Memperbaiki fungsi kognitif HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

kognitif pada penderitanya, dampak negatif skizofrenia yang menyerang aspek kognitif antara lain terganggunya arus pikir, isi pikiran, dan konsentrasi sehingga menyebabkan terjadinya ketidakmampuan dalam berfikir logis dan melakukan analisis, tidak dapat berkonsetrasi, rendahnya kemampuan mengingat dan memahami tugas, menurunnya kreativitas dan inisiatif.

c. Memperbaiki fungsi kognitif

Tujuan dari terapi sosial selain mengajarkan pasien untuk berinteraksi juga melatih dan memperbaiki fungsi kognitif pasien yang terganggu sebagai akibat dari skizofrenia. Kemampuan kognitif pasien terus diasah, sehingga kemunduruan pada aspek kognitif tertentu dapat dicegah atau dipulihkan. NN menyatakan bahwa kegiatan dalam terapi sosial melibatkan aspek kognitif: Mereka harus bisa berdiskusi, berpendapat, dan akhirnya mengambil keputusan bersama tentang lagu apa yang akan dinyanyikan, gerakan apa yang akan diperagakan sehingga bisa menampilkan yang terbaik dan menjadi juara mengalahkan kelompok lain A3-W18:170613. Kreativitas dan Konsetrasi Kegiatan lomba drama selain digunakan untuk mengajarkan pasien berinteraksi juga digunakan untuk melatih aspek kognitif dan kreativitas pasien, sebab untuk dapat menampilkan drama yang baik diperlukan proses latihan yang membutuhkan pemikiran yang matang. Contohnya lomba drama, mereka saling berkoordinasi, berkomunikasi, dan bekerja sama dalam bermain peran sehingga mereka memiliki tanggung jawab untuk menampilkan yang terbaik dan menjadi pemenang,dari situ kita bisa melihat bagaimana mereka melakukan problem solving terhadap perbedaan pendapat dalam kelompok lalu ada menghapal teks itu kan masuk kognitif juga B1-W8:290513. Hal senada juga diungkapkan oleh KM, dia menyatakan bahwa diperlukan proses berfikir yang kreatif dan konsentrasi dalam beberapa kegiatan di terapi sosial: tapi kalau angklung itu harus kompak trus konsentrasinya itu harus bener-bener diperhatikan, soalnya kalau salah yang gerak-gerakin pas bukan giliranya nanti semuanya jadi ikut salah D2-W17:19- 613. Diskusi ya, itu pusing he mbak soalnya berfikir apalagi harus berpendapat gitu to trus nggak boleh sama. Harus memperhatikan banget, kadang pendapat aku itu udah diomongkan orang lain jadi harus cari lagi padahal udah mikir susah-susah. Hehehe D2- W24:190613. Kegiatan lain yang juga melatih dan memperbaiki fungsi kognitif pasien juga diberikan dalam terapi medis dan rohani. Terapi medis yang melibatkan proses kognitif dalam pelaksanannya salah satunya yaitu ujian medis, sedangkan kegiatan dalam terapi rohani antara lain terapi pustaka dan pemutaran film rohani. Melatih Ingatan dan Kemampuan penyampaian isi pikiran Ujian medis adalah menguji pengetahuan, pemahaman dan daya ingat pasien terhadap materi-materi mengenai kesehatan yang sudah diberikan oleh mentor medis baik secara lisan maupun praktek. Ujian medis dilakukan satu bulan sekali secara tertulis. Materi yang diujikan adalah materi yang telah diberikan selama sebulan tersebut, selanjutnya dilakukan penilaian terhadap hasil ujian pasien pasien dan dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui sejauh mana kemampuan pasien secara kognitif. Terapi pustaka yaitu pemberian buku-buku bertema rohani kepada pasien kemudian pasien diberi waktu sekitar satu jam untuk membaca dan memahami isi dari buku tersebut. Selanjutnya pasien diminta untuk menceritakan inti dan hikmah apa yang dapat diambil dari buku tersebut kepada teman-teman dan mentor. Aspek kognitif yang terlibat dalam terapi pustaka yaitu dibutuhkannya konsetrasi yang baik dan terfokus kognitif dalam memahami dan mengambil inti dari sebuah buku untuk selanjutnya diceritakan kembali atau disampaikan kepada orang lain. Pada saat pasien menceritakan kembali isi buku tersebut ada proses mengingat dan menceritakan secara sistematis, hal ini melatih arus pikiran pasien untuk dapat menjelaskan secara koherensi. Kemampuan Analisis Lebih lanjut, pada pemutaran film rohani pasien diputarkan sebuah film dan setelah pasien selesai melihat film tersebut tugas pasien selanjutnya adalah menganalisis film tersebut meliputi menganai siapa saja pemeran dalam film tersebut, bagaimana karakter masing-masing pemeran dan pesan moral apa yang dapat diambil dari film tersebut. Pasien dilatih untuk dapat melakukan analisis dengan baik sehingga diperlukan kemampuan kognitif yang kompleks meliputi isi pikiran, arus pikiran, kosentrasi dan ingatan yang saling terkoordinasi dengan baik. Kelompok-kelompok dalam kegiatan di terapi sosial yang dibagi sesuai dengan kemampuan pasien. Kondisi kognitif pasien yang berbeda-beda apabila disamakan dalam pemberian dan cara penyampaian materi maka tidak akan efektif dari segi penerimaan dan pemahaman yang diterima pasien. Pengelompokan sesuai kemampuan kognitif dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat menyampaikan materi secara teoritis, namun di kegiatan-kegiatan yang melibatkan interaksi dan dinamika sosial pada masing-masing kelompok maka pembagian anggota kelompok dibagi secara merata yaitu dalam satu kelompok terdiri dari pasien dengan kemampuan kelas TK-SMA. Pernyataan NN mengenai pembagian kelompok sesuai kelas kemampuan pasien diungkapkan melalui kutipan wawancara sebagai berikut: Gini kak, kondisi pasien disini kan tidak semua sama. Tingkat kewarasannya kan berbeda-beda. Ketika pasien yang tingkat kewarasannya secara perilaku dan pola pikir 9 lalu kita kelompokan dengan pasien yang tingkat 2 nanti tidak nyambung kak. Makanya pada saat terapi kita kelompokan, kita kelas- kelaskan. Kelas TK, SD, SMP, SMA, dan Sarjana. Kelas TK ini untuk pasien-pasien yang belum stabil dan kemampuan kognitifnya rendah kita gabungkan menjadi satu dan seterusnya. Terapi yang diberikan semua pasien sama tetapi hanya esensinya saja yang berbeda, sama-sama ujian tadi soal yang mereka terima berbeda tergantung kelasnya. Karena ketika diberi soal yang sama itu tidak akan bisa kak, Karena kemampuan mereka juga berbeda- beda A3-W3:170613.

d. Pemberian ketrampilan kerja sebagai bekal kesiapan pasien secara