Sebagai kesimpulan akhir dapat dikemukakan bahwa mekanisme terjadinya skizofrenia tidak hanya disebabkan oleh faktor tunggal tetapi mencakup kesemua aspek
kehidupan individu yang dipandang secara komprehensif dengan menggunakan suatu pendekatan yang menyeluruh. Pendekatan tersebut mencakup pendekatan dari sudut
pandang organobiologik, psikodinamik, psikoreligius, dan psikososial, sehingga mekanisme terjadinya skizofrenia dapat dipahami secara lebih mendalam dan utuh tanpa
mengabaikan salah satu aspek. Lebih lanjut, dengan mengetahui mekanisme terjadinya skizofrenia maka dapat diberikan penanganan yang memadai dan komprehensif
menyeluruh dan tidak parsial terpenggal-penggal pada penderita skizofrenia sehingga kesembuhan pasien skizofrenia dapat diupayakan dengan maksimal.
2.1.1.4 Gejala Klinis Skizofrenia
Pada tahun 1980 T.J. Crow membuat suatu klasifikasi pasien skizofrenia kedalam tipe I yang didasarkan adanya gejala positif dan tipe II yang didasarkan dari gejala negatif
defisit sebagai berikut Ibrahim 2011:22-31.
a. Gejala Positif
1. Halusinasi
Halusinansi yang muncul terdapat pada penderita skizofrenia tidak disertai dengan adanya penurunan kesadaran. Halusinasi yang demikian hanya muncul pada
gangguan jiwa skizofrenia dan sangat jarang ditemukan pada gangguan jiwa lainnya. Halusinasi ini berupa halusinasi pendengaran, dalam bentuk suara manusia, bunyi barang-
barang atau siulan, terkadang juga ditemui halusinasi penciuman, halusinasi citarasa, atau halusinasi singgungan. Penderita seolah-olah mencium wangi kembang dimanapun ia
berada, atau ada orang yang menyinarinya dengan alat rahasia, bahkan ia seolah-olah merasakan ada racun didalam makanannya.
2. Waham
Waham yang muncul berupa waham yang tidak logis sama sekali dan sangat bizar aneh. Umumnya waham tersebut muncul dalam bentuk waham kejar, waham
kebesaran, atau waham menyangkut diri sendiri. Karakteristik waham didominasi oleh hal-hal pokok di luar pengawasan pikiran, perasaan, atau perilaku pasien. Waham ini
merupakan fakta yang tidak dapat diubah oleh siapapun, sehingga penderita skizofrenia meyakini waham yang muncul sebagai sesuatu yang diyakini secara mutlak oleh dirinya.
3. Gangguan Pikiran Formal Positif
Gangguan Pikiran Formal berupa penggolongan asosiasi, yaitu berupa obliquely
related subject dimana ide-ide berpindah dari subjek ke subyek lainnya dan sama sekali tidak ada hubungannya atau hubungannya sama sekali tidak tepat serta berupa frame of
reference yaitu berupa pengertian-pengertian yang tidak ada hubungannya sama sekali namun disatukan secara indiosinkratik. Hal itu sama sekali tidak disadari oleh individu
yang menderita skizofrenia. Pelonggaran asosiasi yang semakin berat akan menyebabkan terjadinya
inkoherensi, yaitu suatu percakapan yang tidak dapat dimengerti dan kemiskinan isi pembicaraan. Pembicaraan yang secara kuantitas masih baik namun buruk secara
kualitas.Gejala lain yang dijumpai adalah neologisme, perseverasi, asosiasi suara clanging dan hambat pikir blocking.
4. Perilaku Aneh
Perilaku Aneh terdiri dari: perilaku stereotipik hal ini merupakan pola pengulangan pergerakan atau cara berjalan, stupor tidak bergerak, kelainan makanan
memakan sesuatu, tetapi biasanya tidak sampai habis, echopraksia pergerakan yang analog dengan echolalia, terdiri dari gerakan dan sikap yang palsu dari seorang pasien
skizofrenia, negativisme Penolakan oleh seorang pasien untuk bekerja sama dengan
pemeriksa, gejala-gejala somatik, mannerisme melakukan pengulangan perbuatan tertentu secara eksesif, biasannya dilakukan secara ritual seperti melakukan seremonial.
b. Gejala Negatif