Pernyataan  SY  mengenai  perubahan  sikap  keluarga  sebagai  hasil  dari konseling  keluarga  juga  dirasakan  sama  oleh  AD.  AD  menyatakan  terdapat
perubahan  sikap  pada  ayahnya  dan  juga  pada  keluarga  secara  keseluruhan. Perubahan  perilaku  tersebut  terlihat  dari  perubahan  sikap  orang  tua  dalam
menghadapi  pasien.  Sikap  keras  dan  tegas  ayah  AD  dalam  mendidik  AD  sudah berangsur-
angsur mengalami perubahan, ayah AD menjadi bersikap lebih “lunak” terhadap  AD  serta  berkurangnya  frekuensi  pertengkaran  yang  terjadi  di  dalam
keluarga  setelah  mendapatkan  konseling  keluarga  berupa  nasihat-nasihat  dan pengarahan-pengarahan dari pihak GPSY:
ya sekarang lebih percaya sama ortu mbak, lebih bisa terbuka F1- W37:160413.  Ortu  jadi  lebih  sayang  mbak,  dulu  ki  sok  marah-
marah, menyalahkan tanpa sebab saiki lebih pengertian sama anak nya  E1-W38:160413.  Pada  keluarga  itu  ya  dulu  suka  pada
bertengkar  sekarang  udah  nggak,  trus  sikap  nya  bapak  banyak berubah  sekarang  ini  jarang  banget  marah-marah  ya  bisa  tau
kemampuan  anaknya,  wis  apa  ya  tidak  suka  memaksakan kehendak F2-W14:290613
c. Merencanakan dan mempersiapkan masa depan pasien pasca perawatan
Home  Visit  dan  Konseling  Keluarga  yang  dilakukan  pihak  GPSY  tidak hanya  sebatas  memberikan  pengarahan-pengarahan  secara  lisan  kepada  keluarga
tetapi  juga  merencanakan  dan  mempersiapkan  masa  depan  pasien  pasca perawatan.  Perencanan  dan  persiapan  masa  depan  bertujuan  membantu  pasien
supaya  dapat  mengembangkan  diri  dan  mampu  berfungsi  secara  optimal  pasca menjalani  perawatan  di  GPSY  sehingga  pasien  bisa  menjalani  kehidupannya
secara lebih efektif di dalam masyarakat:
AA  menyatakan  bahwa  kelanjutan  kehidupan  pasien  pasca  perawatan perlu  dipersiapkan  supaya  pasien  mempunyai  kesibukan  dan  kegiatan  tetap
sehingga  pasien  mempunyai  tujuan  hidup  setelah  kembali  kekeluarga  dan masyarakat.
Kemudian  setelah  itu  kami  dengan  pihak  keluarga  mulai merancang tentang bagaimana kegiatan dan rencana pasien setelah
keluar  dari  GPSY,  jadi  sepulang  dari  sini  pasien  mempunyai kesibukan  sehingga  atau  kegiatan  tetap  sehingga  hidupnya  itu
punya tujuan kak A2-W10:080613. Perencanaan  dan  persiapan  masa  depan  AD  dilakukan  secara  langsung
oleh  mentor  dan  keluarga  AD.  Penanganan  terhadap  permasalahan  AD  yang berkaitan  dengan  pendidikan  diselesaikan  bersama-bersama  berdasarkan  hasil
kesepakatan  keluarga  dengan  pihak  GPSY.  Mentor  turun  langsung  kelapangan dalam mempersiapkan dan menyelesaikan masalah pendidikan AD.
Hal tersebut diungkapkan oleh AA sebagai berikut: Iya, kami lakukan kunjungan ke kekeluarga dan mendapat keluhan
dari keluarga kalau AD ini ingin sekolah karena dia merasa minder dan  malu  terhadap  teman-temannya  karena  dia  selama  sakit  kan
tidak  sempat  ujian  nasional,  kemudian  kami  juga  bantu  keluarga dan  AD  dalam  mencarikan  paket  C  terus  kami  juga  bantu
mencarikan  kuliah  buat  AD,  kami  bekerjasama  dengan  keluarga untuk bagaimana supaya AD bisa pulih B2-W8:290513.
Lebih  lanjut,  SY  menjelaskan  bahwa  mentor  GPSY  bukan  hanya
menyarankan  dan  mengarahkan  perihal  permasalahan  sekolah  AD  tetapi  juga membantu mencarikan sekolah yang tepat untuk AD . Pihak GPSY yaitu mentor
AD  terjun  langsung  dalam  mengurus  dan  menyelesaikan  permasalahan pendidikan AD sehingga AD dapat memperoleh pendidikan yang baik dan sesuai
dengan keinginannya sampai ke jenjang perkuliahan.
Waktu itu juga pak Alfred membantu AD untuk mengurus paket C, mencarikan  sekolahnya  juga  supaya  AD  bisa  sekolah.  Pak  Alfred
itu  mondar  mandir  sana  sini  ya  buat  ngurusi  sekolahnya  AD, pokoknya  dari  menyarankan,  mengarahkan,  sampai  mencarikan
mbak.  Hehehe.  Karena  ini  loh  mbak  kan  dulu  itu  AD  kambuh penyebabnya itu malu sama temene gara-gara tidak kuliah ya terus
pak  Alfred  ikut  membantu  yang  mengurusi  sekolahnya  AD  ya sampai sekarang AD bisa kuliah sampai semester 4 terus sebentar
lagi  selesai  to  mba  ini  lagi  bikin  tugas  akhir  itu  semuanya diarahkan  dan  dibantu  carikan  sekolahnya  sama  pak  Alfred  yang
juga  sesuai  lah  mbak  sama  keinginannya  yang  AD  sukai  jadi  ya orang tua tinggal mendukung saja. . . G1-W24:290613.
Pernyataan  SY  terkait  perencanaan  dan  persiapan  masa  depan  AD
diperkuat oleh AD sebagai berikut: Ya  kak  Alfred  itu  membantu  sekali  mbak  kalau  masalah  sekolah,
itu pas aku nggak lulus SMA kan galau banget lah la setelah keluar dari  Siloam  ya  diuruskan  paket  C,  ya  disemangati  sampai  aku
kuliah  kak  Alfred  nyariin  informasi  universitas  yang  ada  jurusan sing  tak  cari,  nemenin  tes  masuk  ya  sampai  ketrima  terus  kuliah
F2-W15:290613.  Aku  kuliah  di  Asmi  Santa  Maria,  ya  ambil jurusan  public  relation  dulunya  sih  ortu  nggak  mendukung  tapi
dibujuk-bujuk  kak  Alfred  ya  akhirnya  dibolehin  lah.  Kalau kesulitannya  pusing  tugas  e  mbak.  Hahahah  F2:W16:290613.
dulu  itu  disuruhnya  ke  theology  sama  ortu,  tapi  aku  tertariknya sama public relation, . . . F2:W17:290613.
SY  menyatakan  bahwa  sampai  saat  ini  AD  mampu  menjalani
pendidikannya dengan baik tanpa adanya kendala yang memberatkan: . . .  sekarang AD bisa kuliah sampai semester 4 terus sebentar lagi
selesai  to  mbak  ini  lagi  bikin  tugas  akhir  .  .  .ya  sampai  sekarang puji Tuhan berjalan lancar, ya bisa mengikuti G1-W24:290613.
4.4.2.5 Analisis Perjalanan Penyakit
Analisis perjalan penyakit adalah riwayat kemunculan dan perkembangan penyakit yang dinalisis berdasarkan faktor penyebabnya untuk selanjutnya dibuat
diagnosa  mengenai  penyakit  tersebut  dan  prediksi  kesembuhannya  berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemunculan penyakit tersebut.
4.4.2.5.1 Analisis Perjalanan Penyakit KM
Anamnesa
a Alloanamnesis
Alloanamnesis  adalah  data  yang  diperoleh  dari  keluarga  dan  pihak  lain yang  terkait  dengan  pasien  mengenai  penyakit  pasien  dan  penyebab
kemunculannya. Data  yang  diperoleh  dari  ibu  pasien  dan  mentor  GPSY,  KM  mengalami
skizofrenia  dengan  menunjukan  gejala  positif  skizofrenia  seperti  halusinasi, berteriak-teriak,  marah-marah,  melakukan  tindakan  yang  menyakiti  dirinya,
memaki-maki  orang  sedangkan  gejala  negatif  skizofrenia  yaitu  KM  mengalami memiliki  kecurigaan  yang  tinggi  terhadap  suatu  hal  yang  menyebabkan  KM
cenderung  menarik  diri  dari  lingkungannya  dengan  hanya  mengurung  diri  di dalam rumah. Keluarga mengatakan bahwa KM mengalami skizofrenia karena di
guna-guna  oleh  mantan  kekasihnya,  pernyataan  lain  diungkapkan  oleh  mentor GPSY  yang  menyanggah  pernyataan  kelurga  perihal  penyebab  skizofrenia  pada
KM.  Mentor  memaparkan  bahwa  sejumlah  permasalahan  pribadi  yang  menekan dan terakhir adalah kematian ayahnya yang menyebabkan kekambuhan pada KM.
b Autoanamnesis
Autoanamnesis  adalah  data  yang  diperoleh  dari  pihak  yang  bersangkutan yaitu  pasien  skizofrenis  menganai  gejala  penyakit  dan  penyebab  kemunculan
penyakit. Autoanamnesis dilakukan dengan melakukan wawancara kepada pasien yaitu KM.
KM mengungkapkan bahwa pernah dirawat sebanyak 4 kali yaitu pertama di  RSJ  swasta  di  Yogyakarta,  permasalahan  yang  menjadi  pencetus  adalah
permasalahan dengan teman kerja dan atasan KM yang bersikap otoriter dan keras kepada  KM.  Kedua  di  Panti  Rehabilitasi  Mental  di  Solo,  permasalahan  yang
menjadi  permasalahan  adalah  KM  tidak  mempunyai  pekerjaaan  dan  hanya mengganggur  dirumah.  Tekanan  yang  diberikan  keluarga  kepadanya  membuat
KM  kembali kambuh. Ketiga di  RSJ di Magelang, faktor pemicu yang menjadi permasalan  KM  adalah  kegagalannya  dalam  masalah  percintaan.  Di  usiannya
yang ke 31 tahun kekasihnya tiba-tiba menghilang tanpa memberikan penjelasan apapun  padahal  diusianya  yang  mulai  beranjak  tua  KM  sudah  menginginkan
kehidupan  berumah  tangga.  Keempat  di  RS  swasta  di  Yogyakarta, permasalahannya  adalah  KM  tidak  taat  dalam  minum  obat  dan  juga  sikap
keluarga  yang  cuek  serta  tidak  memperhatikannya  bahkan  cenderung  menekan menjadi  alasan  kekambuhan  KM  yang  ke  empat  kalinya.    Kelima  di  GPSY,
faktor    pencetus  yang  menjadi  stressor  kekambuhan  KM  yang  ke  5  disebabkan kematian  ayahnya.  Kedekatan  KM  dengan  ayahnya  membuat  KM  mengalami
guncangan  kejiwaan  yang  sangat  berat  sehingga  menyebabkan  KM  mengalami kekambuhan dan membuat KM dirawat di GPSY.
KM mengungkapkan bahwa ketika dia sedang dalam keadaan tertekan dan stress  dalam  menghadapi  permasalahan  maka  dia  akan  mengalami  halusiansi
pendengaran  dan  penglihatan.  Hal  ini  membuat  KM  berusaha  menghindari  dan melawannya  yang  ditunjukan  dengan  sikap  berteriak-teriak  dan  membentur-
benturkan  kepalanya  ke  tembok,  sebab  ia  sudah  merasa  tidak  kuat  dalam mengatasi halusinasinya tersebut.
Genogram Pohon Keluarga
Bagan 4.2 Genogram KM
Keterangan: : Laki-laki
: Perempuan : Pasien
KM  adalah  wanita  berusia  41  tahun,  ia  merupakan  anak  ke-3  dari  5 bersaudara.  Kakak  pertama  nya  laki-laki  berusia  43  tahun,  sudah  menikah  dan
tinggal di luar kota. Kakak kedua nya laki-laki berusia 42 tahun, belum menikah dan tinggal di rumah. Adik keempat dan kelimanya laku-laki, sudah menikah dan
tinggal  di  luar  kota.  Ayah  KM  baru  saja  meninggal  pada  bulan  Februari  2013. KM  tinggal  bersama  kakak  kedua  RD  dan  ibunya  di  sebuah  perumahan  di
daerah  Yogyakarta.  Ibu  KM  bekerja  di  pasar  dan  RD  bekerja  serabutan, sedangkan KM menganggur di rumah.
Hipotesis Masalah
1 Penyebab
Hubungan  KM  dengan  kakak  dan  ibunya  kurang  begitu  baik.  Ibu  KM sibuk  bekerja  dan  tidak  mempunyai  waktu  untuk  memperhatikan  KM,  sepulang
kerja  dalam  kondisi  capek  ibu  KM  seringkali  memarahi  KM  dengan  berbagai alasan.  Kakak  KM  bersifat  keras  dalam  mendidik  KM,  tidak  jarang  kakak  KM
memberikan  pukulan  kepada  KM  apabila  KM  mulai  menunjukan  perilakunya yang  aneh.  Prestasi  KM  semasa  sekolah  yang  kurang  begitu  baik  membuat  ibu
KM seringkali membanding-bandingkan dengan kemampuan saudara-saudaranya. KM  cenderung  menutup  diri  dari  pergaulan  sosial  dan  lebih  sering
berdiam diri di dalam rumah. Hal ini membuat KM belum memiliki pasangan dan belum  menikah.  Di  usia  yang  sudah  mulai  menua  dan  tidak  memiliki  pasangan
serta  pekerjaan  menjadi  beban  tersendiri  dalam  diri  KM.  KM  menjadi  merasa minder  dan  malu  dengan  lingkungannya  juga  keluarganya,  ini  membuat  KM
menarik  diri  dari  lingkungan  masyarakat  karena  takut  mendapat  cemoohan  dari masyarakat.
2 Antecedent pencetus
Faktor  yang  secara  langsung  menyebabkan  kekambuhan  KM  untuk  ke- lima  kalinya  ini  adalah  kematian  ayahnya.  KM  adalah  anak  perempuan  satu-
satunya di dalam keluarga tersebut, hal ini membuat ayah KM lebih menyayangi KM  dibandingkan  dengan  saudara-saudara  lainya.  Kedekatan  KM  dengan
ayahnya inilah yang membuat KM tidak siap menerima kematian ayahnya apalagi di dalam keluarga ayah nya lah  yang dirasa paling bisa mengerti dan memahami
KM. Hal ini menjadi stressor yang sangat berat bagi KM sehingga menyebabkan KM kambuh kembali.
Hasil Observasi
1 Kondisi Pasien KM
a. Deskripsi Umum
- Penampilan
: bersih dan rapi -
Kesadaran : baik
- Sikap
: kooperatif -
Aktivitas Psikomotor : tidak terlalu banyak bergerak -
Pembicaraan : kuantitas dan kualitas baik
b. Fungsi Intelektual kognitif
- Orientasi  personal, waktu, situasional, tempat  : baik
- Ingatan  jangka pendek, segera, panjang
: baik -
Proses berfikir : sistematis, detail dan runtut.
- Kemampuan problem solving
: baik c.
Keadaan Afektif -
Mood : normal
- Emosi
: stabil -
Afek : senang
- Motivasi sembuh  : tinggi
- Tilikan inshigh   :baik
- Gangguan persepsi : Halusinasi auiditorik dan visual
d. Fungsi Sosial
- Kemampuan bersosialisasi  : baik
- Keterlibatan dalam kegiatan  : aktif
- Harga diri
: rendah -
Kepercayaan diri : baik
2 Kondisi Keluarga
Pada  saat  peneliti  berkunjung  ke  rumah  KM  terlihat  sikap  ibu  KM  yang terkesan  cuek  dan  sering  bekata  dengan  nada  tinggi  kepada  KM.  Saat  mentor
mengevaluasi  kondisi  KM  selama  cuti  dan  memberikan  nasihat-nasihat  kepada KM,  ibu  KM  sering  mengadukan  dan  menyalahkan  KM  atas  sikap  nya  yang
masih malas. Secara  umum  diperoleh  gambaran  bahwa  hubungan  KM  dengan  ibunya
kurang begitu baik, ibu KM cenderung bersikap keras dan selalu memojokan KM. Diagnosis Multiaksional
Aksis I : F 20.0 skizofrenia paranoid
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : tidak ada diagnosis
Aksis IV : kematian orang tua dan tidak memiliki pekerjaan
Aksis V : GAF 50 gejala berat atau serius, disabilitas berat
Prognosis Tabel 4.8
Prognosis KM
NO KATEGORI
KETERANGAN PROGNOSIS
1. Diagnosa
Skizofrenia Paranoid Buruk
2. Onset
20 tahun Buruk
3. Riwayat penyakit
5 kali kambuh Buruk
4. Faktor genetic
Tidak ada Baik
5. Stressor
Ayah meninggal dunia dan tidak bekerja
Buruk 6.
Keluarga Keluarga
menekan dan
tidak perhatian Buruk
7. Penyakit organic
Tidak ada Baik
8. Respon
terhadap pengobatan
Tidak patuh minum obat Buruk
9. Gangguan kepribadian
Tidak ada Baik
10. Insight  Tilikan
Ada Baik
11. Tingkat sosial ekomi
Kurang mampu Buruk
12. Motivasi kerja
Tidak Ada Buruk
13. Penampilan
Kebersihan  dan  kerapian baik
Baik 14.
P ekerjaan
Tidak ada Buruk
4.4.2.5.2 Analisis Perjalanan Penyakit AD
Anamnesa
a Alloanamnesis
Alloanamnesis  adalah  data  yang  diperoleh  dari  keluarga  dan  pihak  lain yang  terkait  dengan  pasien  mengenai  penyakit  pasien  dan  penyebab
kemunculannya. Data  yang  diperoleh  dari  ibu  AD  dan  mentor  GPSY  menyatakan  bahwa
kondisi AD pada saat masuk ke GPSY masih sangat labil, AD mengalami gejala positif  skizofrenia  berupa  halusinasi  auditorik,  memiliki  waham  keagamaan,
menunjukan  sikap  marah-marah,  berkotbah  sambil  berteriak-teriak,  telanjang- telanjang  dan  tidak  dapat  mengontrol  perilakunya  sedangkan  gejala  negatif  nya
yaitu  bingung,  melamun,  sedih,  murung,  menyendiri,  dan  menarik  diri  dari lingkungan.  Keluarga  memberikan  keterangan  bahwa  penyebab  sakit  nya  AD
adalah  bahwa  dia  tidak  bisa  menerima  kenyataan  bahwa  kakak  perempuannya hamil diluar nikah dan harus pindah agama untuk menikah karena suaminya beda
agama. Selain itu juga ada faktor lain yang mneyebabkan yaitu didikan ayah nya yang terlalu keras dan masalah sekolah serta percintaan.
b Alloanamnesis
Autoanamnesis  adalah  data  yang  diperoleh  dari  pihak  yang  bersangkutan yaitu  pasien  skizofrenis  menganai  gejala  penyakit  dan  penyebab  kemunculan
penyakit. Autoanamnesis dilakukan dengan melakukan wawancara kepada pasien yaitu AD.
AD pernah dirawat sebanyak 3 sebelum akhirnya dirawat di GPSY, yaitu yang  pertama  di  RSJ  di  Magelang,  permasalahan  awal  yang  menjadi  faktor
pencetus adalah berasal dari keluarga yaitu berawal dari kekecewaan AD terhadap kakak  perempuanya  yang  hamil  duluan  dengan  laki-laki  beda  agama  sehingga
akhirnya  kakak  perempuannya  tersebut  pindah  agama  mengikuti  agama suamninya tersebut.  Kedua di Rumah Sakit swasta di Yogyakarta, permasalahan
yang menjadi penyebab kekambuhan AD adalah  ketidaktaatan AD dalam minum obat,  AD  sering  melupakan  atau  sengaja  membuang  obatnya.  Ketiga  di  RSJ  di
Magelang, kali ini permasalahan yang muncul  adalah AD mengalami putus cinta, AD  berpacaran  seorang  wanita  namun  wanita  tersebut  justru menjalin  hubungan
dengan  lelaki  lain  padahal  AD  sudah  memberikan  banyak  hal  secara  materi. Permasalahan  sekolah  juga  menjadi  permasalahan  yang  menjadi  pemicu
kekambuhan  AD  yang  ketiga,  tertundanya  sekolah  AD  karena  AD  menjalani perawatan  membuatnya  harus  tertinggal  dengan  teman-temanya  ketakutan  akan
kegagalan di masa depanya meperkuat munculnya kekambuhan AD.  Keempat di GPSY,  permasalahan  kegagalan  dalam  hubungan  asmara  dan  kegagalan  studi
masih  menjadi  permasalahan  utama  yang  semakin  diperkuat  oleh  tekanan  serta tuntutan  dari  ayahnya  sehingga  membuat  AD  mengalami  kekambuhan  yang  ke
empat dan akhirnya dirawat di GPSY.
Genogram Pohon Keluarga
Bagan 4.3 Genogram AD
Keterangan: : Laki-laki
: Perempuan : Pasien
AD  adalah  laki-laki  berumur  22  tahun,  ia  merupakan  anak  ke  2  dari  3 bersaudara.  Kakak  pertama  perempuan  berusia  25  tahun  dan  sudah  menikah
sedangkan adiknya perempuan berusia 17 tahun sedang duduk di bangku sekolah SMA.  Ayah  AD  bekerja  sebagai  kepala  sekolah  di  SLB  Negri  di  Wonosari
sedangkan ibu AD bekerja sebagai Pegawai Negri Sipil.
Hipotesis Masalah
1 Penyebab
AD  tinggal  bersama  kakak  perempuan,  kakak  ipar,  keponakan,  adek  dan kedua  orang  tua.  Secara  ekonomi  kondisi  keluarga  AD  sangat  berkecukupan
bahkan  lebih.  Didikan  keras  dari  ayahnya  mengharuskan  AD  untuk  mandiri  dan
berprestasi seperti ayahnya, sebab AD adalah satu-satunya anak laki-laki sehingga ayahnya  memberikan  tuntutan  yang  lebih  besar  kepada  AD.  Cara  didik  dan
tuntutan  yang  terlalu  besar  dari  ayah  sedangkan  kemampuan  AD  yang  terbatas membuat  AD  tidak  mampu  memenuhinya  sehingga  hal  ini  menjadi  stressor
tersendiri dalam diri AD. Hubungan  AD  dengan  ayahnya  tidak  terjalin  dengan  baik,  sifat  ayah  AD
yang  keras  dalam  mendidik  dan  terlalu  memaksakan  kehendak  kepada  anaknya membuat  AD  sering  bertengkar  dengan  ayahnya.  AD  mengaku  paling  dekat
dengan  ibu  dan  adik  perempuannya.  Kondisi  keluarga  yang  sering  terjadi pertengkaran  membuat  AD  tidak  nyaman  berada  dirumah,  pertengkaran  yang
seringkali  terjadi  di  antara  sesama  anggota  keluarga  sebenarnya  hanyalah disebabkan  oleh  permasalahan  kecil  yang  dibesar-besarkan  karena  sifat
temperamen dari masing-masing anggota keluarga. 2
Antecedent pencetus Faktor  yang  secara  langsung  menyebabkan  kekambuhan  KM  untuk
keempat  kalinya  ini  adalah  berkaitan  dengan  kegagalan  cinta  dan  kegagalan sekolahnya.  AD  merasa  bahwa  dia  sudah  gagal  dalam  studinya  sehingga
menyebabkan  dia  mengalami  ketakutan  terhadap  masa  depannya  apalagi  sikap keras dan harapan ayahnya yang terlalu tinggi membuat  AD semakin tertekan.
Hasil Observasi
1 Kondisi Pasien KM
a. Deskripsi Umum
- Penampilan
: bersih dan rapi
- Kesadaran
: baik -
Sikap : kooperatif
- Aktivitas Psikomotor : banyak melakukan gerakan
- Pembicaraan
: kuantitas dan kualitas baik b.
Fungsi Intelektual kognitif -
Orientasi  personal, waktu, situasional, tempat  : baik -
Ingatan  jangka pendek, segera, panjang : baik
- Proses berfikir
: sistematis,
detail dan runtut. -
Kemampuan problem solving :kurang  begitu
baik c.
Keadaan Afektif -
Mood : normal
- Emosi
: stabil -
Afek : gembira
- Motivasi sembuh  : tinggi
- Tilikan inshigh   :baik
- Gangguan  persepsi  :  Halusinasi  auiditorik  dan  visual,
waham keagamaan. d.
Fungsi Sosial -
Kemampuan bersosialisasi  : baik -
Keterlibatan dalam kegiatan  : aktif -
Harga diri : tinggi
- Kepercayaan diri
: baik 3
Kondisi Keluarga Pada  saat  peneliti  melakukan  kunjungan  ke  rumah  AD,  kedatangan
peneliti  disambut  dengan  baik  oleh  ayah,  ibu,  kakak,  dan  adik  AD.  Keluarga sangat terbuka pada saat menceritakan kondisi AD, terlihat kedekatan antara AD
dengan  ibu  nya,  sesekali  di  sela-sela  wawancara  AD  bercanda  manja  dengan menggoda ibunya.  Kedekatan juga terlihat antara AD dengan ayahnya, ayah  AD
telihat  sedikit  cuek  namun  terkesan  humoris  sempat  beberapa  kali  ayah  AD  ikut bergabung dengan peneliti untuk mengobrol dengan peneliti dan juga AD beserta
ibu. Secara umum diperoleh gambaran bahwa hubungan  AD dengan keluarga
sangat  baik  ayah  AD  sudah  banyak  mengalami  banyak  perubahan  terutama  dari cara bersikap dan mendidik AD. Ayah AD sudah lebih sabar dan selalu berusaha
memahami  kondisi  AD.  Keharmonisan  keluarga  nampak  terlihat  dan  terasa  saat selama kurang lebih 2 jam peneliti berada di rumah AD.
Diagnosis Multiaksional
Aksis I : F 20.0 skizofrenia paranoid
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : tidak ada diagnosis
Aksis IV : kematian orang tua dan tidak memiliki pekerjaan
Aksis V : GAF 50 gejala berat atau serius, disabilitas berat.
Prognosis
Prognosis AD adalah gambaran prognosis pada saat AD menjalani perawatan di GPSY.
Tabel 4.9 Prognosis AD
NO KATEGORI
KETERANGAN PROGNOSIS
1. Diagnosa
Skizofrenia Buruk
2. Onset
18 tahun Buruk
3. Riwayat penyakit
4 kali kambuh Buruk
4. Faktor genetic
Tidak ada Baik
5. Stressor
Putus  cinta  dan  ketakutan akan masa depan
Baik 6.
Keluarga Tidak ada
Buruk 7.
Penyakit organic Tidak ada
Baik 8.
Respon terhadap
pengobatan Tidak Ada
Baik 9.
Gangguan kepribadian Tidak ada
Baik 10.
Insight  Tilikan Ada
Baik 11.
Tingkat sosial ekonomi Mampu
Buruk 12.
Motivasi kerja Ada
Baik 13.
Penampilan Kurang
Buruk 14.
Pekerjaan Pengangguran
Buruk
4.4.2.6 Hasil Tes Psikologi
4.4.2.6.1 Hasil Tes Psikologi KM Subyek  bernama  KM,  berumur  41  tahun.  Subyek  seorang  wanita
berperawakan sedang dengan berat badan sekitar 50 kg dan tinggi 160 cm. Warna kulit  subyek  sawo  matang  dengan  rambut  ikal  sepanjang  punggung.  Penampilan
subyek  terlihat  rapi  dan  bersih  dengan  mengenakan  baju  kemeja  berkerah  warna biru dan rok span sepanjang lutut berwarna hitam.
Subyek tidak terlalu banyak berbicara namun ketika peneliti memberikan pertanyaan subyek terlihat antusias dalam memberikan jawaban. Gerakan subyek
terlihat  gesit  dan  cekatan  dalam  mengerjakan  sesuatu  hal  termasuk  dalam
pengerjaan  tes  grafis,  subyek  tidak  banyak  bertanya  dan  segera  mengerjakan setelah diberikan penjelasan oleh peneliti Catatan Lapangan no. 6.
1. BAUM Tree Test
Subyek  menggambar  sebuah  pohon  berbunga  tanpa  daun.  Subyek menjelaskan  bahwa  pohon  tersebut  adalah  pohon  bunga  rampai  yang  ketika
musim  kemarau  akan  menggugurkan  bungannya  dan  ketika  musim  penghujan akan berbunga lebat.
BAUM  Tree  Test  digunakan  untuk  melihat  gambaran  mengenai pertumbuhan ego subyek.  Interpretasi gambar menunjukan bahwa subyek adalah
orang  yang  mementingkan  rasio,  subyek  selalu  berusaha  melihat  dan  mencari penjelasaan  setiap  peristiwa  dari  segi  rasionalitas  peristiwa  tersebut.  Subyek
mengalami  permasalahan  dengan  penyelarasan  ego  dan  super  egonya,  sebab subyek selalu berusaha menyelaraskan dan merealisasikan ego dan super egonya.
Hal  ini  menyebabkan  subyek  cenderung  menutup  diri  terhadap  lingkungan sosialnya.
2. DAP Draw A Pearson Test
Subyek  menggambar  seorang  anak  laki-laki  muda  berusia  15  tahun, berpenampilan rapi yang subyek beri nama Doni. Tidak ada keterkaitan hubungan
kekerabatan maupun hubungan emosional antara subyek dengan Doni. Pemilihan doni  sebagai  sosok  yang  digambar  subyek  hanya  didasarkan  pada  keinginan
subyek  semata  karena  begitu  diberikan  perintah  untuk  mengambar  manusia langsung terlitas dalam benak subyek tentang sosok Doni.
DAP  Draw  A  Pearson  Test  digunakan  untuk  melihat  gambaran mengenai  bagaimana  subyek  membawa  diri  ketika  bertemu  dengan  lingkungan.
Interpretasi  gambar  menunjukan  bahwa  terdapat  adanya  ketidak-konsistenan dalam hubungan sosial dengan orang lain. Subyek mengalami permasalahan atau
kecemasan  saat  proses  adaptasi  dengan  lingkungan  dikarenakan  subyek  merasa seperti terbebani oleh banyak orang.
3. HTP House Tree and Person Test
Subyek  menggambar  sebuah  rumah  milik  seorang  laki-laki  paruh  baya yang  berumur  sekitar  50  tahun  bernama  Tedy.  Rumah  tersebut  memiliki
pekarangan  yang  luas  dan  sebuah  pohon  beringin.  Tidak  ada  hubungan kekerabatan maupun hubungan emosional antara subyek dengan sosok Tedy.
HTP  House  Tree  and  Person  Test  digunakan  untuk  melihat  gambaran mengenai  persepsi  individu  terhadap  suatu  keadaan.  Interpretasi  gambar
menunjukan bahwa adanya indikasi subyek untuk menjauh dari kontak sosial atau lingkungan  terdekatnya,  yaitu  menjauh  dari  keluarga  dan  juga  mempunyai
kecenderungan untuk ingin lari dari rumah.
Kesimpulan:
Hasil tes grafis KM  secara keseluruhan menunjukan bahwa subyek adalah skizofrenia,  yaitu  skizofrenia  paranoid.  Hal  ini  terlihat  dari  gambaran  kaki  dan
tangan  pada  tes  DAP  yang  menunjukan bahwa  subyek  tidak  mampu  beradaptasi dengan  lingkungan,  sedangkan  gambaran  umum  yang  diperoleh  memberikan
suatu  kesimpulan  bahwa  subyek  mengalami  permasalahan  dalam  hubungannya
dengan  lingkungan  sosial  sehingga  subyek  memiliki  kecenderungan  untuk menarik  diri  dari  lingkungan  sosial  atau  bahkan  lari  dan  menghindari  kontak
sosial terutama dengan keluarga. 4.4.2.6.2 Hasil Tes Psikologi AD
Subyek  bernama  AD,  berusia  22  tahun.  Subyek  adalah  seorang  laki-laki bertubuh  tambun  dengan  berat  badan  sekitar  70  kg  dan  tinggi  badan  165cm.
Subyek memiliki warna kulit hitam, berambut lurus dan memiliki sedikit jenggot serta kumis. Penampilan subyek terlihat rapi dengan menggunakan kaos berwarna
hijau, jaket coklat, celana jeans hitam dan sepatu sandal serta mambawa tas hitam berukuran sekitar 60cmx20cm.
Subyek  terlihat  banyak  berbicara  dan  sibuk  melakukan  aktivitas  seperti bermain  hape  dan  membaca  koran.  Saat  diminta  untuk  melakukan  tes  grafis
subyek  sempat  menolak  dengan  alasan  tidak  pintar  menggambar  namun  dengan berbagai  penjelasan  yang  diberikan  peneliti  akhirnya  subyek  bersedia  untuk
melakukan tes grafis catatan lapangan no.7.
1. BAUM Tree Test
Subyek  menggambar  sebuah  pohon  bambu  yang  terdapat  di  belakang rumahnya.  Alasan  subyek  menggambar  pohon  bambu adalah  bahwa  jenis  pohon
tersebut mudah digambar. BAUM  Tree  Test  digunakan  untuk  melihat  gambaran  mengenai
pertumbuhan  ego  subyek.  Interpretasi  gambar  menunjukan  bahwa  subyek
memiliki  keinginan  atau  ego  yang  besar  akan  tetapi  tidak  seimbang  dengan rasionya.  Subyek  terlalu  mengorientasikan  keinginannya  ke  masa  depan  atau
kehidupan  mendatang,  namun  hal  ini  tidak  diimbangi  dengan  rasio  yang  cukup baik  sehingga  subyek  mengalami  kesulitan  atau  tidak  tahu  bagaimana  harus
menghadapi masa depanya. 2.
DAP Draw A Pearson Test Subyek  menggambar  seorang  anak  laki-laki  berumur  4  tahun  yang
bernama Dande. Dande adalah keponakan subyek yang merupakan anak pertama dari  kakak  perempuan  subyek  dan  tinggal  satu  rumah  bersama  subyek.  Alasan
subyek  menggambar  sosok  Dande  adalah  karena  Dande  sangat  lucu  sehingga subyek sangat menyayanginya.
DAP  Draw  A  Pearson  Test  digunakan  untuk  melihat  gambaran mengenai  bagaimana  subyek  membawa  diri  ketika  bertemu  dengan  lingkungan.
Interpretasi  gambar  menunjukan  bahwa  subyek  kurang  mampu  menyelaraskan antara  ego  dan  super  egonya,  saat  berhadapan  dengan  lingkungan  sosialnya
subyek  kurang  bisa  menopang  dirinya  tidak  bisa  mandiri  sehingga  subyek mengalami  kesulitan  atau  kurang  mampu  beradaptasi  dan  berinteraksi  langsung
dengan lingkungannya. 3.
HTP House Tree and Person Test Subyek menggambar sebuah rumah yang merupakan rumah impiannya di
masa depan. Rumah tersebut dihuni oleh sebuah keluarga bahagia yang terdiri dari suami,  istri  dan  satu  orang  anak.  Pada  bagian  samping  rumah  terdapat  sebuah
pohon jati.
HTP  House  Tree  and  Person  Test  digunakan  untuk  melihat  gambaran mengenai  persepsi  individu  terhadap  suatu  keadaan.  Interpretasi  gambar
menunjukan  bahwa  adanya  keinginan  yang  kuat  dalam  diri  subyek  untuk meningkatkan  interaksi  khususnya  interaksi  di  dalam  keluarga.  Subyek
menunjukan  bahwa  dia  ingin  memiliki  sebuah  keluarga  yang  bahagia  yang memiliki  adanya  kedekatan  atau  interaksi  yang  kuat  di  antara  sesama  anggota
keluarga.  Hal  ini  bisa  saja  disebabkan  adanya  kekecewaan  subyek  terhadap keluarga,  subyek  merasa  jauh  dari  keluarga  dan  tidak  merasakan  kebahagian
dalam keluarga.
Kesimpulan:
Hasil tes grafis AD secara keseluruhan menunjukan bahwa subyek adalah skizofrenia,  yaitu  skizofrenia  paranoid.  Hal  ini  terlihat  dari  gambaran  telinga,
mata, kaki dan tangan yang digambar AD pada tes DAP. Gambaran telinga, mata kaki  dan  tangan  menunjukan  bahwa  AD  mengalami  adanya  halusinasi
pendengaran,  waham  dan  hambatan  dalam  beradaptasi  dengan  lingkungan. Sedangkan gambaran umum yang diperoleh memberikan suatu kesimpulan bahwa
subyek  mengalami  kebingungan  dalam  menghadapi  masa  depannya    selain  itu subyek  kurang  mampu  dalam  beradaptasi  dan  berinteraksi  dengan  lingkungnnya
terutama  keluarganya  dikarenakan  kondisi  keluarga  yang  tidak  sesuai  dengan harapan subyek.
4.4.2.7 Dinamika pemulihan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik 4.4.2.7.1
Dinamika pemulihan pada KM
a Paradigma Psikopatologis KM
Skizofrenia Paranoid
Bagan 4.4 Paradigma Psikopatologis KM
Childhood
Ekonomi Kurang, Orang tua sibuk bekerja
Ekonomi berkecukupan Perhatian dari orang tua
Adolance
SD,  SMP,  SMA  tidak berprestasi
Tidak mempunyai teman Sikap  keluarga  terlalu
Butuh pengakuan Mempunyai
banyak teman
Kasih sayang
dari
Later Life
Tidak menikah Tidak
memiliki pekerjaan
Memiliki pasangan
berumah tangga Bekerja    memiliki
penghasilan
Conditioning Event
Tertutup,  mudah  marah  dan  curiga,  menarik  diri  dari keluarga dan masyarakat, rendah diri minder.
Ego Alien
Merasa  tertekan,  kesepian, putus  asa,  tidak  berguna,
tidak  memiliki  kebermaknaan hidup
Ego Ideal
Membutuhkan dukungan
keluarga, pasangan
hidup, teman,  pekerjaan  dan  diakui
masyarkat
Precipitating I : Permasalahan dengan teman kerja dan atasan  yang
otoriter
Precipitating II : Tidak mempunyai pekerjaan dan tekanan keluarga
Precipitating III : Masalah percintaan putus cinta
Precipitating IV : Tidak taat minum obat dan tekanan keluarga
Precipitating V : Kematian ayahnya
Gejala Positif Skizofrenia
- Halusinasi auditorik dan visual
- Berteriak-teriak
- Marah-marah
- Berperilaku agresif
- Memaki-maki orang lain
Gejala Negatif Skizofrenia
- Pencuriga
- Menarik diri dari lingkungan
- Susah diajak berbicara
- Mengurung diri
- Sering melamun
Paradigma  psikopatologis  merupakan  ringkasan  perjalanan  penyakit skizofrenia  ditinjau  dari  sisi  psikologis  pasien.  Paradigma  psikopatologis
memberikan  gambaran  mengenai  mekanisme  terjadinya  skizofrenia  dan  dampak skizofrenia pada diri pasein.
Dinamika  pemulihan  KM  dengan  menggunakan  Terapi  Holistik  yaitu bahwa  Terapi  Holistik  menangani  faktor-faktor  pencetus  atau  mekanisme
terjadinya  skizofrenia,  dampak-dampak  skizofrenia  pada  aspek  kehidupan  pasien dan  faktor-faktor  prediktif  yang  berkaitan  dengan  prognosis  skizofrenia.    Lebih
lanjut, uraian mengenai dinamika pemulihan KM dijelaskan sebagai berikut:
b Faktor-faktor pencetus  atau mekanisme terjadinya skizofrenia pada KM.
Permasalahan  psikososial  dan  ketidaktaatan  minum  obat  menjadi  faktor pencetus  kemunculan  dan  kekambuhan  kembali  penyakit  skizofrenia  pada  KM.
Permasalahan  psikososial  tersebut  meliputi  permasalahan  yang  berkaitan  dengan pekerjaan, tekanan keluarga, percintaan, dan kematian ayah.
Terapi  Holistik  menganalisis  mekanisme  terjadinya  skizofrenia  dan digunakan  untuk  menangani  hal-hal  yang  menjadi  faktor
–faktor  pencetus skizofrenia  pada  KM  sehingga  dengan  demikian  akar  permasalahan  dapat  diatasi
dan diperbaiki. 1.
Terapi Medis Terapi  medis  berupa  obat-obatan  yang  diberikan
kepada  KM
mengurangi atau  menghilangkan  gejala  positif  dan  gejala  negatif  skizofenia  yang  yang
disebabkan oleh faktor organobiologik berkaitan dengan gangguan pada susunan
syaraf  pusat  otak  sehingga  menyebabkan  munculnya  perilaku  agresif  dari pasien.
.  .  .  kalau  minum  obat  suara-suara  seperti  halusinasi  itu  hilang, terus  gampang  buat  tidur  hawanya  itu  rasa-rasanya  kaya  ngantuk,
terus  nanti  bangun-bangun  rasanya  enak  badanya  seger  D2- W21:190613.
Lebih  lanjut,  menumbuhkan  kesadaran  dan  pemahaman  terhadap
pentingnya obat bagi skizofrenia merupakan tujuan utama dari terapi medis, jenis- jenis  kegiatan  dalam  terapi  medis  mempunyai  sasaran  utama  yaitu  munculnya
kesadaran  minum  obat.  Obat-obatan  bagi  penderita  skizofrenia  merupakan  hal utama  yang  tidak  boleh  ditinggalkan.  Pengkonsumsian  obat  dalam  waktu  lama
menimbulkan kejenuhan dalam diri KM. Terapi Holistik yang berupa terapi medis menumbuhkan kesadaran pada KM terhadap pentingnya dan keharusan skizofrenia
dalam  mengkonsumsi  obat  sehingga  memunculkan  perilaku  ketaatan  minum  obat yang berasal dari dalam diri KM ada atau tanpa intervensi dari pihak luar:
. . . Kalau obat nya dibuang-buang yang merasakan sakit ya kamu sendiri  to.  .  .  D1-W5:070513.  Minum  obat  itu  ya  ada  kesadaran
harus  minum  obat  teratur  itu  muncul  dari  dalam  hati  jadi  tanpa disuruh  gitu  ya  langsung  tau  waktunya  minum  obat  D1-
W33:070513.  ya  kita  jadi  mengerti  diri  kita  sendiri  jadi  tau penyakitnya,  kalau  kita  tau  penyakitnya  kan  kita  bisa
menyembuhkannya  mbak,  kalau  marah  bisa  mengendalikan  diri D1-W35:070513.
2. Terapi Rohani
Terapi rohani menyentuh aspek psikologis pasien yaitu aspek psikoreligius dengan  memberikan  effek  psikologis  berupa  ketenangan  dan  kepasrahan  kepada
Tuhan  sehingga  KM  lebih  kuat  dalam  menghadapi  dan  mengatasi  setiap permasalahan-permasalahan  hidupnya.  Terapi  rohani  membantu  KM  mengatasi
stressor-stressor  psikososial  dengan  memunculkan  kekuatan  dalam  dirinya melalui kepasrahan kepada Tuhan:
.  .  .  ibadah,  pendalaman  alkitab,  firman  Tuhan  jadi  ada pengharapan  untuk  sembuh,  aku  tuh  bisa  sembuh  kalau  aku
berserah kepada Tuhan sebagai sumber kekuatan soalnya kan tidak ada  yang  mustahil  bagi  Tuhan.  .  .    D1-W15:070513.  Ibadah  itu
mbak,  firman  Tuhan.  Solanya  ceritanya  itu  menggambarkan permasalahan  sehari-hari  terus  bagaimana  meminta  prtolongan
kepada  Tuhan,  memberikan  ketenangan,  menguatkan,  terus mendapat hikmat-hikmat yang kadang kalau direnungkan ada ayat-
ayat yang sesuai dengan kita gitu D2-W15:190613.
3. Terapi Sosial
Terapi  sosial  mengatasi  akar  permasalahan  KM  yang  berkaitan  dengan hubungan sosialnya. Terapi sosial berupa pelatihan ketrampilan kerja mengajarkan
KM  untuk  memiliki  ketrampilan  yang  bisa  dikembangkan  sebagai  mata pencaharian pasca perawataan dari GPSY, sehingga KM memiliki pekerjaan yang
dapat menjadi sumber penghasilan. Hal ini mengatasi permasalahan kekambuhan KM yang berkaitan dengan masalah pekerjaan, yaitu pengangguran yang menjadi
salah satu penyebab kekambuhan KM. Pemberian  ketrampilan-ketrampilan  membuat  pasien  memperoleh
pengetahuan  baru,  sehingga  pasien  memiliki  kemampuan  dalam  menghasilkan produk yang bernilai ekonomis apabila dipasarkan dalam masyarakat. Pernyataan
tersebut diungkapkan oleh KM sebagai berikut: dapet  pengetahuan  yang  sebelumnya  nggak  pernah  dilakukan
mbak,  diajari  bikin  apa  gitu  yang  aku  belum  bisa  pokoknya  kaya diajarkan  berwirausaha  dengan  punya  ketrampilan-ketrampilan
kita nanti bisa dapat uang D2-W25:190613.
4. Home Visit dan Konseling Keluarga
Home visit dan konseling keluarga merupakan bagian dari Terapi Holistik yang  memegang  peranan  penting  dalam  keberhasilan  keberlanjutan  perawatan
pasien  pasca  perawatan.  Interaksi  di  dalam  keluarga  KM  tidak  terjalin  dengan baik. Hubungan KM dengan kakak dan ibunya kurang begitu baik. Ibu KM sibuk
bekerja  dan  tidak  mempunyai  waktu  untuk  memperhatikan  KM,  sepulang  kerja dalam  kondisi  capek  ibu  KM  seringkali  memarahi  KM  dengan  berbagai  alasan.
Kakak  KM  bersifat  keras  dalam  mendidik  KM,  tidak  jarang  kakak  KM memberikan  pukulan  kepada  KM  apabila  KM  mulai  menunjukan  perilakunya
yang  aneh.  Prestasi  KM  semasa  sekolah  yang  kurang  begitu  baik  membuat  ibu KM seringkali membanding-bandingkan dengan kemampuan saudara-saudaranya.
Hal  ini  diperkuat  dengan  hasil  tes  grafis  yang  menyatakan  bahwa  KM  memiliki kecenderungan untuk lari dan menghindar dari keluarga.
Tekanan  dalam  keluarga  merupakan  salah  satu  faktor  yang  paling berpengaruh besar terhadap kekambuhan KM. Home visit dan konseling keluarga
yang  diberikan  kepada  keluarga  KM  memberikan  perubahan  pada  pola interaksi dalam  keluarga  khususnya  perubahan  sikap  keluarga  kepada  KM.  Perubahan
sikap keluarga terutama ibu KM setelah dilakukan konseling keluarga adalah DY menjadi lebih sabar dan pengertian dalam menghadapi KM:
Ada  mbak,  sangat  bermanfaat  karena  keluarga  ini  kan  bukan  dari kalangan  orang  berpendidikan  jadi  ya  tidak  mempunyai
pengetahuan-pengetahuan  tentang  skizofrenia,  dengan  adanya kunjungan  jadi  tau  E1-W12:300613.Ya  jadi  sabar  aja  lah  mbak,
menerima  keadaanya  dia  ya  istilahnya  sing  waras  ngalah.  Ya memang dia sakit begitu tidak bisa disalahkan sapa juga yang mau
seperti  dia  mbak.  Keluarga  lebih  pengertian  dan  memperhatikan dia ajalah. E1-W14:300613.
Home  Visit  dan  konseling  keluarga  berdampak  pada  perubahan  perilaku
keluarga.  Perubahan  sikap  keluarga  yang  semula  cenderung  keras  dan  menekan menurut KM sudah mengalami perubahan, DY menjadi lebih perhatian dan sabar
dalam menghadapi KM: Sering  mbak,  kalau lama  nggak  jenguk  nanti  ditelponin  sama  kak
Ngisty. Ya apalah ibu sekarang lebih halus sama aku ngomongnya itu lebih sabar. hehehehe  D1-W38:070513.
c Dampak Skizofrenia pada KM
Skizofrenia  memberikan  dampak  pada  seluruh  aspek  kehidupan  KM. Dampak dari skizofrenia pada penderitanya meliputi aspek fisik, psikis dan sosial.
Terapi  Holistik  yang  terdiri  dari  berbagai  jenis  terapi  menangani  dampak  dari skizofrenia pada KM secara holistik meliputi aspek fisik, psikis dan sosial.
1. Dampak Skizofrenia pada aspek Fisik dampak secara organobiologik
Dampak  skizofrenia  pada  aspek  fisik  adalah  dampak  langsung  dari kemunculan  skizofrenia  secara  organobiologik  yang  meliputi  munculnya  gejala
positif  dan  negatif  skizofrenia  yang  berakibat  pada  terganggunya  fungsi  kognitif, afektif  dan  psikomotor  KM.  Gejala  positif  KM  meliputi;  halusinasi  auditorik  dan
visual, berteriak-teriak, marah-marah, berperilaku agresif, dan memaki-maki orang lain  sedangkan  gejala  negatif  KM  meliputi;  pencuriga,  menarik  diri  dari
lingkungan, mengurung diri, dan sering melamun. Terapi  Holistik  melalui  pemberian  obat-obatan  membantu  menghilangkan
gejala-gejala  positif  dan  negatif  skizofrenia  yang  juga  berarti  membantu
memulihkan  fungsi  kognitif,  afektif  dan  psikomotor  yang  terganggu  fungsinya akibat dari kemunculan gejala-gejala positif negatif skizofrenia:
Ya  apa  ya  namanya,  kalau  minum  obat  suara-suara  seperti halusinasi  itu  hilang,  terus  gampang  buat  tidur  hawanya  itu  rasa-
rasanya  kaya  ngantuk,  terus  nanti  bangun-bangun  rasanya  enak badanya seger, nggak gelisah lagi. D2-W21:190613.
Lebih  lanjut,  beberapa  kegiatan  dalam  terapi  rohani  dan  sosial  juga
berperan  serta  dalam  memperbaiki  fungsi  kognitif,  afektif  dan  psikomotor  KM. Hal  ini  diungkapkan  KM  bahwa  terapi  musik  adalah  salah  satu  kegiatan  yang
melatih  konsetrasi  dan  perhatian  kognitif,  pengendalian  emosi  afektif  dan koordinasi gerakan psikomotor:
. . . kalau angklung itu harus kompak trus konsentrasinya itu harus bener-bener  diperhatikan,  soalnya  kalau  salah  yang  gerak-gerakin
pas  bukan  giliranya  nanti  semuanya  jadi  ikut  salah  D2-W17:19- 613. Diskusi ya, itu pusing he mbak soalnya berfikir apalagi harus
berpendapat gitu to trus nggak boleh sama. Harus memperhatikan banget, kadang pendapat aku itu udah diomongkan orang lain jadi
harus  cari  lagi  padahal  udah  mikir  susah-susah.  Hehehe  D2- W24:190613.
2. Dampak Skizofrenia pada aspek psikis
Dampak  skizofrenia  secara  psikis  yaitu  terlihat  pada  gambaran  ego  alien KM  yang  meliputi  perasaan  kesepian,  putus  asa,  tertekan,  tidak  berguna,  rendah
diri  dan  tidak  memiliki  kebermaknaan  hidup.  Terapi  Holistik  dalam  melakukan pemulihan  psikis  adalah  membantu  KM  dalam mewujudkan  dan  membentuk ego
alien dalam diri KM menjadi ego ideal. Terapi Rohani
Terapi  Rohani  menyentuh  aspek  psikis  KM  dengan  menciptakan  self suggestion  yaitu  adanya  kekuatan  didalam  diri  KM  berupa  pengharapan,
kepasrahan  dan  ketenangan  jiwa  yang  menjadi  motivasi  bagi  KM  untuk  tidak berputus asa dalam menghadapi penyakitnya:
ada  ibadah,  pendalaman  alkitab,  firman  Tuhan  jadi  ada pengharapan  untuk  sembuh,  aku  tuh  bisa  sembuh  kalau  aku
berserah kepada Tuhan sebagai sumber kekuatan soalnya kan tidak ada  yang  mustahil  bagi  Tuhan  D1-W15:070513.  Paling  seneng
ibadah  itu  mbak,  firman  Tuhan.  Soalanya  ceritanya  itu menggambarkan  permasalahan  sehari-hari  terus  bagaimana
meminta  prtolongan  kepada  Tuhan,  memberikan  ketenangan, menguatkan,  terus  mendapat  hikmat-hikmat  yang  kadang  kalau
direnungkan  ada  ayat-ayat  yang  sesuai  dengan  kita  gitu  D2- W15:190613.
Pola interaksi Home Care Pola Interaksi Home Care menyentuh sebagian besar aspek psikologis KM
yaitu  menumbuhkan  kebermaknaan  hidup  pada  KM  dan  saling  menguatkan  satu sama  lain  di  dalam  setiap  keputusasaan.  Terjalinnya  rasa  saling  menyayangi
menjadi  suatu  semangat  dalam  diri  KM  dalam  menghadapi  penyakitnya  bahwa skizofrenia bukanlah sosok yang harus dijauhi dan diasingkan dalam pergaulan:
.  .  .  jangan  malu  sakit  kaya  gini,  kamu  itu  ga  memalukan  kok, harus  taat  minum  obat  biar  sembuh  soalnya  banyak  sayang  sama
saya, nanti kalau saya kambuh mereka semua jadi khawatir apalagi ibu  saya,  nanti  saya  ga  bisa  bantuin  lagi.  .  .  D1-W20:070513.
mentornya baik mbak, perhatian, suka nyapa, ngasih jajan, sayang mbak  D1-W31:070513..  .  .  nyaman,  saling  menguatkan  mbak
kalau disini, saling mendukung buat sembuh D1-W36:070513. Semua  kegiatan  terapi  yang  dilakukan  disini  itu  menambah
semangat  hidup,  merasa  seperti  keluarga  sendiri,  saling menyayangi D1-W37:070513.
3. Dampak Skizofrenia pada aspek sosial
Skizofrenia  memberikan  dampak  yang  besar  pada  terganggunya  fungsi sosial  pada  penderitanya  atau  bisa  digambarkan  bahwa  secara  sosial  penderita
skizofrenia mengalami hendaya perihal interaksi dengan orang lain yang berimbas
pada  terganggunya  kehidupan  sosial  nya.  Hasil  tes  grafis  menunjukan  gambaran bahwa  KM  mengalami  permasalahan  dalam  hubungannya  dengan  lingkungan
sosial  sehingga  subyek  memiliki  kecenderungan  untuk  menarik  diri  dari lingkungan sosial atau bahkan lari dan menghindari kontak sosial terutama dengan
keluarga. Terapi  sosial  yang  berupa  pembiasaan-pembiasaan  dan  pemberian
ketrampilan-ketrampilan  yang  berkaitan  dengan  aspek  sosial  pasien  terutama dalam hal interaksi sosial menumbuhkan rasa kepercayaan diri pada KM sehingga
KM lebih siap dalam menghadapi dan berbaur dengan lingkungannya: Ehmmm  ya  merasa  lebih  PD  aja  mbak,  aku  itu  dulu  pemalu
beneran  loh  mbak,  rasanya  kaya  minder.  Pas  pertama-tama  disini disuruh apa itu namanya kaya menampilkan nyanyi sama gerakan
aku  takut  banget  he,  mau  nangis  soalnya  grogi.  Hehehe  D2- W22:190613.Sudah  menjadi  kebiasaan  jadi  ya  udah  terbiasa
tampil, yang penting percaya diri duluD2-W23:190613. Bagian  lain  dari  terapi  sosial  yang  berupa  pemberian  ketrampilan  kerja
mengajarkan  KM  untuk  memiliki  ketrampilan  yang  bisa  digunakan  sebagai sumber  penghasilan  KM  apabila  ketrampilan  tersebut  dikembangkan  di  dalam
masyarakat  sehingga  dapat  pekerjaan  yang  memiliki  nilai  ekonomi.  Hal  ini akan mengatasi  dampak  skizofrenia  KM  yang  berkaitan  dengan  ketidakberfungsian
secara ekonomi di dalam masyarakat: Ya berguna, apa itu namanya jadi kalau sudah keluar dari sini bisa
lebih  dikembangkan  ketrampilannya  pas  pulang  nanti  kaya  bisa meproduksi  sendiri  buat  wirausaha  kaya  lele  crispy  nanti  bisa
didagangkan  ke  warga-warga,  kaya  buat  dijadiin  lapangan pekerjaan sendiri D2-W26:190613.
Terapi  sosial  melalui  kegiatan  kelompok  yang  membutuhkan  koordinasi
dan kerjasama di antara anggotanya membuat KM menjadi lebih mudah membuka
diri  dan  bergaul  dengan  orang  lain  sehingga  KM  tidak  lagi  menjadi  pribadi  yang pemalu  dan  cenderung  menarik  diri  dari  lingkungan  .  .  .
“bisa  mengendalikan marah. punya banyak teman, dulunya pemalu. Hehe. Semakin hari semakin baik,
kaya ada pemulihan dalam diri aku “D2-W19:190613.
c  Gambaran Prognosis KM
Terapi  Holistik  dalam  penanganannya  juga  melihat  faktor-faktor  atau  hal- hal  yang  menyebabkan  prognosis  “buruk”  yang  bukan  berasal  atau  disebabkan
oleh  faktor organobiologik  non organobiologik  pada pasien untuk selanjutnya bisa  diatasi  atau  diminimalkan  resikonya.  Prognosis  tersebut  merupakan  prediksi
awal  pada  saat  pasien  baru  memasuki  GPSY  yang  diperoleh  dari  keluarga  dan tempat perawatan pasien sebelumnya.
Gambaran  prognosis  atau  kemungkinan  kekambuhan  pasca  perawatan terlihat pada tabel 4.9. Faktor-faktor atau kondisi-kondisi non organobiologik yang
memiliki pro gnosis “buruk” pada KM meliputi stressor  psikososial dan ekonomi,
dukungan keluarga, respon terhadap pengobatan, ekonomi keluarga, motivasi kerja dan penampilan dan pekerjaan.
1. Terapi Medis
Terapi  Holistik  yang  berupa  terapi  medis  menumbuhkan  kesadaran  pada KM  terhadap  pentingnya  dan  keharusan  skizofrenia  dalam  mengkonsumsi  obat
sehingga memunculkan perilaku ketaatan minum obat yang berasal dari dalam diri KM  ada  atau  tanpa  intervensi  dari  pihak  luar.  Ketaatan  minum  obat  yang
didasarkan  atas  kesadaran  diri  sendiri  membuat  KM  mampu  menjaga  kesehatan
diri sendiri melalui obat-obatan, sehingga kekambuhan yang disebabkan buruknya respon pengobatan dapat dihindari:
. . . Kalau obat nya dibuang-buang yang merasakan sakit ya kamu sendiri  to.  .  .  D1-W5:070513.  Minum  obat  itu  ya  ada  kesadaran
harus  minum  obat  teratur  itu  muncul  dari  dalam  hati  jadi  tanpa disuruh  gitu  ya  langsung  tau  waktunya  minum  obat  D1-
W33:070513.  ya  kita  jadi  mengerti  diri  kita  sendiri  jadi  tau penyakitnya,  kalau  kita  tau  penyakitnya  kan  kita  bisa
menyembuhkannya  mbak,  kalau  marah  bisa  mengendalikan  diri D1-W35:070513.
Lebih Lanjut, Terapi Holistik melalui terapi medis memberikan kesadaran
terhadap perawatan kebersihan diri dan lingkungan sehingga prognosis KM  yang berkaitan dengan perawatan diri dapat tertangani. Hasil observasi yang dilakukan
peneliti  terhadap  KM  selama  kurun  waktu  3  bulan  menunjukan  bahwa  perilaku perawatan diri KM sudah baik. KM merupakan pasien yang rajin perihal menjaga
kebersihan  dan  kerapian  diri  beserta  lingkungannya.  Hal  ini  ditunjukan  dengan kesadaran  dan  keterlibatan  secara  aktif  KM  dalam  melakukan  aktivitas-aktivitas
keseharian  yang  berhubungan  dengan  kebersihan  dan  kerapian  diri  beserta lingkungan.  Penampilan  KM  juga  selalu  terlihat  rapi  dan  bersih  pada  saat
mengikuti kegiatan terapi dan dalam kesehariannya Catatan lapangan no.6. 2.
Terapi Sosial Prognosis  yang  berkaitan  dengan  permasalahan  ekonomi  dan  motivasi
kerja  dilakukan  dalam  bentuk  terapi  sosial  yaitu  dengan  terapi  kerja,  terapi  kerja yang  diberikan  kepada  KM  yang  berupa  pemberian  ketrampilan-ketrampilan
berwirausaha  sehingga  ketrampilan  tersebut  dapat  digunakan  sebagai  pekerjaan KM  setelah  keluar  dari  GPSY  dan  menghasilkan  nilai  ekonomi  yang  berguna
untuk menunjang kehidupan KM dengan lebih baik:
kalau  saya  sudah  sembuh  mau  disuruh  buka  warung  untuk  usaha mbak, ya daripada pengangguran. Hehehe D1-W20:070513.
dapet  pengetahuan  yang  sebelumnya  nggak  pernah  dilakukan mbak,  diajari  bikin  apa  gitu  yang  aku  belum  bisa  pokoknya  kaya
diajarkan  berwirausaha  dengan  punya  ketrampilan-ketrampilan kita  nanti  bisa  dapat  uang  D2-W25:190613.Ya  berguna,  apa  itu
namanya jadi kalau sudah keluar dari sini bisa lebih dikembangkan ketrampilannya pas pulang nanti kaya bisa meproduksi sendiri buat
wirausaha kaya lele crispy nanti bisa didagangkan ke warga-warga, kaya buat dijadiin lapangan pekerjaan sendiri D2-W26:190613.
Pernyataan tentang pelatihan ketrampilan untuk menunjang faktor ekonomi
pasien  yang  biasanya  menjadi  prognosis  yang  “buruk”  baik  pasien  juga diungkapkan oleh NN sebagai berikut:
Setelah  pulang  dari  Siloam  mereka  mempunyai  tanggung  jawab yang  besar  loh  kak  untuk  dapat  berfungsi  dan  berkarya  di  dalam
masyarakat. Ketrampilan-ketrampilan
dalam terapi
kerja dipersipakan untuk membekali pasien ketika sudah berada di luar,
sehingga  pasien  itu  mempunyai  suatu  ketrampilan  yang  berguna untuk  menunjang  kehidupannya,  pasien    mempunyai  pekerjaan
dengan  ketrampilan  yang  diajarkan  disini  seperti  misalnya membuat  usaha  kerupuk  lele  kemudian  dipasarkan  hasilnya  bisa
digunakan  untuk  meningkatkan  perekonomian,  selain  itu  juga dengan  memiliki  kemampuan  pasien  merasa  berguna  ini  loh  aku
bisa menghasilkan uang sendiri A1-W25:080513.
3. Home Visit dan Konseling Keluarga
Prognosis  “buruk”  KM  selanjutnya  adalah  dukungan  keluarga.  Keluarga yang cenderung memberikan tekanan kepada KM merupakan stressor paling besar
yang  memicu  kekambuhan  KM  pasca  perawatan,  sebab  keluarga  memiliki  peran yang  penting  dalam  perawatan  pasien  pasca  keluar  dari  GPSY.  Terapi  Holistik
melalui  home  visit  dan  konseling  keluarga  memperbaiki  pola  hubungan  dan  cara pandang keluarga terhadap KM yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku
keluarga terhadap KM.
Perilaku-perilaku  keluarga  di  masa  lampau  yang  berpotensi  menimbulkan kekambuhan  kembali  tersebut  diarahkan  untuk  dilakukan  perubahan  sehingga
terbentuklah  perilaku  baru  di  dalam  keluarga  yang  lebih  “baik”  sehingga mendukung pemulihan KM:
Ya  kalau  KM  sudah  pulang,  dijaga  dirawat  sebisa  mungkin  mbak sesuai perintah yang diberikan Siloam supaya tidak terjadi hal yang
tidak  diinginkan  E1-W15:300613.Pengertian  ya  sabar  menerima kondisi  KM,  jangan  terlalu  memakasakan  keinginan-keinginan
keluarga  yang  KM  paksa  lakukan,  hmm  ya  menyayangi  dan memperhatikan  sama  itu  mba  mengawasi  apa  ya  maksudnya
membimbing seperti mengarahkan lah untuk masa depan KM trus juga sehari-harinya itulah E1-W16:300613.
Kesimpulan mengenai gambaran dinamika pemulihan KM melalui Terapi
Holistik  yaitu  bahwa  Terapi  Holistik  menangani  Skizofrenia  dengan  menyentuh seluruh aspek kehidupan KM meliputi aspek  fisik, psikis dan sosial yang dilihat
dari berbagai sudut pandang secara komprehensif meliputi mekanisme terjadinya skizofrenia  pada  KM,  dampak  skizofrenia  pada  KM  dan  prognosis  KM.  Uraian
mengenai  keseluruhan  penjelasan  mengenai  dinamika  pemulihan  KM  melalui Terapi Holistik diringkas melalui tabel berikut:
Tabel 4.10 Dinamika Pemulihan KM
NO Terapi Holistik
Mekanisme Terjadinya
Skizofrenia Dampak Skizofrenia
Prognosis
1. Terapi Medis
-Menangani faktor
organoniologik berupa gejala
positif dan
gejala negatif
skizofrenia. -Menumbuhkan
kesadaran minum
obat. -Mengurangi
dampak skizofrenia  secara  fisik
organobiologik  berupa kemunculan
gejala positif
dan negatif
skizofrenia yang
menyebabkan terganggunya
fungsi kognitif,
afektif dan
psikomotor. -Memunculkan
respon positif
terhadap pengobatan  dengan
menumbuhkan kesadaran
tentang pentingnya
pengobatan bagi
skizofrenia. -Membiasakan
perilaku  perawatan diri
2. Terapi Rohani
-Meningkatkan resiliensi
skizofrenia melalui
pendekatan agama.
-Mengatasi dampak
skizofrenia  secara  psikis dengan  menciptakan  self
suggestion yang
berfungsi sebagai
kekuatan dalam
menghadapi penyakit
skizorfenia. -Kemampuan
menghadapi stressor  psikososial
pasca perawatan
yaitu dengan
meningkatan resiliensi
dan kemampuan  dalam
melakukan self
suggestion. 3.
Terapi Sosial -Memberikan
ketrampilan dan
pelatihan berwirausaha
yang bisa
digunakan sebagai
lapangan pekerjaan.
-Mengatasi dampak
skizofrenia  pada  aspek sosial
yaitu melatih
kemampuan interaksi
sosial. -Mengatasi
ketidakberfungsian sosial yang  disebabkan  faktor
pekerjaan menganggur -Meningkatkan
kepercayaan diri. -Mengatasi
permasalahan ekonomi
dengan memberikan
ketrampilan berwirausaha.
-Menumbuhkan motivasi kerja.
4. Home Care
- Mengatasi
dampak skizofrenia  pada  aspek
psikis yaitu
dengan menumbuhkan
kebermaknaan hidup
dalam diri KM. -
5. Home  Visit  dan
Konseling Keluarga
Memperbaiki pola
hubungan  di  dalam keluarga yang menjadi
pemicu terjadinya
kekambuhan pada KM sehingga
dapat diperoleh
pola interaksi  baru  yang
“sehat”  di  dalam keluarga.
- Kesadaran  keluarga
dalam pemberian
dukungan kepada
KM  dan  terjadinya perubahan  perilaku
keluarga terhadap
KM  kearah  yang positif.
4.4.2.7.2 Dinamika pemulihan Mantan Pasien AD
1 Paradigma Psikopatologis AD
Skizofrenia Paranoid
Bagan 4.5 Paradigma Psikopatologis AD
Childhood
Kurang mendapat
perhatian orang tua Tidak mempunyai teman
Perhatian dari orang tua Mempunyai teman
Adolance
- Konflik keluarga sering terjadi
pertengkaran -
SD, SMP tidak berprestasi -
Didikan ayah yang keras -
Tuntutan ayah terlalu besar -
Kekecewaan terhadap sikap kakak
- Putus cinta
- Masalah pendidikan
- Keluarga Harmonis
- Butuh pengakuan
- Figur ayah yang mengayomi
- Sosok kakak yang bisa menjadi
tauladan bagi adik-adiknya -
Menjalani hubungan dengan lawan jenis
- Pendidikan lancar
Conditioning Event
Kepercayaan  diri  rendah  minder,  tertutup,  menjauh  dari keluarga, menarik diri dari lingkungan, rasa permusuhan dan
kekecewaan.
Ego Alien
Merasa  tertekan,  putus  asa, ketakutan  menhadapi  masa
depan, hidup tidak bermakna
Ego Ideal
Membutuhkan kasih
sayang, dukungan  keluarga,  pasangan
hidup, teman,
kesuksesan pendidikan, dan pengakuan.
Precipitating  I :  Permasalahan  dengan  keluarga  kekecewaan
terhadap kakak
Precipitating II : Ketidaktaatan minum obat
Precipitating  III :  Masalah  percintaan  putus  cinta  dan  masalah
pendidikan
Gejala Positif Skizofrenia
- Halusinasi auditorik
- Waham keagamaan
- Bekotbah-kotbah
- Berteriak-teriak
- Telanjang-telanjang
Gejala Negatif Skizofrenia
- Bingung
- Melamun
- Gelisah
- Sedih dan murung
- Menyendiritidak mau bergaul
Paradigma  psikopatologis  merupakan  ringkasan  perjalanan  penyakit skizofrenia  ditinjau  dari  sisi  psikologis  pasien.  Paradigma  psikopatologis
memberikan  gambaran  mengenai  mekanisme  terjadinya  skizofrenia  dan  dampak skizofrenia pada diri pasein.
Dinamika  pemulihan  AD  dengan  menggunakan  Terapi  Holistik  yaitu bahwa  Terapi  Holistik  menangani  faktor-faktor  pencetus  atau  mekanisme
terjadinya  skizofrenia,  dampak-dampak  skizofrenia  pada  aspek  kehidupan  pasien dan  faktor-faktor  prediktif  yang  berkaitan  dengan  prognosis  skizofrenia.    Lebih
lanjut, uraian mengenai dinamika pemulihan AD dijelaskan sebagai berikut :
a Faktor-faktor pencetus  atau mekanisme terjadinya skizofrenia pada AD
Permasalahan  psikososial  dan  ketidaktaatan  minum  obat  menjadi  faktor pencetus  kemunculan  dan  kekambuhan  kembali  penyakit  skizofrenia  pada  AD.
Permasalahan  psikososial  tersebut  berakar  dari  dalam  keluarga,  termasuk  di dalamnya permasalahan pendidikan dan percintaan yang tidak lepas dari dominasi
keluarga. Terapi  Holistik  menganalisis  mekanisme  terjadinya  skizofrenia  dan
digunakan  untuk  menangani  hal-hal  yang  menjadi  faktor –faktor  pencetus
skizofrenia  pada  KM  sehingga  dengan  demikian  akar  permasalahan  dapat  diatasi dan diperbaiki.
1. Terapi Medis
Terapi  medis  berupa  obat-obatan  yang  diberikan
kepada  AD
mengurangi atau  menghilangkan  gejala  positif  dan  gejala  negatif  skizofenia  yang  yang
disebabkan oleh faktor organobiologik berkaitan dengan gangguan pada susunan
syaraf  pusat  otak  sehingga  menyebabkan  munculnya  perilaku  maladaptif  dari pasien:
masih to mbak, kalau nggak minum obat saya nanti pusing, susah tidur   terus  gelisah,  tapi  sudah  nggak  kaya  dulu  obatnya  sekarang
sedikit tapi harus rajin diminum. F1-W5:160413.Badannya enak, emosi jadi tekontrol tidak mudah marah, kalau nggak minum obat
aku  tuh  rasanya  galau,  liat  orang  kie  bawaannya  curiga  terus.  Ya stabil kalau minum obat F2-W7:290613.
Mekanisme  kemunculan  terjadinya  skizofrenia  pada  AD  salah  satu  nya
perihal  ketidaktaatan  minum  obat.  Pengkonsumsian  obat-obatan  bagi  AD  dalam jangka waktu lama bahkan terus berkelanjutan pasca perawatan merupakan salah
satu  tanggung  jawab  berat  yang  harus  dilakukan  mantan  penderita  skizofrenia. Terapi  Holistik  melalui  terapi  medis  berusaha  mengajarkan  dan  membangun
kesadaran  dalam  diri  AD  mengenai  pentingnya  obat-obatan  bagi  skizofrenia sehingga  AD  memiliki  kesadaran  dari  dalam  hati  tentang  pentingnya  ketaatan
minum obat dan bukan hanya sekedar untuk mematuhi perintah atau hanya ketika ada yang mengawasi:
Beda  mbak,  kalau  dulu  itu  cuma  obat  aja  suruh  minum,  kalau disini  Siloam  itu  dikasih  terapi-terapi  tentang  penjelasaan  obat-
obatan  juga  yang  menurut  aku  itu  berguna  banget  jadi  tahu akibatnya  kalau  tidak  minum  obat  jadi  ya  nggak  perlu  dipaksa
kalau minum obat F1-W47:160413.  Aku sendiri to mbak, nggak ada  yang  nyuruh  lah.  Aku  wis  merasa  kalau  aku  butuh  obat  kok.
Kata  kak  Ngisty  kalau  bukan  aku  sendiri  sapa  lagi  yang  tau keadaan ku F2-W9:290613.
Perubahan  perilaku  AD  terhadap  respon  pengobatan  juga  diperkuat  oleh
pernyataan  SY,  beliau  mengatakan  bahwa  pasca  perawatan  AD  di  GPSY  sudah memiliki kesadaran terhadap pengobatan tanpa mendapat paksaan dari pihak luar:
sejak  Mei  2009  sampai  sekarang  ini  kondisinya  baik  mbak  ya karena  saya  senangnya  itu  AD  sudah  sadar  untuk  minum  obat
nggak harus di uprak-uprak seperti dulu lagi, kalau nanti obat udah mau habis dia tanpa disuruh itu ambil ke Jogja di Siloam. Obatnya
itu kan sekali ambil untuk satu bulan mbak G1-W17:290613.
2. Terapi Rohani
Terapi  rohani  menyentuh  aspek  psikologis  AD  yaitu  memberikan kekuatan  dan  ketenangan  secara  psikis  kepada  AD  dalam  menjalani
kehidupannya.  Kekambuhan  pada  AD  adalah  disebabkan  ketidakmampuan  AD dalam  menghadapi  tekanan-tekanan  atau  permasalahan  psikososial  yang
dialaminya. Terapi rohani mengajarkan kepada AD untuk mampu bertahan dalam situasi  dengan  tingkat  stress  yang  tinggi  melalui  pendekatan  secara  religious
kepada Tuhan. Kedekatan  kepada  Tuhan  akan  memunculkan  suggesti  dalam  diri  AD
bahwa  bersama  Tuhan  ia  mampu  dan  kuat  dalam  melewati  kerasnya  kehidupan sehingga AD mampu bertahan menghadapi setiap permasalahan dan kekhawatiran
hidup serta dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan hati  yang tenang melalui pertolongan Tuhan:
Ya  rasane  menjadi  lebih  tenang,  dekat  dengan  Tuhan,  nggak grusa-grusu  mbak,  lebih  tenang  kalau  menghadapi  permasalahan
F1-W35:160413.  Ya  dulu  kalau  ada  masalah  hawane  pengen ngamuk  mba,  sekarang  ya  lebih  bisa  tenang  menghadapinya,
menyerahkan  semua  kepada  Tuhan.  Lebih  pasrah  lah  mbak,  jare kak Ngisty kan serahkan semua kekhawatiran mu kepada Nya. Nya
itu  Tuhan  mbak  F1-W36:160413.  Banyak  mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, aku menemukan Tuhan disini, lebih
bisa  berserah  sama  masalah  yang  saya  hadapi  mbak  F1- W44:160413.  Ehmm..  aku  lebih  mengenal  Tuhan  secara  pribadi,
jadi aku punya kekuatan yang luar biasa F2-W4:290513.
Terapi  rohani  yang  berisi  kegiatan-kegiatan  kerohanian  juga  menangani waham  keagamaan  dalam  diri  AD  yaitu  melalui  pengalihan  dan  penyaluran
waham  keagamaan  tersebut  dengan  mengikutsertakan  dan  memfasilitasi  AD untuk  terlibat  langsung  dalam  setiap  kegiatan-kegiatan  keagamaan  sehingga  AD
memiliki  tempat  untuk  menyalurkan  “hobi  berkotbah”  nya  kearah  yang  positif. Hal ini diungkapkan oleh AA mentor AD sebagai berikut:
Dia  sangat  antusias  ya  apalagi  untuk  kegiatan  rohani  seperti kegiatan-kegiatan  di  terapi  rohani  B2-W5:290514.  AD  itu  satu
bulan dirawat disini sudah mulai stabil, khotbah-khotbahnya kami arahkan  ke  hal  positif  misalnya  kami  minta  untuk  memimpin
pujian  atau  ibadah,  bagaimana  caranya  supaya  bisa  tersalurkan dengan baik B2-W10:290513.
AD  menyatakan  bahwa  terapi  rohani  yang  diberikan  GPSY  membuatnya mampu menyalurkan kesenangannya terhadap ilmu agama secara lebih postif ke
dalam suatu wadah yang sesuai sehingga sekarang pasca perawatan AD tidak lagi melakukan perilaku-
perilaku “menyimpang” yang berkaitan dengan keagamaan: seneng to mbak, kan aku dapet giliran itu disuruh mimpin doa, apa
disuruh  kasih  ceramah  la  itu  aku  seneng  jadi  bisa  menyampaikan pengetahuan  tentang  agama  ke  orang  lain,  ya  bisa  tersampaikan
kesenanganku untuk menyampaikan firman Tuhan, terus didengar orang  lain  ya  semoga  aja  bisa  bermanfaat  F2-W5:290613.  yo
masih to mbak, tapi sekarang kan kalau khotbah aku digereja, opo jadi pembicara pas PA, persekutuan remaja.  Dadi yo ora khotbah-
khotbah dewe F2-W13:290613. Pernyataan  serupa  juga  diungkapkan  oleh  ibu  AD,  beliau  mengatakan
bahwa  waham  keagamaan  AD  yang  dulu  kerap  kali  mengganggu  dan  menjadi permasalahan,  kini  pasca  perawatan  dengan  terapi  rohani  di  GPSY  ia  dapat
menyalurkan kesenangan tentang pengetahuan agamannya kearah yang positif: Banyak  perubahan  kearah  yang  positif  mbak,  AD  itu  sampai
sekarang  jadi  rajin  pelayanan  di  gereja,  aktif  nderek  kegiatan- kegiatan    gereja  G1-W19:290613.  Ya  sekarang  aktif  dalam
kegiatan  gereja  mbak,  kalau  malam  minggu  itu  PA  pendalaman Alkitab,  terus  aktif  memimpin  kegiatan-kegiatan,  anak-anak
remaja  itu  kalau  males  ikut  kegiatan-kegitan  gereja  itu  AD  yang
nguprak-uprak  mbak.  Dulunya  kan  nggak  gitu,  ke  Gereja  aja malesnya minta ampun itu AD G1-W30:290613.
3. Home Care
Home  Care  melalui  konseling  individu  membantu  mengurangi  beban psikis AD yaitu dengan memberikan kelegaan dan membantu menemukan solusi
terhadap  permasalahan  yang  dihadapi  sehingga  beban  pikiran  AD  menjadi berkurang  dan  mampu  menentukan  langkah  selanjutnya  dalam  mengatasi
permasalahannya: Seneng bisa sharing, karena nyambung jadinya seperti curhat sama
konco dewe lah, terus sering ditanya-tanyain jadi apa ya, ya merasa diperhatikan,  di  gemateni  ehmm  kan  ada  yang  peduli  terus  mau
ngrungoke curhatan kita itu kan seneng mbak F1-W18:160413. setelah  curhat  itu  rasanya  ya  gimana  ya  jelasinnya.hehehe.  Ada
seperti  kelegaan,  beban  dipikiran  berkurang  solanya  kan  dapat masukan-masukan  gitu,  ya  apa  ya  jadi  tau  apa  yang  harus
dilakukan sama masalah kita, nantinya biar tidak salah melangkah gitu  deh,  hehehe  F1-W18:160413.  Ya  kapan  aja  saya  pengen,
sekarang aja kalau kangen ya kesini. Apa kalau galau langsung kak Alfred  kak  Ngisty  help  me  please  please.  hahaha  F1-
W18:160413.
4. Home Visit dan Konseling Keluarga
Permasalahan  di  dalam  keluarga  memberikan  kotribusi  besar  dalam mekanisme  terjadinya  skizofrenia  pada  AD.  Kekambuhan  AD  didominasi  oleh
faktor keluarga yaitu hubungan di dalam keluarga yang tidak terjalin dengan baik antara AD dengan ayahnya.
Didikan  keras  dari  ayahnya  mengharuskan  AD  untuk  mandiri  dan berprestasi seperti ayahnya, sebab AD adalah satu-satunya anak laki-laki sehingga
ayahnya  memberikan  tuntutan  yang  lebih  besar  kepada  AD.  Kondisi  keluarga yang  sering  terjadi  pertengkaran  membuat  AD  tidak  nyaman  berada  dirumah,
pertengkaran  yang  seringkali  terjadi  di  antara  sesama  anggota  keluarga sebenarnya  hanyalah  disebabkan  oleh  permasalahan  kecil  yang  dibesar-besarkan
karena sifat temperamen dari masing-masing anggota keluarga. Home  Visit  dan  konseling  keluarga  yang  dilakukan  kepada  keluarga  AD
memberikan  perubahan  pada  pola  interaksi  di  dalam  keluarga.  AD  menyatakan bahwa hubungan antara AD dengan orang tua nya kini sudah membaik, ayahnya
menunjukan  sikap  lebih  pengertian  kepada  AD  dengan  tidak  lagi  memaksakan kehendak dan marah-marah kepada AD:
ya sekarang lebih percaya sama ortu mbak, lebih bisa terbuka F1- W37:160413.  Ortu  jadi  lebih  sayang  mbak,  dulu  ki  sok  marah-
marah, menyalahkan tanpa sebab saiki lebih pengertian sama anak nya  E1-W38:160413.  Pada  keluarga  itu  ya  dulu  suka  pada
bertengkar  sekarang  udah  nggak,  trus  sikap  nya  bapak  banyak berubah  sekarang  ini  jarang  banget  marah-marah  ya  bisa  tau
kemampuan  anaknya,  wis  apa  ya  tidak  suka  memaksakan kehendak F2-W14:290613
Gambaran mengenai perubahan pola interaksi di dalam keluarga yang kini sudah  membaik  setelah  dilakukan  home  visit  dan  konseling  keluarga  juga
diungkapkan  oleh  ibu  AD  yaitu  SY.  Perubahan  dalam  keluarga  adalah  bahwa keluarga  lebih  memahami  AD  sebagai  orang  dengan  skizofrenia  dengan  segala
keterbatasannya  sehingga  keluarga  harus  mengetahui  cara  memperlakukan  AD yaitu  dengan  lebih  pengertian  dan  tidak  menuntut  tanggung  jawab  jawab  terlalu
banyak kepada AD: Ya banyak mbak manfaatnya, kan kita jadi tau piye to menghadapi
orang yang sakit seperti AD ini. Dulu bapak nya itu sering marahi AD  gara-garane  AD  itu  kan  orangnya  memang  susah  dinasehati
seringe  ngeyel,  la  terus  dikasih  tau  sama  Bu  Ether  jangan  terlalu sering  lah  memarahi  AD  nanti  malah  AD  kumat  lagi,  karena  AD
ini  kan  sakit  jadi  jangan  terlalu  banyak  mengharap,  istilahnya menuntut  banyak  AD  buat  ini  itu.  Bapaknya  kan  guru  SLB  to
mbak,  dadi  neg  ngandani  kie  dibolan  baleni  la  AD  ga  suka, membatah  lah  dia,  bapak  e  kan  njuk  marah.  Ya  sejak  dikasih
konseling  itu  bapaknya  jadi  kalau  mau  marah  ditahan  mbak,  trus
kalau nasehatin apa kasih perintah itu sekali saja, dadi saya ya sok geli  sendiri  kalau  gitu.hehehe  G1-W23:290613.  AD  ini  kan
nggak  suka  to  mbak  kalau  ada  orang  gemerah  padu.  Itu  harus dijaga bener-bener mbak jangan sampai ada pertengkaran, pokoke
hidup santai jangan ada pertengkaran, neg meh padu nanti nunggu AD  pergi  atau  pas  AD  tidur.hahah,  sampai  kaya    gitu  mbak  G1-
W23:290613.
Penanganan terhadap permasalahan AD yang berkaitan dengan pendidikan dilakukan melalui home visit dan konseling keluarga antara pihak mentor dengan
AD  dan  keluarga  sehingga  melalui  proses  konseling  ini  dapat  diperoleh  solusi terbaik bagi masa depan AD:
Iya, kami lakukan kunjungan ke kekeluarga dan mendapat keluhan dari keluarga kalau AD ini ingin sekolah karena dia merasa minder
dan  malu  terhadap  teman-temannya  karena  dia  selama  sakit kantidak  sempat  ujian  nasional,  kemudian  kami  juga  bantu
keluarga dan AD dalam mencarikan paket C terus kami juga bantu mencarikan  kuliah  buat  AD,  kami  bekerjasama  dengan  keluarga
untuk  bagaimana  supaya  AD  bisa  pulih  B2-W8:290513.  Kami meminta keluarga untuk lebih bisa men-support AD karena obsesi
untuk  kuliahnya  itu  sangat  tinggi,  sehingga  sebisa  mungkin  ya keluarga  mendukung  apa  yang  menjadi  pilihan  AD  mengenai
masalah jurusan ataupun universitas sebab semua itu kan AD yang menjalani  sehingga  jangan  selalu  dipaksa  menuruti  pilihan  orang
tua B2-W8:290513. Home  visit  dan  konseling  keluarga  juga  mengatasi  permasalahan  yang
berkaitan  dengan  pendidikan  AD,  mentor  AD  terjun  langsung  dalam  mengurus dan menyelesaikan permasalahan pendidikan AD sehingga AD dapat memperoleh
pendidikan  yang  baik  dan  sesuai  dengan  keinginannya  sampai  ke  jenjang perkuliahan:
Ya  kak  Alfred  itu  membantu  sekali  mbak  kalau  masalah  sekolah, itu pas aku nggak lulus SMA kan galau banget lah la setelah keluar
dari  Siloam  ya  diuruskan  paket  C,  ya  disemangati  sampai  aku kuliah  kak  Alfred  nyariin  informasi  universitas  yang  ada  jurusan
sing  tak  cari,  nemenin  tes  masuk  ya  sampai  ketrima  terus  kuliah F2-W15:290613.  Aku  kuliah  di  Asmi  Santa  Maria,  ya  ambil
jurusan  public  relation  dulunya  sih  ortu  nggak  mendukung  tapi dibujuk-bujuk  kak  Alfred  ya  akhirnya  dibolehin  lah.  Kalau
kesulitannya  pusing  tugas  e  mbak.  Hahahah  F2:W16:290613. dulu  itu  disuruhnya  ke  theology  sama  ortu,  tapi  aku  tertariknya
sama public relation, . . . F2:W17:290613. Home  visit  dan  konseling  keluarga  telah  berhasil  menyelesaikan
permasalahan  pemicu  kekambuhan  AD  yang  berkaitan  dengan  pendidikan  yang dilakukan antara pihak GPSY dan keluarga sehingga diperoleh suatu kesepakatan
bersama  mengenai  penyelesaian  terbaik  bagi  semua  pihak  untuk  permasalahan yang berkaitan dengan sekolah AD:
Waktu itu juga pak Alfred membantu AD untuk mengurus paket C, mencarikan  sekolahnya  juga  supaya  AD  bisa  sekolah.  Pak  Alfred
itu  mondar  mandir  sana  sini  ya  buat  ngurusi  sekolahnya  AD, pokoknya  dari  menyarankan,  mengarahkan,  sampai  mencarikan
mbak.  Hehehe.  Karena  ini  loh  mbak  kan  dulu  itu  AD  kambuh penyebabnya itu malu sama temene gara-gara tidak kuliah ya terus
pak  Alfred  ikut  membantu  yang  mengurusi  sekolahnya  AD  ya sampai sekarang AD bisa kuliah sampai semester 4 terus sebentar
lagi  selesai  to  mbak  ini  lagi  bikin  tugas  akhir  itu  semuanya diarahkan  dan  dibantu  carikan  sekolahnya  sama  pak  Alfred  yang
juga  sesuai  lah  mbak  sama  keinginannya  yang  AD  sukai  jadi  ya orang  tua  tinggal  mendukung  saja,  pokoknya  demi  kebaikan  kita
dukung,  awalnya  mau  saya  suruh  ke  sekolah  agama  theologi  tapi dia pengennya ke public relation ya sudahlah kita turuti ya sampe
sekarang  puji  Tuhan  berjalan  lancar,  ya  bisa  mengikuti  G1- W24:290613.
b Dampak Skizofrenia pada AD
Skizofrenia  memberikan  dampak  pada  seluruh  aspek  kehidupan  AD. Dampak dari skizofrenia pada penderitanya meliputi aspek fisik, psikis dan sosial.
Terapi  Holistik  yang  terdiri  dari  berbagai  jenis  terapi  menangani  dampak  dari skizofrenia pada AD secara holistik meliputi aspek fisik, psikis dan sosial.
1. Dampak Skizofrenia pada aspek Fisik dampak secara organobiologik
Dampak  skizofrenia  pada  aspek  fisik  adalah  dampak  langsung  dari kemunculan  skizofrenia  secara  organobiologik  yang  meliputi  munculnya  gejala
positif dan negatif skizofrenia yang berakibat pada terganggunya fungsi kognitif,
afektif  dan  psikomotor  AD.Gejala  positif  AD  meliputi;  Halusinasi  auditorik  , waham  keagamaan,  bekotbah-kotbah,  berteriak-teriak,  dan  telanjang-telanjang
sedangkan  gejala  negatif  AD  meliputi:  bingung,  melamun,  gelisah,  sedih  dan
murung, menyendiritidak mau bergaul.
Terapi Holistik melalui pemberian obat-obatan membantu menghilangkan gejala-gejala  positif  dan  negatif  skizofrenia  yang  juga  berarti  membantu
memulihkan  fungsi  kognitif,  afektif  dan  psikomotor  yang  terganggu  fungsinya akibat  dari  kemunculan  gejala-gejala  positif  negatif  skizofrenia  sehingga  AD
dapat menjalani kehidupannya dengan secara optimal:
. . . dulu halusinasinya menganggu banget pas udah minum obat ya suara-suaranya  hilang.  .  .  F1-W27:160413.  Badannya  enak,
emosi jadi tekontrol tidak mudah marah, kalau nggak minum obat aku  tuh  rasanya  galau,  liat  orang  kie  bawaannya  curiga  terus,  ya
stabil  kalau  minum  obat  F2-W7:290613.  masih  terus  jalan obatnya,  kalau  nggak  minum  ya  pusing,  gelisah,  perasaannya
nggak tenang F2-W8290613.
2. Dampak Skizofrenia pada aspek psikis
Dampak  skizofrenia  secara  psikis  yaitu  terlihat  pada  gambaran  ego  alien AD  yang meliputi merasa tertekan, putus asa, ketakutan menhadapi masa depan,
hidup tidak bermakna. Terapi Holistik dalam melakukan pemulihan psikis adalah membantu  AD  dalam  mewujudkan  dan  mengubah  ego  alien  dalam  diri  AD
menjadi ego ideal. Terapi Rohani
Terapi Rohani menyentuh aspek psikis AD  yaitu dengan menciptakan  self suggestion dan meningkatkan resiliensi dalam diri AD sehingga AD memperoleh
ketenanangan dan kekuatan secara batiniah melalui kedekatannya dengan Tuhan.
Hal  ini  memulihkan  kondisi  psikis  AD  yang  selalu  diliputi  kekhawatiran  dan ketakutan  menghadapi  masa  depan  sehingga  dengan  terapi  rohani  AD  mampu
melepaskan  beban  psikis  nya  tersebut  dan  memperoleh  ketenangan  jiwa  serta mampu bertahan dalam menghadapi persoalan hidup:
Ya  rasane  menjadi  lebih  tenang,  dekat  dengan  Tuhan,  nggak grusa-grusu  mbak,  lebih  tenang  kalau  menghadapi  permasalahan
F1-W35:160413.  Ya  dulu  kalau  ada  masalah  hawane  pengen ngamuk  mbak,  sekarang  ya  lebih  bisa  tenang  menghadapinya,
menyerahkan  semua  kepada  Tuhan.  Lebih  pasrah  lah  mba,  jare kak Ngisty kan serahkan semua kekhawatiran mu kepada Nya. Nya
itu  Tuhan  mba  F1-W36:160413.  Kaya  terapi  rohani  itu  kan membuat kita semakin dekat dengan Tuhan kita jadi tenang dalam
menghadapi masalah. . . F1-W48:160413.  Banyak mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, aku menemukan Tuhan disini, lebih
bisa  berserah  sama  masalah  yang  saya  hadapi  mbak  F1- W44:160413.  Ehmm..  aku  lebih  mengenal  Tuhan  secara  pribadi,
jadi aku punya kekuatan yang luar biasa F2-W4:290513.
Home Care Pola  interaksi  Home  Care  yang  diterapkan  di  dalam  model  perawatan
dengan  Terapi  Holistik  menyentuh  aspek  psikis  AD  yaitu  dengan  memulihkan atau  mengembalikan  kebermaknaan  hidup  nya  sebagai  orang  dengan  skizofrenia
sehingga ia tidak merasa sebagai orang yang terbuang. Munculnya kebermaknaan hidup  pada  AD  secara  langsung  akan  mempengaruhi  kesehatan  secara
keseluruhan  pada  aspek  kehidupan  AD  sehingga  ia  mampu  menjalani  hidup dengan lebih optimal:
Kalau disini itu semua nya keluarga mbak, merasa lebih dianggap ya kaya nggak ada jarak antara mentor sama pasiennya merasanya
jadi nyaman nggak disia-sia kan kalau dirumah sakit jiwa itu kaya namanya dipandang sebelah mata orang gila terus dibentak-bentak
apa  diperlakukan  semena-mena,  ya  apa  ya  istilah-istilahnya  itu  di wongkan  apa  ya  dianggap  manusia  ya  itulah  mbak  tidak  seperti
orang  gila  trus  disingkirkan.  Hahaha  F1-W22:160413.  Kalau menyedihkan  enggak  mbak,  saya  malah  seneng  disini  udah  kaya
rumah  sendiri,  soalnya  banyak  temennya  trus  mentor  nya  juga sayang.  Enak  pokoknya  mbak,  coba  aja  deh.hahahaha  F1-
W23:160413.Ya  kaya  rumah  sendiri  gtu  mbak,  kalau  dirumah sakit  kan  kaya  orang  sakit  kalau  disini  malah  orang  sakit  kaya
orang  sehat.  Hahahahha  oyoyo.  Siloam  bagiku  itu  rumah  kedua mbak,  dapet  teman-teman  yang  luar  biasa,  kakak-kakak  mentor
yang  selalu  menguatkan  aku  punya  keluarga  yang  baik.  .  .F1- W43:160413.
3. Dampak Skizofrenia pada aspek sosial
Skizofrenia  memberikan  dampak  yang  besar  pada  terganggunya  fungsi sosial  pada  penderitanya  atau  bisa  digambarkan  bahwa  secara  sosial  penderita
skizofrenia  mengalami  hendaya  perihal  interaksi  dengan  orang  lain  yang berimbas pada terganggunya kehidupan sosial nya.
Hasil  tes  grafis  menunjukan  gambaran  gambaran  umum  yang  diperoleh memberikan  suatu  kesimpulan  bahwa  subyek  mengalami  kebingungan  dalam
menghadapi masa depannya  selain itu subyek kurang mampu dalam beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungnnya terutama keluarganya dikarenakan kondisi
keluarga yang tidak sesuai dengan harapan subyek. Penanganan  dampak  skizofrenia  AD  pada  aspek  sosial  dilakukan  dengan
menggunakan: Terapi Sosial
Terapi  sosial  dengan  berbagai  jenis-jenis  kegiatan  terapi  yang mengajarkan  kemampuan  interaksi  sosial  pada  pasien  baik  interaksi  di  antara
sesama  pasien,  pasien  dengan  mentor  dan  pasien  dengan  masyarakat  melatih pasien  untuk  dapat  berinteraksi  dengan  baik  dan  memiliki  keberanian  untuk
menghadapi  lingkungan.  AD  merasa  lebih  percaya  diri  dan  terbuka  terhadap pergaulan sosial:
Iya  mbak,  tapi  disini  terapi-terapinya  kan  ngajarin  buat  PD,  kaya disuruh  mimpin  acara  gitu  kalau  ngga  PD  ya  ga  bisa  mbak,  jadi
terpaksa harus berani F1-W30:160413. oh ya kalau sekarang saya punya  banyak  teman  mbak,  malah  kalau  ga  ada  teman  saya  itu
kesepian  terus  nyari  teman  kalau  dulu  kan  minderan  mbak  kalau mau bergaul gitu jadi suka menyendiri F1-W33:160413. ya maen
ke  rumah  temen,  kalau  nggak  yo  ke  tetangga  ngajak  nongkrong- nongkrong gitu ikut kegiatan desa, ya kaya gitu lah mbak. Hehehe
F1-W34:160413. ya kalau kaya terapi sosial itu kan mengajarkan untuk  bersosialisasi  jadi  punya  banyak  teman,  nggak  mengurung
diri terus dikamar lah F1-W48:160413. . . membuat aku semakin percaya  diri,  diajari  bersosialisasi  kembali  ke  masyarakat,  ya
walaupun orang stress itu kan kadang susah diterima di masyarakat la  Siloam  itu  mengajarkan  untuk  berani  dan  percaya  diri  buat
bergaul  sama  masyarakat  F2-W10:290613.  pemalu  aku  ini, minderan  karena  aku  merasa  sakit  to.  Sekarang  aku  wis  aktif
kegiatan  gereja  trus  kegiatan  masyarakat  aku  yo  melu.  Ternyata ora seburuk yang dibayangkan F2-W11:290613. Ya ternyata aku
bisa  diterima  masyarakat,  kuncinya  itu  harus  PD  dulu  kan  aku rendah diri, tapi di Siloam diajarkan untuk selalu PD nggak boleh
merasa  rendah  diri  semua  orang  derajat  sama  di  mata  Tuhan  F2- W12:290613.
Perubahan  sikap  AD  yang  lebih  mudah  bergaul  dan  berinteraksi  dengan lingkungan pasca perawatan juga diungkapkan oleh SY ibu AD:
Itu dulunya kalau ada orang  jagongan, kumpul-kumpul apa orang ngobrol-ngobrol diluar itu dia  nggak mau keluar rumah, diem  aja
pokoke dirumah terus.  tapi sekarang ini udah senang  dolan-dolan malah  lali  mulih  barang  mbak.hahah  G1-W29:290613.Ya
sekarang aktif dalam kegiatan gereja mba, kalau malam minggu itu PA pendalaman Alkitab, terus aktif memimpin kegiatan-kegiatan,
anak-anak remaja itu kalau males ikut kegiatan-kegitan  Gereja itu AD yang nguprak-uprak mbak. Dulunya kan nggak gitu, ke Gereja
aja  malesnya  minta  ampun  senenya  dirumah  terus  G1- W30:290613.
Home Visit dan Konseling Keluarga Home  visit  dan  konseling  keluarga  mengatasi  dampak  sosial  yang
berkaitan dengan
sangsi sosial
yang diperoleh
AD dikarenakan
ketidakmampuannya  dalam  menyelesaikan  studi  tidak  lulus  SMA  sebab  AD
harus  menjalani  perawatan.  Hal  ini  akan  membuat  AD  menjadi  minder  karena seringkali  mendapat  cemoohan  dari  masyarakat  karena  latar  belakang  keluarga
AD  yang  berpendidikan  ayah  dan  ibu  AD  berprofesi  sebagai  guru.  Konseling keluarga  yang diberikan pihak GPSY  membantu AD untuk dapat menyelesaikan
pendidikannya yang sempat gagal dan mencari perguruan tinggi untuk kelanjutan studi  AD  sehingga  secara  sosial  AD  tidak  lagi  dipandang  sebelah  mata  oleh
masyarakat dan mampu berbaur di dalam masyakat: Ya  kak  Alfred  itu  membantu  sekali  mbak  kalau  masalah  sekolah,
itu pas aku nggak lulus SMA kan galau banget lah la setelah keluar dari  Siloam  ya  diuruskan  paket  C,  ya  disemangati  sampai  aku
kuliah  kak  Alfred  nyariin  informasi  universitas  yang  ada  jurusan sing  tak  cari,  nemenin  tes  masuk  ya  sampai  ketrima  terus  kuliah
F2-W15:290613.
Pernyataan  senada  juga  diungkapkan  oleh  SY  yang  menyatakan  bahwa permasalahan  pendidikan  menjadi  salah  satu  penyebab  kekambuhan  AD  sebab
AD merasa malu dan tertekan dengan masa depannya  yang dikarekan kegagalan pendidikannya:
waktu  itu  kan  temennya  pada  kuliah  dia  tidak  lulus  SMA  mbak sedangkan  teman-teman  se-geng  nya  itu  kan  pada  lulus,  AD  itu
malu  sama  teman-temannya  kog  nggak  lulus  padahal  bapak  ibu nya guru terus juga sering jadi omongan tetangga juga, slentingan-
slentingan kecil orang-orang itu kan membuat AD terus nggak mau keluar-keluar mbak, malu to G1-W13:290613.
c Gambaran Prognosis AD
Terapi  Holistik  dalam  penanganannya  juga  melihat  faktor-faktor  atau  hal- hal  yang  menyebabkan  progno
sis  “buruk”  yang  bukan  berasal  atau  disebabkan oleh  faktor organobiologik  non organobiologik  pada pasien untuk selanjutnya
bisa  diatasi  atau  diminimalkan  resikonya.  Prognosis  tersebut  merupakan  prediksi
awal  pada  saat  pasien  baru  memasuki  GPSY  yang  diperoleh  dari  keluarga  dan tempat perawatan pasien sebelumnya.
Prognosis  pada  AD  merupakan  gambaran  prognosis  pada  saat  awal  AD menjalani  perawatan  di  GPSY,  untuk  kemudian  akan  dibandingkan  dengan
gambaran kondisi AD pasca perawatan kondisi AD pada saat sekarang. Gambaran prognosis atau kemungkinan kekambuhan pasca perawatan AD
terlihat  pada  tabel  4.10.  Faktor-faktor  atau  kondisi-kondisi  non  organobiologik yang  memiliki  prognosis  “buruk”  pada  AD  meliputi;  stressor    psikososial,
dukungan keluarga, respon terhadap pengobatan, pekerjaan dan penampilan. 1.
Terapi Rohani Terapi  Rohani  menciptakan  self  suggestion  dan  meningkatkan  resiliensi
dalam  diri  AD  sehingga  AD  memperoleh  ketenanangan  dan  kekuatan  secara batiniah  melalui  kedekatannya  dengan  Tuhan  sehingga  mampu  bertahan  dalam
menghadapi persoalan hidup. Hal ini membuat AD lebih kuat secara psikis dalam menerima  setiap  stressor  psikososial  sehingga  kemungkinan  kekambuhan  yang
disebabkan  ketidakmampuan  menghadapi  tekanan  stressor  psikososial  dapat diminimalisirkan.
2. Terapi Medis
Terapi  Holistik  melalui  terapi  medis  berusaha  mengajarkan  dan membangun  kesadaran  dalam  diri  AD  mengenai  pentingnya  obat-obatan  bagi
skizofrenia  sehingga  pasca  perawatan  AD  memiliki  kesadaran  dari  dalam  hati tentang  pentingnya  ketaatan  minum  obat  dan  bukan  hanya  sekedar  untuk
mematuhi perintah atau hanya ketika ada yang mengawasi, sehingga AD memiliki
respon  yang  baik  terhadap  pengobatan.  Respon  yang  baik  terhadap  pengobatan akan  mencegah  resiko  kekambuhan  yang  disebabkan  oleh  ketidaktaatan  minum
obat: Beda  mbak,  kalau  dulu  itu  cuma  obat  aja  suruh  minum,  kalau
disini  Siloam  itu  dikasih  terapi-terapi  tentang  penjelasaan  obat- obatan  juga  yang  menurut  aku  itu  berguna  banget  jadi  tahu
akibatnya  kalau  tidak  minum  obat  jadi  ya  nggak  perlu  dipaksa kalau minum obat F1-W47:160413.  Aku sendiri to mbak, nggak
ada  yang  nyuruh  lah.  Aku  wis  merasa  kalau  aku  butuh  obat  kok. Kata  kak  Ngisty  kalau  bukan  aku  sendiri  sapa  lagi  yang  tau
keadaan ku F2-W9:290613.
Pernyataan senada juga diungkapkan oleh SY yaitu bahwa kesadaran akan pentingnya  pengobatan  terlihat  dari  respon  positif  AD  terhadap  ketaatannya
mengkonsumsi  obat  secara  rutin  yang  ditunjukan  AD  pasca  menjalani  perawaan di GPSY:
sejak  Mei  2009  sampai  sekarang  ini  kondisinya  baik  mbak  ya karena  saya  senengnya  itu  AD  sudah  sadar  untuk  minum  obat
nggak harus di uprak-uprak seperti dulu lagi, kalau nanti obat udah mau habis dia tanpa disuruh itu ambil ke Jogja di Siloam. Obatnya
itu kan sekali ambil untuk satu bulan mbak G1-W17:290613.
Terapi  medis  juga  mengajarkan  kepada  AD  tentang  kesadaran  terhadap kebersihan diri dan lingkungan:
. . . ya dulu itu aku jarang mandi nggak pernah kaya setrika apalagi nyapu,  biasa  cowo  kan  nggak  memperhatikan  penampilan  tapi
disini kalau nggak mandi dapat hukuman, harus piket jadi sekarang lebih rapi lah. Hahaha F1-W27:160413.
Pernyataan  AD  tersebut  juga  diperkuat  dengan  hasil  observasi  yang menunjukan  bahwa  AD  memiliki  penampilan  yang  rapi  terlihat  dari  cara
berpakaian dan kebersihan diri Catatan lapangan n0.7.
3. Home Visit dan Konseling Keluarga
Faktor-faktor selanjutnya yang memiliki prognosis buruk pada AD adalah dukungan  keluarga  dan  pekerjaan.  Penanganan  terhadap  kemungkinan
kekambuhan  yang  dikarenakan  kedua  faktor  tersebut  adalah  melalui  home  visit dan konseling keluarga.
Situasi di dalam keluarga yang terlalu menekan dan memberikan tuntutan terlalu besar kepada AD serta tidak terjalinya kedekatan diantara sesame anggota
keluarga menyebabkan seringnya terjadi pertengkaran.  Home visit dan konseling kelarga  yang  dilakukan  pihak  telah  berhasil  menangani  permasalahan  yang
berkaitan  dengan  kondisi  keluarga  tersebut.  Hal  ini  diungkanpkan  melalui pernyataan  AD  mengenai  gambaran  kondisi  keluarganya  saat  ini  yang  sudah
mengalami banyak perubahan positif: ya sekarang lebih percaya sama ortu mbak, lebih bisa terbuka F1-
W37:160413.  Ortu  jadi  lebih  sayang  mbak,  dulu  ki  sok  marah- marah,  menyalahkan  tanpa  sebab  saiki  lebih  pengertian  sama
anaknya  E1-W38:160413.  Pada  keluarga  itu  ya  dulu  suka  pada bertengkar  sekarang  udah  nggak,  trus  sikap  nya  bapak  banyak
berubah  sekarang  ini  jarang  banget  marah-marah  ya  bisa  tau kemampuan  anaknya,  wis  apa  ya  tidak  suka  memaksakan
kehendak F2-W14:290613
Gambaran mengenai perubahan pola interaksi di dalam keluarga yang kini sudah  membaik  setelah  dilakukan  home  visit  dan  konseling  keluarga  juga
diungkapkan  oleh  ibu  AD  yaitu  SY.  Perubahan  dalam  keluarga  adalah  bahwa keluarga  lebih  memahami  AD  sebagai  orang  dengan  skizofrenia  dengan  segala
keterbatasannya  sehingga  keluarga  harus  mengetahui  cara  memperlakukan  AD yaitu  dengan  lebih  pengertian  dan  tidak  menuntut  tanggung  jawab  jawab  terlalu
banyak kepada AD: . . .ya  sejak dikasih konseling itu bapaknya jadi kalau mau marah
ditahan  mbak,  trus  kalau  nasehatin  apa  kasih  perintah  itu  sekali
saja,  dadi  saya  ya  sok  geli  sendiri  kalau  gitu.hehehe  G1- W23:290613.  AD  ini  kan  nggak  suka  to  mbak  kalau  ada  orang
gemerah  padu.  Itu  harus  dijaga  bener-bener  mbak  jangan  sampai ada  pertengkaran,  pokoke  hidup  santai  jangan  ada  pertengkaran,
neg  meh  padunanti  nunggu  AD  pergi  atau  pas  AD  tidur.hahah, sampai kaya  gitu mbak G1-W23:290613.
Faktor yang berpengaruh buruk terhadap prognosis AD selanjutnya adalah masalah  pekerjaan  yang  berstatus  pengangguran  dikarenakan  AD  yang
mengalami  hambatan  dalam  pendidikannya  yaitu  putus  sekolah  pasca  menjalani perawatan  sehingga  menjadikan  AD  menganggur.  Konseling  keluarga  yang
dilakukan pihak GPSY dan keluarga telah sukses mengatasi permasalah tersebut, melalui arahan yang diberikan pihak GPSY maka diperoleh kesepakatan bersama
antara  AD  dan  keluarga  mengenai  jalan  keluar  dari  permasalahan  tersebut  yaitu dengan  meneruskan  sekolah  AD  yang  tertunda  sampai  dengan  jenjang
perkuliahan sesuai keinginan AD. Pihak  GPSY  yaitu  mentor  AD  terjun  langsung  dalam  mengurus  dan
menyelesaikan  permasalahan  pendidikan  AD  sehingga  AD  dapat  memperoleh pendidikan  yang  baik  dan  sesuai  dengan  keinginannya  sampai  ke  jenjang
perkuliahan: Ya  kak  Alfred  itu  membantu  sekali  mbak  kalau  masalah  sekolah,
itu pas aku nggak lulus SMA kan galau banget lah la setelah keluar dari  Siloam  ya  diuruskan  paket  C,  ya  disemangati  sampai  aku
kuliah  kak  Alfred  nyariin  informasi  universitas  yang  ada  jurusan sing  tak  cari,  nemenin  tes  masuk  ya  sampai  ketrima  terus  kuliah
F2-W15:290613.  Aku  kuliah  di  Asmi  Santa  Maria,  ya  ambil jurusan  public  relation  dulunya  sih  ortu  nggak  mendukung  tapi
dibujuk-bujuk  kak  Alfred  ya  akhirnya  dibolehin  lah.  Kalau kesulitannya  pusing  tugas  e  mbak.  Hahahah  F2:W16:290613.
dulu  itu  disuruhnya  ke  theology  sama  ortu,  tapi  aku  tertariknya sama public relation, . . . F2:W17:290613.
SY  menyatakan  bahwa  sampai  saat  ini  AD  mampu  menjalani pendidikannya dengan baik tanpa adanya kendala yang memberatkan:
. . .  sekarang AD bisa kuliah sampai semester 4 terus sebentar lagi selesai  to  mbak  ini  lagi  bikin  tugas  akhir  .  .  .ya  sampai  sekarang
puji Tuhan berjalan lancar, ya bisa mengikuti G1-W24:290613. Kesimpulan  mengenai  gambaran  dinamika  pemulihan  AD  melalui  Terapi
Holistik  yaitu  bahwa  Terapi  Holistik  menangani  Skizofrenia  dengan  menyentuh seluruh  aspek  kehidupan  AD  meliputi  aspek    fisik,  psikis  dan  sosial  yang  dilihat
dari berbagai sudut pandang secara komprehensif meliputi mekanisme terjadinya skizofrenia  pada  KM,  dampak  skizofrenia  pada  AD  dan  prognosis  AD.  Uraian
mengenai  keseluruhan  penjelasan  mengenai  dinamika  pemulihan  AD  melalui Terapi Holistik diringkas melalui tabel berikut.
Tabel 4.11 Dinamika Terapi Holistik Dalam Menangani  “mekanisme terjadinya
skizofrenia” pada AD
No Jenis Terapi
Sasaran Terapi Kondisi
Pra Perawatan Terapi
Kondisi Pasca
Perawatan Terapi
1. Terapi Medis
-Menangani faktor
organoniologik berupa
gejala  positif  dan  gejala negatif skizofrenia.
-Menumbuhkan kesadaran minum obat.
-Perilaku  tidak  stabil ditandai
dengan munculnya
gejala positif
dan gejala
negatif skizofrenia. -Respon
negatif terhadap pengobatan.
-Perilaku stabil
ditandai  dengan    tidak munculnya
gejala positif
dan gejala
negatif skizofrenia. -Respon
positif terhadap pengobatan.
2. Terapi Rohani
-Menumbuhkan self
suggestion melalui
kedekatan dengan
Tuhan. -Mengalihkan
waham keagamaan  ke  hal  yang
positif -Emosi  labil,  penuh
kekhawatiran mengahadapi
permasalahan. -Khotbah-khotbah
sendiri
tidak terkontrol
-Emosi  stabil,  lebih tenang
dan pasrah
menghadapi permasalahan.
-Aktif kegiatan gereja.
3. Home Care
-Mengatasi permasalahan
psikis, meningkatkan
kebermaknaan hidup -Tertekan dan rendah
diri -Memperoleh  kelegaan
dan  ketenangan,  dan merasakan
adanya kebermaknaan hidup
4. Home  Visit  dan
Konseling Keluarga
-Memperbaiki pola
hubungan di
dalam keluarga
-Merencanakan masa
depan AD
pasca perawatan
-Sering terjadi
pertengkaran,  orang tua  yang  keras  dan
menekan. -Putus  sekolah  dan
tidak lulus SMA -Pertengkaran
berkurang  dan  orang tua  lebih  pengertian
serta perhatian -Mampu  melanjutkan
sekolah sampai bangku perkuliahan
Tabel 4.12 Dinamika Terapi Holistik Dalam Menangani “dampak terjadinya
skizofrenia” pada AD
No Jenis Terapi
Sasaran Terapi Kondisi
Pra Perawatan Terapi
Kondisi Pasca
Perawatan Terapi
1. Terapi Medis
-Menghilangkan  gejala positif dan gejala negatif
skizofrenia serta
memulihkan fungsi
kognitif, afektif
dan psikomotor
yang terganggu.
-Perilaku  tidak  stabil ditandai
dengan munculnya
gejala positif
dan gejala
negatif skizofrenia
serta terganggunya
fungsi kognitif,
afektif dan
psikomotor. -Perilaku
stabil ditandai  dengan    tidak
munculnya gejala
positif dan
gejala negatif
skizofrenia serta  mulai  pulihnya
fungsi  kognitif,  afektif dan psikomotor.
2. Terapi Rohani
-Menciptakan self
suggestion dan
meningkatkan resiliensi. -tertekan,  putus  asa,
ketakutanmenghadapi masa
depan dan
rentan terhadap
konflik psikososial. -Memperoleh
ketenangan dan
kekuatan dalam
menghadapi permasalahan
serta mampu
bertahan dalam  kondisi  penuh
tekanan. 3.
Terapi Sosial -Melatih
ketrampilan sosial
-Tidak  percaya  diri, tertutup  dan  tidak
mudah bergaul -Lebih percaya diri dan
aktif bersosialisasi
dengan masyarakat 4.
Home Care Memberikan
kebermaknaan hidup Merasa
hidupnya tidak  bermakna  dan
tidak berguna Memiliki
kebermaknaan hidup 5.
Home  Visit  dan Konseling
Keluarga -Merencanakan
masa depan
AD pasca
perawatan. -Putus  sekolah  dan
tidak lulus SMA -Mampu  melanjutkan
sekolah sampai bangku perkuliahan
Tabel 4.13 Dinamika Terapi Holistik dalam menangani
prognosis “buruk” pada AD
No Jenis Terapi
Sasaran Terapi Kondisi
Pra Perawatan Terapi
Kondisi Pasca
Perawatan Terapi
1. Terapi Medis
-Membangun respon
positif terhadap
pengobatan. -Membiasakan  perilaku
perawatan
kebersihan diri dan lingkungan.
-Tidak  taat  minum obat.
-perawatan
diri kurang.
-Memiliki respon
positif terhadap
pengobatan salah
satunya perilaku
ketaatan minum obat. -Mampu
melakukan perawatan  diri  dengan
mejaga  kebersihan  diri dan lingkungan.
2. Terapi Rohani
-Menciptakan self
suggestion dan
meningkatkan resiliensi. -tertekan,  putus  asa,
ketakutan  menhadapi masa
depan dan
rentan terhadap
konflik psikososial. -Memperoleh
ketenangan dan
kekuatan dalam
menghadapi permasalahan
serta mampu
bertahan dalam  kondisi  penuh
tekanan. 3.
Home  Visit  dan Konseling
Keluarga -Memperbaiki
pola hubungan
di dalam
keluarga. -Merencanakan
masa depan
AD pasca
perawatan. -Sering
terjadi pertengkaran
di dalam,  didikan  orang
tua  yang  keras  dan menekan.
-Putus  sekolah  dan tidak lulus SMA.
-Pertengkaran berkurang  dan  orang
tua  lebih  pengertian serta perhatian.
-Mampu  melanjutkan sekolah sampai bangku
perkuliahan
4.4.2.8 Tanggapan Mantan Pasien AD dan Keluarga Mantan Pasien
Mengenai Keefektifan Terapi Holistik Dalam Menangani Skziofrenia
Gambaran  mengenai  keefektifaan  Terapi  Holistik  secara  subyektif diungkapkan  melalui  pernyataan  salah  satu  mantan  pasien  GPSY  AD    yang
pernah  dan  telah  selesai  menjalani  perawatan  di  GPSY  dengan  menggunakan Terapi  Holistik  serta  salah  satu  keluarga  mantan  pasien  SY  yang  turut
merasakan terjadinya perubahan-perubahan dalam diri AD dan keluarga pasca AD menjalani perawatan di GPSY dengan menggunakan Terapi Holistik.
AD  menyatakan  bahwa  Terapi  Holistik  yang  diterapkan  di  GPSY  efektif dalam menangani skizofrenia dikarenakan Terapi Holistik memiliki cakupan luas
yang menyentuh aspek psikis dan sosial AD serta keluarga dan perencanaan masa depan AD pasca perawatan sehingga proses pemulihan tidak semata-mata hanya
melalui  pemberian  obat-obatan  saja.  Lebih  lanjut,  Terapi  Holistik  memberikan perubahan  positif  dalam  kehidupan  sehari-hari  AD,  baik  perubahan  dari  dalam
diri AD maupun perubahan di dalam keluarga yang dirasakan sampai saat ini: beda  mbak,  kalau  dulu  itu  cuma  obat  aja  suruh  minum,  kalau
disini Siloam itu dikasih terapi-terapi tentang penjelasaan obat- obatan  juga  yang  menurut  aku  itu  berguna  banget  jadi  tahu
akibatnya  kalau  tidak  minum  obat  jadi  ya  nggak  perlu  dipaksa kalau  minum  obat  F1-W47:160413.Kaya  terapi  rohani  itu  kan
membuat  kita  semakin  dekat  dengan  Tuhan  kita  jadi  tenang dalam  menghadapi  masalah,  ya  kalau  kaya  terapi  sosial  itu  kan
mengajarkan untuk bersosialisasi jadi punya banyak teman, nggak mengurung  diri  terus  dikamar  lah  F1-W48:160413.ehmm  ya
utama  itu  keluarga  jadi  berubah  sikap  nya,  nggak  kaya  dulu  lagi lebih  pengertian  dan  nggak  suka  berantem,  keributan  atau  bikin
onar  lagi,  lah  itu  yang  utama  mbak  jadi  dirumah  kan  ya  nggak kaya  neraka  koyo  ndek  jaman  mbiyen  neh.  Hahahaha  F1-
W49:160413.yo  efektif  mbak  sampe  sekarang  itu  terasa manfaatnya  membekas  itu  pelajarannya,  ya  minimal  bisa
mengatasi diri sendiri lah mbak. terus kalau ada masalah ya berat gitu  trus  nggak  bisa  mengatasinya  aku  telp  kak  Ngisty  nanti
dibantu  cari  solusinya.  Terus  aku  bisa  kuliah  ini  kan  berkat mentor nya juga to mbak, ya puji Tuhan lancar tekan saiki iku kan
yo bantuane kak Alfred, mentor ku. F2-W18:290613.
Pernyataan  senada  mengenai  keefektifan  Terapi  Holistik  yang  dilakukan GPSY dalam menangani skizofrenia juga diungkapkan oleh ibu AD SY. Beliau
mengungkapkan  bahwa  Terapi  Holistik  dirasa  efektif  dalam  menangani skizofrenia khususnya pada AD. Keefektifan tersebut dikarenakan Terapi Holistik
dalam  penanganannya  mencakup  semua  aspek  kehidupan  pasien  meliputi  aspek fisik, psikis rohani dan sosial.
Terapi Holistik secara khusus juga menangani keluarga pasien dengan cara melalukan  pendekatan  melalui  kunjungan  dan  konseling  keluarga.  Informasi-
informasi  yang  diberikan  GPSY  pada  saat  proses  konseling  keluarga  dirasakan SY  sangat  bermanfaat  dan  membantu  pihak  keluarga  dalam  menangani  AD,
sehingga  terbentuk  lah  pola-pola  interaksi  yang  lebih  positif  di  dalam  keluarga. Lebih  lanjut,  adanya  respon  postitif  terhadap  pengobatan  yang  ditunjukan  AD
juga menjadi bagian penting dari keberhasilan Terapi Holistik menurut SY karena sebelumnya  AD    tidak  memiliki  kesadaran  terhadap  pengobatan  sehingga  harus
melibatkan  pihak  luar  untuk  selalu  mengingatkan  dan  mengawasi  AD.  Poin berikutnya yang dirasakan SY memiliki pengaruh yang besar terhadap pemulihan
AD adalah adanya perencanaan masa depan pendidikan AD pasca perawatan yang dilakukan  oleh  GPSY  sehingga  AD  mampu  melanjutkan  hidupnya  secara  lebih
optimal  sepulangnya  dari  GPSY  dan  sampai  sekarang  ini.  Mudahnya  keluarga dalam  memperoleh  informasi  dan  yang  berkaitan  dengan  pasien  skizofrenia
melalui  kedekatan  GPSY  dengan  keluarga  juga  menjadi  poin  plus  terhadap perawatan skizofrenia yang dilakukan GPSY.
Alasan-alasan  yang  diungkapkan  oleh  SY  tersebut  menyimpulkan  bahwa beliau  merasakan  adanya  banyak  manfaat  dari  model  penanganan  skizofrenia
dengan menggunakan Terapi Holistik .  Manfaat-manfaat langsung maupun  tidak langsung  dari  Terapi  Holistik  yang  dilakukan  pihak  GPSY  kepada  AD  dan
keluarga diungkapkan oleh SY sangat efektif dalam menangani  skizofrenia AD
apabila  dibandingkan  dengan  penanganan  skizofrenia  yang  dilakukan  di  RSJ maupun  tempat-tempat  rehabilitasi  lainya  dimana  AD  pernah  dirawat
sebelumnya: Sebelum  di  Siloam  itu  pernah  di  dokter  Soerojo  itu  to  mbak,
dirawat  disana  5  bulan  mboten  cocok  mbak,  tetap  mawon khotbah-khotbah nya terus lanjut. Padahal obatnya itu mahal, satu
minggu  750  ribu,  itu  hanya  satu  minggu  bayangke  mbak.  Terus saya  bilang  sama  bapaknya  tidak  usah  diteruskan  la  wong  tidak
ada perubahannya. Habis itu saya bawa ke Bethesda mbak, disana dikasih obat. Lumayan mendingan tapi  ya masih sering khotbah,
terus  AD  juga  susah  banget  kalau  disuruh  minum  obat,  ngeyel banget  sampe  saya  kewalahan  mbak  kalau  nyuruh  AD.  Ya
akhirnya  kambuh  lagi.  Terus  saya  bawa  ke  rehabilitasi  di Magelang mbak, pulang dari sana 2 bulan kambuh lagi, haduh  la
piye  iki  G1-W16:290613.  Terus  akhinya  ya  itu  saya  bawa  ke Siloam, dirawat disana, dan sejak Mei 2009 sampai sekarang ini
kondisinya  baik  mbak  ya  karena  saya  senengnya  itu  AD  sudah sadar untuk minum obat nggak harus di uprak-uprak seperti dulu
lagi, kalau nanti obat udah mau habis dia tanpa disuruh itu ambil ke Jogja di Siloam. Obatnya itu kan sekali ambil untuk satu bulan
mbak  G1-W17:290613.Bagus  ya,  kalau  menurut  saya  pribadi efektif  sekali  mba,  karena  ini  to  mbak  penyembuhannya  bukan
cuma  pake  obat  tapi  AD  juga  diajari  berbagai  hal  seperti kerohaniannya  juga  dibangun  lalu  bagaimana  ia  diajari  untuk
bersosialisasi  terus  yang  penting  juga  keluarga  nya  diberi semacam  penguatan  untuk  tetap  sabar  menghadapi  AD  G1-
W32:290613.Ini  malah  yang  penting  menurut  saya  mba  karena kedekatan  dengan  keluarga  ini    bagus  sekali  mbak,  karena
biasanya keluarga itu kan tidak tahu bagaimana harus menangani pasien  jadi  bimbingan  yang  diberikan  Siloam  ini  bermanfaat
untuk  mengajarkan  keluarga  dalam  ngadepi  AD,  kuncine  kudu sabar  lan  ngemong  mbak.  Terus  ini  to  mbak  keluarga  jadi  tahu
kemana  harus  mencari  informasi  yang  berhubungan  dengan  AD, kalau  AD  mau  error  harus  gimana,  ya  jadi  punya  tempat  yang
bisa  dijadikan  sumber  informasi  sampai  sekarang  ini  walaupun udah  4  tahun  AD  keluar.  Ini  penting  sekali  dan  efektif  mbak,
sangat  bermanfaat  terutama  buat  keluarga  pasien  G1- W33:290613.  Keefektifan  yang  lain  itu  pada  poin  perencanaan
masa  depannya  AD  ya  mbak,  jadi  nggak  terus  keluar  ditinggal prung  ngono  wae,  tapi  ya  dipikirkan  setelah  keluar  dari  Siloam
itu  rencana  selanjutnya  mau  gimana.  Ya  AD  sudah  bisa  berhasil kuliah itu tidak lepas dari campur tangan mentornya mbak, ya itu
manfaat  jangka  panjang  yang  berkaitan  dengan  masa  depannya
AD.  Itu  kan  bagian  dari  terapi  di  Siloam  juga  mengarahkan rencana  kedepannya  pasien  setelah  dipulangkan.  Ya  atas  dasar
alasan  itu  makanya  saya  katakan  apa  yang  dilakukan  Siloam efektif  dalam  menangani  anak  saya  ini  sampai  sekarang.  G1-
W33:290613.
4.4.2.9  Kelebihan  dan  Kelemahan  Terapi  Holistik  dalam  menangani Skizofrenia
4.4.2.9.1 Kelebihan Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia a
Komprehensif menyeluruh Terapi  Holistik  terdiri  dari  jenis-jenis  terapi  yang  menyentuh  aspek
kehidupan pasien  meliputi mekanisme terjadinya skizofrenia, dampak skizofrenia dan  prognosis  secara  menyeluruh  yaitu  meliputi  aspek  fisik,  psikis  dan  sosial
pasien  dengan  menggunakan  pendekatan  secara  medis,  rohani  dan  sosial. Penanganan skizofrenia pada aspek fisik tidak hanya menekankan pada pemberian
obat-obatan tetapi juga menumbuhkan kesadaran terhadap pengobatan dan fungsi perawatan diri.
b Berkelanjutan
Terapi  Holistik  di  GPSY  memiliki  tahapan  yang  jelas  dan  rinci  dalam setiap  penanganannya  sehingga  perawatan  tidak  terbatas  hanya  pada  saat  pasien
masih  berada  atau  dirawat  di  dalam  GPSY,  tetapi  juga  dilakukan  pelayanan lanjutan tanpa batas waktu kepada pasien maupun keluarga pasien yang berkaitan
dengan kondisi pasien skizofrenia pasca perawatan. Hal ini dilakukan via telepon maupun  kunjungan  langsung  apabila  pihak  keluarga  menginginkannya  yang
bertujuan untuk meminimalisir atau mencegah terjadinya resiko kekambuhan dan
perawatan ulang kepada pasien sehingga pemulihan dapat diupayakan sebaik dan semaksimal mungkin.
c Orientasi masa depan pasien pasca perawatan
GPSY  mengajak  keluarga  pasien  untuk  memiliki  peran  aktif  dalam melakukan perencanaan jangka panjang pasien pasca perawatan. Perencanaan ini
dibuat  dan  didiskusikan  dengan  keluarga  pada  saat  home  visit  pasien  cuti, sehingga  keluarga  mengetahui  dengan  jelas  perencanaan-perencanaan  pasien
sesudah pasien kembali ke rumah. Perencanaan yang jelas mengenai masa depan pasien  pasca  perawatan  berpengaruh  besar  terhadap  keberlangsungan
kesejahteraan hidup pasien yang sangat berperan dalam membantu pemulihan dan menjaga kondisi pasien supaya tetap stabil pasca perawatan dalam jangka waktu
tak terhingga batas waktu maksimal. 4.4.2.9.2 Kelemahan Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia
a  Ketergantungan Proses perawatan pasien dengan Terapi Holistik yang berkelanjutan pasca
perawatan  membuat  keluarga  dan  mantan  pasien  seringkali  memiliki  tingkat ketergantungan  yang  tinggi  kepada  GPSY,  keluarga  menjadi  “manja”  terhadap
setiap kemunculan permasalahan dalam keluarga yang berkaitan dengan pasien. Ketergantungan  terhadap  pihak  GPSY  membuat  keluarga  tidak  memiliki
kemandirian  dalam  membuat  keputusan  dan  melakukan  tindakan  terhadap permasalahan  yang  berhubungan  dengan  mantan  pasien  tanpa  persetujuan  pihak
GPSY  terlebih  dahulu,  sebab  keluarga  terbiasa  melibatkan  pihak  GPSY  untuk menangani hal-hal yang berkaitan dengan mantan pasien.
b  Keterikatan emosional antara pasien dengan GPSY Pola  interaksi  Home  Care  yang  diterapkan  di  GPSY  sebagai  salah  satu
bagian  dari  Terapi  Holistik  meyebabkan  terjalinya  keterikan  emosi  yang  kuat antara  mentor  dan  pasien.  Sisi  negatif  dari  penerapan  pola  interaksi  Home  Care
adalah  pasien  memiliki  kedekatan  secara  emosional  dengan  mentor  yang  tidak akan  dengan  mudah  diputuskan.  Kondisi  ini  membuat  pasien  merasa  lebih
nyaman  berada  di  GPSY  dan  cenderung  menginginkan  tinggal  di  GPSY  apabila kondisi  di  dalam  keluarga  tidak  bisa  memberikan  kenyamanan  seperti  yang
diharapkan. cJangka waktu perawatan lama dan tanggung jawab yang tak terbatas
Perawatan  skizofrenia  dengan  menggunakan  Terapi  Holistik  memerlukan proses  yang  panjang  dikarenakan  perawatan  dilakukan  dengan  menyeluruh
dengan  melihat  berbagai  aspek  kehidupan  pasien  secara  utuh,  selain  itu    juga dikarenakan  skizofrenia  merupakan  penyakit  yang  tidak  dapat  disembuhkan  dan
hanya  dapat  dipulihkan  kondisinya  seperti  sebelum  kemunculan  gejala skizofrenia.  Oleh  karena  itu  konsep  penanganan  secara  holistik  masih  berlanjut
pasca  perawatan  di  GPSY  sehingga  mentor  bekerjasama  dengan  keluarga memiliki  tanggung  jawab  tidak  terbatas  dalam  turut  serta  memulihkan  pasien
apabila  keluarga  mengalami  permasalahan  atau  hambatan  dalam  melakukan perawatan  terhadap  pasien  meskipun  pasien  sudah  dipulangkan  dari  GPSY  dan
dikembalikan ke keluarga.
4.5 Pembahasan