Keselamatan dari atau di dunia
                                                                                kebiasaan  mereka  tanpa  menghiraukan  ikut  atau  tidaknya  pendatang  dalam kegiatan  tersebut.    Demikian  juga  halnya  dalam  kehidupan  sosial  sehari-hari.
Hubungan  yang “erat” hanya terjadi pada masing-masing kelompok,  yaitu antar Betawi atau pendatang saja, baik untuk ngobrol  maupun untuk suatu keperluan.
Adapun  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  terjadinya  pola  hubungan  sosial seperti  tersebut  di  atas  adalah  pendidikan,  pekerjaan,  perkawinan  campuran,
lokasi  tempat  tinggal  dan  umur.    Melihat  pola  hubungan  tersebut  di  atas,  maka dapat  dikatakan  bahwa  walaupun  orang  Betawi  dan  pendatang  mempunyai  latar
belakang sosial, ekonomi serta budaya yang berbeda, tetapi terdapat prinsip saling menghormati  pendirian  dan  kebiasaan  masing-masing.      Hal  ini    sebenarnya
membuka  kemungkinan  bagi  masing-masing  pihak  untuk  saling  belajar,  apabila terdapatdiciptakan  pranata-pranata  sosial  yang  efektif  yang  dapat  mengatur
kehidupan masyarakat dimana Betawi dan pendatang itu berbeda. Studi  di  atas  menunjukkan  bahwa  penduduk  Betawi  pada  dasarnya
menghormati  penduduk  pendatang,  selain  itu  masing-masing  nampaknya  mau saling  belajar  untuk  suatu  hal  yang  dianggap  lebih  baik.  Bila  dikaitkan  dengan
studi  pada  penelitian  ini  analisis  kemiskinan  ditinjau  dari  aspek  sosial  ekonomi dan  budaya  pola  hubungan  sosial  tersebut  seharusnya  menghasilkan  kondisi
dimana  tidak  satu  pun  pihak  yang  merasa  atau  pun  memang  terpiggirkan  dari pihak  yang  lain  karena  masing-masing  berupaya  untuk  mencapai  keadaan  yang
lebih baik.
2.7.2. Dampak Perkembangan Kota Jakarta terhadap Kesejahteraan Penduduk Asli dan Pendatang serta Perubahan Fungsi Kawasan
Condet
2
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  perkembangan  kota  Jakarta memberikan  pengaruh  dan  dampak  terhadap  permintaan  lahan  pemukiman
maupun  usaha.    Terbatasnya  lahan  tersebut,  khususnya  di  pusat  kota, menyebabkan  kawasasn  Condet  menjadi  sasaran    bagi  penduduk.    Kedatangan
1
Sri  Damayani  Mulyandari  Sardjono,  Pola  Hubungan  Sosial  antara  Orang  Betawi  dengan Pendatang-Studi di Kampung Pulo Kalibata, Kelurahan Kalibata Jakarta Selatan, skripsi sarjana
Jakarta: Universitas Indonesia, 1984.
2
Wati Nilamsari, “Pengaruh Perubahan Penguasaan dan Penggunaan Lahan terhadap Pola Usaha Ekonomi  Rumahtangga  Etnik  Betawi  di  Condet  Kasus  di  Kelurahan  Condet  Balekambang,
Kecamatan  Kramat  Jati,  Jakarta  Timur”,  tesis  pascasarjana  Bogor:  Institut  Pertanian  Bogor, 2005.
penduduk  dari  luar  tersebut  menimbulkan  perubahan  fisik  maupun  pergeseran dalam nilai-nilai kehidupan masyarakat Condet dan akhirnya memberikan dampak
terhadap tingkat kesejahteraan kualitas sosial ekonomi penduduk asli, pendatang dan perubahan fungsi Kawasan Condet yang sangat besar.
Daya tarik Condet sebagai kawasan pemukiman dikarenakan letaknya yang berekatan  dengan  pusat  kegiatan  bisnis  dan  memiliki  aksesibilitas  yang  tinggi
terhadap wilayah Kota Jakarta serta lingkungan yang relatif nyaman.  Berdasarkan letak  lokasi  tersebut  dampak  perkembangan  Kota  Jakarta  terhadap  kawasan
Condet  sangat  besar.    Pertumbuhan  kawasan  terbangun  menyebabkan terganggunya fungsi kawasan Condet sebagai cagar budaya dan konservasi.  Hal
ini  terlihat  dari  adanya  penurunan  jumlah,  lahan  pertanian,  pergeseran  mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian dan semakin
meningkatkan  permintaan  lahan  pemukiman  yang  mengakibatkan  terjadinya peralihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan bangunan.
Selain  itu,  akibat  adanya  pembangunan  pemukiman  yang  baru  adalah masalah  integrasi  masyarakat  Condet,  yakni  bagaimana  kelompok  baru  tersebut
dapat  diterima  oleh  masyarakat  sekitarnya.    Dan  faktor  peralihan  peruntukkan lahan  khususnya  dalam  perkembangan  pemukiman  dapat  berpengaruh  terhadap
perubahan lingkungan sosial penduduk Condet. Sementara itu, pengertian dari cagar budaya Condet itu sendiri adalah usaha
perlindungan  terhadap  keseluruhan  yang  kompleks  menyangkut  semua  aktivitas kegiatan  penduduk  asli,  termasuk  perlindungan  akan  kondisi  alamnya  sehingga
adanya  pengembangan  dan  pembangunan  pemukiman-pemukiman  baru merupakan  ancaman  dalam  pelestarian  Condet  sebagai  cagar  budaya  khususnya
konservasi buah-buahan. Secara  spesifik,  sesuai  dengan  tujuan  penelitian  dapat  disimpulkan  bahwa
karakteristik  sosial  ekonomi  yang  berbeda  nyata  antara  penduduk  asli  dengan pendatang  adalah  jumlah  anak,  alokasi  waktu  kepala  keluarga  untuk  mencari
nafkah  dan  kegiatan  rumahtangga,  pendapatan  kepala  keluarga,  pendapatan  istri, pendapatan  anak,  pengeluaran  perbulan  untuk  konsumsi,  transportasi,  listrik,
jajan,  telepon  dan  biaya  pendidikan.    Faktor  sosial  ekonomi  yang  dominan menentukan perbedaan penduduk asli dan pendatang adalah besarnya pendapatan
                                            
                