penguatan dan membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi pasien.
Konseling individu mampu meringankan beban psikis dan memberikan kelegaan dalam diri seseorang, hal ini diungkapkan oleh AD sebagai berikut:
Seneng bisa sharing, karena nyambung jadinya seperti curhat sama konco dewe lah, terus sering ditanya-tanyain jadi apa ya, ya merasa
diperhatikan, di gemateni ehmm kan ada yang peduli terus mau ngrungoke curhatan kita itu kan seneng mbak F1-W18:160413.
setelah curhat itu rasanya ya gimana ya jelasinnya.hehehe. Ada seperti kelegaan, beban dipikiran berkurang solanya kan dapat
masukan-masukan gitu, ya apa ya jadi tau apa yang harus dilakukan sama masalah kita, nantinya biar tidak salah melangkah
gitu deh, hehehe F1-W18:160413. Ya kapan aja saya pengen, sekarang aja kalau kangen ya kesini. Apa kalau galau langsung kak
Alfred kak Ngisty help me please please hahaha F1- W18:160413.
Effek psikologis dari konseling individu berupa perasaan lega dan berkurangnya beban psikis juga dirasakan oleh KM setelah melakukan konseling
individu dengan mentor: Kalau habis dikonseling itu lega rasanya mbak, kaya-kaya semua
beban apa itu hilang, kalau kata kak Ngisty beban itu sebaiknya dibagi biar nggak berat dibawa sendiri, bukan cuma makanan aja
yang dimakan.hehehe. Plong gitu rasanya semua-semuanya hilang trus jadi tau oh aku itu ternyata harus begini, soalnya kalau pas
dikasih tau rame-rame itu kurang berasa tapi kalau cuma berdua itu lebih serius trus mengena bisa lebih pribadi bisa dari hati kehati
karena sesama perempuan to mbak aku dengan kak Ngisty, jadi nggak malu-malu mau cerita. Hehehe D1-W22:071513.
d. Mengontrol perilaku dan membentuk perilaku pasien dengan sistem
reward hadiah dan punishment hukuman
Pengendalian dan pembentukan perilaku pasien supaya tetap stabil dilakukan dengan pemberian hadiah reward dan hukuman punishment. Pasien
yang berperilaku “baik” atau tidak “error” akan diberikan hadiah berupa pujian, jalan-jalan dan hal-hal yang dianggap sebagai sesuatu yang menyenangkan
menurut pasien, sedangkan pasien yang menunjukan perilaku “error” berlebihan
dan tidak bisa mengendalikannya dalam waktu yang cukup lama maka pasien tersebut akan dimasukkan ke dalam ruang isolasi hingga jangka waktu tertentu
sampai kondisinya kembali stabil. Kondisi ruang isolasi yang kurang nyaman serta hilangnya beberapa hak pasien ketika berada di ruang isolasi membuat
pasien sebisa mungkin menghindari hukuman tersebut, yaitu dengan cara selalu berusaha supaya kondisinya tetap stabil atau tidak mengalami
“error” berlebihan. NN menyatakan bahwa pemberian reward menjadi motivasi bagi pasien
untuk berusaha menjaga kondisinya supaya tetap stabil: kita juga berikan reward kak untuk setiap positif yang mereka
lakukan walapun itu kecil, misal ketika pasien bilang kak hari ini saya mau eror tapi saya bisa melawanya, wah bagus itu kamu
memang anak hebat. Pujian-pujian kecil seperti itu membuat senang, sehingga mereka akan berusaha melakukan hal-hal positif
agar kami berikan pujian, itu kebanggaan tersendiri dalam diri mereka kak. Atau ketika mereka tidak eror selama selama
seminggu kami janji akan ajak jalan-jalan, mereka berusaha untuk tidak eror kak, dan ketika mereka berhasil kita benar tepati janji
untuk ajak jalan-jalan. Lama-lama mereka terbiasa untuk tidak eror walaupun tidak dijanjikan apa-apa. Heheheh A2-W13:080613.
Penggunaan ruang isolasi sebagai salah satu bentuk hukuman terhadap
pasien yang error diungkapkan sebagai berikut oleh NN: Penggunaan ruang isolasi yang gunanya untuk memantau perilaku
pasien atau disebut ruang emergency, pasien yang error nanti dimasukan ke ruang isolasi sampai ia bisa kembali berperilaku
baik. Ini juga sebagai bentuk hukuman kak, karena tidak mau dimasukan ruang isolasi jadi mereka bekerja keras menjaga diri
supaya tidak error. Bermanfaat juga lah ini supaya untuk mereka tidak seenaknya sendiri , jadi harus mematuhi perintah mentor
supaya tidak error lagi. Hahaha A1-W10:080513. Ya tergantung
kondisi, sampai pasien stabil. Ruang isolasi itu kondisinya seperti kamar biasa, ada tempat tidurnya cuma pasien dikunci sehingga
tidak bisa keluar-keluar, tidak bisa bermain-main, dan kondisi pasien selama di ruang isolasi itu dipantau bagian medis Siloam,
yaitu eyang Sariman dan juga mentor pendamping pasien A1- W11:080513.
Pengendalian dan pengotrolan perilaku pasien juga dilakukan dengan
melibatkan seluruh pasien GPSY yang bertujuan untuk saling mengingatkan dan memantau temanya apabila temannya pasien melakukan perilaku “error” yaitu
dengan menunjukan gejala-gejala khas skizofrenia seperti mengamuk, tertawa sendiri, dan gerakan-
gerakan motorik “aneh” . Mentor menuliskan perilaku
“error” pasien tersebut dalam selembar kertas dan pasien yang berperilaku
“error” tersebut diminta untuk berjanji tidak akan mengulanginya lagi, kemudian seluruh pasien GPSY diminta untuk
menandatangani kertas tersebut. Seluruh pasien menjadi saksi terhadap janji yang dibuat pasien tersebut dan sekaligus bertanggung jawab untuk mengingatkan
pasien tersebut apabila dia berperilaku “error” lagi. Mentor menjelaskan bahwa hal tersebut dilakukan sebagai bentuk kasih sayang serta kepedulian mentor dan
teman-teman terhadap pasien “error” tersebut, karena apabila perilaku tersebut
terus dibiarkan maka akan bertambah parah catatan lapangan no.4 . 4.4.2.4.4
Effek Psikologis Home Visit dan Konseling Keluarga
a. Keluarga memperoleh pengetahuan dan informasi mengenai skizofrenia