesat dan telah mencapai 2.688 klub. Namun dari sisi kualitatif, keberadaan klub-klub olahraga di sekolah dasar masih memerlukan reorientasi dan pembinaan secara lebih lanjut. Oleh karena itu, dipandang perlu adanya publikasi tentang landasan kebijakan dan mekanisme pengelolaan Klub Olahraga di Sekolah Dasar. Untuk menunjang hal tersebut, maka dalam kesempatan berbahagia ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar menerbitkan sebuah buku yang berjudul: PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar).
Dengan penerbitan buku tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengelola Klub Olahraga di Sekolah Dasar secara praktis dan memiliki kontribusi nyata dalam menopang tiga pilar pembangunan olahraga serta peningkatan prestasi olahraga nasional, baik di tingkat Asia Tenggara, Asia maupun Internasional.
Jakarta, ….. Maret 2014
Direktur Pembinaan Sekolah Dasar,
Ibrahim Bafadal
(3)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar
)
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. DASAR HUKUM ... 2
C. TUJUAN DAN MANFAAT ... 2
D. SISTEMATIKA ………..……... 3
BAB II KONSEP DASAR PEMBENTUKAN KLUB OLAHRAGA DI SEKOLAH DASAR .……….…....... 4
A. DEFINISI KLUB OLAHRAGA DI SEKOLAH DASAR ……… 4
B. KONSEP DASAR KLUB OLAHRAGA DI SEKOLAH DASAR ………... 4
C. PEMBENTUKAN KLUB OLAHRAGA DI SEKOLAH DASAR ………. ... 8
D. SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN KLUB OLAHRAGA DI SEKOLAH DASAR ………. 9
E. CABANG OLAHRAGA PRIORITAS ..……….. 10
F. INDIKATOR KLUB OLAHRAGA ……….………. 11
BAB III SEGITRATEGI PENATALAKSANAAN KLUB OLAHRAGA SEKOLAH DASAR ... 12
A. PROGRAM PENATALAKSANAAN KLUB OLAHRAGA DI SEKOLAH DASAR ………... 12
B. PERAN DAN FUNGSI PIHAK TERKAIT ….…... 13
C. ORGANISASI KLUB OLAHRAGA DI SEKOLAH DASAR .………... 15
D. PEMBIAYAAN ………... 18
E. PELATIH .………... 19
F. PESERTA DIDIK …………... 19
G. FASILITAS DAN PERALATAN ..………... 20
BAB IV IMPLEMENTASI PROGRAM ... 22
A. FALSAFAH PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA DI SEKOLAH ………..…….…………. ... 22
B. PENDIDIKAN KARAKTER DALAM OLAHRAGA ………... 30
(4)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar
)
iii
D. ANALISIS MEKANIKA GERAK OLAHRAGA ... 47
E. PSIKOLOGI DALAM PEMBINAAN OLAHRAGA DI SEKOLAH DASAR ………... 52
F. PEMBINAAN CABANG OLAHRAGA ………... 62
G. METODE LATIHAN FISIK DAN PEMROGRAMAN LATIHAN ………... 157
H. PENCEGAHAN DAN PENANGANAN CEDERA OLAHRAGA ……… ... 166
BAB V MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ... 174
A. PENGERTIAN MONITORING ….…………... 174
B. TUJUAN MONITORING ………... 174
C. MANFAAT MONITORING .…... 174
D. ASPEK YANG DIMONEV …………... 174
E. ISNTRUMEN ……..………... 174
F. WAKTU PELAKSANAAN MONEV ... 176
G. PETUGAS MONEV ………... 176
H. PELAPORAN ……..………... 176
I. SISTEMATIKA …..………... 176
BAB V PENUTUP ... 177
DAFTAR PUSTAKA ... 178
(5)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ruang lingkup pembinanaan keolahragaan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional meliputi 3 (tiga) pilar pembinaan, yaitu olahraga pendidikan, olahraga rekreasi dan olahraga prestasi.
Ketiga pilar pembinaan olahraga tersebut pada dasarnya dalam rangka melaksanakan fungsi keolahragaan nasional yaitu mengembangkan kemampuan jasmani, rohani, dan sosial serta membentuk watak dan kepribadian bangsa yang bermartabat dan berdaya saing global.
Olahraga prestasi merupakan puncak dari pembinaan olahraga. Dalam upaya mencapai puncak prestasi diperlukan suatu model pembinaan berkelanjutan atau model piramida pembinaan, seperti pada gambar 1. Secara teori, model pembinaan tersebut merupakan proses pembinaan yang sistematis, berjenjang dan berkesinambungan. Pola pembinaan olahraga yang demikian harus dipahami sebagai cara pandang yang utuh dalam memahami program yang meliputi pemassalan, pembibitan dan program pembinaan prestasi.
Gambar . Model Pembinaan Olahraga Nasional Pemassalan
Pembibitan Prestasi
(6)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
2
B. DASAR HUKUM
Dasar hukum dari kebijakan dan pembinaan klub olahraga di sekoah dasar adalah sebagai berikut.
1. Undang-Undang Dasar Negera Republik Indonesia tahun1945;
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional; 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan Olahraga;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Pendanaan olahraga;
8. Program Kerja Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidian Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
C. TUJUAN DAN MANFAAT 1. Tujuan
a. Tujuan umum
Menyediakan wahana pembinaan olahraga pendidikan dalam bentukklub olahraga yang berbasis gugus (sekolah inti dan sekolah imbas) untuk penumbuhkembanganminat dan bakat olahraga peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki keunggulan psikomotorik yang dilandasi oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti/berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri dan mampu menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
b. Tujuan khusus
1) Menyediakan wahana pembinaan keolahragaan untuk meningkatkan akselerasi olahraga pendidikan dalam mengejar ketertinggalan pembinaan, pembibitan dan pemasalan olahraga.
2) Mendukung pembinaan olahraga di sekolah dasar sebagai bagian dari sistem pembinaan secara nasional menuju olahraga prestasi.
(7)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
3
2. Manfaat
a. Mengembangkan kemampuan jasmani, rohani, dan sosial serta membentuk watak dan kepribadian bangsa yang bermartabat dan berdaya saing global. b. Menentukan keberhasilan pembentukan dan pengembangan manusia
Indonesia yang unggul, berkarakter dan memiliki daya saing global di kemudian hari.
c. Sebagai wadah bagi siswa yang memiliki minat dan bakat olahraga tertentu untuk meningkatkan kemampuan olahraganya secara terencana, terprogram, terukur dan berkesinambungan.
d. Memberikan kontribusi besar pada pencapaian pembangunan olahraga nasional menuju tercapainya prestasi puncak yang mampu mengharumkan nama bangsa dan Negara, baik di kancah Asean, Asia maupun Internasional.
D. SISTEMATIKA
Panduan ini akan membahas tentang: 1) Konsep dasar pembentukan klub olahraga di sekolah dasar, 2) Strategi penatalaksanaan klub olahraga di sekolah dasar, 3) implemenasi program pelatihan di klub olahraga, serta, 4) Monitoring, evaluasi dan pelaporan klub olahraga di sekolah dasar.
(8)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
4
BAB II
KONSEP DASAR PEMBENTUKAN
KLUB OLAHRAGA DI SEKOLAH DASAR
A. DEFINISI KLUB OLAHRAGA DI SEKOLAH DASAR
Konsep pembinaan klub olahraga di tingkat sekolah dasar merupakan kelanjutan dari program pendidikan jasmani yang mengembangkan dan memperluas program pendidikan jasmani yang bersifat mencakup semua siswa yang mempunyai minat dan bakat pada salah satu cabang olahraga. Pada program klub olahraga ini siswa diberi kesempatan untuk memilih dan menentukan cabang olahraga yang disesuaikan dengan potensi bakatnya.
Pembentukan klub olahraga ini berorientasi pada pemberian pondasi olahraga prestasi yang dimulai sejak usia dini, yang dimulai dengan pemanduan bakat yang dimiliki pada anak di masing-masing sekolah untuk dissalurkan pada program olahraga prestasi dalam bentuk pemusatan latihan.
B. KONSEP DASAR KLUB OLAHRAGA DI SEKOLAH DASAR
Dalam rangka mengembangkan dan memberikan kesempatan pada siswa yang memiliki minat dan bakat olahraga maka diperlukan wadah pembinaan. Selaras dengan pemikiran pola pembinaan para siswa tersebut dibentuklah klub-klub olahraga di Sekolah Dasar.
Sebagaimana diketahui bahwa pembinaan olahraga di Indonesia pada umumnya masih menempuh jalan pintas dan belum mengikuti piramida pembinaan sehingga belum mencerminkan hasil yang konsisten. Program pembinaan yang menganut jalan pintas tersebut, memang menghasilkan kemajuan, akan tetapi sulit untuk dipertahankan konsistensinya dibandingkan jika program pembinaan yang mengikuti pola piramida pembinaan. Pembinaan klub olahraga SD seharusnya dilaksanakan secara berkesinambungan sejak tahap pemassalan, pembibitan hingga pembinaan prestasi.
Piramida pembinaan mengandung pengertian bahwa program pemassalan dan pembibitan memiliki peranan penting dalam berlangsungnya program penyelenggraan pendidikan jasmani, baik Implementasi program pemassalan dan
(9)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
5 pembibitan melalui pengembangan program keolahragaan di sekolah dalam bentuk klub olahraga sekolah. Bentuk pengembangan kegiatan dapat berupa kompetisi dalam sekolah (intramural) maupun yang lebih ideal terprogram dalam kegiatan kompetisi antar sekolah (interskolastik). Melalui program tersebut akan muncul bibit atlet potensial yang perlu ditindaklanjuti dalam bentuk pembinaan intensif yang dilakukan induk-induk organisasi keolahragaan hingga pemusatan latihan nasional.
Secara sederhana, program penyelenggaraan pendidikan jasmani di sekolah dapat digambarkan sebagai dasar dari piramida pembinaan keolahragaan nasional. Di atas program pembelajaran pendidikan jasmani terdapat program klub olahraga, sedangkan di puncak segitiga terletak program olahraga prestasi, seperti yang tergambar berikut ini:
Gambar. Piramida pembinaan olahraga sekolah
Program pendidikan jasmani adalah suatu kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan individu secara organik, neuromuskuler, sosial, intelektual dan emosional yang berkaitan dengan aktivitas fisik yang melibatkan sistem otot besar. Hal ini berarti bahwa program pendidikan jasmani merupakan dasar pembinaan yang kokoh dan solid untuk seluruh program olahraga dan aktivitas fisik di sekolah maupun masyarakat.
Program klub olahraga sebagai kelanjutan program pendidikan jasmani merupakan upaya pengembangan dan perluasan program pendidikan jasmani yang melibatkan semua anak yang memiliki minat dan motivasi tinggi pada suatu cabang olahraga tertentu. Pada program klub olahraga inilah para siswa diberi kesempatan untuk
Pendidikan Jasmani Klub Olahraga Sekolah
Intramural Interskolastik
(10)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
6 menentukan cabang olahraga pilihannya, yang disesuaikan dengan minat dan bakat yang dimiliki. Program ini di sekolah disebut sebagai program ekstrakurikuler.
Program kurikuler pada masa mendatang seyogyanya mampu memfasilitasi berbagai kegiatan olahraga di luar struktur kurikulum yang berbasis olahraga pendidikan yang dikenal dengan sebutan penjadidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes). Program penjasorkes merupakan satu dari tiga pilar pembangunan olahraga nasional selain olahraga rekreasi dan olahraga prestasi.
Program pembinaan olahraga prestasi merupakan kelanjutan dari olahraga rekreasi dan olahraga pendidikan. Pada tahap pembinaan olahraga prestasi, guru penjasorkes, pelatih dan pembina klub olahraga sekolah memanfaatkan data pemanduan bakat yang telah dimiliki seperti minat, bakat dan potensi anak dari masing-masing sekolah untuk disalurkan pada klub-klub olahraga di tingkat sekolah maupun di tingkat induk organisasi olahraga hingga pemusatan latihan nasional.
Upaya untuk mengembalikan kejayaan olahraga nasional, tidak bisa tidak, harus dimulai melalui reformasi bangunan sistem keolahragaan tanah air, denganpenekanan utama pada pergeseran paradigma pembinaan olahraga yang tidak sekadarberorientasi pada pencapaian medali. Meskipun raihan medaliyang diperoleh dalam sebuahkejuaraan(event) merupakan indikator kemajuan olahraga, mentalitas atau karakter bangsa, maka medaliseyogyanyatetap dimaknai sebagai konsekuensi logis atas pembinaan olahraga yang tertata dan terintegrasi dalam sistem yang mapan dan berkesinambungan.
Berdasarkan kenyataan dan tuntutan kesinambungan pembinaan olahraga secara berkesinambungan tersebut, maka Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar menagkap esensi penting dari pembinaan olahraga yang dilakukan sejak dini melalui pembinaan olahraga di sekolah dasar. Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan di tingkat sekolah dasar tentu tidak dapat dipisahkan dari pembinaan dan pengembangan olahraga secara berkesinambungan mulai jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah hingga pendidikan tinggi. Oleh karenanya, maka peranan sekolah dasar dalam pembinaan olahraga pendidikan perlu semakin dioptimalkan.
Peranan sekolah dasar dalam pembinaan olahraga pendidikan merupakan landasan dan mata rantai penting dalam satau kesatuan pembangunan olahraga nasional.
(11)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
7 Sekolah dasar merupakan sumber potensial calon bibit atlet berbakat dan melalui pembinaan olahraga yang dilakukan sejak sekolah dasar diharapkan akan menghasilkan calon-calon atlet yang berkesinambungan dan memiliki daya saing bagi kemajuan dunia olahraga tanah air tercinta Indonesia.
Pembinaan olahraga pada periode ini akan sangat menentukan keberhasilan pembentukan dan pengembangan manusia Indonesia yang unggul, berkarakter dan memiliki daya saing global di kemudian hari. Periode usia ini juga merupakan periode yang amat penting dalam penumbuhkembangan kesadaran akan pentingnya kesehatan, penanaman budaya hidup aktif dan sehat, potensi multilateral melalui pendekatan joyfull activities dalam kehidupan sehari-hari anak.
Penjasorkes merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang dilaksanakan dengan mengutamakan aktifitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan pengembangan jasmani mental dan emosi yang serasi, selaras dan seimbang. Oleh sebab itu penjasorkes di sekolah dasar hendaknya mengutamakan aktifitas fisik dan menerapkan kebiasaan hidup sehat. Aktifitas jasmani atau fisik tersebut memiliki peranan penting dalam mendukung pertumbuhan serta perkembangan jasmani, mental, rohani serta emosi siswa.
Dalam rangka menunjang pelaksanaan penjasorkes di sekolah dasar serta memberikan kesempatan kepada siswa yang memiliki minat dan bakat olahraga diperlukan adanya suatu wadah pembinaan. Selaras dengan pemikiran pola pembinaan olahraga di sekolah, Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar memandang perlu membentuk suatu wadah pembinaan olahraga di sekolah dasar yang diharapkan dapat meningkatkan gerak dasar (multilateral) dan keterampilan gerak cabang-cabang olahraga tertentu. Dengan demikian pada gilirannya akan mampumemberikan kontribusi besar pada pencapaian pembangunan olahraga nasional menuju tercapainya prestasi puncak yang mampu mengharumkan nama bangsa dan Negara, baik di kancah Asean, Asia maupun Internasional.
Sejalan dengan pemikiran di depan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, sejak tahun 1997/1998 telah merintis pembinaan dan pengembangan olahraga di sekolah dasar melalui pembentukan Klub Olahraga Sekolah Dasar.
(12)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
8 Pembentukan Klub Olahraga Sekolah Dasar merupakan terobosan untuk mengakselerasi peningkatkan kualitas dan kontribusi olahraga pendidikan dalam bingkai satu kesatuan pembangunan olahraga nasional, mulai tahapan pemassalan, pembibitan hingga pembinaan prestasi. Melalui pembentukan Klub Olahraga Sekolah Dasar diharapkan mampudijadikan sebagai wadah bagi siswa yang memiliki minat dan bakat olahraga tertentu untuk meningkatkan kemampuan olahraganya secara terencana, terprogram, terukur dan berkesinambungan. Proses pembinaan olahraga di Indonesia pada umumnya masih menempuh jalan pintas dan belum mengikuti piramida pembinaan sehingga belum mencerminkan hasil yang konsisten. Program pembinaan yang menganut jalan pintas tersebut, memang menghasilkan kemajuan, akan tetapi sulit untuk dipertahankan konsistensinya dibandingkan jika program pembinaan yang mengikuti pola piramida pembinaan. Pembinaan klub olahraga SD seharusnya dilaksanakan secara berkesinambungan sejak tahap pemassalan, pembibitan hingga pembinaan prestasi.
C. PEMBENTUKAN KLUB OLAHRAGA DI SEKOLAH DASAR
Pembentukan Klub Olahraga Sekolah Dasar dilakukan sebagai upaya penyediaan wahana bagi tumbuh dan berkembangnya siswa sekolah dasar yang memiliki bakat olahraga. Klub Olahraga Sekolah Dasar dikembangkan untuk mewadahi pembinaan olahraga bagi siswa sekolah dasar dalam lingkup gugus sekolah. Melalui pendekatan gugus, siswa yang memiliki potensi pada cabang olahraga tertentu dari seluruh sekolah, baik SD Inti maupun SD Imbas akan dilatih oleh pelatih yang kualified. Skema pembentukan Klub Olahraga Sekolah Dasar seperti tergambar pada halaman berikut ini.
(13)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
9
Gambar. Skema Pembentukan Klub Olahraga Sekolah Dasar
Pengembangan Klub Olahraga Sekolah Dasar dilakukan dengan mempertimbangkan aspek pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial dan emosional anak dalam periode tersebut. Metodologi pelatihan olahraga yang dikembangkan dilandasai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Pelatih Klub Olahraga Sekolah Dasar diharuskan selalu membekali diri dengan iptek yang berkaitan dengan ilmu keolahragaan.
D. SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN KLUB OLAHRAGA DI SEKOLAH DASAR
Direktorat Pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, dalam rangka peningkatan capaian pembelajaran Penjasorkes di sekolah dasar sejak tahun 1997/1998 telah melaksanakan pembinaan dan pengembangan olahraga di SD melalui pembentukan klub olahraga SD.
K e cam a tan G u g u s G u g u s G u g u s K lu b K lu b K lu b K e cam a tan G u g u s G u g u s G u g u s K lu b K lu b K lu b K e cam a tan G u g u s G u g u s G u g u s K lu b K lu b K lu b K ab /K o ta P ro v in si
(14)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
10 Pembentukan klub olahraga berbasis pada gugus sekolah dasar dengan SD inti sebagai pusat kegiatan. Pada tahap awal di setiap provinsi telah ditetapkan 1 (satu) kabupaten/kota binaan yang didalamnya terdapat 3 (tiga) kecamatan dan setiap kecamatan terdapat 3 (tiga) gugus/SD inti/klub olahraga.
Persyaratan utama dalam pembentukan Klub Olahraga Sekolah Dasar adalah memiliki organisasi gugus yang lengkap, kuat dan solid. Kedudukan dan fungsi SD Inti dan SD Imbas dalam Klub Olahraga Sekolah Dasar memiliki peran yang sangat penting dan mutlak bagi kemajuan pembinaan klub olahraga sekolah dasar selanjutnya. Tim yang tergabung dalam Klub Olahraga Sekolah Dasar, terdiri atas orang-orang yang memiliki kemauan yang keras untuk maju bersama dalam pembinaan dan pengembangan Klub Olahraga Sekolah Dasar. Disamping itu gugus harus memiliki sarana prasarana yang memadai untuk pelatihan cabang olahraga yang menjadi pilihan dalam binaannya.
Persyaratan yang dimiliki gugus dan sebagian harus tersedia pada SD Inti dalam pembentukan Klub Olahraga SD adalah sebagai berikut:
1. SD Inti dan/atau SD Imbas harus memiliki pelatih kecabangan (sarjana kepelatihan Olahraga) yang menjadi prioritas dan atau guru Penjasorkes yang memiliki sertifikat kecabangan;
2. SD Inti dan/atau SD imbas harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk cabang olahraga yang akan dikembangkan, misalnya memiliki halaman/tanah yang luas, gedung serbaguna (tempat latihan berbagai cabang olahraga, seperti tempat senam), dan memiliki peralatan dan perlengkapan olahraga lainnya.
3. Letak SD inti sebagai pusat kegiatan harus strategis dan mudah dijangkau oleh SD Imbas;
4. Kepala Sekolah Inti maupun SD Imbas mempunyai keinginan dan semangat tinggi untuk mengelola klub olahraga dan meningkatkan kemampuan profesionalnya di bidang olahraga.
E. CABANG OLAHRAGA PRIORITAS
Cabang olahraga prioritas yang dikembangkan di Klub Olahraga Sekolah Dasar meliputi: 1) Atletik, 2) Senam, 3) Renang, 4) Tenis Meja, 5) Bulu Tangkis, 6) Voli Mini, 7) Sepak Takraw, 8) Pencak Silat, 9) Karate, 10) Sepakbola Mini, 11) Tenis Lapangan, dan 12) Catur.
(15)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
11 Penetapan cabang olahraga yang akan dibina dan dikembangkan oleh Klub Olahraga Sekolah Dasar disepakati berdasarkan rapat anggota gugus dan tidak terpaku pada cabang olahraga tersebut. Namun demikian dalam menetapkan cabang olahraga yang akan dikembangkan, hendaknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
1. Sarana dan prasarana yang tersedia di gugus yang bersangkutan;
2. Memiliki pelatih kecabangan (Sarjana Kepelatihan Olahraga) dan/atau guru Penjasorkes sebagai pelatih klub ;
3. Guru Penjasorkes dan/atau pelatih lainnya memiliki keterampilan dan sertifikat cabang olahraga yang dibina.
F. INDIKATOR KLUB OLAHRAGA
Klub olahraga berbasis gugus sekolah dasar yang terkelola dengan baik tercermin dari beberapa indikator seperti: 1) Organisasi dan administrasi klub olahraga, 2) Sarana prasarana klub olahraga, 3) Kegiatan cabang olahraga, 4) Kerjasama dengan masyarakat dan instansi terkait, serta 5) Hasil binaan.
(16)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
12
BAB III
STRATEGI PENATALAKSANAAN KLUB OLAHRAGA
A. PROGRAM PENATALAKSANAAN KLUB OLAHRAGA DI SEKOLAH DASAR
Sistem tata kelola yang diterapkan dalam Klub Olahraga Sekolah Dasar adalah sistem pembinaan berbasis gugus, dengan SD Inti sebagai pusat kegiatan. Perangkat pembinaan Klub Olahraga Sekolah Dasar adalah sebagai berikut.
1. Sekolah Dasar Inti
Sekolah Dasar Inti (SD Inti) berperan sebagai koordinator dalam mengelola kegiatan Klub Olahraga Sekolah Dasar. Secara institusional SD Inti memiliki sarana dan prasarana olahraga serta guru Penjasorkes yang memadai. Dalam mengelola kegiatan Klub Olahraga Sekolah Dasar, mempunyai fungsi sebagai berikut.
a. Melakukan koordinasi terhadap Sekolah Dasar Imbas (SD Imbas) sebagai anggota gugus sekolah/klub olahraga;
b. Sebagai pusat kegiatan pembinaan dan pengembangan klub olahraga; c. Sebagai pusat informasi dan penyebarluasan pengetahuan;
d. Merupakan SD rujukan;
e. Mengelola sarana dan prasarana di tingkat gugus;
f. Menjalin kerjasama dengan orangtua siswa, komite sekolah, masyarakat, instansi terkait, dan dunia usaha dan industri.
2. Sekolah Dasar Imbas (SD Imbas)
SD Imbas adalah sekolah yang menjadi anggota gugus dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suatu sistem gugus sekolah. Dalam pelaksanaan pembinaan Klub Olahraga Sekolah Dasar, mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Menerima Informasi untuk peningkatan pembinaan klub olahraga dari SD Inti
untuk dilaksanakan di SD Imbas;
b. Memberikan informasi dan bekerjasama dengan SD Inti dalam pembinaan olahraga;
c. Menjalin kerjasama dengan orangtua siswa dan masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam pembinaan dan pengembangan klub olahraga SD;
d. Melakukan pembinaan dan pembibitan calon olahragawan yang akan dibina pada klub olahraga SD.
(17)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
13
B. PERAN DAN FUNGSI PIHAK TERKAIT
Pembinaan dan pengembangan Klub Olahraga Sekolah Dasar membutuhkan daya dukung dari semua pihak. Bentuk-bentuk pembinaan tersebut antara lain melalui pemberian bantuan tenaga, fasilitas dan peralatan, dana serta manajemen. Lembaga terkait yang memiliki peran dan fungsi terhadap kelangsungan Klub Olahraga Sekolah Dasar, diantarnya adalah sebagai berikut.
1. Pemerintah Pusat
Peran dan fungsi pemerintah pusat dalam hal ini Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar dalam penyelenggaraan Klub Olahraga Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan kebijakan pembinaan dan pengembangan Klub Olahraga Sekolah Dasar bersama dengan instansi terkait;
b. Mendukung pembentukan Klub Olahraga Sekolah Dasar pada Kabupaten/Kota yang belum memiliki Klub Olahraga Sekolah Dasar;
c. Melakukan kegiatan pembinaan Klub Olahraga Sekolah Dasar;
d. Mendukung pemberian bantuan pengembangan Klub Olahraga Sekolah Dasar; e. Melaksanakan kegiatan lomba Klub Olahraga Sekolah Dasar;
f. Melaksanakan kegiatan olimpiade olahraga siswa tingkat nasional, maupun tingkat internasional, misalnya Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) dan Olimpiade Olahraga Siswa SD tingkat ASEAN (APSSO);
g. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi pembinaan Klub Olahraga Sekolah Dasar.
2. Pemerintah Provinsi
Peran dan fungsi pemerintah provinsi dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi dalam penyelenggaraan Klub Olahraga Sekolah Dasar adalah memberikan dukungan dalam hal:
a. Merumuskan kebijakan pembinaan dan pengembangan Klub Olahraga Sekolah Dasar bersama dengan instansi terkait di daerah;
b. Pengembangan Klub Olahraga Sekolah Dasar di kabupaten/kota, kecamatan dan gugus yang potensial.
c. Pemberian bantuan pengembangan Klub Olahraga Sekolah Dasar; d. Melakukan kegiatan pembinaan Klub Olahraga Sekolah Dasar;
e. Melaksanakan kegiatan lomba olahraga tingkat provinsi, misalnya Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN);
(18)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
14 f. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
Peran dan fungsi pemerintah kabupaten/kota dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan Klub Olahraga Sekolah Dasar memberikan dukungan dalam hal:
a. Merumuskan kebijakan pembinaan dan pengembangan Klub Olahraga Sekolah Dasar bersama dengan instansi terkait di kabupaten/kota;
b. Pengembangan Klub Olahraga Sekolah Dasar di kecamatan dan gugus yang potensial.
c. Pemberian bantuan pengembangan Klub Olahraga Sekolah Dasar; d. Melakukan kegiatan pembinaan Klub Olahraga Sekolah Dasar;
e. Melaksanakan kegiatan lomba keolahragaan tingkat kabupaten/kota, misalnya Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN);
f. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi.
4. Pemerintah Kecamatan
Peran dan fungsi pemerintah kecamatan dalam hal ini Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pendidikan dalam penyelenggaraan Klub Olahraga Sekolah Dasar sebagai berikut :
a. Bertindak sebagai pelindung Klub Olahraga Sekolah Dasar;
b. Memberikan dukungan kebijaksanaan dan administratif untuk kelancaran pengelolaan Klub Olahraga Sekolah Dasar;
c. Memotivasi pengurus dalam pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan Klub Olahraga Sekolah Dasar.
5. Pengawas TK/SD
Bertindak selaku pengawas dan pembina yang mengontrol jalannya roda organisasi klub. Pengawasan dilakukan sejak penyusunan rencana, rekrutmen siswa yang berbakat cabang olahraga tertentu, proses latihan, penyusunan jadwal sampai pada pelaporan hasil kegiatan klub.
6. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah SD Inti bertindak selaku penanggungjawab klub. Kepala Sekolah SD Inti dan Kepala Sekolah SD Imbas bersama-sama mendukung kegiatan Klub Olahraga Sekolah Dasar yang menjadi tanggungjawabnya.
(19)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
15
7. Guru Penjasorkes/Pelatih
Guru Penjasorkes SD Inti dan/atau SD Imbas dapat bertindak selaku ketua klub. Semua guru Penjasorkes atau pelatih diluar guru Penjasorkes yang berlatar belakang Sarjana Kepelatihan Olahraga baik SD Inti maupun SD Imbas merupakan pelatih klub olahraga sesuai dengan kemampuan dan cabang olahraga yang dikuasainya dengan memiliki sertifikat kepelatihan sesuai dengan kecabangan yang dibinannya. Guru Penjasorkes dan pelatih tersebut harus memiliki komitmen bersama untuk melatih siswa yang berminat sesuai dengan bakat dan kegemarannya pada cabang olahraga tertentu.
8. Komite Sekolah
Komite sekolah merupakan pendukung pengembangan Klub Olahraga Sekolah Dasar dalam menghimpun sumber dana maupun teknis, serta meningkatkan peran serta orang tua siswa.
9. Siswa/Peserta didik
Peserta didik yang akan dibina dan dilatih pada Klub Olahraga Sekolah Dasar berasal dari sekolah yang ada dalam lingkup gugus yang bersangkutan. Siswa/peserta didik harus memiliki kemauan, minat dan bakat yang kuat dalam meningkatkan kemampuan olahraga sesuai dengan cabang olahraga yang ditekuninya. Siswa/peserta didik anggota Klub Olahraga Sekolah Dasar harus mendapat izin serta dukungan dari orang tua/wali.
C. ORGANISASI KLUB OLAHRAGA DI SEKOLAH DASAR 1. Struktur Organisasi Klub Olahraga di Sekolah Dasar
Struktur organisasi klub olahraga di sekolah dasar terdiri sebagaimana tercantum pada halaman berikut ini.
(20)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
16
2. Tugas dan Tanggungjawab Pengurus Klub Olahraga Sekolah Dasar
a. Pelindung. Pelindung berasal dari unsur Pejabat/Pimpinan dari Unit Pelaksana Teknis tingkat Kecamatan. Pelindung mempunyai peran memberikan dukungan kebijakan, administratif, fasilitas dan peralatan maupun pendanaan.
b. Pembina. Pengawas TK/SD berperan selaku pembina klub olahraga di sekolah dasar. Tugas dan tanggungjawabnya meliputi: 1) memberikan
motivasi kepada peserta didik, pelatih dan pengurus klub olahraga, 2) mengarahkan pelaksanaan program, 3) turut memberikan pertimbangan
dalam proses pengambilan keputusan, 4) turut membantu dan mencarikan solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi oleh klub olahraga, dan 5) melakukan monitoring pelaksanaan satuan program kerja.
c. Penanggungjawab. Penanggungjawab klub olahraga di sekolah dasar adalah Kepala Sekolah SD Inti. Kepala sekolah bertanggungjawab penuh atas pegelolaan klub olahraga digugusnya.
PEMBINA
PENANGGUNG JAWAB
BENDAHARA KETUA
PERTAND/PERLOMB
SEKRETARIS
LATIHAN
GURU PENJASORKES WASIT/JURI
WAKIL KETUA
SEKSI-SEKSI
GURU PENJASORKES/
TENAGA KEPENDIDIKAN
PELATIH & GURU PENJASORKES
GURU PENJASORKES & TENAGA KEPENDIDIKAN
(21)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
17
d. Ketua. Ketua klub olahraga di sekolah dasar adalah Guru Penjasorkes yang telah berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS) yang berasal dari SD inti atau SD imbas. Ketua klub olahraga dipilih dengan cara musyawarah dalam forum pertemuan tingkat gugus. Tugas dan tanggungjawab ketua klub olahraga di sekolah dasar meliputi: 1) Menyusun progam kegiatan klub olahraga, 2) Melaksanakan program kegiatan, 3) Memberikan motivasi, penghargaan atau hukuman bagi anggotanya, 4) Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam peningkatan dan pengembangan klub olahraga, dan 5) Mendorong peserta didik, pelatih, dan pengurus dalam pencapaian prestasi klub olahraga.
e. Wakil Ketua. Wakil ketua klub olahraga di sekolah dasar adalah guru Penjasorkes dari SD inti atau SD imbas yang telah berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan/atau pelatih yang berlisensi (kecabangan olahraga). Wakil ketua klub dipilih secara musyawarah dalam forum pertemuan di tingkat gugus. Tugas dan tanggungjawab wakil ketua adalah membantu ketua dalam menjalankan tugasnya.
f. Sekretaris. Sekretaris klub olahraga di sekolah dasar ditunjuk oleh ketua klub olahraga. Sekretaris memiliki tugas sebagai berikut: 1) menyiapkan program kerja, 2) menyusun jadwal, 3) surat menyurat, 4) melakukan penataan ruang sekretariat, dan 5) menyusun pelaporan.
g. Bendahara. Bendahara klub olahraga di sekolah dasar adalah bendahara sekolah SD inti yang memiliki tugas: 1) menyusun rencana anggaran dan proposal kegiatan, 2) menghimpun dan mengelola dana, serta 3) membukukan dan memberikan laporan pertanggungjawaban atas penggunaan dana.
h. Seksi Latihan. Seksi latihan ditunjuk oleh ketua klub yang dapat berasal dari guru Penjasorkes dan/atau pelatih (sarjana pendidikan kepelatihan olahraga). Seksi latihan bertanggungjawab terhadap keberlangsungan atas segala kegiatan latihan, uji coba (try in/try out) sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan.
(22)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
18
i. Seksi Fasilitas dan Peralatan. Seksi fasilitas dan peralatan adalah guru Penjasorkes atau tenaga kependidikan yang ditunjuk oleh ketua klub olahraga di sekolah dasar. Seksi fasilitas dan peralatan bertanggungjawab terhadap penyiapan, penyimpanan dan pemeliharaan fasilitas dan peralatan yang ada di klub olahraga.
j. Seksi Pertandingan/Perlombaan. Seksi pertandingan/perlombaan adalah guru Penjasorkes/juri/wasit yang ditunjuk oleh ketua klub olahraga di sekolah dasar. Seksi pertandingan dan perlombaan bertanggungjawab
terhadap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan hasil
pertandingan/perlombaan.
k. Seksi Humas. Seksi humas adalah guru/tenaga kependidikan yang ditunjuk oleh ketua klub olahraga di sekolah dasar. Seksi humas bertanggungjawab untuk menjalin hubungan dengan pihak dari luar klub olahraga dan memberikan penerangan terhadap masalah-masalah dalam usaha kerjasama.
D. PEMBIAYAAN
Segenap aspek pendanaan dan pembiayaan yang diperlukan untuk pembinaan klub olahraga di sekolah dasar harus mendapat dukungan dari berbagai pihak, antara lain: 1) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, termasuk Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten/Kota, UPTD Pendidikan Kecamatan, 2) Kementerian Dalam Negeri, termasuk Dinas Olahraga dan Pemuda Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Kecamatan, 3) KONI Pusat/Propinsi/Kabupaten/Kota dan Kecamatan, 4) Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, dan 5) Yayasan/organisasi perorangan/swasta yang mendukung usaha pembinaan klub olahraga di sekolah dasar.
Alokasi pendanaan dan pembiayaan diperuntukkan sebagai berikut: 1) Pemanduan bakat yang terpadu, berjenjang dan berkesinambungan, 2) Penyelenggaraan event pertandingan/perlombaan olahraga, 3) Penyediaan fasilitas dan peralatan pendukung klub olahraga, 4) Pemasaran dan promosi klub olahraga sekolah dasar kepada masyarakat dan khalayak ramai, dan 5) Peningkatan aspek dan mutu penyelenggaraan program pembinaan klub olahraga untuk mendukung peningkatan prestasi olahraga di sekolah dan di Indonesia pada umumnya.
(23)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
19
E. PELATIH
Pelatih Klub Olahraga di Sekolah Dasar bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pembinaan keolahragaan. Pelatih tersebut memiliki kompetensi kecaboran (Sarjana Kepelatihan Olahraga) dan guru Penjasorkes dari SD Inti maupun SD Imbas dan/atau pelatih lainnya yang memimiliki kualifikasi yang memadai.
Pelatih klub olahraga di sekolah dasar minimal memiliki 5 komponen kualitas yang menjadi ciri-ciri pelatih klub olahraga baik yaitu: 1) Kemampuan profesional baik sebagai seorang guru Penjasorkes maupun sebagai pelatih (sarjana pendidikan kepelatihan olahraga), 2) Mengetahui metodologi kepelatihan kecabangan olahraga, baik dalam hal fisik, teknik, taktik-strategi, dan mental, 3) Memiliki jiwa kepemimpinan, kepribadian dan karakter yang baik. Pelatih yang baik harus memiliki jiwa kepemimpinan (ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani), berkepribadian menarik, 4) Memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis dan taktis; dan 5) Memiliki pengetahuan dan keterampilan manajerial.
F. PESERTA DIDIK
Dalam konteks kegiatan sekolah, pembinaan peserta didik melalui klub olahraga di sekolah dasar merupakan salah satu tindak lanjut dari kegiatan ekstrakurikuler pada bidang olahraga yang bertujuan untuk mengembangkan minat, bakat dan keterampilan pada salah satu cabang olahraga tertentu. Pemanduan bakat di sekolah dapat dilakukan secara sederhana, antara lain sebagai berikut:
1. Pengamatan dalam Proses Pembelajaran Penjasorkes
Seorang siswa (calon peserta didik) yang berbakat dalam olahraga akan menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut: a) Memiliki postur tubuh yang ideal (tinggi badan dan bentuk tubuh); b) Memiliki kemampuan gerak yang lebih baik; c) Peningkatan dan penguasaan keterampilan gerak lebih cepat; d) Menunjukkan minat dan motivasi tinggi untuk menggeluti cabang tertentu; dan e) Pantang menyerah,
2. Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga (Secara Multilateral)
Kegiatan ekstrakurikuler olahraga di sekolah dasar merupakan pengembangan kegiatan pembelajaran Penjasorkes, siswa yang ikut dalam kegiatan
(24)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
20 ekstrakurikuler olahraga tersebut akan dikembangkan lebih lanjut dalam klub olahraga yang ada di gugus sekolah dasar.
3. Pertandingan/Perlombaan dalam Kompetisi dan Turnamen di Sekolah
Bakat seorang siswa juga dapat diamati dalam kegiatan pertandingan/ perlombaan dalam kompetisi/turnamen antar kelas/sekolah sebagai berikut: a) Penampilan geraknya lebih baik dan memiliki keinginan untuk mempelajari serta menguasai hal-hal yang baru; b) Memiliki kualitas mental baik dan tahan terhadap stres/tekanan; c) Motivasi intrinsik yang tinggi; d) Cepat menguasai gerakan dan stabil dalam penampilan gerak; serta e) Memiliki jiwa kompetitif yang tinggi dan sportif.
4. Pendekatan Ilmiah melalui Tes dan Pengukuran
Bakat seorang siswa dapat pula diamati melalui pendekatan ilmiah dari hasil tes dan pengukuran biometri dan biomotorik, yaitu: a) Pengukuran komponen biometri (meliputi: tinggi dan berat badan), b) Pengukuran komponen biomotorik (meliputi: kebugaran jasmani dan keterampilan cabang olahraga), dan c) Pengukuran mental/psikologi, melalui psikotes keolahragaan.
G. FASILITAS DAN PERALATAN
1. Perencanaan Fasilitas dan Peralatan. Merencanakan dan menentukan keperluan sarana dan prasarana meliputi: a) pengisian kebutuhan fasilitas dan peralatan sesuai dengan perkembangan klub olahraga, b) adanya fasilitas dan peralatan yang rusak, dihapuskan, hilang atau bencana yang dapat dipertanggung jawabkan, dan c) adanya penyediaan fasilitas dan peralatan yang diprogramkan.
2. Pengadaan Fasilitas dan Peralatan. Pengadaan fasilitas dan peralatan klub olahraga di sekolah dasar sesuai dengan kebutuhan yang telah direncanakan. Pengadaan fasilitas dan peralatan klub olahraga harus memperhatikan pada sumber dana yang mungkin dapat diperoleh, misalnya: a) subsidi bantuan pembiayaan dari pemerintah baik melalui APBN maupun APBD, b) swadaya organisasi atau lembaga olahraga yang bersangkutan, dan c) dana dari masyarakat, hibah atau sponsorship yang bersedia menjadi donatur klub olahraga sekolah.
(25)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
21
3. Penyimpanan Fasilitas dan Peralatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan fasilitas dan peralatan klub olahraga di sekolah dasar, antara lain: a) Persiapkan lokasi/tempat penyimpanan yang mencukupi, aman dan strategis, b) Letakkan dan simpan fasilitas dan peralatan olahraga secara rapi dan cermat, c) Siapkan lampu penerangan dan ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara, d) Hindarkan zat kimia, cuaca atau suhu yang panas maupun dingin (lembab) atau dimakan oleh binatang rayap, dan e) Simpan pada tempat, ruangan dan gedung yang terjaga atau terkunci dengan aman.
4. Inventarisasi Fasilitas dan Peralatan. Langkah-langkah yang harus dilakukan menginventarisasi fasilitas dan peralatan, antara lain: a) Menyiapkan buku inventaris, b) Inventarisasi dilakukan secara cermat dan teliti, c) Melakukan pelabelan, penomoran dan tanda register, dan d) Membuat papan data mengenai keberadaan fasilitas dan peralatan olahraga.
5. Pemeliharaan Fasilitas dan Peralatan. Kegiatan pemeliharaan fasilitas dan peralatan olahraga, meliputi: a) Pemeliharaan, perawatan dan pencegahan terhadap kerusakan dan kehilangan fasilitas, b) Menghindarkan fasilitas dan peralatan olahraga dari kerusakan yang lebih berat, dan c) Pemeliharaan dan perawatan ringan, seperti pencucian kotoran, pembersihan debu, pembersihan sampah, pembersihan karat/korosi, pengecatan dan pemlituran fasilitas dan peralatan klub olahraga di sekolah dasar.
6. Penghapusan Fasilitas dan Peralatan. Penghapusan fasilitas dan peralatan olahraga yang dimiliki oleh klub olahraga di sekolah dasar dapat dilakukan jika fasilitas dan peralatan olahraga tersebut telah mengalami kerusakan yang cukup parah sehingga sudah tidak bisa lagi dilakukan perbaikan atau renovasi dan atau sudah tidak bisa digunakan lagi.
(26)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
22
BAB IV
IMPLEMENTASI PROGRAM
Pada bab ini akan disajikan materi yang digunakan dalam pembinaan olahraga di klub sekolah. Materi terbagi menjadi dua kelompok yaitu pertama, materi tentang pengelolaan klub sekolah (mulai dari tujuan penyelenggaraan, cara pengelolaan hingga cara pembinaan atlet di klub sekolah), dan kedua materi tentang pembinaan umum serta pembinaan kecabangan dalam klub sekolah.
A. FALSAFAH PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA DI SEKOLAH 1. Tujuan
a. Peserta mampu memahami dan beragumentasi mengenai konsep filsafat b. Peserta mampu menerapkan pemikiran dalam teori filsafat dalam mengkaji
permasalahan Pendidikan Jasmani dan Olahraga
c. Peserta dapat melakukan analisis dan sintesis isu-isu kekinian dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Indonesia
2. Materi
Berdasarkan fakta sejarah, olahraga merupakan entitas tertua dalam rentang hidup manusia. Sekian banyak ahli setuju bahwa konsep Homo Ludens yakni kebermainan manusia seperti apa yang dikatakan Johan Huizinga adalah merupakan cikal bakal olahraga. Dari berbagai bukti sejarah peradaban manusia menunjukkan bahwa kebermainan manusia tersebut hadir bersamaan dengan kehadiran manusia. Untuk itu Huizinga menyatakan bahwa entitas bermain itu lebih tua dari kebudayaan.
Begitu banyak orang membicarakan mengenai budaya dan pendidikan sampai terkadang sulit untuk difahami apa sebenarnya makna dari budaya itu sendiri. Ungkapan yang paling sering didengar adalah bahwa budaya adalah semua bentuk hasil dari budi dan daya manusia. Namun apakah sesederhana itu pengertian dari budaya? Tentu saja tidak—saat ini suatu hasil karya bisa diakui sebagai sebuah budaya tatkala memenuhi suatu prasyarat yang tidak bisa dibilang sederhana. Misalkan saja seperti apa yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat, bahwasanya suatu budaya bisa diurai dalam tujuh unsur, yaitu:
(27)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
23 sistem religi, sistem mata pencaharian, sistem tata pemerintahan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa, serta seni.
Pendidikan, demikian akrab dilafazkan sebagi sebuah bentuk hakiki dalam pencerahan logika dalam upaya membentuk manusia seutuhnya. Lebih lanjut, pendidikan kerab disandingkan dengan sekolah. Sekolah merupakan basis penting dalam perkembangan dan pertumbungan peserta didik. Dalam hal ini, sinergi antara guru dengan anak didik akan berimplikasi terhadap aspek humanis peserta didik. Humanisme ini sangat layak dan urgent untuk selalu ada dalam berbagai tataran pendidikan. Agar tercipta sebuah tatanan manusia yang beradap diperlukan adanya pemikiran. Pemikiran ini menyiapkan, menata, dan menghebatkan sumber daya yang ada di diri manusia. Dalam konsep filsafat Platon diistilahkan dengan Arete, yang bermakna optimalnya daya terbaik manusia. Optimalnya daya terbaik manusia tentu membutuhkan ruang yang dinamis, dan Pendidikan Jasmani dan olahraga adalah jawabannya. Mengutip apa
yang telah dikatakan oleh Socrates “aku tahu bahwa aku tidak tahu” memberikan
sinyal bahwa dia haus akan pengetahuan yang meninggikan dirinya dalam berpikir dan bertindak sehingga jiwa menjadi autokineton atau gerak yang menggerakkan dirinya sendiri.
Filsafat yang hingga kini menjadi hal yang kurang populis dalam Pendidikan Jasmani dan olahraga, kajian yang diasumsikan sebagai suatu hal yang berat, tidak berguna dan hanya menghabiskan waktu. Hipotesa tersebut ada benarnya karena wilayah ini jarang disentuh sebagai pondasi pemikiran, melatarbelakangi aspek rasional manusia. Louis O. Katsoff memaparkan bahwa filsafat tidak memberikan petunjuk-petunjuk untuk mencapai taraf hidup yang lebih tinggi, melukiskan teknik-teknik baru dalam membuat bom atom. Sebenarnya jika dalam bingkai filsafat anda mencari jawaban yang disepakati oleh semua filsuf sebagai hal yang benar, maka anda akan kecewa dan bersedih hati. Dari paparan yang telah disampaikan nampak jelas bahwa dalam berfilsafat manusia dalam hal ini para guru Pendidikan Jasmani dan olahraga yang memiliki dwi fungsi sebagai pendidik dalam konteks intrakurikuler dan perannya sebagai pelatih pada lingkup ekstrakurikuler. Multiperan yang melekat pada guru Pendidikan Jasmani dan olahraga haruslah dilandasi dengan kemampuan berlogika yang mumpuni. Proses berpikir akan melahirkan sebuah tindakan yang dapat diasumsikan mempunyai peran lebih dalam optimalisasi daya terbaik manusia. Pemikiran-pemikiran yang
(28)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
24 telah ada dan berkembang oleh para filusuf dari berbagai latarbelakang keilmuan. Keanekaragaman pemikiran ini penting sebagai rujukan dalam berpikir. Gagasan dan definisi yang begitu kaya tesebut hendaknya tidak menggelisahkan, melainkan sebaliknya justru menampakkan betapa luas ranah filsafat, sehingga ia bisa bergerak dengan luwes dan leluasa.
Materi filsafat dalam kajian ini diharapkan para guru Pendidikan Jasmani dan olahraga yang berperan sebagai pelatih cabang olahraga di ekstrakurikuler sekolah dasar mampu menjelaskan mengenai konsep filsafat, terlebih menerapkan teori filsafat dalam mengkaji permasalahan Pendidikan Jasmani dan olahraga, sehingga pada akhirnya mampu melakukan analisis dan sintesis mengenai isu-isu kekinian Pendidikan Jasmani dan olahraga.
Pertanyaan filsafati hampir tidak mungkin untuk dihindari dalam kehidupan manusai, terlebih dalam setting sekolah. Untuk dapat menemukan jawaban dari pertanyaan filsafati yang menyeruak, hal yang perlu diingat adalah jawaban atas pertanyaan tersebut bersifat logis, spekulatif, dan deskriptif dengan merunut pada tiga langkah pemecahan masalah yakni membuat tesis, menjelaskan masalah, dan mencari argumen. Rene Descartes dalam perkataannya “aku berpikir maka aku ada” menggambarkan urgensi proses berpikir dalam konstelasi keberadaan
manusia dan dengan begitu para guru dan pelatih akan menghargai pendapat dan pemikiran orang lain yang pada muaranya menguatkan eksistensi wacana berpikir yang bersifat dialektik, sensitif dan responsif terhadap gejala yang ada di lapangan sehingga mampu bijak dalam mencapai kebermaknaan hidup.
a. Definisi Filsafat
Mendefinisikan filsafat merupakan kegiatan yang sulit. Hal itu dikarenakan masing-masing orang menggunakan pengetahuan dan sudut pandang yang berbeda-beda, dan filsafat sendiri merupakan pengetahuan atau ilmu yang bersifat subyektif, sehingga tingkat relatifitasnya sangat tinggi. Disamping itu, filsafat merupakan bidang ilmu atau sesuatu yang abstrak dan rumit. Abstrak berarti sulit menunjukkan wujudnya, artinya filsafat bukan ilmu konkrit yang dapat dengan mudah untuk diindera, sedangkan rumit diartikan sebagai
kompleksitas pelaku filsafat dalam “bekerja” (berfilsafat), karena mencakup
bidang yang sangat luas dan dengan beragam pendapat, sudut pandang dan latar belakang pelaku yang berbeda. Terdapat tiga sudut pandang yang
(29)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
25 digunakan dalam mengkaji filsafat, pertama filsafat dipandang dari etimologinya, kedua dari arti praktis dan ketiga dari segi terminologi. Dari segi etimologi, filsafat dikaji dari asal katanya; dari segi praktis, filsafat dikaji dari aspek tindakan nyata apa yang dilakukan sesorang yang sedang berfilsafat, sedang dari segi terminologi, pengertian filsafat dihubungkan dengan berbagai konteks (situasi/keadaan) tertentu yang terjadi pada manusia.
Jabaran mengenai konsep filsafat berimplikasi pada penerapan filsafat dalam Pendidikan Jasmani dan olahraga yang dapat dipaparkan sebagai berikut. 1) Dengan filsafat, makna hakiki Pendidikan Jasmani dan olahraga dapat
terjelaskan. Hal itu memudahkan pelaku Pendidikan Jasmani dan olahraga dalam merumuskan arti, fungsi, dan tujuan dari Pendidikan Jasmani dan olahraga, sehingga dapat dieliminir tindakan-tindakan yang menyimpang dari makna hakiki tersebut.
2) Dengan filsafat, bidang kajian Pendidikan Jasmani dan olahraga dapat terjelaskan. Hal itu membantu guru dalam menyusun serangkaian materi dan kegiatan pembelajaran/pelatihan yang relevan, dan menghindari adanya tumpang tindih cakupan dengan bidang ilmu lain.
3) Dengan filsafat, pelaku Pendidikan Jasmani dan olahraga memiliki daya pikir, sikap, dan tindak yang tepat/benar dalam menghadapi suatu persoalan.Melalui pembelajaran filsafat maka seseorang akan mampu pandangan hidup sebagai pedoman hidup. Filsafat sebagai pedoman hidup memberikan semacam panduan jalan yang harus dilalui oleh seseorang sehingga ia dapat melihat hidup itu menjadi bermakna.
4) Dengan berpikir secara filsafati maka pelaku Pendidikan Jasmani dan olahraga dapat memecahkan persoalan-persoalan hidup yang dihadapi. Filsafat sebagai pandangan hidup dapat digunakan oleh guru/pelatih untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan yang ada di sekitar dirinya.
5) Dengan berpikir secara filsafati, guru/pelatih dengan bantuan logika tidak mudah untuk tertipu dengan pernyataan-pernyataan retoris yang bersifat menyesatkan.
6) Dengan berpikir secara filsafati maka guru/pelatih mampu menghargai pendapat dan pemikiran orang lain, baik yang memiliki persamaan maupun perbedaan dengan dirinya. Berpikir filsafat berarti berpikir demokratis. Ini berarti bahwa dalam berpikir filsafat, orang dilatih untuk menghargai pendapat atau pemikiran orang yang berbeda dari dirinya. Orang yang memiliki
(30)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
26 kemampuan berfilsafat yang tinggi akan menghargai kebenaran berpikir yang diyakini oleh orang lain seperti juga ia menghargai kebenaran berpikir yang diyakini oleh dirinya. Dalam hal ini perbedaan pendapat dan perbedaan pemikiran dianggap sebagai suatu eksistensi wacana berpikir yang bersifat dialektika sebagai upaya manusia sebagai makhluk berpikir untuk mencari kebenaran.
Memang bukan berapa banyak tokoh beserta pemikiran yang telah kita kuasai, melainkan bagaimana pemikiran para tokoh tersebut mampu mewarnai dalam mendukung kinerja sebagai seorang guru sekaligus pelatih olahraga pada level ekstrakurikuler di sekolah dasar. Sederhananya, ketika kita berada pada sebuah jamuan pesta makan, janganlah berbicara mengenai tatacara makan kepada semua orang, melainkan perlihatkanlah bahwa cara anda makan sesuai tatanan dan elegan.
b. Penerapan Filsafat dalam Mengkaji Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Dua tema besar dalam relevansinya dengan kajian filsafat Pendidikan Jasmani dan olahraga mengarah pada konsep pendidikan dan Pendidikan Jasmani. Konsep ini menginspirasi aplikasi kata pendidikan dengan Pendidikan Jasmani secara silih berganti. Kemudian, kajian ini diteruskan oleh tema besar yang kedua yakni perkembangan orientasi nilai Pendidikan Jasmani dan olahraga.
Pendidikan Jasmani merupakan terjemahan dari physical education. Penafsiran dan implementasi Pendidikan Jasmani di sekolah seringkali terjadi perbedaan. Tafsiran pertama, sering disebut sebagai pandangan tradisional, menganggap bahwa Pendidikan Jasmani hanya semata-mata mendidik jasmani atau sebagai pelengkap, penyeimbang, atau penyelaras pendidikan rohani manusia. Menurut pandangan ini, pelaksanaan Pendidikan Jasmani cenderung mengarah kepada upaya memperkuat badan; memperhebat keterampilan fisik, atau kemampuan jasmaniahnya saja. Bahkan lebih dari itu, pelaksanaan Pendidikan Jasmani ini justru sering kali mengabaikan kepentingan jasmani itu sendiri, seperti penggunaan obat-obat terlarang untuk meraih performa yang lebih baik. Namun, berdasarkan sudut pandang pendidikan, pandangan ini tidak mendapat pengakuan. Analisis kritis dan pertimbangan logis ternyata kurang mendukung terhadap pandangan
(31)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
27 dikhotomi tersebut. Fakta dan temuan lapangan cenderung memperkuat pandangan yang bersifat holistik.
Pendidikan Jasmani adalah pendidikan melalui dan tentang aktivitas fisik atau dalam bahasa aslinya adalah Physical education is education of and through movement. Terdapat tiga kata kunci dalam definisi tersebut, yaitu 1) pendidikan (education), yang direfleksikan dengan kompetensi yang ingin diraih siswa 2) melalui dan tentang (through and of), sebagai kata sambung yang menggambarkan keeratan hubungan yang dinyatakan dengan berhubungan langsung dan tidak langsung dan 3) gerak (movement), merupakan bahan kajian (aktivitas permainan, aquatik, rithmik, uji diri, dsb) sebagaimana tertera dalam kurikulum Pendidikan Jasmani. Konsep konkret Pendidikan Jasmani yang melingkupi program dan proses belajar mengajar tertuang pada ilustrasi di bawah ini.
Ilustrasi Keterkaitan Konsep, Program, dan PBM Penjas
Berdasarkan definisi tersebut cukup jelas bahwa posisi movement atau dalam kurikulum disebut bahan kajian yang terdiri dari tujuh bahan kajian (aktivitas permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas uji diri/senam, aktivitas ritmik, aktivitas air/aquatik, aktivitas luar kelas, dan kesehatan), dapat ditempatkan sebagai alat atau tujuan. Bahan kajian ditempatkan sebagai alat manakala tujuan yang ingin diraih berupa kompetensi personal dan sosial, sedangkan bahan kajian sebagai tujuan manakala tujuan yang ingin diraih berupa kompetensi akademis dan vokasional.
Physical Education
is
Education through and of Movement
akt perm dan OR akt pengembangan, akt uji diri,
akt ritmik, akt air,
akt luar sek/alam bebas pend kesehatan
Tujuan Pendidikan Nasional (life skills)
GBPP
SILABUS/RPP
KOMPETENSI Personal
Social Akademis Vocational
Through and
of
TEACHING LEARNING PROCESS
(32)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
28 Pendidikan Jasmani dan olahraga memiliki dua keuntungan utama yaitu keuntungan fisik dan edukasi (Bailey, 2009). Keuntungan fisik meliputi: kebugaran, keterampilan gerak, dan kebiasaan melakukan aktivitas fisik (gaya hidup aktif). Sedangkan keuntungan edukasi meliputi: sosial, afektif, dan kognitif. Pengalaman belajar Pendidikan Jasmani yang diperoleh siswa di sekolah pada dasarnya merupakan proses penanaman nilai-nilai edukasi melalui aktivitas fisik dan olahraga yang disediakan oleh gurunya, yang pada gilirannya kebiasaan baik tersebut dapat dipraktekkan oleh siswa pada kehidupan sehari-hari siswa di masyarakat sepanjang hidupnya. Sebaliknya praktek salah yang terjadi pada aktivitas fisik dan olahraga di masyarakat hendaknya merupakan feedback bagi pengembangan pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah. Dengan demikian Pendidikan Jasmani selalu berinteraksi secara positif, reflektif, dan berkelanjutan mendidik satu generasi ke generasi berikutnya menuju kehidupan yang lebih baik.
Aktivitas fisik dalam Pendidikan Jasmani berfungsi sebagai media pendidikan yang memberikan beragam manfaat diantaranya.
1) Orientasi nilai fisikal dalam Pendidikan Jasmani 2) Orientasi nilai sosial dari Pendidikan Jasmani 3) Orientasi afektif dari Pendidikan Jasmani 4) Orientasi nilai kognitif dari Pendidikan Jasmani
Utilitas Pendidikan Jasmani berdampak luas pada semua ranah yang ingin dituju. Orientasi fisikal, sosial, afektif dan kognitif adalah kerangka komprehensif menuju optimumnya daya-daya terbaik yang ada pada peserta didik dan guru berkewajiban untuk mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi.
Mencermati isu-isu kekinian yang berkembang dalam Pendidikan Jasmani dan olahraga telah mengarah pada hampir semua aspek kajian Pendidikan Jasmani dan olahraga. Pertanyaan mendasar yang kemudian muncul adalah mampukah kita membayangkan dimasa mendatang Pendidikan Jasmani tidak lagi mewujud?. Beragam spekulasi tentang eksistensi Pendidikan Jasmani tengah berkembang. Pendidikan Jasmani telah bergerak menuju dekontektualisasi dan dekonstruksi materi beserta aplikasinya. Sementara itu guru Pendidikan Jasmani kurang dipersiapkan secara akademis sehingga di lingkup sekolah, Pendidikan
(33)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
29 Jasmani berada pada posisi yang mengkhawatirkan dan bergerak pada kepunahan. Paulo Freire, seorang ahli critical pedagogy dalam bukunya
Pedagogy of Hope mengkritisi kondisi pendidikan seperti ini sebagai penjajahan dan penindasan yang harus dirubah menjadi pemberdayaan dan pembebasan. Freire mengungkapkan bahwa proses pembelajaran nampak seperti sebuah
kegiatan menabung, peserta didik sebagai ”celengan” dan guru sebagai ”penabung”.
Kontras dengan hal di atas, konstruksi sosial yang ada di masyarakat sangat beragam dan imbasnya mengarah kepada budaya belajar dan gerak. Budaya belajar dan gerak tengah mengalami krisis yang tentu tidak bisa dipulihkan dalam waktu singkat. Dibutuhkan kerja keras dan usaha dari keluarga, masyarakat dan sekolah dalam proses habituasinya. Sembiosa antar ketiganya akan mampu menumbuhkembangkan kembali budaya gerak yang telah mulai terkikis. Ada beberapa isu faktual diantaranya: 1) policy, power and politics in PE; 2) physical activity, physical fitness health & young people; 3) teacher, teaching and pedagogy in PE; 4) gender and PE; 5) social class, young people, sport & PE; 6) inclusion, special education needs, disability & PE. Revitalisasi dan bahkan revolusi Pendidikan Jasmani harus dimulai dalam tatanan terkecil masyarakat yang bermanifestasi dalam sebuah kelas yang meliputi lingkup pembelajaran intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Pendidikan Jasmani yang diajarkan di sekolah sudah saatnya kembali kepada bentuk dasar dari tujuan anak mengikutinya yakni bergerak. Untuk mencapainya diperlukan pemikiran yang tajam dan kritis. Guru sebagai pelatih menggunakan beragam pendekatan yang memungkinkan semua ranah berkembang sebagaimana mestinya.
3. Penutup
Filsafat bukan merupakan bidang kajian yang memunculkan mistisisme, melainkan menawarkan jalan untuk mencerahkan dalam hubungannya dengan pencarian kemapanan berpikir dan bertindak. Pengetahuan yang ada memberikan pondasi kuat untuk beralih dari cara berpikir konvensional menjadi kritis. Michael Foucault mengadirkan sesuatu yang menarik dalam hipotesis
Power of Knowledge dimana pengetahuan ada kuasa. Dengan berpengetahuan kita mampu untuk berkuasa, memberikan ruang memanifestasikan kekuasan dalam suatu institusi dan penegasan kuasa yang dijalankan dalam kuasa yang positif, produktif dan tidak menindas. Implikasi dalam Pendidikan Jasmani dan
(34)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
30 olahraga secara kritis, radikal dan bijak menghasilkan kebenaran dan kebijaksanaan. Terlebih, terminologi Pendidikan Jasmani dalam terminologi holistik cenderung banyak dianut oleh para pakar Pendidikan Jasmani dewasa ini. Penekanan utama pada definisi ulang dan penelaahan kembali konsep play, game, dan sport. Perubahan-perubahan orientasi Pendidikan Jasmani dan olahraga memiliki keuntungan fisik dan kebermanfaatan edukatif. Akhirnya dualisme substansi, dualisme nilai, dan dualisme tindakan secara arif mampu ditelaah dan disikapi.
B. PENDIDIKAN KARAKTER DALAM OLAHRAGA 1. Tujuan
a. Peserta mengetahui dan memahami pengertian karakter dan fairplay dan sportsmanship.
b. Peserta mengetahui dan memahami nilai-nilai moral dalam olahraga
c. Peserta mampu menerapkan pembinaan karakter dan fairplay dalam olahraga d. Peserta mampu mengevaluasi proses dan hasil pelaksanaan pelatihan cabang
olahraga dari aspek pendidikan karakter.
2. Materi
a. Pengertian
1) Pendidikan Karakter
Karakter merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi ”Tanda” khusus untuk membedakan antara orang yang satu dengan lainnya. Karakter dalam bahasa Yunani berasal dari kata
”Charasein” yang artinya mengukir corak yang tetap dan tidak terhapuskan. Benarkah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan atau pembentukan karakter? Menurut Plato ”pendidikan adalah alat
pembentuk karakterbagi seluruh warga negara”.Artinya, pendidikan merupakan investasi masa depan dan sebagai salah satu alat untuk membangun mental dan karakter setiap individu.
2) Fair Play
Fair play
secara harfiah bermakna bermain secara jujur. Olahraga
dengan segala aspek dan dimensi kegiatannya sangat erat kaitannya
dengan unsur kompetisi. Dalam kompetisi sikap dan perilaku harus
didasarkan pada kesadaran moral (Rusli Lutan, 2001). Dalam hal ini
(35)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
31
kesadaran moral untuk bersikap, berbuat, dan berperilaku sesuai
dengan peraturan, dalam rumusan
fair play
, yakni setiap pelaksanaan
olahraga harus ditandai oleh semangat kebenaran dan kejujuran,
tunduk pada peraturan-peraturan, baik yang tersurat maupun yang
tersirat (
Essai de Doctrine du sport. Haut Comite des Sports France
,
1964; dalam Rusli Lutan, 200:110). Selanjutnya Rusli Lutan
mendefinisikan ulang istilah
fair play
dari
European SportCharter and
Code of Ethic
yaitu:
…lebih dari sekedar bermain dala
m aturan.
Fair play
itu menyatu
dengan konsep persahabatan dan menghormati yang lain dan selalu
bermain dengan semangat sejati. Fair play dimaknakan bukan hanya
unjuk perilaku. Ia menyatu dengan persoalan yang berkenaan dengan
dihindarinya ulah penipuan, main berpura-
pura atau “main sabun”,
doping, kekerasan (baik fisik maupun ungkapan kata-kata), eksploitasi,
memanfaaatkan peluang, komersialisasi yang berlebih-lebihan atau
melampaui batas dan korupsi.
Menyimak dari kutipan di atas, kata kunci adalah “sema
ngat
olahragawan sejati” yakni bagaimana seseorang bermain, bagaimana
cara ia bersikap, dan bertindak terhadap orang lain pada saat
bertanding.
Fair play
secara luas dipandang sebagai kebutuhan mendasar dari
sportivitas. Sportivitas adalah ungkapan yang terkandung di dalam
norma etika dasar. Sportivitas adalah ungkapan moral yang paling
jelas dan paling populer (Reed, 1963, dan Keating, 1995; dalam
Morgan & Meier Eds, 1995). Berkenaan dengan hal ini, kiranya perlu
disebarluaskan gagasan tersebut dalam praktek berolahraga yang
dijiwai oleh semangat sportivitas (
sportsmanship
).
3) Sportmanship
Sportsmanship
secara sederhana dapat diartikan sebagai “
good
character
”, pada saat seseorang terlibat dalam kegiatan olahraga
(Martens, 2004). Selanjutnya Martens menyatakan bahwa
(36)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
32
s
portsmanship
berkaitan dengan sikap
respect
terhadap lawan,
official
,
tim lawan, pelatih, dan khususnya terhadap permainan itu sendiri.
Dalam pandangan yang berbeda, Keating (1964, dalam Shield &
Bredemeier, 1995) menyatakan,
sportsmanship
adalah persahabatan
yang merupakan salah satu nilai yang sering dimunculkan dalam
olahraga. Untuk memperjelas pengertian
sportsmanship
, (Keating,
dalam Morgan & Meier Eds., 1995) membedakan pengertian
sports
(olahraga)dan
athletic
(olahraga kompetitif) dalam sebuah batas yang
ekstrim. Menurut Keating pada intinya olahraga adalah sesuatu
aktivitas yang beraneka jenis yang bertujuan mencapai kesenangan
dan kepuasan yang didominasi oleh kebaikan dan kebersamaan.
Sedangkan
athletic
intinya adalah aktivitas kompetitif yang bertujuan
mencapai kemenangan yang terkarakteristik oleh semangat dedikasi,
pengorbanan dan kekuatan.
Selanjutnya Keating (1995; dalam Morgan & Meier Eds., 1995) dalam
konteks olahraga kompetitif, menyatakan bahwa
sportsmanship
adalah suatu tingkah laku terhadap lawan yang bertujuan seperti pada
kegiatan olahraga, yaitu kebersamaan dan kepuasan bersama antar
pemain. Dalam pandangan Keating posisi utama dari
sportsmanship
adalah menemukan kesenangan dari pada sekedar mengalahkan
lawan dalam suatu pertandingan. Jadi
sportsmanship
adalah suatu
kebaikan yang ada pada kegiatan olahraga, bukan pada kegiatan
athletic
yang serius dan kompetitif.
Sportsmanship
hanya bisa
diterapkan di
athletic
dalam hal-hal tertentu, dan termasuk kesetiaan
terhadap nilai dari sportivitas yang menurut Keating berpengaruh
terhadap kesetiaan tentang semangat kesamaan sebelum bertanding.
b. Pembinaan karakter melalui olahraga
Pembentukan karakter olahragawan merupakan hasil interaksi dari faktor bawaan yaitu orangtua, dengan unsur-unsur dari luar yaitu peran serta guru dan pelatih olahraga, serta faktor luar yang lain. Berbagai kajian dan literatur
(37)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
33 mengungkapkan bahwa olahragawan membutuhkan karakter khusus sesuai dengan cabang olahraganya. Undang-undang No. 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional menegaskan bahwa olahraga berfungsi mengembangkan kemampuan jasmani rohani dan sosial serta membentuk watak kepribadian bangsa yang bermanfaat. Dimensi non fisikal yang dikandung dalam olahraga dan pendidikan jasmani pada dasarnya dapat melahirkan berbagai kondisi kepribadian dan sikap mental positif. Perkembangan nilai-nilai karakter dan keterampilan membuat keputusan etis merupakan unsur utama yang dapat diperoleh dari hasil proses olahraga.
c. Nilai-nilai moral dalam olahraga
Ada sembilan jenis karakter yang sangat penting yang dapat dibangun melalui olahraga antara lain: kejujuran, keadilan, tanggung jawab, kedamaian, respek terhadap diri sendiri atau kepercayaan diri, rasa hormat dan kepedulian terhadap orang lain, menghormati peraturan dan kewenangan, apresiasi terhadap kebhinekaan, dan semangat kerja. Karakter ini sangat diperlukan sebagai modal dasar untuk memecahkan masalah besar yang menjadi akar dari kemunduran bangsa Indonesia selama ini yaitu korupsi, konflik horizontal yang berkepanjangan, perasaan sebagai bangsa kelas dua, semangat kerja dan semangat belajar yang rendah.
a) Kejujuran b) Keadilan
c) Tanggung Jawab d) Kedamaian
e) Respek Terhadap Diri Sendiri Atau Kepercayaan Diri f) Rasa Hormat Dan Kepedulian Terhadap Orang Lain g) Menghormati peraturan dan kewenangan
h) Apresiasi terhadap kebhinekaan i) Semangat Kerja.
d. Olahraga dan Pendidikan Karakter
Untuk menjawab isu itu beberapa asumsi diajukan oleh para ahli pendukung, olahraga sebagai alat pembentukan karakter. Terlepas dari kekurangan yang ada yang sering ditampilkan oleh olahraga, khususnya olahraga kompetitif,
(38)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
34 molder of social values; it reflects society’s potentials and limitations.” Dengan
kata lain, olahraga merupakan cermin dan sekaligus wadah penjabaran nilai sosial; olahraga itu sekaligus mencerminkan potensi dan kelemahan masyarakat. Namun di bagian lain, Shields dan Bredemeier mengungkapkan bahwa ? . . . sport is replete with opportunities to encounter, learn, transform, and enact moral values.” Begitu melimpah kesempatan untuk langsung
mengalami, belajar dan mengalihkan nilai moral dalam olahraga. Selanjutnya dijelaskan bahwa begitu sering terjadi konflik moral dalam olahraga, seperti
“the norm of fair play” dan “the desire to win”. Atas dasar alasan itulah, seperti pendapat Brickman dan Mark, Briant dan Lehman, yang dirangkum oleh Shields dan Bredemeier (1995: 2) yaitu “Sport may be an ideal setting for introducing children to conventional moral thinking. Some have ever suggested that society could benefit from emulating sport’s predominantly equity-based justice system.” Dikatakan ideal, karena dalam olahraga itu di antaranya diperagakan nilai inti yaitu sistem keadilan berlandaskan kesetaraan.
Setelah kita cermati paparan di atas, maka kita perlu menegaskan posisi. Pertama, sudah waktunya profesi pendidikan jasmani dan olahraga di Indonesia mengambil peranan ikut serta peduli untuk melaksanakan pendidikan karakter. Kedua, terkait dengan ide itu, dibutuhkannya landasan filosofi, berkenaan dengan psikologi moral, yakni perlu dihapus pandangan dualisme jiwa-raga. Dalam kaitan ini kita sepaham dengan teori klasik Piaget
yang menegaskan bahwa “ . . . children’s physical play to be the foundation for every cognitive advance, from quantum physic to interpersonal morality.”
Piaget menekankan pentingnya aktivitas jasmani bagi anak karena penting bagi perkembangan kemampuan kogntif dan moral. Karena itu implikasi penting adalah perlunya diberikan kesempatan seluas mungkin bagi anak untuk mengeksplorasi lingkungannya melalui kegiatan bermain dan aktivitas jasmani yang sehat dan aman. Kemalasan dalam segala bentuknya dan
hilangnya fitrah anak sebagai “mahluk bermain” merupakan bagian dari
ancaman yang nyata kita hadapi karena menghambat perkembangan anak secara menyeluruh.
Ketiga, perlu dihapus pandangan dikhotomi individu dan masyarakat. Dalam konteks perkembangan moral, prosesnya tidak terlepas dari lingkungan. Pada
(39)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
35 awalnya Kohlberg, dalam pengembangan teori moral terfokus pada “individual moral reasoning”, pertimbangan moral secara individual. Baru akhir-akhir ini para sarjana mulai secara seksama mencermati
“ . . . how social interaction and social context affect morality” (Kurtines &
Gewirtz, 1987, 1991 a, 1991b, 1991c; Lind, Hartmann, & Wakenhut, 1985; dalam Shields dan Bredemeier (1995: 3). Posisi penting yang menjadi pegangan berikutnya adalah teori social-cognitive, yang menekankan model kausalitas, hubungan timbal balik antara perilaku manusia, faktor kognisi dan personal lainnya, dan kejadian di lingkungan.
Ungkapan tentang olahraga sebagai wahana pembentukan karakter pada masa kini dapat dirunut ke latar belakang sejarah. Perkembangan olahraga modern sebagai entitas global memiliki kaitan yang kompleks dengan pendidikan, ungkap Rees dan Miracle (2001; dalam Coakley & Dunning, (Ed.), 2006:277) dalam pembukaan artikelnya yang berjudul Education and Sports. Terdapat kesepahaman di kalangan sarjana olahraga (misalnya, Dunning, 1971; Gutmann, 1994; Mangan, 1981) bahwa pemanfaatan olahraga sebagai alat pembentukan watak bermula di sekolah “pemerintah” (sebenarnya di asrama sekolah swasta) di Inggris, tepatnya pada pertengahan abad ke-19. Di situlah olahraga beregu pertama dibina sebagai alat pendidikan untuk membina kebajikan (Mangan, 1981; dalam Shields dan Bredemeier, 1995: 1760 dan Rees dan Miracle (2001; dalam Coakley & Dunning, (Ed.), 2006:277). Olahraga seperti kriket dan rugby dibina dengan
maksud untuk “ . . . to teach “manly” characteristic such as group loyality, physical toughness and self reliance.” (Rees dan Miracle (2001; dalam Coakley & Dunning, (Ed.), 2006:277). Istilah “manly” di sini menunjuk kepada
sifat kelaki-lakian, dan menurut Mangan (1981) yang dikutip Rees dan Miracle (2001; dalam Coakley & Dunning, (Ed.), 2006:278) kegiatan itu dilakukan setiap hari, tetapi biasanya tiga kali seminggu. Praktik pembinaan itu sangat popular pada tahun 1880-an, dimaksudkan sebagai bagian dari kehidupan Spartan di asrama, membina anak laki-laki untuk memikirkan dirinya sebagai orang-orang elit di masyarakat dan menyiapkan mereka menerima kepemimpinan di dalam dan di luar negeri.
Menurut catatan Mangan, program pembinaan tersebut menjadi bagian dari
(1)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
173
6) Evaluasi kemampuan fisik dan kesehatan 7) Perhatikan tingkat kelelahan
8) Beri waktu pemulihan/istirahat
9) Menerapkan peraturan pertandingan secara benar dan sportif 10) Menjaga kebersihan tempat latihan
11) Mempersiapkan sarana PP
12) Bila pernah cedera, melakukan rehabilitasi dengan baik benar 13) Persiapan mental.
(2)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (MelaluiKlubOlahraga di SekolahDasar)
174
BAB V
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. PENGERTIAN MONITORING
Pemantauan terkait dengan pelaksanaan kegiatan klub olahraga SD, baik menyangkut aspek pengadaan sarana, kegiatan pengembangan, serta administrasi dan pelaporan.
B. TUJUAN MONITORING
Untuk memantau pelaksanaan kegiatan klub olahraga SD baik dari segi pengadaan sarana, kegiatan pengembangan, serta administrasi dan pelaporan.
C. MANFAAT
Mengembangkan kemampuan dan membentukwatak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agarmenjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.
D. ASPEK YANG DIMONEV 1. Pengadaan Sarana 2. Kegiatan Pengembangan 3. Administrasi dan Pelaporan.
E. IINSTRUMEN
1. Pengadaan sarana (analisis kebutuhan dan realisasi)
No Jenis sarana
Spesifikasi *) Volume Harga satuan (Rp)
Ket Usulan Realisasi Usulan Realisasi Usulan Realisasi
1 2 3
Jumlah
(3)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (MelaluiKlubOlahraga di SekolahDasar)
175
2. Kegiatan Pengembangan
No JenisKegiatan
Pelaksanaan
Ket
Sudah Belum
1. Pengembangan SDM Pelatih
2. Sosialisasi kegiatan melalui rapat koordinasi 3. Mengikuti Lomba/Pertandingan olahraga/Seleksi
O2SN-SD
4. KonsumsiLatihan
5. PemeliharaanSarpras
3 Administrasi dan Pelaporan
No Unsur
Ket
Ket
Ada Tidak
1. Penyusunan Perencanaan Kegiatan 2. Penyusunan Laporan Kegiatan
3. SK Tim Pelaksana
4. Laporan Kegiatan
5. Rapat koordinasi kegiatan klub olahraga
6. Buku tabungan atas nama sekolah
7. Buku kas umum (BKU):
a. Uraian tanggal & nomor bukti transaksi b. Bukti-bukti syah setiap transaksi (kwitansi)
c. Kelengkapan meterai sesuai ketentuan
yang berlaku
d. Kecocokan saldo pd buku kas dengan
buku tabungan
8. Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
(4)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (MelaluiKlubOlahraga di SekolahDasar)
176
No Unsur
Ket
Ket
Ada Tidak
a. Pencatatan harian
b. Pencatatan mingguan
c. Pencatatan bulanan
d. Laporan akhir
10. Bukti penarikan dana
11. Bukti pemanfaatan dana/transaksi
12. Bukti/surat setoran pajak
F. WAKTU PELAKSANAAN MONEV
Jangka waktu pelaksanaan adalah selama 4 (empat) hari diawali dengan
melapor ke Dinas Pendidikan setempat dan kunjungan ke sekolah dalam
rangka monitoring dan evaluasi.
G. PETUGAS MONEV
Yang bertindak sebagai petugas monev bansos ekstrakurikuler olahraga adalah tim independen yang berasal dari Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Ditjen Didas Kemendikbud.
H. PELAPORAN
Pelaporan pelaksanaan kegiatan tahun 2014 dilakukan oleh sekolah penerima yang terdiri dari dua jenis laporan: (1) Laporan Penerimaan Dana Bantuan, dan (2) Laporan Pertanggungjawaban.
I. SISTEMATIKA
Panduan ini akan membahas tentang: (1) konsep dasar pembentukan, (2) strategi penatalaksanaan, (3) implementasi program, serta (4) monitoring, evaluasi dan pelaporan klub olahraga di sekolah dasar.
(5)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)
177
BAB VI
PENUTUP
Klub olahraga merupakan dasar pembinaan dan ujung tombak pembinaan olahraga menuju pencapaian prestasi olahraga nasional. Apa yang diharapkan dari suatu klub olahraga tidak lain adalah peningkatan prestasi, karena klub olahraga merupakan pintu gerbang pembinaan olahraga prestasi. Seseorang dikatakan sebagai pemain yang bermutu baik, jika dalam suatu pertandingan dapat memperlihatkan kemampuan dan keterampilan yang seharusnya. Kemampuan dan keterampilan yang dimiliki merupakan hasil dari pembinaan dalam klub olahraga yang diikuti.
Dalam rangka mencapai hasil seperti yang diharapkan dibutuhkan suatu proses pelaksanaan kegiatan dengan melakukan perencanaan yang matang dan terarah. Melalui pengerahan semua sumber daya yang ada dan melibatkan semua unsur pengelola klub olahraga, prestasi olahraga secara pasti akan dapat diraih. Pembinaan bakat dan minat olahraga sekolah dasar melalui Klub Olahraga Sekolah Dasar merupakan suatu program yang dirancang untuk menyediakan program yang selaras dengan misi peningkatan prestasi tanpa harus kehilangan dasar pengembangan dan mengabaikan landasan olahraga pendidikan.
Semoga buku yang berjudul: PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar) ini dapat dimanfaatkan sebagai panduan bagi pemangku kebijakan pendidikan, dan pengelola klub olahraga yang berbasis gugus sekolah dasar.
(6)
PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)