Merencanakan dan mempersiapkan masa depan pasien pasca perawatan

Pernyataan SY mengenai perubahan sikap keluarga sebagai hasil dari konseling keluarga juga dirasakan sama oleh AD. AD menyatakan terdapat perubahan sikap pada ayahnya dan juga pada keluarga secara keseluruhan. Perubahan perilaku tersebut terlihat dari perubahan sikap orang tua dalam menghadapi pasien. Sikap keras dan tegas ayah AD dalam mendidik AD sudah berangsur- angsur mengalami perubahan, ayah AD menjadi bersikap lebih “lunak” terhadap AD serta berkurangnya frekuensi pertengkaran yang terjadi di dalam keluarga setelah mendapatkan konseling keluarga berupa nasihat-nasihat dan pengarahan-pengarahan dari pihak GPSY: ya sekarang lebih percaya sama ortu mbak, lebih bisa terbuka F1- W37:160413. Ortu jadi lebih sayang mbak, dulu ki sok marah- marah, menyalahkan tanpa sebab saiki lebih pengertian sama anak nya E1-W38:160413. Pada keluarga itu ya dulu suka pada bertengkar sekarang udah nggak, trus sikap nya bapak banyak berubah sekarang ini jarang banget marah-marah ya bisa tau kemampuan anaknya, wis apa ya tidak suka memaksakan kehendak F2-W14:290613

c. Merencanakan dan mempersiapkan masa depan pasien pasca perawatan

Home Visit dan Konseling Keluarga yang dilakukan pihak GPSY tidak hanya sebatas memberikan pengarahan-pengarahan secara lisan kepada keluarga tetapi juga merencanakan dan mempersiapkan masa depan pasien pasca perawatan. Perencanan dan persiapan masa depan bertujuan membantu pasien supaya dapat mengembangkan diri dan mampu berfungsi secara optimal pasca menjalani perawatan di GPSY sehingga pasien bisa menjalani kehidupannya secara lebih efektif di dalam masyarakat: AA menyatakan bahwa kelanjutan kehidupan pasien pasca perawatan perlu dipersiapkan supaya pasien mempunyai kesibukan dan kegiatan tetap sehingga pasien mempunyai tujuan hidup setelah kembali kekeluarga dan masyarakat. Kemudian setelah itu kami dengan pihak keluarga mulai merancang tentang bagaimana kegiatan dan rencana pasien setelah keluar dari GPSY, jadi sepulang dari sini pasien mempunyai kesibukan sehingga atau kegiatan tetap sehingga hidupnya itu punya tujuan kak A2-W10:080613. Perencanaan dan persiapan masa depan AD dilakukan secara langsung oleh mentor dan keluarga AD. Penanganan terhadap permasalahan AD yang berkaitan dengan pendidikan diselesaikan bersama-bersama berdasarkan hasil kesepakatan keluarga dengan pihak GPSY. Mentor turun langsung kelapangan dalam mempersiapkan dan menyelesaikan masalah pendidikan AD. Hal tersebut diungkapkan oleh AA sebagai berikut: Iya, kami lakukan kunjungan ke kekeluarga dan mendapat keluhan dari keluarga kalau AD ini ingin sekolah karena dia merasa minder dan malu terhadap teman-temannya karena dia selama sakit kan tidak sempat ujian nasional, kemudian kami juga bantu keluarga dan AD dalam mencarikan paket C terus kami juga bantu mencarikan kuliah buat AD, kami bekerjasama dengan keluarga untuk bagaimana supaya AD bisa pulih B2-W8:290513. Lebih lanjut, SY menjelaskan bahwa mentor GPSY bukan hanya menyarankan dan mengarahkan perihal permasalahan sekolah AD tetapi juga membantu mencarikan sekolah yang tepat untuk AD . Pihak GPSY yaitu mentor AD terjun langsung dalam mengurus dan menyelesaikan permasalahan pendidikan AD sehingga AD dapat memperoleh pendidikan yang baik dan sesuai dengan keinginannya sampai ke jenjang perkuliahan. Waktu itu juga pak Alfred membantu AD untuk mengurus paket C, mencarikan sekolahnya juga supaya AD bisa sekolah. Pak Alfred itu mondar mandir sana sini ya buat ngurusi sekolahnya AD, pokoknya dari menyarankan, mengarahkan, sampai mencarikan mbak. Hehehe. Karena ini loh mbak kan dulu itu AD kambuh penyebabnya itu malu sama temene gara-gara tidak kuliah ya terus pak Alfred ikut membantu yang mengurusi sekolahnya AD ya sampai sekarang AD bisa kuliah sampai semester 4 terus sebentar lagi selesai to mba ini lagi bikin tugas akhir itu semuanya diarahkan dan dibantu carikan sekolahnya sama pak Alfred yang juga sesuai lah mbak sama keinginannya yang AD sukai jadi ya orang tua tinggal mendukung saja. . . G1-W24:290613. Pernyataan SY terkait perencanaan dan persiapan masa depan AD diperkuat oleh AD sebagai berikut: Ya kak Alfred itu membantu sekali mbak kalau masalah sekolah, itu pas aku nggak lulus SMA kan galau banget lah la setelah keluar dari Siloam ya diuruskan paket C, ya disemangati sampai aku kuliah kak Alfred nyariin informasi universitas yang ada jurusan sing tak cari, nemenin tes masuk ya sampai ketrima terus kuliah F2-W15:290613. Aku kuliah di Asmi Santa Maria, ya ambil jurusan public relation dulunya sih ortu nggak mendukung tapi dibujuk-bujuk kak Alfred ya akhirnya dibolehin lah. Kalau kesulitannya pusing tugas e mbak. Hahahah F2:W16:290613. dulu itu disuruhnya ke theology sama ortu, tapi aku tertariknya sama public relation, . . . F2:W17:290613. SY menyatakan bahwa sampai saat ini AD mampu menjalani pendidikannya dengan baik tanpa adanya kendala yang memberatkan: . . . sekarang AD bisa kuliah sampai semester 4 terus sebentar lagi selesai to mbak ini lagi bikin tugas akhir . . .ya sampai sekarang puji Tuhan berjalan lancar, ya bisa mengikuti G1-W24:290613.

4.4.2.5 Analisis Perjalanan Penyakit

Analisis perjalan penyakit adalah riwayat kemunculan dan perkembangan penyakit yang dinalisis berdasarkan faktor penyebabnya untuk selanjutnya dibuat diagnosa mengenai penyakit tersebut dan prediksi kesembuhannya berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemunculan penyakit tersebut. 4.4.2.5.1 Analisis Perjalanan Penyakit KM Anamnesa a Alloanamnesis Alloanamnesis adalah data yang diperoleh dari keluarga dan pihak lain yang terkait dengan pasien mengenai penyakit pasien dan penyebab kemunculannya. Data yang diperoleh dari ibu pasien dan mentor GPSY, KM mengalami skizofrenia dengan menunjukan gejala positif skizofrenia seperti halusinasi, berteriak-teriak, marah-marah, melakukan tindakan yang menyakiti dirinya, memaki-maki orang sedangkan gejala negatif skizofrenia yaitu KM mengalami memiliki kecurigaan yang tinggi terhadap suatu hal yang menyebabkan KM cenderung menarik diri dari lingkungannya dengan hanya mengurung diri di dalam rumah. Keluarga mengatakan bahwa KM mengalami skizofrenia karena di guna-guna oleh mantan kekasihnya, pernyataan lain diungkapkan oleh mentor GPSY yang menyanggah pernyataan kelurga perihal penyebab skizofrenia pada KM. Mentor memaparkan bahwa sejumlah permasalahan pribadi yang menekan dan terakhir adalah kematian ayahnya yang menyebabkan kekambuhan pada KM. b Autoanamnesis Autoanamnesis adalah data yang diperoleh dari pihak yang bersangkutan yaitu pasien skizofrenis menganai gejala penyakit dan penyebab kemunculan penyakit. Autoanamnesis dilakukan dengan melakukan wawancara kepada pasien yaitu KM. KM mengungkapkan bahwa pernah dirawat sebanyak 4 kali yaitu pertama di RSJ swasta di Yogyakarta, permasalahan yang menjadi pencetus adalah permasalahan dengan teman kerja dan atasan KM yang bersikap otoriter dan keras kepada KM. Kedua di Panti Rehabilitasi Mental di Solo, permasalahan yang menjadi permasalahan adalah KM tidak mempunyai pekerjaaan dan hanya mengganggur dirumah. Tekanan yang diberikan keluarga kepadanya membuat KM kembali kambuh. Ketiga di RSJ di Magelang, faktor pemicu yang menjadi permasalan KM adalah kegagalannya dalam masalah percintaan. Di usiannya yang ke 31 tahun kekasihnya tiba-tiba menghilang tanpa memberikan penjelasan apapun padahal diusianya yang mulai beranjak tua KM sudah menginginkan kehidupan berumah tangga. Keempat di RS swasta di Yogyakarta, permasalahannya adalah KM tidak taat dalam minum obat dan juga sikap keluarga yang cuek serta tidak memperhatikannya bahkan cenderung menekan menjadi alasan kekambuhan KM yang ke empat kalinya. Kelima di GPSY, faktor pencetus yang menjadi stressor kekambuhan KM yang ke 5 disebabkan kematian ayahnya. Kedekatan KM dengan ayahnya membuat KM mengalami guncangan kejiwaan yang sangat berat sehingga menyebabkan KM mengalami kekambuhan dan membuat KM dirawat di GPSY. KM mengungkapkan bahwa ketika dia sedang dalam keadaan tertekan dan stress dalam menghadapi permasalahan maka dia akan mengalami halusiansi pendengaran dan penglihatan. Hal ini membuat KM berusaha menghindari dan melawannya yang ditunjukan dengan sikap berteriak-teriak dan membentur- benturkan kepalanya ke tembok, sebab ia sudah merasa tidak kuat dalam mengatasi halusinasinya tersebut. Genogram Pohon Keluarga Bagan 4.2 Genogram KM Keterangan: : Laki-laki : Perempuan : Pasien KM adalah wanita berusia 41 tahun, ia merupakan anak ke-3 dari 5 bersaudara. Kakak pertama nya laki-laki berusia 43 tahun, sudah menikah dan tinggal di luar kota. Kakak kedua nya laki-laki berusia 42 tahun, belum menikah dan tinggal di rumah. Adik keempat dan kelimanya laku-laki, sudah menikah dan tinggal di luar kota. Ayah KM baru saja meninggal pada bulan Februari 2013. KM tinggal bersama kakak kedua RD dan ibunya di sebuah perumahan di daerah Yogyakarta. Ibu KM bekerja di pasar dan RD bekerja serabutan, sedangkan KM menganggur di rumah. Hipotesis Masalah 1 Penyebab Hubungan KM dengan kakak dan ibunya kurang begitu baik. Ibu KM sibuk bekerja dan tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan KM, sepulang kerja dalam kondisi capek ibu KM seringkali memarahi KM dengan berbagai alasan. Kakak KM bersifat keras dalam mendidik KM, tidak jarang kakak KM memberikan pukulan kepada KM apabila KM mulai menunjukan perilakunya yang aneh. Prestasi KM semasa sekolah yang kurang begitu baik membuat ibu KM seringkali membanding-bandingkan dengan kemampuan saudara-saudaranya. KM cenderung menutup diri dari pergaulan sosial dan lebih sering berdiam diri di dalam rumah. Hal ini membuat KM belum memiliki pasangan dan belum menikah. Di usia yang sudah mulai menua dan tidak memiliki pasangan serta pekerjaan menjadi beban tersendiri dalam diri KM. KM menjadi merasa minder dan malu dengan lingkungannya juga keluarganya, ini membuat KM menarik diri dari lingkungan masyarakat karena takut mendapat cemoohan dari masyarakat. 2 Antecedent pencetus Faktor yang secara langsung menyebabkan kekambuhan KM untuk ke- lima kalinya ini adalah kematian ayahnya. KM adalah anak perempuan satu- satunya di dalam keluarga tersebut, hal ini membuat ayah KM lebih menyayangi KM dibandingkan dengan saudara-saudara lainya. Kedekatan KM dengan ayahnya inilah yang membuat KM tidak siap menerima kematian ayahnya apalagi di dalam keluarga ayah nya lah yang dirasa paling bisa mengerti dan memahami KM. Hal ini menjadi stressor yang sangat berat bagi KM sehingga menyebabkan KM kambuh kembali. Hasil Observasi 1 Kondisi Pasien KM a. Deskripsi Umum - Penampilan : bersih dan rapi - Kesadaran : baik - Sikap : kooperatif - Aktivitas Psikomotor : tidak terlalu banyak bergerak - Pembicaraan : kuantitas dan kualitas baik b. Fungsi Intelektual kognitif - Orientasi personal, waktu, situasional, tempat : baik - Ingatan jangka pendek, segera, panjang : baik - Proses berfikir : sistematis, detail dan runtut. - Kemampuan problem solving : baik c. Keadaan Afektif - Mood : normal - Emosi : stabil - Afek : senang - Motivasi sembuh : tinggi - Tilikan inshigh :baik - Gangguan persepsi : Halusinasi auiditorik dan visual d. Fungsi Sosial - Kemampuan bersosialisasi : baik - Keterlibatan dalam kegiatan : aktif - Harga diri : rendah - Kepercayaan diri : baik 2 Kondisi Keluarga Pada saat peneliti berkunjung ke rumah KM terlihat sikap ibu KM yang terkesan cuek dan sering bekata dengan nada tinggi kepada KM. Saat mentor mengevaluasi kondisi KM selama cuti dan memberikan nasihat-nasihat kepada KM, ibu KM sering mengadukan dan menyalahkan KM atas sikap nya yang masih malas. Secara umum diperoleh gambaran bahwa hubungan KM dengan ibunya kurang begitu baik, ibu KM cenderung bersikap keras dan selalu memojokan KM. Diagnosis Multiaksional Aksis I : F 20.0 skizofrenia paranoid Aksis II : tidak ada diagnosis Aksis III : tidak ada diagnosis Aksis IV : kematian orang tua dan tidak memiliki pekerjaan Aksis V : GAF 50 gejala berat atau serius, disabilitas berat Prognosis Tabel 4.8 Prognosis KM NO KATEGORI KETERANGAN PROGNOSIS 1. Diagnosa Skizofrenia Paranoid Buruk 2. Onset 20 tahun Buruk 3. Riwayat penyakit 5 kali kambuh Buruk 4. Faktor genetic Tidak ada Baik 5. Stressor Ayah meninggal dunia dan tidak bekerja Buruk 6. Keluarga Keluarga menekan dan tidak perhatian Buruk 7. Penyakit organic Tidak ada Baik 8. Respon terhadap pengobatan Tidak patuh minum obat Buruk 9. Gangguan kepribadian Tidak ada Baik 10. Insight Tilikan Ada Baik 11. Tingkat sosial ekomi Kurang mampu Buruk 12. Motivasi kerja Tidak Ada Buruk 13. Penampilan Kebersihan dan kerapian baik Baik 14. P ekerjaan Tidak ada Buruk 4.4.2.5.2 Analisis Perjalanan Penyakit AD Anamnesa a Alloanamnesis Alloanamnesis adalah data yang diperoleh dari keluarga dan pihak lain yang terkait dengan pasien mengenai penyakit pasien dan penyebab kemunculannya. Data yang diperoleh dari ibu AD dan mentor GPSY menyatakan bahwa kondisi AD pada saat masuk ke GPSY masih sangat labil, AD mengalami gejala positif skizofrenia berupa halusinasi auditorik, memiliki waham keagamaan, menunjukan sikap marah-marah, berkotbah sambil berteriak-teriak, telanjang- telanjang dan tidak dapat mengontrol perilakunya sedangkan gejala negatif nya yaitu bingung, melamun, sedih, murung, menyendiri, dan menarik diri dari lingkungan. Keluarga memberikan keterangan bahwa penyebab sakit nya AD adalah bahwa dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa kakak perempuannya hamil diluar nikah dan harus pindah agama untuk menikah karena suaminya beda agama. Selain itu juga ada faktor lain yang mneyebabkan yaitu didikan ayah nya yang terlalu keras dan masalah sekolah serta percintaan. b Alloanamnesis Autoanamnesis adalah data yang diperoleh dari pihak yang bersangkutan yaitu pasien skizofrenis menganai gejala penyakit dan penyebab kemunculan penyakit. Autoanamnesis dilakukan dengan melakukan wawancara kepada pasien yaitu AD. AD pernah dirawat sebanyak 3 sebelum akhirnya dirawat di GPSY, yaitu yang pertama di RSJ di Magelang, permasalahan awal yang menjadi faktor pencetus adalah berasal dari keluarga yaitu berawal dari kekecewaan AD terhadap kakak perempuanya yang hamil duluan dengan laki-laki beda agama sehingga akhirnya kakak perempuannya tersebut pindah agama mengikuti agama suamninya tersebut. Kedua di Rumah Sakit swasta di Yogyakarta, permasalahan yang menjadi penyebab kekambuhan AD adalah ketidaktaatan AD dalam minum obat, AD sering melupakan atau sengaja membuang obatnya. Ketiga di RSJ di Magelang, kali ini permasalahan yang muncul adalah AD mengalami putus cinta, AD berpacaran seorang wanita namun wanita tersebut justru menjalin hubungan dengan lelaki lain padahal AD sudah memberikan banyak hal secara materi. Permasalahan sekolah juga menjadi permasalahan yang menjadi pemicu kekambuhan AD yang ketiga, tertundanya sekolah AD karena AD menjalani perawatan membuatnya harus tertinggal dengan teman-temanya ketakutan akan kegagalan di masa depanya meperkuat munculnya kekambuhan AD. Keempat di GPSY, permasalahan kegagalan dalam hubungan asmara dan kegagalan studi masih menjadi permasalahan utama yang semakin diperkuat oleh tekanan serta tuntutan dari ayahnya sehingga membuat AD mengalami kekambuhan yang ke empat dan akhirnya dirawat di GPSY. Genogram Pohon Keluarga Bagan 4.3 Genogram AD Keterangan: : Laki-laki : Perempuan : Pasien AD adalah laki-laki berumur 22 tahun, ia merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara. Kakak pertama perempuan berusia 25 tahun dan sudah menikah sedangkan adiknya perempuan berusia 17 tahun sedang duduk di bangku sekolah SMA. Ayah AD bekerja sebagai kepala sekolah di SLB Negri di Wonosari sedangkan ibu AD bekerja sebagai Pegawai Negri Sipil. Hipotesis Masalah 1 Penyebab AD tinggal bersama kakak perempuan, kakak ipar, keponakan, adek dan kedua orang tua. Secara ekonomi kondisi keluarga AD sangat berkecukupan bahkan lebih. Didikan keras dari ayahnya mengharuskan AD untuk mandiri dan berprestasi seperti ayahnya, sebab AD adalah satu-satunya anak laki-laki sehingga ayahnya memberikan tuntutan yang lebih besar kepada AD. Cara didik dan tuntutan yang terlalu besar dari ayah sedangkan kemampuan AD yang terbatas membuat AD tidak mampu memenuhinya sehingga hal ini menjadi stressor tersendiri dalam diri AD. Hubungan AD dengan ayahnya tidak terjalin dengan baik, sifat ayah AD yang keras dalam mendidik dan terlalu memaksakan kehendak kepada anaknya membuat AD sering bertengkar dengan ayahnya. AD mengaku paling dekat dengan ibu dan adik perempuannya. Kondisi keluarga yang sering terjadi pertengkaran membuat AD tidak nyaman berada dirumah, pertengkaran yang seringkali terjadi di antara sesama anggota keluarga sebenarnya hanyalah disebabkan oleh permasalahan kecil yang dibesar-besarkan karena sifat temperamen dari masing-masing anggota keluarga. 2 Antecedent pencetus Faktor yang secara langsung menyebabkan kekambuhan KM untuk keempat kalinya ini adalah berkaitan dengan kegagalan cinta dan kegagalan sekolahnya. AD merasa bahwa dia sudah gagal dalam studinya sehingga menyebabkan dia mengalami ketakutan terhadap masa depannya apalagi sikap keras dan harapan ayahnya yang terlalu tinggi membuat AD semakin tertekan. Hasil Observasi 1 Kondisi Pasien KM a. Deskripsi Umum - Penampilan : bersih dan rapi - Kesadaran : baik - Sikap : kooperatif - Aktivitas Psikomotor : banyak melakukan gerakan - Pembicaraan : kuantitas dan kualitas baik b. Fungsi Intelektual kognitif - Orientasi personal, waktu, situasional, tempat : baik - Ingatan jangka pendek, segera, panjang : baik - Proses berfikir : sistematis, detail dan runtut. - Kemampuan problem solving :kurang begitu baik c. Keadaan Afektif - Mood : normal - Emosi : stabil - Afek : gembira - Motivasi sembuh : tinggi - Tilikan inshigh :baik - Gangguan persepsi : Halusinasi auiditorik dan visual, waham keagamaan. d. Fungsi Sosial - Kemampuan bersosialisasi : baik - Keterlibatan dalam kegiatan : aktif - Harga diri : tinggi - Kepercayaan diri : baik 3 Kondisi Keluarga Pada saat peneliti melakukan kunjungan ke rumah AD, kedatangan peneliti disambut dengan baik oleh ayah, ibu, kakak, dan adik AD. Keluarga sangat terbuka pada saat menceritakan kondisi AD, terlihat kedekatan antara AD dengan ibu nya, sesekali di sela-sela wawancara AD bercanda manja dengan menggoda ibunya. Kedekatan juga terlihat antara AD dengan ayahnya, ayah AD telihat sedikit cuek namun terkesan humoris sempat beberapa kali ayah AD ikut bergabung dengan peneliti untuk mengobrol dengan peneliti dan juga AD beserta ibu. Secara umum diperoleh gambaran bahwa hubungan AD dengan keluarga sangat baik ayah AD sudah banyak mengalami banyak perubahan terutama dari cara bersikap dan mendidik AD. Ayah AD sudah lebih sabar dan selalu berusaha memahami kondisi AD. Keharmonisan keluarga nampak terlihat dan terasa saat selama kurang lebih 2 jam peneliti berada di rumah AD. Diagnosis Multiaksional Aksis I : F 20.0 skizofrenia paranoid Aksis II : tidak ada diagnosis Aksis III : tidak ada diagnosis Aksis IV : kematian orang tua dan tidak memiliki pekerjaan Aksis V : GAF 50 gejala berat atau serius, disabilitas berat. Prognosis Prognosis AD adalah gambaran prognosis pada saat AD menjalani perawatan di GPSY. Tabel 4.9 Prognosis AD NO KATEGORI KETERANGAN PROGNOSIS 1. Diagnosa Skizofrenia Buruk 2. Onset 18 tahun Buruk 3. Riwayat penyakit 4 kali kambuh Buruk 4. Faktor genetic Tidak ada Baik 5. Stressor Putus cinta dan ketakutan akan masa depan Baik 6. Keluarga Tidak ada Buruk 7. Penyakit organic Tidak ada Baik 8. Respon terhadap pengobatan Tidak Ada Baik 9. Gangguan kepribadian Tidak ada Baik 10. Insight Tilikan Ada Baik 11. Tingkat sosial ekonomi Mampu Buruk 12. Motivasi kerja Ada Baik 13. Penampilan Kurang Buruk 14. Pekerjaan Pengangguran Buruk

4.4.2.6 Hasil Tes Psikologi

4.4.2.6.1 Hasil Tes Psikologi KM Subyek bernama KM, berumur 41 tahun. Subyek seorang wanita berperawakan sedang dengan berat badan sekitar 50 kg dan tinggi 160 cm. Warna kulit subyek sawo matang dengan rambut ikal sepanjang punggung. Penampilan subyek terlihat rapi dan bersih dengan mengenakan baju kemeja berkerah warna biru dan rok span sepanjang lutut berwarna hitam. Subyek tidak terlalu banyak berbicara namun ketika peneliti memberikan pertanyaan subyek terlihat antusias dalam memberikan jawaban. Gerakan subyek terlihat gesit dan cekatan dalam mengerjakan sesuatu hal termasuk dalam pengerjaan tes grafis, subyek tidak banyak bertanya dan segera mengerjakan setelah diberikan penjelasan oleh peneliti Catatan Lapangan no. 6. 1. BAUM Tree Test Subyek menggambar sebuah pohon berbunga tanpa daun. Subyek menjelaskan bahwa pohon tersebut adalah pohon bunga rampai yang ketika musim kemarau akan menggugurkan bungannya dan ketika musim penghujan akan berbunga lebat. BAUM Tree Test digunakan untuk melihat gambaran mengenai pertumbuhan ego subyek. Interpretasi gambar menunjukan bahwa subyek adalah orang yang mementingkan rasio, subyek selalu berusaha melihat dan mencari penjelasaan setiap peristiwa dari segi rasionalitas peristiwa tersebut. Subyek mengalami permasalahan dengan penyelarasan ego dan super egonya, sebab subyek selalu berusaha menyelaraskan dan merealisasikan ego dan super egonya. Hal ini menyebabkan subyek cenderung menutup diri terhadap lingkungan sosialnya. 2. DAP Draw A Pearson Test Subyek menggambar seorang anak laki-laki muda berusia 15 tahun, berpenampilan rapi yang subyek beri nama Doni. Tidak ada keterkaitan hubungan kekerabatan maupun hubungan emosional antara subyek dengan Doni. Pemilihan doni sebagai sosok yang digambar subyek hanya didasarkan pada keinginan subyek semata karena begitu diberikan perintah untuk mengambar manusia langsung terlitas dalam benak subyek tentang sosok Doni. DAP Draw A Pearson Test digunakan untuk melihat gambaran mengenai bagaimana subyek membawa diri ketika bertemu dengan lingkungan. Interpretasi gambar menunjukan bahwa terdapat adanya ketidak-konsistenan dalam hubungan sosial dengan orang lain. Subyek mengalami permasalahan atau kecemasan saat proses adaptasi dengan lingkungan dikarenakan subyek merasa seperti terbebani oleh banyak orang. 3. HTP House Tree and Person Test Subyek menggambar sebuah rumah milik seorang laki-laki paruh baya yang berumur sekitar 50 tahun bernama Tedy. Rumah tersebut memiliki pekarangan yang luas dan sebuah pohon beringin. Tidak ada hubungan kekerabatan maupun hubungan emosional antara subyek dengan sosok Tedy. HTP House Tree and Person Test digunakan untuk melihat gambaran mengenai persepsi individu terhadap suatu keadaan. Interpretasi gambar menunjukan bahwa adanya indikasi subyek untuk menjauh dari kontak sosial atau lingkungan terdekatnya, yaitu menjauh dari keluarga dan juga mempunyai kecenderungan untuk ingin lari dari rumah. Kesimpulan: Hasil tes grafis KM secara keseluruhan menunjukan bahwa subyek adalah skizofrenia, yaitu skizofrenia paranoid. Hal ini terlihat dari gambaran kaki dan tangan pada tes DAP yang menunjukan bahwa subyek tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan, sedangkan gambaran umum yang diperoleh memberikan suatu kesimpulan bahwa subyek mengalami permasalahan dalam hubungannya dengan lingkungan sosial sehingga subyek memiliki kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan sosial atau bahkan lari dan menghindari kontak sosial terutama dengan keluarga. 4.4.2.6.2 Hasil Tes Psikologi AD Subyek bernama AD, berusia 22 tahun. Subyek adalah seorang laki-laki bertubuh tambun dengan berat badan sekitar 70 kg dan tinggi badan 165cm. Subyek memiliki warna kulit hitam, berambut lurus dan memiliki sedikit jenggot serta kumis. Penampilan subyek terlihat rapi dengan menggunakan kaos berwarna hijau, jaket coklat, celana jeans hitam dan sepatu sandal serta mambawa tas hitam berukuran sekitar 60cmx20cm. Subyek terlihat banyak berbicara dan sibuk melakukan aktivitas seperti bermain hape dan membaca koran. Saat diminta untuk melakukan tes grafis subyek sempat menolak dengan alasan tidak pintar menggambar namun dengan berbagai penjelasan yang diberikan peneliti akhirnya subyek bersedia untuk melakukan tes grafis catatan lapangan no.7. 1. BAUM Tree Test Subyek menggambar sebuah pohon bambu yang terdapat di belakang rumahnya. Alasan subyek menggambar pohon bambu adalah bahwa jenis pohon tersebut mudah digambar. BAUM Tree Test digunakan untuk melihat gambaran mengenai pertumbuhan ego subyek. Interpretasi gambar menunjukan bahwa subyek memiliki keinginan atau ego yang besar akan tetapi tidak seimbang dengan rasionya. Subyek terlalu mengorientasikan keinginannya ke masa depan atau kehidupan mendatang, namun hal ini tidak diimbangi dengan rasio yang cukup baik sehingga subyek mengalami kesulitan atau tidak tahu bagaimana harus menghadapi masa depanya. 2. DAP Draw A Pearson Test Subyek menggambar seorang anak laki-laki berumur 4 tahun yang bernama Dande. Dande adalah keponakan subyek yang merupakan anak pertama dari kakak perempuan subyek dan tinggal satu rumah bersama subyek. Alasan subyek menggambar sosok Dande adalah karena Dande sangat lucu sehingga subyek sangat menyayanginya. DAP Draw A Pearson Test digunakan untuk melihat gambaran mengenai bagaimana subyek membawa diri ketika bertemu dengan lingkungan. Interpretasi gambar menunjukan bahwa subyek kurang mampu menyelaraskan antara ego dan super egonya, saat berhadapan dengan lingkungan sosialnya subyek kurang bisa menopang dirinya tidak bisa mandiri sehingga subyek mengalami kesulitan atau kurang mampu beradaptasi dan berinteraksi langsung dengan lingkungannya. 3. HTP House Tree and Person Test Subyek menggambar sebuah rumah yang merupakan rumah impiannya di masa depan. Rumah tersebut dihuni oleh sebuah keluarga bahagia yang terdiri dari suami, istri dan satu orang anak. Pada bagian samping rumah terdapat sebuah pohon jati. HTP House Tree and Person Test digunakan untuk melihat gambaran mengenai persepsi individu terhadap suatu keadaan. Interpretasi gambar menunjukan bahwa adanya keinginan yang kuat dalam diri subyek untuk meningkatkan interaksi khususnya interaksi di dalam keluarga. Subyek menunjukan bahwa dia ingin memiliki sebuah keluarga yang bahagia yang memiliki adanya kedekatan atau interaksi yang kuat di antara sesama anggota keluarga. Hal ini bisa saja disebabkan adanya kekecewaan subyek terhadap keluarga, subyek merasa jauh dari keluarga dan tidak merasakan kebahagian dalam keluarga. Kesimpulan: Hasil tes grafis AD secara keseluruhan menunjukan bahwa subyek adalah skizofrenia, yaitu skizofrenia paranoid. Hal ini terlihat dari gambaran telinga, mata, kaki dan tangan yang digambar AD pada tes DAP. Gambaran telinga, mata kaki dan tangan menunjukan bahwa AD mengalami adanya halusinasi pendengaran, waham dan hambatan dalam beradaptasi dengan lingkungan. Sedangkan gambaran umum yang diperoleh memberikan suatu kesimpulan bahwa subyek mengalami kebingungan dalam menghadapi masa depannya selain itu subyek kurang mampu dalam beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungnnya terutama keluarganya dikarenakan kondisi keluarga yang tidak sesuai dengan harapan subyek. 4.4.2.7 Dinamika pemulihan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik 4.4.2.7.1 Dinamika pemulihan pada KM a Paradigma Psikopatologis KM Skizofrenia Paranoid Bagan 4.4 Paradigma Psikopatologis KM Childhood Ekonomi Kurang, Orang tua sibuk bekerja Ekonomi berkecukupan Perhatian dari orang tua Adolance SD, SMP, SMA tidak berprestasi Tidak mempunyai teman Sikap keluarga terlalu Butuh pengakuan Mempunyai banyak teman Kasih sayang dari Later Life Tidak menikah Tidak memiliki pekerjaan Memiliki pasangan berumah tangga Bekerja memiliki penghasilan Conditioning Event Tertutup, mudah marah dan curiga, menarik diri dari keluarga dan masyarakat, rendah diri minder. Ego Alien Merasa tertekan, kesepian, putus asa, tidak berguna, tidak memiliki kebermaknaan hidup Ego Ideal Membutuhkan dukungan keluarga, pasangan hidup, teman, pekerjaan dan diakui masyarkat Precipitating I : Permasalahan dengan teman kerja dan atasan yang otoriter Precipitating II : Tidak mempunyai pekerjaan dan tekanan keluarga Precipitating III : Masalah percintaan putus cinta Precipitating IV : Tidak taat minum obat dan tekanan keluarga Precipitating V : Kematian ayahnya Gejala Positif Skizofrenia - Halusinasi auditorik dan visual - Berteriak-teriak - Marah-marah - Berperilaku agresif - Memaki-maki orang lain Gejala Negatif Skizofrenia - Pencuriga - Menarik diri dari lingkungan - Susah diajak berbicara - Mengurung diri - Sering melamun Paradigma psikopatologis merupakan ringkasan perjalanan penyakit skizofrenia ditinjau dari sisi psikologis pasien. Paradigma psikopatologis memberikan gambaran mengenai mekanisme terjadinya skizofrenia dan dampak skizofrenia pada diri pasein. Dinamika pemulihan KM dengan menggunakan Terapi Holistik yaitu bahwa Terapi Holistik menangani faktor-faktor pencetus atau mekanisme terjadinya skizofrenia, dampak-dampak skizofrenia pada aspek kehidupan pasien dan faktor-faktor prediktif yang berkaitan dengan prognosis skizofrenia. Lebih lanjut, uraian mengenai dinamika pemulihan KM dijelaskan sebagai berikut: b Faktor-faktor pencetus atau mekanisme terjadinya skizofrenia pada KM. Permasalahan psikososial dan ketidaktaatan minum obat menjadi faktor pencetus kemunculan dan kekambuhan kembali penyakit skizofrenia pada KM. Permasalahan psikososial tersebut meliputi permasalahan yang berkaitan dengan pekerjaan, tekanan keluarga, percintaan, dan kematian ayah. Terapi Holistik menganalisis mekanisme terjadinya skizofrenia dan digunakan untuk menangani hal-hal yang menjadi faktor –faktor pencetus skizofrenia pada KM sehingga dengan demikian akar permasalahan dapat diatasi dan diperbaiki. 1. Terapi Medis Terapi medis berupa obat-obatan yang diberikan kepada KM mengurangi atau menghilangkan gejala positif dan gejala negatif skizofenia yang yang disebabkan oleh faktor organobiologik berkaitan dengan gangguan pada susunan syaraf pusat otak sehingga menyebabkan munculnya perilaku agresif dari pasien. . . . kalau minum obat suara-suara seperti halusinasi itu hilang, terus gampang buat tidur hawanya itu rasa-rasanya kaya ngantuk, terus nanti bangun-bangun rasanya enak badanya seger D2- W21:190613. Lebih lanjut, menumbuhkan kesadaran dan pemahaman terhadap pentingnya obat bagi skizofrenia merupakan tujuan utama dari terapi medis, jenis- jenis kegiatan dalam terapi medis mempunyai sasaran utama yaitu munculnya kesadaran minum obat. Obat-obatan bagi penderita skizofrenia merupakan hal utama yang tidak boleh ditinggalkan. Pengkonsumsian obat dalam waktu lama menimbulkan kejenuhan dalam diri KM. Terapi Holistik yang berupa terapi medis menumbuhkan kesadaran pada KM terhadap pentingnya dan keharusan skizofrenia dalam mengkonsumsi obat sehingga memunculkan perilaku ketaatan minum obat yang berasal dari dalam diri KM ada atau tanpa intervensi dari pihak luar: . . . Kalau obat nya dibuang-buang yang merasakan sakit ya kamu sendiri to. . . D1-W5:070513. Minum obat itu ya ada kesadaran harus minum obat teratur itu muncul dari dalam hati jadi tanpa disuruh gitu ya langsung tau waktunya minum obat D1- W33:070513. ya kita jadi mengerti diri kita sendiri jadi tau penyakitnya, kalau kita tau penyakitnya kan kita bisa menyembuhkannya mbak, kalau marah bisa mengendalikan diri D1-W35:070513. 2. Terapi Rohani Terapi rohani menyentuh aspek psikologis pasien yaitu aspek psikoreligius dengan memberikan effek psikologis berupa ketenangan dan kepasrahan kepada Tuhan sehingga KM lebih kuat dalam menghadapi dan mengatasi setiap permasalahan-permasalahan hidupnya. Terapi rohani membantu KM mengatasi stressor-stressor psikososial dengan memunculkan kekuatan dalam dirinya melalui kepasrahan kepada Tuhan: . . . ibadah, pendalaman alkitab, firman Tuhan jadi ada pengharapan untuk sembuh, aku tuh bisa sembuh kalau aku berserah kepada Tuhan sebagai sumber kekuatan soalnya kan tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. . . D1-W15:070513. Ibadah itu mbak, firman Tuhan. Solanya ceritanya itu menggambarkan permasalahan sehari-hari terus bagaimana meminta prtolongan kepada Tuhan, memberikan ketenangan, menguatkan, terus mendapat hikmat-hikmat yang kadang kalau direnungkan ada ayat- ayat yang sesuai dengan kita gitu D2-W15:190613. 3. Terapi Sosial Terapi sosial mengatasi akar permasalahan KM yang berkaitan dengan hubungan sosialnya. Terapi sosial berupa pelatihan ketrampilan kerja mengajarkan KM untuk memiliki ketrampilan yang bisa dikembangkan sebagai mata pencaharian pasca perawataan dari GPSY, sehingga KM memiliki pekerjaan yang dapat menjadi sumber penghasilan. Hal ini mengatasi permasalahan kekambuhan KM yang berkaitan dengan masalah pekerjaan, yaitu pengangguran yang menjadi salah satu penyebab kekambuhan KM. Pemberian ketrampilan-ketrampilan membuat pasien memperoleh pengetahuan baru, sehingga pasien memiliki kemampuan dalam menghasilkan produk yang bernilai ekonomis apabila dipasarkan dalam masyarakat. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh KM sebagai berikut: dapet pengetahuan yang sebelumnya nggak pernah dilakukan mbak, diajari bikin apa gitu yang aku belum bisa pokoknya kaya diajarkan berwirausaha dengan punya ketrampilan-ketrampilan kita nanti bisa dapat uang D2-W25:190613. 4. Home Visit dan Konseling Keluarga Home visit dan konseling keluarga merupakan bagian dari Terapi Holistik yang memegang peranan penting dalam keberhasilan keberlanjutan perawatan pasien pasca perawatan. Interaksi di dalam keluarga KM tidak terjalin dengan baik. Hubungan KM dengan kakak dan ibunya kurang begitu baik. Ibu KM sibuk bekerja dan tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan KM, sepulang kerja dalam kondisi capek ibu KM seringkali memarahi KM dengan berbagai alasan. Kakak KM bersifat keras dalam mendidik KM, tidak jarang kakak KM memberikan pukulan kepada KM apabila KM mulai menunjukan perilakunya yang aneh. Prestasi KM semasa sekolah yang kurang begitu baik membuat ibu KM seringkali membanding-bandingkan dengan kemampuan saudara-saudaranya. Hal ini diperkuat dengan hasil tes grafis yang menyatakan bahwa KM memiliki kecenderungan untuk lari dan menghindar dari keluarga. Tekanan dalam keluarga merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh besar terhadap kekambuhan KM. Home visit dan konseling keluarga yang diberikan kepada keluarga KM memberikan perubahan pada pola interaksi dalam keluarga khususnya perubahan sikap keluarga kepada KM. Perubahan sikap keluarga terutama ibu KM setelah dilakukan konseling keluarga adalah DY menjadi lebih sabar dan pengertian dalam menghadapi KM: Ada mbak, sangat bermanfaat karena keluarga ini kan bukan dari kalangan orang berpendidikan jadi ya tidak mempunyai pengetahuan-pengetahuan tentang skizofrenia, dengan adanya kunjungan jadi tau E1-W12:300613.Ya jadi sabar aja lah mbak, menerima keadaanya dia ya istilahnya sing waras ngalah. Ya memang dia sakit begitu tidak bisa disalahkan sapa juga yang mau seperti dia mbak. Keluarga lebih pengertian dan memperhatikan dia ajalah. E1-W14:300613. Home Visit dan konseling keluarga berdampak pada perubahan perilaku keluarga. Perubahan sikap keluarga yang semula cenderung keras dan menekan menurut KM sudah mengalami perubahan, DY menjadi lebih perhatian dan sabar dalam menghadapi KM: Sering mbak, kalau lama nggak jenguk nanti ditelponin sama kak Ngisty. Ya apalah ibu sekarang lebih halus sama aku ngomongnya itu lebih sabar. hehehehe D1-W38:070513. c Dampak Skizofrenia pada KM Skizofrenia memberikan dampak pada seluruh aspek kehidupan KM. Dampak dari skizofrenia pada penderitanya meliputi aspek fisik, psikis dan sosial. Terapi Holistik yang terdiri dari berbagai jenis terapi menangani dampak dari skizofrenia pada KM secara holistik meliputi aspek fisik, psikis dan sosial. 1. Dampak Skizofrenia pada aspek Fisik dampak secara organobiologik Dampak skizofrenia pada aspek fisik adalah dampak langsung dari kemunculan skizofrenia secara organobiologik yang meliputi munculnya gejala positif dan negatif skizofrenia yang berakibat pada terganggunya fungsi kognitif, afektif dan psikomotor KM. Gejala positif KM meliputi; halusinasi auditorik dan visual, berteriak-teriak, marah-marah, berperilaku agresif, dan memaki-maki orang lain sedangkan gejala negatif KM meliputi; pencuriga, menarik diri dari lingkungan, mengurung diri, dan sering melamun. Terapi Holistik melalui pemberian obat-obatan membantu menghilangkan gejala-gejala positif dan negatif skizofrenia yang juga berarti membantu memulihkan fungsi kognitif, afektif dan psikomotor yang terganggu fungsinya akibat dari kemunculan gejala-gejala positif negatif skizofrenia: Ya apa ya namanya, kalau minum obat suara-suara seperti halusinasi itu hilang, terus gampang buat tidur hawanya itu rasa- rasanya kaya ngantuk, terus nanti bangun-bangun rasanya enak badanya seger, nggak gelisah lagi. D2-W21:190613. Lebih lanjut, beberapa kegiatan dalam terapi rohani dan sosial juga berperan serta dalam memperbaiki fungsi kognitif, afektif dan psikomotor KM. Hal ini diungkapkan KM bahwa terapi musik adalah salah satu kegiatan yang melatih konsetrasi dan perhatian kognitif, pengendalian emosi afektif dan koordinasi gerakan psikomotor: . . . kalau angklung itu harus kompak trus konsentrasinya itu harus bener-bener diperhatikan, soalnya kalau salah yang gerak-gerakin pas bukan giliranya nanti semuanya jadi ikut salah D2-W17:19- 613. Diskusi ya, itu pusing he mbak soalnya berfikir apalagi harus berpendapat gitu to trus nggak boleh sama. Harus memperhatikan banget, kadang pendapat aku itu udah diomongkan orang lain jadi harus cari lagi padahal udah mikir susah-susah. Hehehe D2- W24:190613. 2. Dampak Skizofrenia pada aspek psikis Dampak skizofrenia secara psikis yaitu terlihat pada gambaran ego alien KM yang meliputi perasaan kesepian, putus asa, tertekan, tidak berguna, rendah diri dan tidak memiliki kebermaknaan hidup. Terapi Holistik dalam melakukan pemulihan psikis adalah membantu KM dalam mewujudkan dan membentuk ego alien dalam diri KM menjadi ego ideal. Terapi Rohani Terapi Rohani menyentuh aspek psikis KM dengan menciptakan self suggestion yaitu adanya kekuatan didalam diri KM berupa pengharapan, kepasrahan dan ketenangan jiwa yang menjadi motivasi bagi KM untuk tidak berputus asa dalam menghadapi penyakitnya: ada ibadah, pendalaman alkitab, firman Tuhan jadi ada pengharapan untuk sembuh, aku tuh bisa sembuh kalau aku berserah kepada Tuhan sebagai sumber kekuatan soalnya kan tidak ada yang mustahil bagi Tuhan D1-W15:070513. Paling seneng ibadah itu mbak, firman Tuhan. Soalanya ceritanya itu menggambarkan permasalahan sehari-hari terus bagaimana meminta prtolongan kepada Tuhan, memberikan ketenangan, menguatkan, terus mendapat hikmat-hikmat yang kadang kalau direnungkan ada ayat-ayat yang sesuai dengan kita gitu D2- W15:190613. Pola interaksi Home Care Pola Interaksi Home Care menyentuh sebagian besar aspek psikologis KM yaitu menumbuhkan kebermaknaan hidup pada KM dan saling menguatkan satu sama lain di dalam setiap keputusasaan. Terjalinnya rasa saling menyayangi menjadi suatu semangat dalam diri KM dalam menghadapi penyakitnya bahwa skizofrenia bukanlah sosok yang harus dijauhi dan diasingkan dalam pergaulan: . . . jangan malu sakit kaya gini, kamu itu ga memalukan kok, harus taat minum obat biar sembuh soalnya banyak sayang sama saya, nanti kalau saya kambuh mereka semua jadi khawatir apalagi ibu saya, nanti saya ga bisa bantuin lagi. . . D1-W20:070513. mentornya baik mbak, perhatian, suka nyapa, ngasih jajan, sayang mbak D1-W31:070513.. . . nyaman, saling menguatkan mbak kalau disini, saling mendukung buat sembuh D1-W36:070513. Semua kegiatan terapi yang dilakukan disini itu menambah semangat hidup, merasa seperti keluarga sendiri, saling menyayangi D1-W37:070513. 3. Dampak Skizofrenia pada aspek sosial Skizofrenia memberikan dampak yang besar pada terganggunya fungsi sosial pada penderitanya atau bisa digambarkan bahwa secara sosial penderita skizofrenia mengalami hendaya perihal interaksi dengan orang lain yang berimbas pada terganggunya kehidupan sosial nya. Hasil tes grafis menunjukan gambaran bahwa KM mengalami permasalahan dalam hubungannya dengan lingkungan sosial sehingga subyek memiliki kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan sosial atau bahkan lari dan menghindari kontak sosial terutama dengan keluarga. Terapi sosial yang berupa pembiasaan-pembiasaan dan pemberian ketrampilan-ketrampilan yang berkaitan dengan aspek sosial pasien terutama dalam hal interaksi sosial menumbuhkan rasa kepercayaan diri pada KM sehingga KM lebih siap dalam menghadapi dan berbaur dengan lingkungannya: Ehmmm ya merasa lebih PD aja mbak, aku itu dulu pemalu beneran loh mbak, rasanya kaya minder. Pas pertama-tama disini disuruh apa itu namanya kaya menampilkan nyanyi sama gerakan aku takut banget he, mau nangis soalnya grogi. Hehehe D2- W22:190613.Sudah menjadi kebiasaan jadi ya udah terbiasa tampil, yang penting percaya diri duluD2-W23:190613. Bagian lain dari terapi sosial yang berupa pemberian ketrampilan kerja mengajarkan KM untuk memiliki ketrampilan yang bisa digunakan sebagai sumber penghasilan KM apabila ketrampilan tersebut dikembangkan di dalam masyarakat sehingga dapat pekerjaan yang memiliki nilai ekonomi. Hal ini akan mengatasi dampak skizofrenia KM yang berkaitan dengan ketidakberfungsian secara ekonomi di dalam masyarakat: Ya berguna, apa itu namanya jadi kalau sudah keluar dari sini bisa lebih dikembangkan ketrampilannya pas pulang nanti kaya bisa meproduksi sendiri buat wirausaha kaya lele crispy nanti bisa didagangkan ke warga-warga, kaya buat dijadiin lapangan pekerjaan sendiri D2-W26:190613. Terapi sosial melalui kegiatan kelompok yang membutuhkan koordinasi dan kerjasama di antara anggotanya membuat KM menjadi lebih mudah membuka diri dan bergaul dengan orang lain sehingga KM tidak lagi menjadi pribadi yang pemalu dan cenderung menarik diri dari lingkungan . . . “bisa mengendalikan marah. punya banyak teman, dulunya pemalu. Hehe. Semakin hari semakin baik, kaya ada pemulihan dalam diri aku “D2-W19:190613. c Gambaran Prognosis KM Terapi Holistik dalam penanganannya juga melihat faktor-faktor atau hal- hal yang menyebabkan prognosis “buruk” yang bukan berasal atau disebabkan oleh faktor organobiologik non organobiologik pada pasien untuk selanjutnya bisa diatasi atau diminimalkan resikonya. Prognosis tersebut merupakan prediksi awal pada saat pasien baru memasuki GPSY yang diperoleh dari keluarga dan tempat perawatan pasien sebelumnya. Gambaran prognosis atau kemungkinan kekambuhan pasca perawatan terlihat pada tabel 4.9. Faktor-faktor atau kondisi-kondisi non organobiologik yang memiliki pro gnosis “buruk” pada KM meliputi stressor psikososial dan ekonomi, dukungan keluarga, respon terhadap pengobatan, ekonomi keluarga, motivasi kerja dan penampilan dan pekerjaan. 1. Terapi Medis Terapi Holistik yang berupa terapi medis menumbuhkan kesadaran pada KM terhadap pentingnya dan keharusan skizofrenia dalam mengkonsumsi obat sehingga memunculkan perilaku ketaatan minum obat yang berasal dari dalam diri KM ada atau tanpa intervensi dari pihak luar. Ketaatan minum obat yang didasarkan atas kesadaran diri sendiri membuat KM mampu menjaga kesehatan diri sendiri melalui obat-obatan, sehingga kekambuhan yang disebabkan buruknya respon pengobatan dapat dihindari: . . . Kalau obat nya dibuang-buang yang merasakan sakit ya kamu sendiri to. . . D1-W5:070513. Minum obat itu ya ada kesadaran harus minum obat teratur itu muncul dari dalam hati jadi tanpa disuruh gitu ya langsung tau waktunya minum obat D1- W33:070513. ya kita jadi mengerti diri kita sendiri jadi tau penyakitnya, kalau kita tau penyakitnya kan kita bisa menyembuhkannya mbak, kalau marah bisa mengendalikan diri D1-W35:070513. Lebih Lanjut, Terapi Holistik melalui terapi medis memberikan kesadaran terhadap perawatan kebersihan diri dan lingkungan sehingga prognosis KM yang berkaitan dengan perawatan diri dapat tertangani. Hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap KM selama kurun waktu 3 bulan menunjukan bahwa perilaku perawatan diri KM sudah baik. KM merupakan pasien yang rajin perihal menjaga kebersihan dan kerapian diri beserta lingkungannya. Hal ini ditunjukan dengan kesadaran dan keterlibatan secara aktif KM dalam melakukan aktivitas-aktivitas keseharian yang berhubungan dengan kebersihan dan kerapian diri beserta lingkungan. Penampilan KM juga selalu terlihat rapi dan bersih pada saat mengikuti kegiatan terapi dan dalam kesehariannya Catatan lapangan no.6. 2. Terapi Sosial Prognosis yang berkaitan dengan permasalahan ekonomi dan motivasi kerja dilakukan dalam bentuk terapi sosial yaitu dengan terapi kerja, terapi kerja yang diberikan kepada KM yang berupa pemberian ketrampilan-ketrampilan berwirausaha sehingga ketrampilan tersebut dapat digunakan sebagai pekerjaan KM setelah keluar dari GPSY dan menghasilkan nilai ekonomi yang berguna untuk menunjang kehidupan KM dengan lebih baik: kalau saya sudah sembuh mau disuruh buka warung untuk usaha mbak, ya daripada pengangguran. Hehehe D1-W20:070513. dapet pengetahuan yang sebelumnya nggak pernah dilakukan mbak, diajari bikin apa gitu yang aku belum bisa pokoknya kaya diajarkan berwirausaha dengan punya ketrampilan-ketrampilan kita nanti bisa dapat uang D2-W25:190613.Ya berguna, apa itu namanya jadi kalau sudah keluar dari sini bisa lebih dikembangkan ketrampilannya pas pulang nanti kaya bisa meproduksi sendiri buat wirausaha kaya lele crispy nanti bisa didagangkan ke warga-warga, kaya buat dijadiin lapangan pekerjaan sendiri D2-W26:190613. Pernyataan tentang pelatihan ketrampilan untuk menunjang faktor ekonomi pasien yang biasanya menjadi prognosis yang “buruk” baik pasien juga diungkapkan oleh NN sebagai berikut: Setelah pulang dari Siloam mereka mempunyai tanggung jawab yang besar loh kak untuk dapat berfungsi dan berkarya di dalam masyarakat. Ketrampilan-ketrampilan dalam terapi kerja dipersipakan untuk membekali pasien ketika sudah berada di luar, sehingga pasien itu mempunyai suatu ketrampilan yang berguna untuk menunjang kehidupannya, pasien mempunyai pekerjaan dengan ketrampilan yang diajarkan disini seperti misalnya membuat usaha kerupuk lele kemudian dipasarkan hasilnya bisa digunakan untuk meningkatkan perekonomian, selain itu juga dengan memiliki kemampuan pasien merasa berguna ini loh aku bisa menghasilkan uang sendiri A1-W25:080513. 3. Home Visit dan Konseling Keluarga Prognosis “buruk” KM selanjutnya adalah dukungan keluarga. Keluarga yang cenderung memberikan tekanan kepada KM merupakan stressor paling besar yang memicu kekambuhan KM pasca perawatan, sebab keluarga memiliki peran yang penting dalam perawatan pasien pasca keluar dari GPSY. Terapi Holistik melalui home visit dan konseling keluarga memperbaiki pola hubungan dan cara pandang keluarga terhadap KM yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku keluarga terhadap KM. Perilaku-perilaku keluarga di masa lampau yang berpotensi menimbulkan kekambuhan kembali tersebut diarahkan untuk dilakukan perubahan sehingga terbentuklah perilaku baru di dalam keluarga yang lebih “baik” sehingga mendukung pemulihan KM: Ya kalau KM sudah pulang, dijaga dirawat sebisa mungkin mbak sesuai perintah yang diberikan Siloam supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan E1-W15:300613.Pengertian ya sabar menerima kondisi KM, jangan terlalu memakasakan keinginan-keinginan keluarga yang KM paksa lakukan, hmm ya menyayangi dan memperhatikan sama itu mba mengawasi apa ya maksudnya membimbing seperti mengarahkan lah untuk masa depan KM trus juga sehari-harinya itulah E1-W16:300613. Kesimpulan mengenai gambaran dinamika pemulihan KM melalui Terapi Holistik yaitu bahwa Terapi Holistik menangani Skizofrenia dengan menyentuh seluruh aspek kehidupan KM meliputi aspek fisik, psikis dan sosial yang dilihat dari berbagai sudut pandang secara komprehensif meliputi mekanisme terjadinya skizofrenia pada KM, dampak skizofrenia pada KM dan prognosis KM. Uraian mengenai keseluruhan penjelasan mengenai dinamika pemulihan KM melalui Terapi Holistik diringkas melalui tabel berikut: Tabel 4.10 Dinamika Pemulihan KM NO Terapi Holistik Mekanisme Terjadinya Skizofrenia Dampak Skizofrenia Prognosis 1. Terapi Medis -Menangani faktor organoniologik berupa gejala positif dan gejala negatif skizofrenia. -Menumbuhkan kesadaran minum obat. -Mengurangi dampak skizofrenia secara fisik organobiologik berupa kemunculan gejala positif dan negatif skizofrenia yang menyebabkan terganggunya fungsi kognitif, afektif dan psikomotor. -Memunculkan respon positif terhadap pengobatan dengan menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya pengobatan bagi skizofrenia. -Membiasakan perilaku perawatan diri 2. Terapi Rohani -Meningkatkan resiliensi skizofrenia melalui pendekatan agama. -Mengatasi dampak skizofrenia secara psikis dengan menciptakan self suggestion yang berfungsi sebagai kekuatan dalam menghadapi penyakit skizorfenia. -Kemampuan menghadapi stressor psikososial pasca perawatan yaitu dengan meningkatan resiliensi dan kemampuan dalam melakukan self suggestion. 3. Terapi Sosial -Memberikan ketrampilan dan pelatihan berwirausaha yang bisa digunakan sebagai lapangan pekerjaan. -Mengatasi dampak skizofrenia pada aspek sosial yaitu melatih kemampuan interaksi sosial. -Mengatasi ketidakberfungsian sosial yang disebabkan faktor pekerjaan menganggur -Meningkatkan kepercayaan diri. -Mengatasi permasalahan ekonomi dengan memberikan ketrampilan berwirausaha. -Menumbuhkan motivasi kerja. 4. Home Care - Mengatasi dampak skizofrenia pada aspek psikis yaitu dengan menumbuhkan kebermaknaan hidup dalam diri KM. - 5. Home Visit dan Konseling Keluarga Memperbaiki pola hubungan di dalam keluarga yang menjadi pemicu terjadinya kekambuhan pada KM sehingga dapat diperoleh pola interaksi baru yang “sehat” di dalam keluarga. - Kesadaran keluarga dalam pemberian dukungan kepada KM dan terjadinya perubahan perilaku keluarga terhadap KM kearah yang positif. 4.4.2.7.2 Dinamika pemulihan Mantan Pasien AD 1 Paradigma Psikopatologis AD Skizofrenia Paranoid Bagan 4.5 Paradigma Psikopatologis AD Childhood Kurang mendapat perhatian orang tua Tidak mempunyai teman Perhatian dari orang tua Mempunyai teman Adolance - Konflik keluarga sering terjadi pertengkaran - SD, SMP tidak berprestasi - Didikan ayah yang keras - Tuntutan ayah terlalu besar - Kekecewaan terhadap sikap kakak - Putus cinta - Masalah pendidikan - Keluarga Harmonis - Butuh pengakuan - Figur ayah yang mengayomi - Sosok kakak yang bisa menjadi tauladan bagi adik-adiknya - Menjalani hubungan dengan lawan jenis - Pendidikan lancar Conditioning Event Kepercayaan diri rendah minder, tertutup, menjauh dari keluarga, menarik diri dari lingkungan, rasa permusuhan dan kekecewaan. Ego Alien Merasa tertekan, putus asa, ketakutan menhadapi masa depan, hidup tidak bermakna Ego Ideal Membutuhkan kasih sayang, dukungan keluarga, pasangan hidup, teman, kesuksesan pendidikan, dan pengakuan. Precipitating I : Permasalahan dengan keluarga kekecewaan terhadap kakak Precipitating II : Ketidaktaatan minum obat Precipitating III : Masalah percintaan putus cinta dan masalah pendidikan Gejala Positif Skizofrenia - Halusinasi auditorik - Waham keagamaan - Bekotbah-kotbah - Berteriak-teriak - Telanjang-telanjang Gejala Negatif Skizofrenia - Bingung - Melamun - Gelisah - Sedih dan murung - Menyendiritidak mau bergaul Paradigma psikopatologis merupakan ringkasan perjalanan penyakit skizofrenia ditinjau dari sisi psikologis pasien. Paradigma psikopatologis memberikan gambaran mengenai mekanisme terjadinya skizofrenia dan dampak skizofrenia pada diri pasein. Dinamika pemulihan AD dengan menggunakan Terapi Holistik yaitu bahwa Terapi Holistik menangani faktor-faktor pencetus atau mekanisme terjadinya skizofrenia, dampak-dampak skizofrenia pada aspek kehidupan pasien dan faktor-faktor prediktif yang berkaitan dengan prognosis skizofrenia. Lebih lanjut, uraian mengenai dinamika pemulihan AD dijelaskan sebagai berikut : a Faktor-faktor pencetus atau mekanisme terjadinya skizofrenia pada AD Permasalahan psikososial dan ketidaktaatan minum obat menjadi faktor pencetus kemunculan dan kekambuhan kembali penyakit skizofrenia pada AD. Permasalahan psikososial tersebut berakar dari dalam keluarga, termasuk di dalamnya permasalahan pendidikan dan percintaan yang tidak lepas dari dominasi keluarga. Terapi Holistik menganalisis mekanisme terjadinya skizofrenia dan digunakan untuk menangani hal-hal yang menjadi faktor –faktor pencetus skizofrenia pada KM sehingga dengan demikian akar permasalahan dapat diatasi dan diperbaiki. 1. Terapi Medis Terapi medis berupa obat-obatan yang diberikan kepada AD mengurangi atau menghilangkan gejala positif dan gejala negatif skizofenia yang yang disebabkan oleh faktor organobiologik berkaitan dengan gangguan pada susunan syaraf pusat otak sehingga menyebabkan munculnya perilaku maladaptif dari pasien: masih to mbak, kalau nggak minum obat saya nanti pusing, susah tidur terus gelisah, tapi sudah nggak kaya dulu obatnya sekarang sedikit tapi harus rajin diminum. F1-W5:160413.Badannya enak, emosi jadi tekontrol tidak mudah marah, kalau nggak minum obat aku tuh rasanya galau, liat orang kie bawaannya curiga terus. Ya stabil kalau minum obat F2-W7:290613. Mekanisme kemunculan terjadinya skizofrenia pada AD salah satu nya perihal ketidaktaatan minum obat. Pengkonsumsian obat-obatan bagi AD dalam jangka waktu lama bahkan terus berkelanjutan pasca perawatan merupakan salah satu tanggung jawab berat yang harus dilakukan mantan penderita skizofrenia. Terapi Holistik melalui terapi medis berusaha mengajarkan dan membangun kesadaran dalam diri AD mengenai pentingnya obat-obatan bagi skizofrenia sehingga AD memiliki kesadaran dari dalam hati tentang pentingnya ketaatan minum obat dan bukan hanya sekedar untuk mematuhi perintah atau hanya ketika ada yang mengawasi: Beda mbak, kalau dulu itu cuma obat aja suruh minum, kalau disini Siloam itu dikasih terapi-terapi tentang penjelasaan obat- obatan juga yang menurut aku itu berguna banget jadi tahu akibatnya kalau tidak minum obat jadi ya nggak perlu dipaksa kalau minum obat F1-W47:160413. Aku sendiri to mbak, nggak ada yang nyuruh lah. Aku wis merasa kalau aku butuh obat kok. Kata kak Ngisty kalau bukan aku sendiri sapa lagi yang tau keadaan ku F2-W9:290613. Perubahan perilaku AD terhadap respon pengobatan juga diperkuat oleh pernyataan SY, beliau mengatakan bahwa pasca perawatan AD di GPSY sudah memiliki kesadaran terhadap pengobatan tanpa mendapat paksaan dari pihak luar: sejak Mei 2009 sampai sekarang ini kondisinya baik mbak ya karena saya senangnya itu AD sudah sadar untuk minum obat nggak harus di uprak-uprak seperti dulu lagi, kalau nanti obat udah mau habis dia tanpa disuruh itu ambil ke Jogja di Siloam. Obatnya itu kan sekali ambil untuk satu bulan mbak G1-W17:290613. 2. Terapi Rohani Terapi rohani menyentuh aspek psikologis AD yaitu memberikan kekuatan dan ketenangan secara psikis kepada AD dalam menjalani kehidupannya. Kekambuhan pada AD adalah disebabkan ketidakmampuan AD dalam menghadapi tekanan-tekanan atau permasalahan psikososial yang dialaminya. Terapi rohani mengajarkan kepada AD untuk mampu bertahan dalam situasi dengan tingkat stress yang tinggi melalui pendekatan secara religious kepada Tuhan. Kedekatan kepada Tuhan akan memunculkan suggesti dalam diri AD bahwa bersama Tuhan ia mampu dan kuat dalam melewati kerasnya kehidupan sehingga AD mampu bertahan menghadapi setiap permasalahan dan kekhawatiran hidup serta dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan hati yang tenang melalui pertolongan Tuhan: Ya rasane menjadi lebih tenang, dekat dengan Tuhan, nggak grusa-grusu mbak, lebih tenang kalau menghadapi permasalahan F1-W35:160413. Ya dulu kalau ada masalah hawane pengen ngamuk mba, sekarang ya lebih bisa tenang menghadapinya, menyerahkan semua kepada Tuhan. Lebih pasrah lah mbak, jare kak Ngisty kan serahkan semua kekhawatiran mu kepada Nya. Nya itu Tuhan mbak F1-W36:160413. Banyak mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, aku menemukan Tuhan disini, lebih bisa berserah sama masalah yang saya hadapi mbak F1- W44:160413. Ehmm.. aku lebih mengenal Tuhan secara pribadi, jadi aku punya kekuatan yang luar biasa F2-W4:290513. Terapi rohani yang berisi kegiatan-kegiatan kerohanian juga menangani waham keagamaan dalam diri AD yaitu melalui pengalihan dan penyaluran waham keagamaan tersebut dengan mengikutsertakan dan memfasilitasi AD untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan-kegiatan keagamaan sehingga AD memiliki tempat untuk menyalurkan “hobi berkotbah” nya kearah yang positif. Hal ini diungkapkan oleh AA mentor AD sebagai berikut: Dia sangat antusias ya apalagi untuk kegiatan rohani seperti kegiatan-kegiatan di terapi rohani B2-W5:290514. AD itu satu bulan dirawat disini sudah mulai stabil, khotbah-khotbahnya kami arahkan ke hal positif misalnya kami minta untuk memimpin pujian atau ibadah, bagaimana caranya supaya bisa tersalurkan dengan baik B2-W10:290513. AD menyatakan bahwa terapi rohani yang diberikan GPSY membuatnya mampu menyalurkan kesenangannya terhadap ilmu agama secara lebih postif ke dalam suatu wadah yang sesuai sehingga sekarang pasca perawatan AD tidak lagi melakukan perilaku- perilaku “menyimpang” yang berkaitan dengan keagamaan: seneng to mbak, kan aku dapet giliran itu disuruh mimpin doa, apa disuruh kasih ceramah la itu aku seneng jadi bisa menyampaikan pengetahuan tentang agama ke orang lain, ya bisa tersampaikan kesenanganku untuk menyampaikan firman Tuhan, terus didengar orang lain ya semoga aja bisa bermanfaat F2-W5:290613. yo masih to mbak, tapi sekarang kan kalau khotbah aku digereja, opo jadi pembicara pas PA, persekutuan remaja. Dadi yo ora khotbah- khotbah dewe F2-W13:290613. Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh ibu AD, beliau mengatakan bahwa waham keagamaan AD yang dulu kerap kali mengganggu dan menjadi permasalahan, kini pasca perawatan dengan terapi rohani di GPSY ia dapat menyalurkan kesenangan tentang pengetahuan agamannya kearah yang positif: Banyak perubahan kearah yang positif mbak, AD itu sampai sekarang jadi rajin pelayanan di gereja, aktif nderek kegiatan- kegiatan gereja G1-W19:290613. Ya sekarang aktif dalam kegiatan gereja mbak, kalau malam minggu itu PA pendalaman Alkitab, terus aktif memimpin kegiatan-kegiatan, anak-anak remaja itu kalau males ikut kegiatan-kegitan gereja itu AD yang nguprak-uprak mbak. Dulunya kan nggak gitu, ke Gereja aja malesnya minta ampun itu AD G1-W30:290613. 3. Home Care Home Care melalui konseling individu membantu mengurangi beban psikis AD yaitu dengan memberikan kelegaan dan membantu menemukan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi sehingga beban pikiran AD menjadi berkurang dan mampu menentukan langkah selanjutnya dalam mengatasi permasalahannya: Seneng bisa sharing, karena nyambung jadinya seperti curhat sama konco dewe lah, terus sering ditanya-tanyain jadi apa ya, ya merasa diperhatikan, di gemateni ehmm kan ada yang peduli terus mau ngrungoke curhatan kita itu kan seneng mbak F1-W18:160413. setelah curhat itu rasanya ya gimana ya jelasinnya.hehehe. Ada seperti kelegaan, beban dipikiran berkurang solanya kan dapat masukan-masukan gitu, ya apa ya jadi tau apa yang harus dilakukan sama masalah kita, nantinya biar tidak salah melangkah gitu deh, hehehe F1-W18:160413. Ya kapan aja saya pengen, sekarang aja kalau kangen ya kesini. Apa kalau galau langsung kak Alfred kak Ngisty help me please please. hahaha F1- W18:160413. 4. Home Visit dan Konseling Keluarga Permasalahan di dalam keluarga memberikan kotribusi besar dalam mekanisme terjadinya skizofrenia pada AD. Kekambuhan AD didominasi oleh faktor keluarga yaitu hubungan di dalam keluarga yang tidak terjalin dengan baik antara AD dengan ayahnya. Didikan keras dari ayahnya mengharuskan AD untuk mandiri dan berprestasi seperti ayahnya, sebab AD adalah satu-satunya anak laki-laki sehingga ayahnya memberikan tuntutan yang lebih besar kepada AD. Kondisi keluarga yang sering terjadi pertengkaran membuat AD tidak nyaman berada dirumah, pertengkaran yang seringkali terjadi di antara sesama anggota keluarga sebenarnya hanyalah disebabkan oleh permasalahan kecil yang dibesar-besarkan karena sifat temperamen dari masing-masing anggota keluarga. Home Visit dan konseling keluarga yang dilakukan kepada keluarga AD memberikan perubahan pada pola interaksi di dalam keluarga. AD menyatakan bahwa hubungan antara AD dengan orang tua nya kini sudah membaik, ayahnya menunjukan sikap lebih pengertian kepada AD dengan tidak lagi memaksakan kehendak dan marah-marah kepada AD: ya sekarang lebih percaya sama ortu mbak, lebih bisa terbuka F1- W37:160413. Ortu jadi lebih sayang mbak, dulu ki sok marah- marah, menyalahkan tanpa sebab saiki lebih pengertian sama anak nya E1-W38:160413. Pada keluarga itu ya dulu suka pada bertengkar sekarang udah nggak, trus sikap nya bapak banyak berubah sekarang ini jarang banget marah-marah ya bisa tau kemampuan anaknya, wis apa ya tidak suka memaksakan kehendak F2-W14:290613 Gambaran mengenai perubahan pola interaksi di dalam keluarga yang kini sudah membaik setelah dilakukan home visit dan konseling keluarga juga diungkapkan oleh ibu AD yaitu SY. Perubahan dalam keluarga adalah bahwa keluarga lebih memahami AD sebagai orang dengan skizofrenia dengan segala keterbatasannya sehingga keluarga harus mengetahui cara memperlakukan AD yaitu dengan lebih pengertian dan tidak menuntut tanggung jawab jawab terlalu banyak kepada AD: Ya banyak mbak manfaatnya, kan kita jadi tau piye to menghadapi orang yang sakit seperti AD ini. Dulu bapak nya itu sering marahi AD gara-garane AD itu kan orangnya memang susah dinasehati seringe ngeyel, la terus dikasih tau sama Bu Ether jangan terlalu sering lah memarahi AD nanti malah AD kumat lagi, karena AD ini kan sakit jadi jangan terlalu banyak mengharap, istilahnya menuntut banyak AD buat ini itu. Bapaknya kan guru SLB to mbak, dadi neg ngandani kie dibolan baleni la AD ga suka, membatah lah dia, bapak e kan njuk marah. Ya sejak dikasih konseling itu bapaknya jadi kalau mau marah ditahan mbak, trus kalau nasehatin apa kasih perintah itu sekali saja, dadi saya ya sok geli sendiri kalau gitu.hehehe G1-W23:290613. AD ini kan nggak suka to mbak kalau ada orang gemerah padu. Itu harus dijaga bener-bener mbak jangan sampai ada pertengkaran, pokoke hidup santai jangan ada pertengkaran, neg meh padu nanti nunggu AD pergi atau pas AD tidur.hahah, sampai kaya gitu mbak G1- W23:290613. Penanganan terhadap permasalahan AD yang berkaitan dengan pendidikan dilakukan melalui home visit dan konseling keluarga antara pihak mentor dengan AD dan keluarga sehingga melalui proses konseling ini dapat diperoleh solusi terbaik bagi masa depan AD: Iya, kami lakukan kunjungan ke kekeluarga dan mendapat keluhan dari keluarga kalau AD ini ingin sekolah karena dia merasa minder dan malu terhadap teman-temannya karena dia selama sakit kantidak sempat ujian nasional, kemudian kami juga bantu keluarga dan AD dalam mencarikan paket C terus kami juga bantu mencarikan kuliah buat AD, kami bekerjasama dengan keluarga untuk bagaimana supaya AD bisa pulih B2-W8:290513. Kami meminta keluarga untuk lebih bisa men-support AD karena obsesi untuk kuliahnya itu sangat tinggi, sehingga sebisa mungkin ya keluarga mendukung apa yang menjadi pilihan AD mengenai masalah jurusan ataupun universitas sebab semua itu kan AD yang menjalani sehingga jangan selalu dipaksa menuruti pilihan orang tua B2-W8:290513. Home visit dan konseling keluarga juga mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan AD, mentor AD terjun langsung dalam mengurus dan menyelesaikan permasalahan pendidikan AD sehingga AD dapat memperoleh pendidikan yang baik dan sesuai dengan keinginannya sampai ke jenjang perkuliahan: Ya kak Alfred itu membantu sekali mbak kalau masalah sekolah, itu pas aku nggak lulus SMA kan galau banget lah la setelah keluar dari Siloam ya diuruskan paket C, ya disemangati sampai aku kuliah kak Alfred nyariin informasi universitas yang ada jurusan sing tak cari, nemenin tes masuk ya sampai ketrima terus kuliah F2-W15:290613. Aku kuliah di Asmi Santa Maria, ya ambil jurusan public relation dulunya sih ortu nggak mendukung tapi dibujuk-bujuk kak Alfred ya akhirnya dibolehin lah. Kalau kesulitannya pusing tugas e mbak. Hahahah F2:W16:290613. dulu itu disuruhnya ke theology sama ortu, tapi aku tertariknya sama public relation, . . . F2:W17:290613. Home visit dan konseling keluarga telah berhasil menyelesaikan permasalahan pemicu kekambuhan AD yang berkaitan dengan pendidikan yang dilakukan antara pihak GPSY dan keluarga sehingga diperoleh suatu kesepakatan bersama mengenai penyelesaian terbaik bagi semua pihak untuk permasalahan yang berkaitan dengan sekolah AD: Waktu itu juga pak Alfred membantu AD untuk mengurus paket C, mencarikan sekolahnya juga supaya AD bisa sekolah. Pak Alfred itu mondar mandir sana sini ya buat ngurusi sekolahnya AD, pokoknya dari menyarankan, mengarahkan, sampai mencarikan mbak. Hehehe. Karena ini loh mbak kan dulu itu AD kambuh penyebabnya itu malu sama temene gara-gara tidak kuliah ya terus pak Alfred ikut membantu yang mengurusi sekolahnya AD ya sampai sekarang AD bisa kuliah sampai semester 4 terus sebentar lagi selesai to mbak ini lagi bikin tugas akhir itu semuanya diarahkan dan dibantu carikan sekolahnya sama pak Alfred yang juga sesuai lah mbak sama keinginannya yang AD sukai jadi ya orang tua tinggal mendukung saja, pokoknya demi kebaikan kita dukung, awalnya mau saya suruh ke sekolah agama theologi tapi dia pengennya ke public relation ya sudahlah kita turuti ya sampe sekarang puji Tuhan berjalan lancar, ya bisa mengikuti G1- W24:290613. b Dampak Skizofrenia pada AD Skizofrenia memberikan dampak pada seluruh aspek kehidupan AD. Dampak dari skizofrenia pada penderitanya meliputi aspek fisik, psikis dan sosial. Terapi Holistik yang terdiri dari berbagai jenis terapi menangani dampak dari skizofrenia pada AD secara holistik meliputi aspek fisik, psikis dan sosial. 1. Dampak Skizofrenia pada aspek Fisik dampak secara organobiologik Dampak skizofrenia pada aspek fisik adalah dampak langsung dari kemunculan skizofrenia secara organobiologik yang meliputi munculnya gejala positif dan negatif skizofrenia yang berakibat pada terganggunya fungsi kognitif, afektif dan psikomotor AD.Gejala positif AD meliputi; Halusinasi auditorik , waham keagamaan, bekotbah-kotbah, berteriak-teriak, dan telanjang-telanjang sedangkan gejala negatif AD meliputi: bingung, melamun, gelisah, sedih dan murung, menyendiritidak mau bergaul. Terapi Holistik melalui pemberian obat-obatan membantu menghilangkan gejala-gejala positif dan negatif skizofrenia yang juga berarti membantu memulihkan fungsi kognitif, afektif dan psikomotor yang terganggu fungsinya akibat dari kemunculan gejala-gejala positif negatif skizofrenia sehingga AD dapat menjalani kehidupannya dengan secara optimal: . . . dulu halusinasinya menganggu banget pas udah minum obat ya suara-suaranya hilang. . . F1-W27:160413. Badannya enak, emosi jadi tekontrol tidak mudah marah, kalau nggak minum obat aku tuh rasanya galau, liat orang kie bawaannya curiga terus, ya stabil kalau minum obat F2-W7:290613. masih terus jalan obatnya, kalau nggak minum ya pusing, gelisah, perasaannya nggak tenang F2-W8290613. 2. Dampak Skizofrenia pada aspek psikis Dampak skizofrenia secara psikis yaitu terlihat pada gambaran ego alien AD yang meliputi merasa tertekan, putus asa, ketakutan menhadapi masa depan, hidup tidak bermakna. Terapi Holistik dalam melakukan pemulihan psikis adalah membantu AD dalam mewujudkan dan mengubah ego alien dalam diri AD menjadi ego ideal. Terapi Rohani Terapi Rohani menyentuh aspek psikis AD yaitu dengan menciptakan self suggestion dan meningkatkan resiliensi dalam diri AD sehingga AD memperoleh ketenanangan dan kekuatan secara batiniah melalui kedekatannya dengan Tuhan. Hal ini memulihkan kondisi psikis AD yang selalu diliputi kekhawatiran dan ketakutan menghadapi masa depan sehingga dengan terapi rohani AD mampu melepaskan beban psikis nya tersebut dan memperoleh ketenangan jiwa serta mampu bertahan dalam menghadapi persoalan hidup: Ya rasane menjadi lebih tenang, dekat dengan Tuhan, nggak grusa-grusu mbak, lebih tenang kalau menghadapi permasalahan F1-W35:160413. Ya dulu kalau ada masalah hawane pengen ngamuk mbak, sekarang ya lebih bisa tenang menghadapinya, menyerahkan semua kepada Tuhan. Lebih pasrah lah mba, jare kak Ngisty kan serahkan semua kekhawatiran mu kepada Nya. Nya itu Tuhan mba F1-W36:160413. Kaya terapi rohani itu kan membuat kita semakin dekat dengan Tuhan kita jadi tenang dalam menghadapi masalah. . . F1-W48:160413. Banyak mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, aku menemukan Tuhan disini, lebih bisa berserah sama masalah yang saya hadapi mbak F1- W44:160413. Ehmm.. aku lebih mengenal Tuhan secara pribadi, jadi aku punya kekuatan yang luar biasa F2-W4:290513. Home Care Pola interaksi Home Care yang diterapkan di dalam model perawatan dengan Terapi Holistik menyentuh aspek psikis AD yaitu dengan memulihkan atau mengembalikan kebermaknaan hidup nya sebagai orang dengan skizofrenia sehingga ia tidak merasa sebagai orang yang terbuang. Munculnya kebermaknaan hidup pada AD secara langsung akan mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan pada aspek kehidupan AD sehingga ia mampu menjalani hidup dengan lebih optimal: Kalau disini itu semua nya keluarga mbak, merasa lebih dianggap ya kaya nggak ada jarak antara mentor sama pasiennya merasanya jadi nyaman nggak disia-sia kan kalau dirumah sakit jiwa itu kaya namanya dipandang sebelah mata orang gila terus dibentak-bentak apa diperlakukan semena-mena, ya apa ya istilah-istilahnya itu di wongkan apa ya dianggap manusia ya itulah mbak tidak seperti orang gila trus disingkirkan. Hahaha F1-W22:160413. Kalau menyedihkan enggak mbak, saya malah seneng disini udah kaya rumah sendiri, soalnya banyak temennya trus mentor nya juga sayang. Enak pokoknya mbak, coba aja deh.hahahaha F1- W23:160413.Ya kaya rumah sendiri gtu mbak, kalau dirumah sakit kan kaya orang sakit kalau disini malah orang sakit kaya orang sehat. Hahahahha oyoyo. Siloam bagiku itu rumah kedua mbak, dapet teman-teman yang luar biasa, kakak-kakak mentor yang selalu menguatkan aku punya keluarga yang baik. . .F1- W43:160413. 3. Dampak Skizofrenia pada aspek sosial Skizofrenia memberikan dampak yang besar pada terganggunya fungsi sosial pada penderitanya atau bisa digambarkan bahwa secara sosial penderita skizofrenia mengalami hendaya perihal interaksi dengan orang lain yang berimbas pada terganggunya kehidupan sosial nya. Hasil tes grafis menunjukan gambaran gambaran umum yang diperoleh memberikan suatu kesimpulan bahwa subyek mengalami kebingungan dalam menghadapi masa depannya selain itu subyek kurang mampu dalam beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungnnya terutama keluarganya dikarenakan kondisi keluarga yang tidak sesuai dengan harapan subyek. Penanganan dampak skizofrenia AD pada aspek sosial dilakukan dengan menggunakan: Terapi Sosial Terapi sosial dengan berbagai jenis-jenis kegiatan terapi yang mengajarkan kemampuan interaksi sosial pada pasien baik interaksi di antara sesama pasien, pasien dengan mentor dan pasien dengan masyarakat melatih pasien untuk dapat berinteraksi dengan baik dan memiliki keberanian untuk menghadapi lingkungan. AD merasa lebih percaya diri dan terbuka terhadap pergaulan sosial: Iya mbak, tapi disini terapi-terapinya kan ngajarin buat PD, kaya disuruh mimpin acara gitu kalau ngga PD ya ga bisa mbak, jadi terpaksa harus berani F1-W30:160413. oh ya kalau sekarang saya punya banyak teman mbak, malah kalau ga ada teman saya itu kesepian terus nyari teman kalau dulu kan minderan mbak kalau mau bergaul gitu jadi suka menyendiri F1-W33:160413. ya maen ke rumah temen, kalau nggak yo ke tetangga ngajak nongkrong- nongkrong gitu ikut kegiatan desa, ya kaya gitu lah mbak. Hehehe F1-W34:160413. ya kalau kaya terapi sosial itu kan mengajarkan untuk bersosialisasi jadi punya banyak teman, nggak mengurung diri terus dikamar lah F1-W48:160413. . . membuat aku semakin percaya diri, diajari bersosialisasi kembali ke masyarakat, ya walaupun orang stress itu kan kadang susah diterima di masyarakat la Siloam itu mengajarkan untuk berani dan percaya diri buat bergaul sama masyarakat F2-W10:290613. pemalu aku ini, minderan karena aku merasa sakit to. Sekarang aku wis aktif kegiatan gereja trus kegiatan masyarakat aku yo melu. Ternyata ora seburuk yang dibayangkan F2-W11:290613. Ya ternyata aku bisa diterima masyarakat, kuncinya itu harus PD dulu kan aku rendah diri, tapi di Siloam diajarkan untuk selalu PD nggak boleh merasa rendah diri semua orang derajat sama di mata Tuhan F2- W12:290613. Perubahan sikap AD yang lebih mudah bergaul dan berinteraksi dengan lingkungan pasca perawatan juga diungkapkan oleh SY ibu AD: Itu dulunya kalau ada orang jagongan, kumpul-kumpul apa orang ngobrol-ngobrol diluar itu dia nggak mau keluar rumah, diem aja pokoke dirumah terus. tapi sekarang ini udah senang dolan-dolan malah lali mulih barang mbak.hahah G1-W29:290613.Ya sekarang aktif dalam kegiatan gereja mba, kalau malam minggu itu PA pendalaman Alkitab, terus aktif memimpin kegiatan-kegiatan, anak-anak remaja itu kalau males ikut kegiatan-kegitan Gereja itu AD yang nguprak-uprak mbak. Dulunya kan nggak gitu, ke Gereja aja malesnya minta ampun senenya dirumah terus G1- W30:290613. Home Visit dan Konseling Keluarga Home visit dan konseling keluarga mengatasi dampak sosial yang berkaitan dengan sangsi sosial yang diperoleh AD dikarenakan ketidakmampuannya dalam menyelesaikan studi tidak lulus SMA sebab AD harus menjalani perawatan. Hal ini akan membuat AD menjadi minder karena seringkali mendapat cemoohan dari masyarakat karena latar belakang keluarga AD yang berpendidikan ayah dan ibu AD berprofesi sebagai guru. Konseling keluarga yang diberikan pihak GPSY membantu AD untuk dapat menyelesaikan pendidikannya yang sempat gagal dan mencari perguruan tinggi untuk kelanjutan studi AD sehingga secara sosial AD tidak lagi dipandang sebelah mata oleh masyarakat dan mampu berbaur di dalam masyakat: Ya kak Alfred itu membantu sekali mbak kalau masalah sekolah, itu pas aku nggak lulus SMA kan galau banget lah la setelah keluar dari Siloam ya diuruskan paket C, ya disemangati sampai aku kuliah kak Alfred nyariin informasi universitas yang ada jurusan sing tak cari, nemenin tes masuk ya sampai ketrima terus kuliah F2-W15:290613. Pernyataan senada juga diungkapkan oleh SY yang menyatakan bahwa permasalahan pendidikan menjadi salah satu penyebab kekambuhan AD sebab AD merasa malu dan tertekan dengan masa depannya yang dikarekan kegagalan pendidikannya: waktu itu kan temennya pada kuliah dia tidak lulus SMA mbak sedangkan teman-teman se-geng nya itu kan pada lulus, AD itu malu sama teman-temannya kog nggak lulus padahal bapak ibu nya guru terus juga sering jadi omongan tetangga juga, slentingan- slentingan kecil orang-orang itu kan membuat AD terus nggak mau keluar-keluar mbak, malu to G1-W13:290613. c Gambaran Prognosis AD Terapi Holistik dalam penanganannya juga melihat faktor-faktor atau hal- hal yang menyebabkan progno sis “buruk” yang bukan berasal atau disebabkan oleh faktor organobiologik non organobiologik pada pasien untuk selanjutnya bisa diatasi atau diminimalkan resikonya. Prognosis tersebut merupakan prediksi awal pada saat pasien baru memasuki GPSY yang diperoleh dari keluarga dan tempat perawatan pasien sebelumnya. Prognosis pada AD merupakan gambaran prognosis pada saat awal AD menjalani perawatan di GPSY, untuk kemudian akan dibandingkan dengan gambaran kondisi AD pasca perawatan kondisi AD pada saat sekarang. Gambaran prognosis atau kemungkinan kekambuhan pasca perawatan AD terlihat pada tabel 4.10. Faktor-faktor atau kondisi-kondisi non organobiologik yang memiliki prognosis “buruk” pada AD meliputi; stressor psikososial, dukungan keluarga, respon terhadap pengobatan, pekerjaan dan penampilan. 1. Terapi Rohani Terapi Rohani menciptakan self suggestion dan meningkatkan resiliensi dalam diri AD sehingga AD memperoleh ketenanangan dan kekuatan secara batiniah melalui kedekatannya dengan Tuhan sehingga mampu bertahan dalam menghadapi persoalan hidup. Hal ini membuat AD lebih kuat secara psikis dalam menerima setiap stressor psikososial sehingga kemungkinan kekambuhan yang disebabkan ketidakmampuan menghadapi tekanan stressor psikososial dapat diminimalisirkan. 2. Terapi Medis Terapi Holistik melalui terapi medis berusaha mengajarkan dan membangun kesadaran dalam diri AD mengenai pentingnya obat-obatan bagi skizofrenia sehingga pasca perawatan AD memiliki kesadaran dari dalam hati tentang pentingnya ketaatan minum obat dan bukan hanya sekedar untuk mematuhi perintah atau hanya ketika ada yang mengawasi, sehingga AD memiliki respon yang baik terhadap pengobatan. Respon yang baik terhadap pengobatan akan mencegah resiko kekambuhan yang disebabkan oleh ketidaktaatan minum obat: Beda mbak, kalau dulu itu cuma obat aja suruh minum, kalau disini Siloam itu dikasih terapi-terapi tentang penjelasaan obat- obatan juga yang menurut aku itu berguna banget jadi tahu akibatnya kalau tidak minum obat jadi ya nggak perlu dipaksa kalau minum obat F1-W47:160413. Aku sendiri to mbak, nggak ada yang nyuruh lah. Aku wis merasa kalau aku butuh obat kok. Kata kak Ngisty kalau bukan aku sendiri sapa lagi yang tau keadaan ku F2-W9:290613. Pernyataan senada juga diungkapkan oleh SY yaitu bahwa kesadaran akan pentingnya pengobatan terlihat dari respon positif AD terhadap ketaatannya mengkonsumsi obat secara rutin yang ditunjukan AD pasca menjalani perawaan di GPSY: sejak Mei 2009 sampai sekarang ini kondisinya baik mbak ya karena saya senengnya itu AD sudah sadar untuk minum obat nggak harus di uprak-uprak seperti dulu lagi, kalau nanti obat udah mau habis dia tanpa disuruh itu ambil ke Jogja di Siloam. Obatnya itu kan sekali ambil untuk satu bulan mbak G1-W17:290613. Terapi medis juga mengajarkan kepada AD tentang kesadaran terhadap kebersihan diri dan lingkungan: . . . ya dulu itu aku jarang mandi nggak pernah kaya setrika apalagi nyapu, biasa cowo kan nggak memperhatikan penampilan tapi disini kalau nggak mandi dapat hukuman, harus piket jadi sekarang lebih rapi lah. Hahaha F1-W27:160413. Pernyataan AD tersebut juga diperkuat dengan hasil observasi yang menunjukan bahwa AD memiliki penampilan yang rapi terlihat dari cara berpakaian dan kebersihan diri Catatan lapangan n0.7. 3. Home Visit dan Konseling Keluarga Faktor-faktor selanjutnya yang memiliki prognosis buruk pada AD adalah dukungan keluarga dan pekerjaan. Penanganan terhadap kemungkinan kekambuhan yang dikarenakan kedua faktor tersebut adalah melalui home visit dan konseling keluarga. Situasi di dalam keluarga yang terlalu menekan dan memberikan tuntutan terlalu besar kepada AD serta tidak terjalinya kedekatan diantara sesame anggota keluarga menyebabkan seringnya terjadi pertengkaran. Home visit dan konseling kelarga yang dilakukan pihak telah berhasil menangani permasalahan yang berkaitan dengan kondisi keluarga tersebut. Hal ini diungkanpkan melalui pernyataan AD mengenai gambaran kondisi keluarganya saat ini yang sudah mengalami banyak perubahan positif: ya sekarang lebih percaya sama ortu mbak, lebih bisa terbuka F1- W37:160413. Ortu jadi lebih sayang mbak, dulu ki sok marah- marah, menyalahkan tanpa sebab saiki lebih pengertian sama anaknya E1-W38:160413. Pada keluarga itu ya dulu suka pada bertengkar sekarang udah nggak, trus sikap nya bapak banyak berubah sekarang ini jarang banget marah-marah ya bisa tau kemampuan anaknya, wis apa ya tidak suka memaksakan kehendak F2-W14:290613 Gambaran mengenai perubahan pola interaksi di dalam keluarga yang kini sudah membaik setelah dilakukan home visit dan konseling keluarga juga diungkapkan oleh ibu AD yaitu SY. Perubahan dalam keluarga adalah bahwa keluarga lebih memahami AD sebagai orang dengan skizofrenia dengan segala keterbatasannya sehingga keluarga harus mengetahui cara memperlakukan AD yaitu dengan lebih pengertian dan tidak menuntut tanggung jawab jawab terlalu banyak kepada AD: . . .ya sejak dikasih konseling itu bapaknya jadi kalau mau marah ditahan mbak, trus kalau nasehatin apa kasih perintah itu sekali saja, dadi saya ya sok geli sendiri kalau gitu.hehehe G1- W23:290613. AD ini kan nggak suka to mbak kalau ada orang gemerah padu. Itu harus dijaga bener-bener mbak jangan sampai ada pertengkaran, pokoke hidup santai jangan ada pertengkaran, neg meh padunanti nunggu AD pergi atau pas AD tidur.hahah, sampai kaya gitu mbak G1-W23:290613. Faktor yang berpengaruh buruk terhadap prognosis AD selanjutnya adalah masalah pekerjaan yang berstatus pengangguran dikarenakan AD yang mengalami hambatan dalam pendidikannya yaitu putus sekolah pasca menjalani perawatan sehingga menjadikan AD menganggur. Konseling keluarga yang dilakukan pihak GPSY dan keluarga telah sukses mengatasi permasalah tersebut, melalui arahan yang diberikan pihak GPSY maka diperoleh kesepakatan bersama antara AD dan keluarga mengenai jalan keluar dari permasalahan tersebut yaitu dengan meneruskan sekolah AD yang tertunda sampai dengan jenjang perkuliahan sesuai keinginan AD. Pihak GPSY yaitu mentor AD terjun langsung dalam mengurus dan menyelesaikan permasalahan pendidikan AD sehingga AD dapat memperoleh pendidikan yang baik dan sesuai dengan keinginannya sampai ke jenjang perkuliahan: Ya kak Alfred itu membantu sekali mbak kalau masalah sekolah, itu pas aku nggak lulus SMA kan galau banget lah la setelah keluar dari Siloam ya diuruskan paket C, ya disemangati sampai aku kuliah kak Alfred nyariin informasi universitas yang ada jurusan sing tak cari, nemenin tes masuk ya sampai ketrima terus kuliah F2-W15:290613. Aku kuliah di Asmi Santa Maria, ya ambil jurusan public relation dulunya sih ortu nggak mendukung tapi dibujuk-bujuk kak Alfred ya akhirnya dibolehin lah. Kalau kesulitannya pusing tugas e mbak. Hahahah F2:W16:290613. dulu itu disuruhnya ke theology sama ortu, tapi aku tertariknya sama public relation, . . . F2:W17:290613. SY menyatakan bahwa sampai saat ini AD mampu menjalani pendidikannya dengan baik tanpa adanya kendala yang memberatkan: . . . sekarang AD bisa kuliah sampai semester 4 terus sebentar lagi selesai to mbak ini lagi bikin tugas akhir . . .ya sampai sekarang puji Tuhan berjalan lancar, ya bisa mengikuti G1-W24:290613. Kesimpulan mengenai gambaran dinamika pemulihan AD melalui Terapi Holistik yaitu bahwa Terapi Holistik menangani Skizofrenia dengan menyentuh seluruh aspek kehidupan AD meliputi aspek fisik, psikis dan sosial yang dilihat dari berbagai sudut pandang secara komprehensif meliputi mekanisme terjadinya skizofrenia pada KM, dampak skizofrenia pada AD dan prognosis AD. Uraian mengenai keseluruhan penjelasan mengenai dinamika pemulihan AD melalui Terapi Holistik diringkas melalui tabel berikut. Tabel 4.11 Dinamika Terapi Holistik Dalam Menangani “mekanisme terjadinya skizofrenia” pada AD No Jenis Terapi Sasaran Terapi Kondisi Pra Perawatan Terapi Kondisi Pasca Perawatan Terapi 1. Terapi Medis -Menangani faktor organoniologik berupa gejala positif dan gejala negatif skizofrenia. -Menumbuhkan kesadaran minum obat. -Perilaku tidak stabil ditandai dengan munculnya gejala positif dan gejala negatif skizofrenia. -Respon negatif terhadap pengobatan. -Perilaku stabil ditandai dengan tidak munculnya gejala positif dan gejala negatif skizofrenia. -Respon positif terhadap pengobatan. 2. Terapi Rohani -Menumbuhkan self suggestion melalui kedekatan dengan Tuhan. -Mengalihkan waham keagamaan ke hal yang positif -Emosi labil, penuh kekhawatiran mengahadapi permasalahan. -Khotbah-khotbah sendiri tidak terkontrol -Emosi stabil, lebih tenang dan pasrah menghadapi permasalahan. -Aktif kegiatan gereja. 3. Home Care -Mengatasi permasalahan psikis, meningkatkan kebermaknaan hidup -Tertekan dan rendah diri -Memperoleh kelegaan dan ketenangan, dan merasakan adanya kebermaknaan hidup 4. Home Visit dan Konseling Keluarga -Memperbaiki pola hubungan di dalam keluarga -Merencanakan masa depan AD pasca perawatan -Sering terjadi pertengkaran, orang tua yang keras dan menekan. -Putus sekolah dan tidak lulus SMA -Pertengkaran berkurang dan orang tua lebih pengertian serta perhatian -Mampu melanjutkan sekolah sampai bangku perkuliahan Tabel 4.12 Dinamika Terapi Holistik Dalam Menangani “dampak terjadinya skizofrenia” pada AD No Jenis Terapi Sasaran Terapi Kondisi Pra Perawatan Terapi Kondisi Pasca Perawatan Terapi 1. Terapi Medis -Menghilangkan gejala positif dan gejala negatif skizofrenia serta memulihkan fungsi kognitif, afektif dan psikomotor yang terganggu. -Perilaku tidak stabil ditandai dengan munculnya gejala positif dan gejala negatif skizofrenia serta terganggunya fungsi kognitif, afektif dan psikomotor. -Perilaku stabil ditandai dengan tidak munculnya gejala positif dan gejala negatif skizofrenia serta mulai pulihnya fungsi kognitif, afektif dan psikomotor. 2. Terapi Rohani -Menciptakan self suggestion dan meningkatkan resiliensi. -tertekan, putus asa, ketakutanmenghadapi masa depan dan rentan terhadap konflik psikososial. -Memperoleh ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi permasalahan serta mampu bertahan dalam kondisi penuh tekanan. 3. Terapi Sosial -Melatih ketrampilan sosial -Tidak percaya diri, tertutup dan tidak mudah bergaul -Lebih percaya diri dan aktif bersosialisasi dengan masyarakat 4. Home Care Memberikan kebermaknaan hidup Merasa hidupnya tidak bermakna dan tidak berguna Memiliki kebermaknaan hidup 5. Home Visit dan Konseling Keluarga -Merencanakan masa depan AD pasca perawatan. -Putus sekolah dan tidak lulus SMA -Mampu melanjutkan sekolah sampai bangku perkuliahan Tabel 4.13 Dinamika Terapi Holistik dalam menangani prognosis “buruk” pada AD No Jenis Terapi Sasaran Terapi Kondisi Pra Perawatan Terapi Kondisi Pasca Perawatan Terapi 1. Terapi Medis -Membangun respon positif terhadap pengobatan. -Membiasakan perilaku perawatan kebersihan diri dan lingkungan. -Tidak taat minum obat. -perawatan diri kurang. -Memiliki respon positif terhadap pengobatan salah satunya perilaku ketaatan minum obat. -Mampu melakukan perawatan diri dengan mejaga kebersihan diri dan lingkungan. 2. Terapi Rohani -Menciptakan self suggestion dan meningkatkan resiliensi. -tertekan, putus asa, ketakutan menhadapi masa depan dan rentan terhadap konflik psikososial. -Memperoleh ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi permasalahan serta mampu bertahan dalam kondisi penuh tekanan. 3. Home Visit dan Konseling Keluarga -Memperbaiki pola hubungan di dalam keluarga. -Merencanakan masa depan AD pasca perawatan. -Sering terjadi pertengkaran di dalam, didikan orang tua yang keras dan menekan. -Putus sekolah dan tidak lulus SMA. -Pertengkaran berkurang dan orang tua lebih pengertian serta perhatian. -Mampu melanjutkan sekolah sampai bangku perkuliahan

4.4.2.8 Tanggapan Mantan Pasien AD dan Keluarga Mantan Pasien

Mengenai Keefektifan Terapi Holistik Dalam Menangani Skziofrenia Gambaran mengenai keefektifaan Terapi Holistik secara subyektif diungkapkan melalui pernyataan salah satu mantan pasien GPSY AD yang pernah dan telah selesai menjalani perawatan di GPSY dengan menggunakan Terapi Holistik serta salah satu keluarga mantan pasien SY yang turut merasakan terjadinya perubahan-perubahan dalam diri AD dan keluarga pasca AD menjalani perawatan di GPSY dengan menggunakan Terapi Holistik. AD menyatakan bahwa Terapi Holistik yang diterapkan di GPSY efektif dalam menangani skizofrenia dikarenakan Terapi Holistik memiliki cakupan luas yang menyentuh aspek psikis dan sosial AD serta keluarga dan perencanaan masa depan AD pasca perawatan sehingga proses pemulihan tidak semata-mata hanya melalui pemberian obat-obatan saja. Lebih lanjut, Terapi Holistik memberikan perubahan positif dalam kehidupan sehari-hari AD, baik perubahan dari dalam diri AD maupun perubahan di dalam keluarga yang dirasakan sampai saat ini: beda mbak, kalau dulu itu cuma obat aja suruh minum, kalau disini Siloam itu dikasih terapi-terapi tentang penjelasaan obat- obatan juga yang menurut aku itu berguna banget jadi tahu akibatnya kalau tidak minum obat jadi ya nggak perlu dipaksa kalau minum obat F1-W47:160413.Kaya terapi rohani itu kan membuat kita semakin dekat dengan Tuhan kita jadi tenang dalam menghadapi masalah, ya kalau kaya terapi sosial itu kan mengajarkan untuk bersosialisasi jadi punya banyak teman, nggak mengurung diri terus dikamar lah F1-W48:160413.ehmm ya utama itu keluarga jadi berubah sikap nya, nggak kaya dulu lagi lebih pengertian dan nggak suka berantem, keributan atau bikin onar lagi, lah itu yang utama mbak jadi dirumah kan ya nggak kaya neraka koyo ndek jaman mbiyen neh. Hahahaha F1- W49:160413.yo efektif mbak sampe sekarang itu terasa manfaatnya membekas itu pelajarannya, ya minimal bisa mengatasi diri sendiri lah mbak. terus kalau ada masalah ya berat gitu trus nggak bisa mengatasinya aku telp kak Ngisty nanti dibantu cari solusinya. Terus aku bisa kuliah ini kan berkat mentor nya juga to mbak, ya puji Tuhan lancar tekan saiki iku kan yo bantuane kak Alfred, mentor ku. F2-W18:290613. Pernyataan senada mengenai keefektifan Terapi Holistik yang dilakukan GPSY dalam menangani skizofrenia juga diungkapkan oleh ibu AD SY. Beliau mengungkapkan bahwa Terapi Holistik dirasa efektif dalam menangani skizofrenia khususnya pada AD. Keefektifan tersebut dikarenakan Terapi Holistik dalam penanganannya mencakup semua aspek kehidupan pasien meliputi aspek fisik, psikis rohani dan sosial. Terapi Holistik secara khusus juga menangani keluarga pasien dengan cara melalukan pendekatan melalui kunjungan dan konseling keluarga. Informasi- informasi yang diberikan GPSY pada saat proses konseling keluarga dirasakan SY sangat bermanfaat dan membantu pihak keluarga dalam menangani AD, sehingga terbentuk lah pola-pola interaksi yang lebih positif di dalam keluarga. Lebih lanjut, adanya respon postitif terhadap pengobatan yang ditunjukan AD juga menjadi bagian penting dari keberhasilan Terapi Holistik menurut SY karena sebelumnya AD tidak memiliki kesadaran terhadap pengobatan sehingga harus melibatkan pihak luar untuk selalu mengingatkan dan mengawasi AD. Poin berikutnya yang dirasakan SY memiliki pengaruh yang besar terhadap pemulihan AD adalah adanya perencanaan masa depan pendidikan AD pasca perawatan yang dilakukan oleh GPSY sehingga AD mampu melanjutkan hidupnya secara lebih optimal sepulangnya dari GPSY dan sampai sekarang ini. Mudahnya keluarga dalam memperoleh informasi dan yang berkaitan dengan pasien skizofrenia melalui kedekatan GPSY dengan keluarga juga menjadi poin plus terhadap perawatan skizofrenia yang dilakukan GPSY. Alasan-alasan yang diungkapkan oleh SY tersebut menyimpulkan bahwa beliau merasakan adanya banyak manfaat dari model penanganan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik . Manfaat-manfaat langsung maupun tidak langsung dari Terapi Holistik yang dilakukan pihak GPSY kepada AD dan keluarga diungkapkan oleh SY sangat efektif dalam menangani skizofrenia AD apabila dibandingkan dengan penanganan skizofrenia yang dilakukan di RSJ maupun tempat-tempat rehabilitasi lainya dimana AD pernah dirawat sebelumnya: Sebelum di Siloam itu pernah di dokter Soerojo itu to mbak, dirawat disana 5 bulan mboten cocok mbak, tetap mawon khotbah-khotbah nya terus lanjut. Padahal obatnya itu mahal, satu minggu 750 ribu, itu hanya satu minggu bayangke mbak. Terus saya bilang sama bapaknya tidak usah diteruskan la wong tidak ada perubahannya. Habis itu saya bawa ke Bethesda mbak, disana dikasih obat. Lumayan mendingan tapi ya masih sering khotbah, terus AD juga susah banget kalau disuruh minum obat, ngeyel banget sampe saya kewalahan mbak kalau nyuruh AD. Ya akhirnya kambuh lagi. Terus saya bawa ke rehabilitasi di Magelang mbak, pulang dari sana 2 bulan kambuh lagi, haduh la piye iki G1-W16:290613. Terus akhinya ya itu saya bawa ke Siloam, dirawat disana, dan sejak Mei 2009 sampai sekarang ini kondisinya baik mbak ya karena saya senengnya itu AD sudah sadar untuk minum obat nggak harus di uprak-uprak seperti dulu lagi, kalau nanti obat udah mau habis dia tanpa disuruh itu ambil ke Jogja di Siloam. Obatnya itu kan sekali ambil untuk satu bulan mbak G1-W17:290613.Bagus ya, kalau menurut saya pribadi efektif sekali mba, karena ini to mbak penyembuhannya bukan cuma pake obat tapi AD juga diajari berbagai hal seperti kerohaniannya juga dibangun lalu bagaimana ia diajari untuk bersosialisasi terus yang penting juga keluarga nya diberi semacam penguatan untuk tetap sabar menghadapi AD G1- W32:290613.Ini malah yang penting menurut saya mba karena kedekatan dengan keluarga ini bagus sekali mbak, karena biasanya keluarga itu kan tidak tahu bagaimana harus menangani pasien jadi bimbingan yang diberikan Siloam ini bermanfaat untuk mengajarkan keluarga dalam ngadepi AD, kuncine kudu sabar lan ngemong mbak. Terus ini to mbak keluarga jadi tahu kemana harus mencari informasi yang berhubungan dengan AD, kalau AD mau error harus gimana, ya jadi punya tempat yang bisa dijadikan sumber informasi sampai sekarang ini walaupun udah 4 tahun AD keluar. Ini penting sekali dan efektif mbak, sangat bermanfaat terutama buat keluarga pasien G1- W33:290613. Keefektifan yang lain itu pada poin perencanaan masa depannya AD ya mbak, jadi nggak terus keluar ditinggal prung ngono wae, tapi ya dipikirkan setelah keluar dari Siloam itu rencana selanjutnya mau gimana. Ya AD sudah bisa berhasil kuliah itu tidak lepas dari campur tangan mentornya mbak, ya itu manfaat jangka panjang yang berkaitan dengan masa depannya AD. Itu kan bagian dari terapi di Siloam juga mengarahkan rencana kedepannya pasien setelah dipulangkan. Ya atas dasar alasan itu makanya saya katakan apa yang dilakukan Siloam efektif dalam menangani anak saya ini sampai sekarang. G1- W33:290613.

4.4.2.9 Kelebihan dan Kelemahan Terapi Holistik dalam menangani Skizofrenia

4.4.2.9.1 Kelebihan Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia a Komprehensif menyeluruh Terapi Holistik terdiri dari jenis-jenis terapi yang menyentuh aspek kehidupan pasien meliputi mekanisme terjadinya skizofrenia, dampak skizofrenia dan prognosis secara menyeluruh yaitu meliputi aspek fisik, psikis dan sosial pasien dengan menggunakan pendekatan secara medis, rohani dan sosial. Penanganan skizofrenia pada aspek fisik tidak hanya menekankan pada pemberian obat-obatan tetapi juga menumbuhkan kesadaran terhadap pengobatan dan fungsi perawatan diri. b Berkelanjutan Terapi Holistik di GPSY memiliki tahapan yang jelas dan rinci dalam setiap penanganannya sehingga perawatan tidak terbatas hanya pada saat pasien masih berada atau dirawat di dalam GPSY, tetapi juga dilakukan pelayanan lanjutan tanpa batas waktu kepada pasien maupun keluarga pasien yang berkaitan dengan kondisi pasien skizofrenia pasca perawatan. Hal ini dilakukan via telepon maupun kunjungan langsung apabila pihak keluarga menginginkannya yang bertujuan untuk meminimalisir atau mencegah terjadinya resiko kekambuhan dan perawatan ulang kepada pasien sehingga pemulihan dapat diupayakan sebaik dan semaksimal mungkin. c Orientasi masa depan pasien pasca perawatan GPSY mengajak keluarga pasien untuk memiliki peran aktif dalam melakukan perencanaan jangka panjang pasien pasca perawatan. Perencanaan ini dibuat dan didiskusikan dengan keluarga pada saat home visit pasien cuti, sehingga keluarga mengetahui dengan jelas perencanaan-perencanaan pasien sesudah pasien kembali ke rumah. Perencanaan yang jelas mengenai masa depan pasien pasca perawatan berpengaruh besar terhadap keberlangsungan kesejahteraan hidup pasien yang sangat berperan dalam membantu pemulihan dan menjaga kondisi pasien supaya tetap stabil pasca perawatan dalam jangka waktu tak terhingga batas waktu maksimal. 4.4.2.9.2 Kelemahan Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia a Ketergantungan Proses perawatan pasien dengan Terapi Holistik yang berkelanjutan pasca perawatan membuat keluarga dan mantan pasien seringkali memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi kepada GPSY, keluarga menjadi “manja” terhadap setiap kemunculan permasalahan dalam keluarga yang berkaitan dengan pasien. Ketergantungan terhadap pihak GPSY membuat keluarga tidak memiliki kemandirian dalam membuat keputusan dan melakukan tindakan terhadap permasalahan yang berhubungan dengan mantan pasien tanpa persetujuan pihak GPSY terlebih dahulu, sebab keluarga terbiasa melibatkan pihak GPSY untuk menangani hal-hal yang berkaitan dengan mantan pasien. b Keterikatan emosional antara pasien dengan GPSY Pola interaksi Home Care yang diterapkan di GPSY sebagai salah satu bagian dari Terapi Holistik meyebabkan terjalinya keterikan emosi yang kuat antara mentor dan pasien. Sisi negatif dari penerapan pola interaksi Home Care adalah pasien memiliki kedekatan secara emosional dengan mentor yang tidak akan dengan mudah diputuskan. Kondisi ini membuat pasien merasa lebih nyaman berada di GPSY dan cenderung menginginkan tinggal di GPSY apabila kondisi di dalam keluarga tidak bisa memberikan kenyamanan seperti yang diharapkan. cJangka waktu perawatan lama dan tanggung jawab yang tak terbatas Perawatan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik memerlukan proses yang panjang dikarenakan perawatan dilakukan dengan menyeluruh dengan melihat berbagai aspek kehidupan pasien secara utuh, selain itu juga dikarenakan skizofrenia merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan hanya dapat dipulihkan kondisinya seperti sebelum kemunculan gejala skizofrenia. Oleh karena itu konsep penanganan secara holistik masih berlanjut pasca perawatan di GPSY sehingga mentor bekerjasama dengan keluarga memiliki tanggung jawab tidak terbatas dalam turut serta memulihkan pasien apabila keluarga mengalami permasalahan atau hambatan dalam melakukan perawatan terhadap pasien meskipun pasien sudah dipulangkan dari GPSY dan dikembalikan ke keluarga.

4.5 Pembahasan