14. Kewenangan
Dalam masyarakat yang rasional, kekuasaan terletak pada hukum. Ketika supremasi hukum ditegakkan, masyarakat berfungsi sesuai rasionalitas yang
dihubungkan dengan hukum alam yang logis dan permanen. Sementara dalam masyarakat yang resisten, kewenangan pemimpin serupa dengan Tuhan.
Masyarakat mencoba untuk menduga keinginan yang sewenang-wenang dari mereka yang berkuasa. Dengan demikian terjadi ketidakstabilan dalam
masyarakat.
15. Pandangan dunia
Dalam budaya yang memihak pembangunan, dunia terlihat seperti panggung aksi yang memberi kesempatan bagi manusia untuk melakukan sesuatu
agar dapat mengubahnya menjadi lebih baik. Dalam budaya yang menolak pembangunan, dunia dirasakan sebagai sebuah entitas besar dengan kekuatan-
kekuatan yang tidak bisa dilawan. Kekuatan ini melahirkan nama: Tuhan, setan, konspirasi internasional yang kuat, kapitalisme, imperialisme, marxisme,
zionisme. Masyarakat dalam budaya ini cenderung memikirkan bagaimana menyelamatkan diri sendiri, sering melalui perang suci yang penuh khayalan.
Mereka cenderung terombang-ambing antara fanatisme dan sinisme.
16. Pandangan hidup
Dalam budaya yang maju, kehidupan dipandang sesuatu yang akan diwujudkan oleh masing-masing individu protagonis. Sebaliknya dalam budaya
yang resisten, kehidupan dipandang sebagai sesuatu yang terjadi pada masing- masing individu. Mereka pasrah menerima hal itu.
17. Keselamatan dari atau di dunia
Dalam konsep yang menolak pembangunan, tujuan yang ingin dicapai adalah menyelamatkan seseorang dari dunia. Menurut tradisi katolik dunia adalah
“kefanaan”. Untuk menyelamatkan seseorang darinya adalah dengan menahan godaan demi pencarian di dunia lain, alam baka. Tapi bagi orang protestan,
keselamatan di dunia lain tergantung pada kesuksesan usaha-usaha individu untuk mengubah dunia.
18. Dua khayalan
Baik budaya yang cenderung memihak maupun menolak kemajuan memiliki angan-angan. Dalam budaya progresif, dunia bergerak maju secara
perlahan mencapai angan-angan melalui kreativitas dan usaha individu. Dalam budaya yang resisten, individu mencari khayalan awal yang berada di luar
jangkauan.
19. Sifat dasar optimisme
Dalam budaya yang resisten, si optimis adalah orang yang berharap bahwa kemujuran, dewa-dewa ataupun pihak penguasa, memihak kepadanya. Sementara
dalam budaya yang memihak pembangunan, si optimis adalah orang yang berkeputusan untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk menjamin
datangnya takdir yang menyenangkan. Mereka yakin bahwa apa yang dilakukan akan menimbulkan perbedaan.
20. Dua visi demokrasi
Budaya yang menolak pembangunan masih memegang tradisi warisan berupa visi demokrasi absolutisme. Raja memegang kekuasaan yang absolute
dalam mengatur masyarakat. Sementara visi demokrasi dalam budaya maju menganut demokrasi konstitusional yang liberal. Kekuasaan politik menyebar di
antara sektor-sektor yang berbeda dan hukum adalah kekuasaan tertinggi.
2.7. Beberapa Hasil Penelitian yang Berkaitan dengan Penduduk Betawi dan Penduduk Pendatang
2.7.1. Pola Hubungan Sosial Antara Orang Betawi dengan Pendatang
1
Studi mengenai “Pola Hubungan Sosial antara orang Betawi dengan Pendatang“ merupakan studi kasus di Kampung Pulo Kalibata, Kelurahan
Kalibata, Jakarta Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan keagamaan, baik yang merupakan kegiatan sehari-hari maupun kegiatan pada
hari-hari tertentu, orang Betawi dan pendatang tetap mempertahankan kebiasaan- kebiasaan mereka masing-masing. Keikutsertaan pendatang dalam kegiatan
keagamaan sebagian besar hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja. Sementara itu, orang Betawi tetap melakukan kegiatan keagamaan menurut