Menumbuhkan Kepercayaan Diri HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hal ini diungkapkan oleh NN sebagai berikut: Jadi kita bikin satu acara itu ada aspek medisnya, rohani didalamnya dan sosialnya. Seperti ibadah diluar, jadi kami bawa mereka ibadah di luar misal di gereja lain, ibadah dan kemah rohani di Kopeng, ini kan sosial nya juga termasuk yaitu berinteraksi dengan masyarakat luar A3-W15:170613. Secara sosial jelas penderita skizofren ini dia mengalami permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan sosialnya, hubungan dengan orang lain dan cara pandang mereka beradaptasi dengan lingkungan A3-W18:170613. Pernyataan NN dijelaskan lebih lanjut oleh AA: Terapi sosial itu pada intinya mengajarkan pasien untuk dapat berinteraksi, bekerjasama dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya, teman-teman di Siloam maupun masyarakat luar. Hal ini berkaitan dengan diri pasien dengan orang maupun hal di luar diri pasien, hubungan antara pasien dengan sekitarnya. . . bagaimana mereka mengenal lingkungan sekitar dan juga bagaimana kontrol diri mereka, selain itu ada kita bawa mereka rekreasi jalan-jalan ke pantai, ke malioboro, kesalon kita bawa mereka melakukan aktivitas baru, itu kita lihat bagaimana reaksi mereka ketika berada di kerumunan orang banyak, bagaimana kontrol diri mereka ketika berada di luar B1-W7:290513. Lalu ada terapi kegiatan-kegitan yang dikemas secara berkelompok dengan tujuan untuk melatih mereka berinteraksi, bekerja sama, berdiskusi, dan menjalankan kewajiban bersama dalam kelompok tersebut B1-W8:290513.

b. Menumbuhkan Kepercayaan Diri

Terapi sosial yang menekankan kepada aspek sosial pasien, yaitu interaksi pasien dengan lingkungnnya secara umum memberikan perubahan secara psikologis dalam diri pasien. Kepercayaan diri yang muncul dari dalam diri pasien merupakan salah satu aspek penting yang harus terus dibangun dan dimiliki pasien karena kepercayaan diri membuat pasien memiliki kemampuan dalam menghadapi stressor lingkungannya dan lebih terbuka terhadap pergaulan sosial. Individu yang memiliki kepercayaan diri akan lebih siap menghadapi dunia dengan berbagai konsekuensinya. Menumbuhkan rasa percaya diri pada skizofrenia bukanlah hal yang mudah, perlu suatu pembiasaan yang awalnya “memaksa” sebelum selanjutnya menjadi kebiasaan. KM mengungkapkan bahwa semula dia adalah seorang yang pemalu, paksaan untuk mampu tampil di depan umum dalam berbagai kegiatan membuatnya menjadi memiliki kepercayaan diri, walaupun pada awalnya sangat sulit untuk mulai menumbuhkan kepercayaan diri tersebut. Ehmmm ya merasa lebih PD aja mbak, aku itu dulu pemalu beneran loh mbak, rasanya kaya minder. Pas pertama-tama disini disuruh apa itu namanya kaya menampilkan nyanyi sama gerakan aku takut banget he, mau nangis soalnya grogi. Hehehe D2- W22:190613.Sudah menjadi kebiasaan jadi ya udah terbiasa tampil, yang penting percaya diri dulu D2-W23:190613. Kepercayaan diri yang terbentuk melalui berbagai kegiatan di bagian Terapi Sosial juga dirasakan oleh mantan pasien GPSY AD, kepercayaan diri yang dimilikinya membuat AD lebih bisa bergaul dan berani menjalin hubungan dengan lingkungannya sehingga AD mampu bersosialisasi dengan baik dan mempunyai banyak teman: lebih ceria mbak, trus lebih PD F1-W29:160413. Iya mbak, tapi disini terapi-terapinya kan ngajarin buat PD, kaya disuruh mimpin acara gitu kalau ngga PD ya ga bisa mbak, jadi terpaksa harus berani F1-W30:160413. Kalau kaya terapi sosial itu kan mengajarkan untuk bersosialisasi jadi punya banyak teman, nggak mengurung diri terus dikamar lah F1-W48:160413. Kegiatan-kegiatan dalam Terapi Sosial tidak hanya menyentuh aspek sosial pasien tetapi juga menyentuh sebagian besar aspek kognitif pasien. Proses interaksi dalam terapi sosial melibatkan kemampuan kognitif dalam proses pelaksanaannya. Skizofrenia memberikan dampak terhadap terganggunya fungsi kognitif pada penderitanya, dampak negatif skizofrenia yang menyerang aspek kognitif antara lain terganggunya arus pikir, isi pikiran, dan konsentrasi sehingga menyebabkan terjadinya ketidakmampuan dalam berfikir logis dan melakukan analisis, tidak dapat berkonsetrasi, rendahnya kemampuan mengingat dan memahami tugas, menurunnya kreativitas dan inisiatif.

c. Memperbaiki fungsi kognitif